Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
SISKA HANDAYANI
Nim : 143110189
SISKA HANDAYANI
Nim : 143110189
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada An. N dan An.
A dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017”. Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi DIII Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
KTI ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan KTI ini.
Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan KTI
ini. Terutama kepada Bapak Tasman, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom selaku Pembimbing I
dan Ibu Hj. Hasni Mastian, SKM, M.Biomed selaku Pembimbing II yang telah
banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan KTI ini. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan dan masukan yang telah diberikan mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah SWT. Amin.
Peneliti
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................vi
ABSTRAK...............................................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................90
Riwayat Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1. SD SDN 25 Lubuk Lintah 2002-2008
2. SMP SMPN 31 Padang 2008-2011
3. SMA SMA Kartika 1-5 Padang 2011-2014
4. D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2014-2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada
anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari,
2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering
terjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
Pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
(Sundari, dkk. 2014).
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur
(28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan
provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut
Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%).
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok
umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
(Kemenkes RI, 2013).
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada tahun
2015, terjadi peningkatan angka cakupan penemuan pneumonia sebesar
63,45%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok
Kejadian ISPA pada balita merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh
balita dibandingkan dengan penyakit-penyakit lainnya seperti diare, cacingan,
asma, dan lain-lain. Dari 22 puskesmas di Kota Padang, data penyakit ISPA
yang menduduki peringkat pertama yaitu terdapat di Puskesmas
Pemancungan sebesar 3064 orang. Pada peringkat kedua yaitu Puskesmas Air
Dingin sebesar 3054 orang, sedangkan peringkat ketiga yaitu Puskesmas
Andalas sebesar 2286 orang. Namun, data penyakit ISPA dengan pneumonia
yang tertinggi terdapat di Puskesmas Andalas sebesar 335 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2015).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017,
kunjungan pasien ISPA dalam 3 bulan terakhir berjumlah 526 orang. ISPA ini
terbagi atas 3 bagian yaitu pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan
pneumonia. Di Puskesmas Andalas tidak ada pasien yang datang berkunjung
dengan kasus pneumonia berat, sementara untuk kasus pneumonia sebanyak
28 orang dan batuk bukan pneumonia sebanyak 498 orang. Dari 28 orang
kunjungan, 7 orang diantaranya memiliki alamat lengkap. Saat
didistribusikan menurut kelurahan didapatkan bahwa di kelurahan Andalas
ada 2 orang, kelurahan Sawahan 1 orang, kelurahan Filano 1 orang dan
kelurahan Simpang Haru 1 orang. Saat dilakukan wawancara dengan petugas
puskesmas, beliau mengatakan bahwa hampir setiap hari ada balita yang
datang berobat dengan diagnosa pneumonia. Setelah dilakukan wawancara,
salah satu orang tua pasien mengatakan kondisi anaknya mengalami batuk-
batuk, pilek, demam dan disertai sesak nafas. Gejala awal yang dirasakan
pasien yaitu bersin-bersin dan batuk. Disini orang tua hanya menganggap
anaknya demam biasa. Saat ditanya orang tua mengatakan ia tinggal di
andalas, kondisi lingkungan disana banyak terpapar asap polusi dari
kendaraan bermotor, debu, kepadatan penduduk disana cukup padat dan
kebiasaan orang tua merokok di dalam rumah atau di dekat balita itu sendiri.
Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan untuk memberitahu dan
mengajarkan kepada keluarga agar keluarga bisa menghindari faktor-faktor
resiko tersebut dan mampu untuk merawat balitanya yang sakit.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Kecamatan Padang Timur Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian keluarga dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 1988
dalam Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga
tradisional dan keluarga nontradisional adalah sebagai berikut:
a.Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang
mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan
anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012),
keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
7) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah
perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem
keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu
yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
Dari sekian macam tipe atau bentuk keluarga, menurut Harmoko (2012)
secara umum di Negara Indonesia di kenal dua tipe atau bentuk keluarga,
yaitu :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti : satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung / angkat).
b) Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan
bibi.
c) Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian / perceraian.
d) Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa
e) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri usia lanjut.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi saling
berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan
keluarga, yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini,
ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar
upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota
keluarga akan kasih sayang dan pengertian. Peran utama orang dewasa
dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan
persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota
keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas menengah dan
kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak
pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering
terhiraukan. Balita yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih
sayang yang cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak
didapatkan balita terutama pada aktivitas bermainnya. Sehingga dapat
menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada balita karena orang
tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara bermain pada balita
tersebut (Friedman, 2010).
d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
antar-generasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota baru
untuk masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga
menyebabkan kebutuhan keluarga juga meningkat dan padatnya
anggota keluarga di dalam rumah dapat menyebabkan udara yang
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang
terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang cukup akan ventilasi
udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan adanya debu dan
kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran
pernafasan akut (Friedman, 2010)
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah. Keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut dapat bertanya pada perawat tentang pencegahan agar
tidak terjadi lagi infeksi saluran pernafasan akut di keluarga.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut
siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti
difokuskan kepada kemampuan keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi,
dan melakukan promosi kesehatan kepada anggota keluarganya.
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013)
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,
virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
4. Faktor Resiko
Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan
pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut : a. Anak berusia di
bawah lima tahun (balita).
b. Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat tertular
oleh penderita batuk lain.
c. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
d. Bayi lahir prematur.
e. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak memadai,
kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
f. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
g. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan terhirupnya
asap / debu secara berulang-ulang.
h. Sedang terjadi musim hujan.
i. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit
gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Menurut Dewi (2011), keadaan semakin parah jika ditemui gejala berikut :
a. Anak batuk pilek dan tidak mau makan.
b. Nafasnya sesak.
c. Nafasnya cepat.
Infeksi berlanjut, leukosit dan Kurang informasi Ekspansi paru sel goblet MK : Mual, muntah
Kuman patogen mencapai Hipertermi
MK : Intoleransi aktivitas
Gambar 2.1 WOC Pneumonia
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Rales (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (Padila
2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi
saluran pernafasan akut mempunyai jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.
3) Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan
meningkat dan anak biasanya cengeng.
4) Sistem kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.
5) Sistem neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan
kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.
6) Sistem genitourinaria
Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.
7) Sistem digestif
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses
normal.
9) Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Keperawatan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah a. Keluarga a. Infeksi Saluran a. Kaji pengetahuan
bersihan jalan dilakukan dilakukan mampu Pernafasan Akut tentang Infeksi Saluran
nafas berhubungan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan adalah masuknya Pernafasan Akut
dengan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi Infeksi mikroorganisme b. Diskusikan dengan
ketidakmampuan 45 menit keluarga Saluran (bakteri, virus, keluarga tentang
keluarga dalam keluarga mampu Pernafasan Akut riketsi) ke dalam pengertian Infeksi
mengenal masalah mampu mengenal saluran pernapasan Saluran Pernafasan
mengenal masalah yang menimbulkan Akut dengan
masalah Infeksi gejala penyakit yang menggunakan leafleat/
kesehatan Saluran dapat berlangsung lembar balik
tentang Pernafasan sampai 14 hari c. Evaluasi kembali
Infeksi Akut pengertian Infeksi
Saluran Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut pada keluarga
Akut d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
3. Resiko Setelah 1. Setelah Keluarga mampu a. Gizi kurang atau a. Gali pengetahuan
ketidakseimbanga dilakukan dilakukan menjelaskan kurang gizi (sering keluarga tentang gizi
n nutrisi kurang kunjungan kunjungan 1 pengertian gizi kali tersebut kurang
dari kebutuhan sebanyak 5 x x 45 menit kurang, malnutrisi) muncul b. Diskusikan bersama
tubuh 45 keluarga menyebutkan dua akibat asupan energi keluarga tentang
berhubungan menitkeluarga mampu penyebab gizi dan makronutrien pengertian gizi kurang
dengan mampu mengenal, kurang dan yang tidak memadai. c. Jelaskan kepada
ketidakmampuan mengenal, memutuska menyebutkan 2 b. Penyebab gizi keluarga penyebab gizi
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada
sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons)
daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus
menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan
keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini. Jenis
rancangan penelitian deskriptif yang dipakai yaitu rancangan penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas atau institusi, meskipun jumlah subjek cendrung sedikit
namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas (Nursalam, 2015).
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling merupakan
suatu bentuk seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi
yang ada (Alimul, 2012). Cara pemilihan sampel yang dilakukan peneliti
sebagai berikut :
a. Dari 5 orang sampel, yang bertempat tinggal di Simpang Haru 1 orang,
Sawahan 1 orang, Jati Baru 1 orang dan Parak Gadang Timur 2 orang.
b. Peneliti menentukan kriteria dalam pemilihan sampel yaitu :
1) Kriteria Inklusi
a) Balita penderita ISPA dengan pneumonia yang sedang
berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang.
b) Balita yang sedang menderita pneumonia yaitu apabila terdapat
gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah :
Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per
menit atau lebih.
Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas
40 kali per menit atau lebih.
c) Klien yang memiliki alamat lengkap.
d) Keluarga dengan KM I :
Menerima petugas perawatan kesehatan keluarga
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
e) Keluarga dan klien bersedia diberikan asuhan keperawatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,
2013). Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan
atau laporan bulanan puskesmas yang telah tersusun dalam arsip yang
tidak dipublikasikan. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta
jumlah responden sedikit. (Alimul, 2012).
c. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan cara
sistematis untuk menentukan jumlah ukuran atau memberi label pada
objek-objek dan atribut yang dimiliki. (Kusuma, 2015).
d. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
F. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti :
a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang ke
Dinas Kesehatan Kota Padang.
b. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin peneliti dari institusi untuk mendapat surat rekomendasi ke
Puskesmas Andalas Kota Padang.
c. Peneliti mendatangi Puskesmas Andalas Kota Padang dan
menyerahkan surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas
Kota Padang.
d. Peneliti meminta izin ke Kepala Puskesmas Andalas Kota Padang.
e. Peneliti mendatangi KIA Anak untuk mengetahui penderita ISPA
dengan pneumonia pada balita yang sedang berobat ke Puskesmas
Andalas Kota Padang.
f. Peneliti memilih responden.
g. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian.
h. Informed Consent diberikan kepada responden.
i. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya.
j. Responden menandatangani Informed Consent.
k. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengakajian dan
wawancara menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan
keluarga.
l. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe.
m. Peneliti melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi pada
responden, kemuadian peneliti melakukan terminasi.
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
ketidakmampuan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal keluarga dalam mengenal
masalah masalah
DS : DS :
Ibu Y mengatakan An. N Ibu N mengatakan An. A
susah untuk makan, Ibu Y susah untuk makan, Ibu N
mengatakan An. N jika mengatakan jika An. A
makan tidak pernah habis, sedang makan, butuh waktu
Ibu Y mengatakan jika An. yang lama untuk
N sakit, nafsu makannya menghabiskan makannya,
berkurang, An. N Ibu N mengatakan jika An.
mengatakan ia tidak nafsu A sakit, nafsu makannya
makan. berkurang.
DO : DO :
An. N tampak main-main An. A tampak main-main
ketika makan, tampak tidak ketika disuapi oleh ibunya,
menghabiskan makanannya, tampak tidak menghabiskan
konjungtiva tampak anemis, makanannya, konjungtiva
TB : 96 cm, BB : 11 kg dan tampak anemis, TB : 74 cm,
IMT : 11,9 BB : 7 kg dan IMT : 12,8
Intervensi a. Ketidakefektifan bersihan a. Ketidakefektifan bersihan
Keperawatan jalan nafas berhubungan jalan nafas berhubungan
dengan ketidakmampuan dengan ketidakmampuan
anggota keluarga dalam anggota keluarga dalam
merawat anggota merawat anggota
keluarga yang sakit keluarga yang sakit
Tujuan umum : setelah Tujuan umum : setelah
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
keperawatan selama 14 kali keperawatan selama 14 kali
kunjungan, ketidakefektifan kunjungan, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada bersihan jalan nafas pada
An. N menjadi ekeftif. An. A menjadi ekeftif.
Tujuan khusus 1 : Sesuai Tujuan khusus 1 : Sesuai
Tujuankhusus2: Tujuankhusus2:
Mengambil keputusan Mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah untuk mengatasi masalah
ISPAdengan ISPAdengan
mendiskusikan tindakan mendiskusikan tindakan
yang harus dilakukan jika yang harus dilakukan jika
terjadi masalah dalam terjadi masalah dalam
keluarga keluarga
B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
kota Padang yang telah dilakukan sejak tanggal 19 Mei sampai 25 Mei 2017
selama 2 kali kunjungan sehari, maka pada bab pembahasan penulis akan
menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada kedua
partisipan. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merumuskan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem
(P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (E)
berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan menurut
(Friedman, 2010). Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif.
Diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus
mengenai masalah ISPA terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat 4
diagnosa keperawatan, tetapi di kasus terdapat 3 diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan teori, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Hipertermi
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Defisit pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelakasanaan terapi keperawatan keluarga
yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga
(Sudiharto, 2007).
Implementasi dari diagnosa ini sesuai menurut teori yaitu melakukan cuci
tangan 6 langkah. Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu
dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan
pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk
merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan
gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan
imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula
mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa
mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia (Kemenkes RI, 2010).
Rencana tindak lanjut dari evaluasi yang dilakukan adalah kedua partisipan
dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai anjuran, keluarga dapat
melanjutkan demonstrasi pembuatan jeruk nipis hangat, demonstrasi kompres
hangat dan demonstrasi cuci tangan 6 langkah, keluarga dapat berperan sebagai
pendidik dan koordinator dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
anak dan keluarga dapat berperan dalam melanjutkan perawatan kepada anak
dirumah.
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat
dengan teori yang sudah ada. Dimana keluarga mengeluhkan anggota
keluarganya yang sedang mengalami batuk, pilek, demam disertai sesak nafas.
Namun, ada perbedaan pada riwayat ketika lahir dan tata lingkungan keluarga
seperti lingkungan rumah dan kebiasaan keluarga dalam kesehariannya. Hasil
pemeriksaan fisik diperoleh kedua partisipan terlihat sesak nafas, konjungtiva
anemis, kulit terlihat pucat, terlihat lemah dan lesu.
5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien dan keluarga mulai
tanggal 21 Mei 2017, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan catatan perkembangan. Evaluasi yang didapat tingkat kemandirian
kedua partisipan yaitu dari tingkat kemandirian keluarga pertama berubah
menjadi tingkat kemandirian keluarga kedua, keluarga Bpk. M dan Bpk. E
memahami tentang ISPA dan cara meningkatkan nafsu makan anak dengan
pemberian makanan variatif, Ibu Y dan Ibu N dapat mempraktekkan cara
membuat jeruk nipis hangat, kompres hangat dan cuci tangan 6 langkah,
keluarga termotivasi merawat anggota keluarganya, keluarga mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah ISPA, keluarga dapat memodifikasi
lingkungan dan keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah ISPA pada An. N dan An. A.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang
Melalui pimpinan Puskesmas Andalas diharapkan dapat memberikan motivasi
dan bimbingan kepada keluarga agar dapat memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara optimal kepada keluarga dan lebih meningkatkan mutu
pelayanan di komunitas atau di lapangan.
Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.
Indeks.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang :
DKK.
Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. 2010. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi, Buletin Pneumonia.
Jakarta. Diakses 12 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file/buletin-pneumonia.pdf
Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. Diakses :
08 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pd
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Diakses 12
Januari 2017 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri.
Jakarta : EGC.
Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta : EGC.
Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sundari, Siti dkk. 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang Menjadi Faktor Resiko
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan Sains. Diakses
11 Januari 2017 dari http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ISSN: 2338-
9117
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Wahid, Abd & Suprapto Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Anggota IKAPI.
Keterangan :
= pasien
= perempuan
= laki-laki
= tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. M memiliki tipe keluarga inti dimana didalamnya
terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak.
5. Suku
An. N bersuku Caniago karena menurut adat orang Minang, anak
mengikuti suku Ibunya yaitu Caniago dan berkewarganegaraan
Indonesia.
6. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agama Islam.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Bpk. M memiliki penghasilan + 2.000.000. Penghasilan Bpk.
M terkadang tidak tetap tiap bulannya, tergantung pendapatan ikan
Denah Rumah
6 5 4
2
7 3
1
Keterangan :
1 = Pintu Masuk
2 = Pintu Keluar
3 = Ruang Tamu
4 = Kamar 1
5 = Kamar 2
d. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi
Komunikasi antar keluarga yaitu komunikasi terbuka, bahasa yang
digunakan biasanya bahasa minang. An. N juga komunikatif dengan
anggota keluarganya.
2. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga, Bpk. M yang mengatur semua kebutuhan rumah tangga.
Bpk. M juga bertanggug jawab mengambil keputusan dan semua
keluarga akan mematuhi karena Bpk. M sebagai kepala keluarga dan
ayah bagi anak-anaknya.
e. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
2. Fungsi sosialisi
Sosialisasi antar anggota keluarga dan tetangga sekitar cukup baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An. N kurang mampu memahami masalah kesehatan yang
dialaminya, karena An. N yang masih balita.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tindakan kesehatan tidak cukup baik, keluarga kurang berperan
dalam mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang
sedang sakit.
g. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Bpk. M mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
DO:
- An. N tampak batuk dan
pilek
- An. N terlihat sesak saat
bernafas
- Tampak mengeluarkan
ingus dari hidung
- RR : 43 x/i
- Nadi : 98 x/i
- Suhu : 37,9 oC
3. DS : Resiko Ketidakmampuan
- Ibu Y mengatakan An. ketidakseimbangan keluarga dalam
N susah untuk makan nutrisi kurang dari mengenal masalah
- Ibu Y mengatakan An. kebutuhan tubuh
N jika makan tidak
pernah habis
- Ibu Y mengatakan jika
An. N sakit, nafsu
makannya berkurang
- An. N mengatakan ia
tidak nafsu makan
DO :
= pasien
= perempuan
= laki-laki
= tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. E memiliki tipe keluarga inti dimana didalamnya terdiri
dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi
rumah tangga dan anak.
5. Suku
An. A bersuku Sikumbang karena menurut adat orang Minang, anak
mengikuti suku Ibunya yaitu Sikumbang dan berkewarganegaraan
Indonesia.
6. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama Islam.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Bpk. E memiliki penghasilan + 2.600.000. Penghasilan Bpk. E
digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Bpk. E sering mengajak An. A dan istrinya jalan-jalan setiap
sore hari.
c. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Bpk. E merupakan rumah sendiri.
Bentuk rumah keluarga Bpk. E yaitu permanen dengan atap seng, lantai
sudah diplester / disemen. Ukuran rumah 8 m x 6 m. Rumah keluarga
Bpk. E tampak tidak rapi, ventilasi di ruang tamu masih kurang, jendela
berdebu, barang-barang berserakan di ruang tamu seperti baju-baju dan
perabotan lainnya, lantai rumah dari semen yang sudah di keramik, lantai
dapur dari semen dan halaman rumah bersih, sumber air minum keluarga
Bpk. E menggunakan air galon, mandi menggunakan air sumur bercincin
dengan jarak septik tank 5 meter dari sumur. Lingkungan rumah cukup
luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak banyak
debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang
bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar
jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap.
2
4 6
3 5
Keterangan :
1 = Pintu Masuk
2 = Pintu Keluar
3 = Kamar Tidur 1
4 = Kamar Tidur 2
5 = Ruang Tamu
6 = Dapur/Ruang Makan
2. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW
Lingkungan An. A tinggal terbilang cukup padat karena rumah dempet-
dempet antara rumah satu dengan yang lainnya. Masyarakat tempat An. A
terilihat rukun.
3. Mobilisasi geografis keluarga
Keluarga Bpk. E menetap tinggal dirumah yang telah dimilikinya sendiri.
4. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Keluarga Bpk. E biasanya berkumpul setiap lebaran, interaksi dengan
tetangga cukup baik, tetangga sering berkunjung ke rumah untuk
mengobrol.
5. Sistem pendukung keluarga
Sistem pendukung keluarga adalah Bpk. E dan Ibu N dimana mereka
bertindak sebagai orangtua dari An. A. Kemudian An. A juga
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari kedua
orangtuanya.
e. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
2. Fungsi sosialisi
Sosialisasi antar anggota keluarga dan tetangga sekitar cukup baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An. A kurang mampu memahami masalah kesehatan yang dialaminya,
karena An. A yang masih balita.
g. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Bpk. E mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
ANALISA DATA
DO:
- An. A tampak batuk dan
pilek
- An. A terlihat sesak saat
bernafas
- Tampak mengeluarkan
ingus dari hidung
- RR : 45 x/i
- Nadi : 97 x/i
o
- Suhu : 38 C
3. DS : Resiko Ketidakmampuan
- Ibu N mengatakan An. ketidakseimbangan keluarga dalam
A susah untuk makan nutrisi kurang dari mengenal masalah
- Ibu N mengatakan jika kebutuhan tubuh
An. A sedang makan,
butuh waktu yang lama
untuk menghabiskan
makannya
- Ibu N mengatakan jika
An. A sakit, nafsu
makannya berkurang
DO :