Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah
sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada
pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan
kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan
keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring
dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Sejarah evidence base pada tahun 1970 ketika archie Cochrane menegaskan
perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah
(scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence
base, diantaranya evidence base medicine (EBM), evidence base practice in nursing
(EBPN), dan evidence base practice (EBP).
1
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini tentunya diperlukan hal-hal yang dapat
menjamin mutu suatu praktek keperawataan berbasis bukti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Penjaminan mutu dalam praktek keperawatan neurosains
berbasis bukti?
2. Apa tujuan mengetahui Penjaminan mutu dalam praktek keperawatan
neurosains berbasis bukti?
3. Apa saja metode yang bisa diterapkan untuk Penjaminan mutu dalam praktek
keperawatan neurosains berbasis bukti?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Penjaminan mutu dalam praktek
keperawatan neurosains berbasis bukti
2. Untuk mengetahui tujuan dalam Penjaminan mutu dalam praktek keperawatan
neurosains berbasis bukti
3. Untuk mengetahui metode yang dapat diterapkan dalam Penjaminan mutu
dalam praktek keperawatan neurosains berbasis bukti
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a) Jaminan Mutu (Quality Assurance, QA)
b) Peningkatan Mutu Berkelanjutan (Continuous Quality Improvement, CQI)
c) Perbaikan sistem (System Improvement)
Hingga saat ini teknik dan praktik yang digunakan untuk memperbaiki system layanan
kesehatan di seluruh Indonesia adalah QA dan CQI.
4
8) Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide – ide baru.
9) Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan hasil kinerja
perawat untuk pengembangan karir. (Ayun,2014)
5
Manfaat penerapan PJM
Institusi pelayanan kesehatan yang mengembangkan PJM secara konsisten
dan berkelanjutan akan mendapat manfaat :
1) Meningkatnya efektivitas pelayanan kesehatan tersebut
2) Terjaminnya efisiensi manajemen pelayanan kesehatan
3) Masyarakat menerima produk jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhannya
4) Para petugas kesehatan akan terlindungi jika terjadi gugatan hukum.
6
• Ketepatan waktu pelayanan, termasuk didalamnya waktu untuk menunggu
selama transaksi maupun proses pembayaran.
• Akurasi pelayanan, yaitu meminimalkan kesalahan dalam pelayanan maupun
transaksi.
• Sopan santun dan keramahan ketika memberikan pelayanan.
• Kemudahan mendapatkan pelayanan, yaitu seperti tersedianya sumber daya
manusia untuk membantu melayani konsumen, serta fasilitas pendukung
seperti komputer untuk mencari ketersediaan suatu produk.
• Kenyaman konsumen, yaitu seperti lokasi, tempat parkir, ruang tunggu yang
nyaman, aspek kebersihan, ketersediaan informasi, dan lain sebagainya
7
e. Empati
Empati adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi kepada
pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen secara
akurat dan spesifik.
8
(1) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa perbaikan tidak
dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada;
(2) variasi atau variabilitas kinerja manusia, variasi/variabilitas (keragaman)
kinerja/kemampuan dari setiap anggota merupakan bagian yang wajar dari
setiap sistem organisasi. Maksudnya, setiap perbedaan yang terjadi dikaji,
kemudian ditetapkan langkah/kebijakan yang paling sesuai untuk diterapkan.
Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.
d. Perbaikan yang berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis
dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang
berlaku disini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze), yang terdiri
dari langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap
hasil yang diperoleh.
9
operasi, dan pemasaran) secara terpadu dan sinergi untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Siklus Deming adalah model perbaikan
berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri
atas empat komponen utama secara berurutan yang dikenal dengan siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Act)
b. Metode Joseph M. Juran
Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok / sesuai untuk digunakan (fitness
for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa harus
dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Satu kontribusi
Juran yang paling terkenal adalah Juran’s Three Basic Steps to Progress,
diantaranya :
• Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak.
• Mengadakan program pelatihan secara luas. c.Membentuk komitmen dan
kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
c. Metode Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan.
Dalil manajemen kualitas menurut Crosby adalah sebagai berikut :
• Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan. Pada awalnya
kualitas diterjemahkan sebagai tingkat kebagusan atau kebaikan
(goodness). Definisi ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan
secara spesifik baik/bagus itu bagaimana. Definisi kualitas menurut
Corsby adalah mememnuhi atau sama dengan persyaratan
(conformance to requirements). Kurang sedikit saja dari persyaratannya
maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan
tersebut dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan
organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi, serta pasar
atau persaingan.
• Sistem Kualitas adalah pencegahan pada masa lalu, sistem kualitas
adalah penilaian (appraisal). Suatu produk dinilai pada akhir proses.
Penilaian akhir ini hanya menyatakan bahwa apabila baik, maka akan
diserahkan kepada distributor, sedangkan bila buruk akan disingkirkan.
10
Penilaian seperti ini tidak menyelesaikan masalah, karena yang buruk
akan selalu ada. Maka dari itu, sebaiknya dilakukan pencegahan dari
awa sehingga outputnya dijamin bagus serta hemat biaya dan waktu.
Dalam hal ini dikenal the law of tens, bila kita menemukan suatu
kesalahan di awal proses, biayanya hanya satu rupiah. Akan tetapi, bila
ditemukan di proses kedua, maka biayanya menjadi 10 rupiah. Atas
dasar itulah sistem kualitas menurut Corsby merupakan pencegahan.
• Kerusakan Nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus
digunakan
Konsep yang berlaku di masa lalu, yaitu konsep mendekati (close
enough concept), misalnya efisiensi mesin mendekati 95 persen.
Namun, coba dihitung berapa besarnya inefisiensi 5 persen bila
dikalikan dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka baru
disadari besar sekali nilainya. Orang sering terjebak dengan nilai
persentase, sehingga Crosby mengajukan konsep kerusakan nol, yang
menurutnya dapat tercapai bila perusahaan melakukan sesuatu dengan
benar sejak pertama proses dan setiap proses.
11
yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten
12
pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek
keperawatan telah di jabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesi)
(2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi: (1)
Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi; (5)
Evaluasi.
13
d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
14
c) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.
d) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
15
konsumen. Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit/keperawatan tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang
baik.
16
8. Orientasi pelayanan. Seiring terjadi benturan nilai, di salah stu pihak masih
kuatnya nilai masyarakat secara umum bahwa rumah sakit adalah institusi yang
mengutamakan fungsi sosial. Sedangkan dipihak lain, etos para
pemodal/investor dalam dan luar negeri yang menganggap rumah sakit adalah
idustri dan bisnis jasa, sehingga orientasi mencari laba merupakan sesuatu yang
abash.
9. Orientasi bisnis dapat besar dampak positifnya bila potensial negative dapat
dikendalikan. Misalnya, tindakan medis berlebihan dan sebenarnya tidak
bermanfaat bagi pasien menciptakan peluang terjadinya manipulasi pasien demi
keuntungan finansial bagi pemberi layanan kesehatan. Perlu mekanisme
pembinaan etis yang mengimbangi dua sistem nilai yang dapat bertentangan,
yaitu antara fungsi sosial dan fungsi bisnis.
17
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi :
1) Angka infeksi nosocomial: 1-2%
2) Angka kematian kasar: 3-4%
3) Kematian pasca bedah: 1-2%
4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal: 1/5000
8) PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1) Biaya per unit untuk rawat jalan
2) Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4) BOR (Bed Occupancy Ratio): 70-85%
5) BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
6) TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari tempat tidur kosong
7) LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial, gawat
darurat, tingkat kontaminasi dalam darah, tingkat kesalahan, dan
kepuasan pasien)
8) Normal tissue removal rate: 10%
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan
jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca di koran, surat
kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas :
1) Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS
denga nasal pasien
2) Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan
dan jumlah kunjungan SMF (Staf Medis Fungsional) spesialis
3) Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar
tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika
18
bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya di
rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak
manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF
dan staf lainnya yang terkait.
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
1) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
2) Pasien siberi obat salah
3) Tidak ada obat/alat emergensi
4) Tidak ada oksigen
5) Tidak ada suction (penyedot lendir)
6) Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7) Pemakaian obat
8) Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain
19
6. Membantu manajer karena masalah dapat timbul bila manajer tidak cermat
mengendalikan aktivitasnya. Auditor internal pada umumnya dapat
menemukan masalah tersebut dan memberikan rekomendasi perbaikannya.
I. Kepuasan Pelanggan
Pembeli atau pengguna jasa memutuskan memeberikan suatu penilaian
terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar itu. Apakah pembeli puas
setelah membelanjakan tergantug kepada penampilan yang ditawarkan dalam
hubungannya dengan harapan pembeli. Philip Kotler dalam bukunya “Marketing
Management”, memberikan definisi tentang kepuasan pelanggan (custumer
satisfaction) : “Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang
dirasakan dalam hubungannya dengan arapan seseorang”.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
1) Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali
datang
2) Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang dapat
diharapkan
3) Prosedur perjanjian
4) Waktu tunggu
5) Fasilitas umum yang tersedia
6) Fasilitas perhotelan untuk pasien seerti mutu makanan, privacy, dan pengaturan
kunjungan
7) Outcome terapi dan perawatan yang diterima.
Adapun kepuasan pelanggan atau kepuasan sepenuhnya menurut JUSE
didefinisikan sebagai “mutu besar atau mutu luas (Big quality atau Brood
Quality)”, yang dapat diuraikan seperti gambar berikut :
20
Sumber : Buku Manajemen mutu pelayanan kesehatan vol. 1
21
pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut
(Ingersoll G, 2000).
22
2. Model IOWA
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN,
Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai
focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu
organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf
perawat, dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan
dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi
dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya
perubahan . kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi.
Pendekatan EBP model IOWA dari perspektif organisasi dan menggunakan
berbagai evidence dengan fokus pada evaluasi dan menerapkan EBP untuk
meningkatkan proses perawatan. (Eizenberg,2010)
23
2) Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan
mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3) Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam
penggunaan EBP.
4) Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5) Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas
praktek, penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6) Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan
evaluasi yang berkelanjutan.
7) Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi,
observasi pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang
diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik,
sex, usia, kultur dan status kesehatan.
24
3) Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
4) Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
5) Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk menjadi
penelitian terbaru
6) Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu
pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang
diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun
masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Secara sederhana proses kendali
mutu (Quality Control) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu, selanjutnya
mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang
telah ditetapkan. Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan
peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya.
26
SKENARIO ROLE PLAY
Pada suatu hari Ny. A datang ke RS. Harapan Bunda dengan keluhan nyeri
dibagian perut. Sesampainya di RS Ny. A diperiksa oleh dokter, dan dokter memutuskan
Ny.A harus di rawat inap.
( DI KAMAR RAWAT )
Perawat datang menghampiri Ny.A untuk melakukan pengkajian dan pemeriksaan.
Perawat : selamat pagi bu
Ny. A : pagi suster
Perawat : Ibu, perkenalkan saya perawat A yang dinas pada pagi hari ini. Jadi, nanti
jika ibu memerlukan bantuan ibu tinggal tekan bel nya ya bu
Ny. A : iyaa suster
Perawat : sekarang yang dirasakan apa bu ?
Ny. A : kepala saya psuing banget sus, perut saya nyeri sus, kalau makan mual
Perawat : nyeri dibagian mana nya bu ?
Ny. A : (menunjukkan bagian perutnya yang sakit)
Perawat : rasa nyeri nya seperti apa bu ?
Ny. A : seperti ditusuk-tusuk sus
Perawat : yasudah, sekarang kalau saya berikan angka dari 1-10 , nyeri yang ibu
rasakan saat ini ada di angka berapa ?
Ny. A : 7 sus (sambil meringis)
Perawat : yasudah kalau begitu, ibu saya kompres air hangat ya untuk mengurangi
nyerinya
Ny. A : tapi beneran bisa hilang sus nyerinya?
Perawat : kalau untuk menghilangkan mungkin tidak, tapi kalau untuk mengurangi
rasa
27
Nyerinya iyaa bu, menurut penelitian juga kan terapi panas secara terus
menerus langsung dikulit terbukti lebih aman dan efektif untuk
penanganan nyeri, karena pada saat perut ibu terkompres air hangat
pembuluh darah akan melebar sehingga otot-otot diperut ibu akan
mengalami relaksasi. Nanti kita bantu juga dengan teknik napas dalam ya
bu
Ny. A : yasudah kalau gitu sus
Perawat : yaudah kalau gitu saya persiapkan alat-alatnya terlebih dahulu ya bu
Perawat mengompres perut Ny.A dengan baik, sehingga nyeri perut yang dialami
oleh
Ny. A perlahan berkurang.
Perawat : Ibu, saya sudah selesai melakukan teknik kompres hangat untuk
mengurangi
nyeri pada perut ibu. Sekarang apa yang ibu rasakan setelah saya kompres
?
Ny. A : Agak lebih rileks sih sus, tidak sesakit tadi.
Perawat : yasudah kalau begitu, saya tinggal ya bu. Nanti akan ada perawat yang
memberikan obat untuk membantu memulihkan sakit ibu. Istirahat ya bu
Ny. A : Iyaa sus, terima kasih banyak
Perawat1 pergi meninggalkan Ny.A dan tidak lama kemudian perawat2 datang
untuk memberikan obat ke pasien. Namun sebelumnya perawat 2 mengecek rekam medis
pasien dan menyesuaikan dengan obat yang akan diberikan kepada pasien. Setelah itu,
perawat 2 mengkonfirmasi kembali identitas pasien secara langsung kepada pasien.
Perawat2 : selamat pagi bu, perkenalkan saya perawat Vira yang dinas pada pagi hari
ini.
Ny. A : iyaa sus, pagii
Perawat : Ibu bisa sebutkan namanya lengkapnya?
Ny. A : Nama saya Tyas Puspita Ratna
Perawat : baik ibu, sekarang bisa sebutkan tanggal lahirnya ?
28
Ny. A : 20 desember 1987
Perawat : baik kalau begitu, ibu disini saya akan memberikan obat untuk
mengurangi keluhan mual dan nyeri yang ibu rasakan.
Ny. A : baik sus, kalau boleh tau kenapa sebelum memberikan obat suster bertanya
nama
saya ya sus, bukannya suster sudah tau nama saya ?
Perawat : jadi sebelumnya saya bertanya nama ibu untuk memastikan bahwa obat
yang
akan saya berikan itu benar saya berikan kepada pasien yang tepat. Proses
tersebut merupakan proses identifikasi pasien untuk menjamin mutu
pelayanan kami sehingga tidak ada pasien yang mendapatkan obat yang
salah dan mutu kami pun akan tetap terjaga.
Ny. A : oh begitu sus
Perawat : iyaaa ibu seperti itu, sekarang ibu minum obat asetaminofen untuk
penghilang
nyeri dan domperidone untuk penghilang mualnya ya bu
Ny. A : iyaaa sus (sambil minum obat )
Perawat : nah ibu, saya sudah selesai memberikan obat nya. Sekrang ibu istirahat
yaa.
Tetap makan sedikit tapi sering supaya asupan nutrisi ibu terpenuhi.
Jangan lupa
untuk selalu minum air putih hangat ya bu.
Ny. A : baik suster terima kasih banyak ya. Saya seneng banget disini, perawatnya
baik-
baik dan ramah sekali.
Perawat : Iyaa ibu, Alhamdulillah kalo ibu merasa senang. Itu memang sudah
menjadi
tugas dan tanggung jawab kami sebagai perawat. Dan juga itu semua
untuk
tetap menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan kami.
Ny. A : oh begitu ya sus
Perawat : iyaa bu, yasudah kalau begitu saya tinggal dulu ya.
29
Setelah perawat selesai memberikan pelayanan dan keadaan pasien semakin
membaik, perawat memberikan kuisioner untuk menilai kepuasan pelanggan terhadap
mutu pelayanan yang diberikan.
Perawat : Ibu, karna kondisi sudah membaik dan dokter sudah memperbolehkan ibu
pulang, sebelumnya ibu harus mengisi kuisioner mutu pelayanan agar
kami tahu seberapa baik pelayanan yang sudah diberikan terhadap ibu,
serta untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kami.
Ny. A : baik sus, saya akan isi.
Perawat : iya bu, nanti kalo sudah diisi ibu/keluarga bisa memberikannya ke nurse
station.
Permisi bu.
Ny. A : iya sus
30
Daftar Pustaka
Ayun, Q., 2014. Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu dan Audit
Keperawatan. SlideShare, p.24. Available at: http://www.slideshare.net/ayunannaim/audit-
mutu. Diakses pada Sabtu 13 April 2019
Buchbinder, Sharon B. 2014. Buku Ajar Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta. EGC
Ingersoll G. 2000. Evidence Based Nursing: what it is and isn’t Nurse Outlook.
https://www.academia.edu/15628741/KONSEP_EVIDENCE_BASED_PRACTICE_AGU
S_PUTRADANA?auto=download. Diakses pada Senin, 15 April 2019
Munijaya, A. A. 2012 Gde.Manajemen Mutu pelayanan kesehatan.Jakarta.Penerbit buku
kedokteran EGC.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta. Salemba Medika
Suryadi, T., 2009. Pengertian dan Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan.
Scribd. Available at: https://www.scribd.com/doc/17381263/Pengertian-Dan-Pelaksanaan-
Mutu-Pelayanan-Kesehatan Diakses pada Sabtu 13 April 2019
31