Vous êtes sur la page 1sur 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. J.

R DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSYARAFAN MENINGITIS: CEREBRAL PALSY DI RUANG POLI TUMBUH
KEMBANG RUMAH SAKIT UMUM PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

Disusun Oleh:

SURIYANI MUHAMMAD S.KEP

1804027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH MANADO
2019
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN SEREBRAL PALSY
1. Pengertian
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,
disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum
dan kelainan mental (Kowalak, 2011 ).
Cerebral Palsy adalah salah satu gejala sisa yang cukup banyak dijumpai. IstilahCerebral
Palsy (CP) pertama kali dikemukakan oleh Phelps. Cerebral: yang berhubungan dengan
otak; Palsy ketidaksempurnaan fungsi otot. Dalam kepustakaan, CP sering juga disebut
diplegia spastik, tetapi nama ini kurang tepat, sebab CP tidak hanya bermanifestasi spastik dan
mengenai 2 anggota gerak saja, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk lain dan dapat
mengenai ke 4 anggota gerak. Nama lain ialah : Little’s disease, oleh karena dokter John
Littleadalah orang yang pertama pada pertengahan abad ke 19 menguraikan gambaran klinik
CP.
2. Etiologi
Menurut Wong (2010), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu prenatal,
perinatal, dan pascanatal :
a. Pranatal: Pelekatan plasenta yang abnormal Anoxia.
b. Perinatal: Oksigenasi otak yang tidak cukup, Kelahiran multiple, Kelahiran premature.
c. Childhood: meningitis, injury otak, toxin.
3. Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia merupakan penyebab yang berarti
dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf
nuclei cranial. Secara umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis
dengan retardasi mental ( Wong’s, 2010).
4. Tanda dan Gejala
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski
yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam
keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu
tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi,
fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga
posisi ibu jari melintang di telapak tangan.
Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan
telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya.
Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung
kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat
anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/
hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah
kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/
tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.
Golongan spastitis ini meliputi / 3 – ¾ penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis
tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/ Monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya.
2) Hemiplegia/ Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
3) Diplegia/ Diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan.
4) Tetraplegia/ Tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan
dengan tungkai.
b. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti
kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1
tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring
tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa
otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi
yang khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di
batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
c. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya
(involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul
kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul
juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat
atau ikterus kern pada masa neonatus.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan
perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk.
Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak
diserebelum.
e. Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi
nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
f. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan
sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit
membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia
yang berat dapat terjadi katarak.
h. Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini
mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
i. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas,
atau campuran.
j. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
k. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup
tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada
umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang
menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami
kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter.
Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental
akan dapat dipengaruhi secara positif.
Komplikasi
 Ataksi
 Katarak
 Hidrosepalus
 Retardasi Mental
IQ di bwh 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah nya, dengan suatu ketegangan
[menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
 Strain/ ketegangan
Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
 Pinggul Keseleo/ Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
 Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
 Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
 Gangguan visual
Bermata juling, terutama pada anak-anak prematur dan quadriplegia.
 Kesukaran btuk bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan
emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
 Lateralisasi
Dominan pada anak [sebelum/di depan] [yang] normal nya dan yang di / terpengaruh oleh
gejala hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat
bicara
 Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
 Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.
5. Penatalaksanaan
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik
dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli
ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa
dan orangtua pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan
dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau
tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
c. Tindakan beda
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot,
tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada
pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin banyak gejala
penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju
ada tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini.
e. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko. Jika telah diketahui bayi lahir
dengan resiko terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi
kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal supaya
segera dibawa konsultasi ke dokter.
f. Occupational therapy
Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki
kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum
dan keterampilan lainnya.
g. Speech therapy
Diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI SEREBRAL PALSY

ANALISA DATA

No Data Analisis Data Masalah


1. Subyektif :  Cerebral Palsy Gangguan
Anak menangis dan rewel  Kerusakan nervus persepsi sensori
Obyektif : okulomotorius visual
Pergerakan bola mata tidak  Strabismus
simetris
2. Subyektif :  Cerebral palsy Kerusakan
Anak menangis dan rewel  Kerusakan pada mobilitas fisik
Obyektif : saraf
 Gangguan saraf motorik musculoskeletal
 Gangguan pergerakan  Kelumpuhan
ekstremitas kanan ekstremitas kanan
 Hemiplegi kanan

3. Subyektif :  Cerebral Palsy Gangguan


Anak tampak sulit berkata-  Kecacatan tumbuh kembang
kata multifaset
Obyektif :  Gangguan tumbuh
Klien tidak mampu kembang
merespon pertanyaan
pemeriksa

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kecacatan multifaset

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus
Tujuan :
 meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
 mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhdap perubahan
 mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Kriteria Hasil :
 peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
 klien memahami dengan gangguan sensori yang dialami dan dapat beradaptasi
 bahaya disekitar klien terminimalisir

No Intervensi Rasional
1. Tentukan ketajaman Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
penglihatan, apakah satu atau bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi
kedua mata terlibat lambat dan progresif.
2. Orientasikan pasien terhadap Memberikan peningkatan kenyamanan dan
lingkungan, staf, orang lain kekeluargaan, menurunkan cemas dan
diareanya disorientasi pascaoperasi
3. Observasi tanda-tanda dan Mengurangi resiko bingung/jatuh karena
gejala disorientasi, gangguan persepsi
pertahankan pagar tempat
tidur sampai benar-benar
pulih.
4. Letakkan barang yang Memungkinkan pasien melihat objek lebih
dibutuhkan/posisi bel mudah dan memudahkan panggilan untuk
pemanggil dalam jangkauan pertolongan bila diperlukan
pada sisi yang tak dioperasi.

2. Diagnosa keperawatan: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan


NOC
 Tujuan :
setelah dilakukan edukasi, diharapkan orang tua mampu melakukan dan melatih pergerakan
otot kasar dan halus seperti yang sudah diajarkan
 Kriteria Hasil :
Mampu memeprtahankan posisi yang optimal dan meningkatkan kekuatan serta fungsi
bagian tubuh yang terganggu
No. Intervensi ( NIC ) Rasional
1. Beri edukasi pada orang tua untuk Untuk melatih pergerakan otot- otot
melatih berdiri secara bertahap
2. Berian edukasi untuk asupan nutrisi Untuk membantu proses penyembuhan
anak
3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Untuk proses penyembuhan dan
perkembangan
3. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kecacatan multifaset
NOC
 Tujuan: setelah dilakukan edukasi diharapkan orang tua mampu melatih bicara anak, cara
berkomunikasi dan menjelaskan kepada anak untuk mampu memahami kata-kata seperti
yang sudah diajaran
 Kriteria Hasil :
Anak mampu mengucapkan kata perkata dengan jelas dan anak mampu menyebut kata-kata
dengan baik dan benar
NO Intervensi Rasional
1.  Berikan edukasi kepada orang tua dan  Agar anak mudah memahami kata-
keluarga agar sering memperhatikan dan kata dengan baik
mengajarkan anaknya berbicara dengan  Membantu proses penyembuhan
kata-kata yang mudah dipahami anak
2.  Edukasi keoada orang tua untuk
membawa anaknya ke tempat yang ramai
dan bermain dengan teman sebayanya
3.  Kolaborasi ke bagian rehabilitasi untuk
progrsm latihan
DAFTAR PUSTAKA

Berker, Nadire. 2005. The Help Guide To Cerebral palsy.Turkey: Mosly Elsevier. Carpernito, L. J.
2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan; alih bahasa indonesia, Kusrini Semarwati Kadar.
Edisi 10 Jakarta: EGC
Donna L. Wong. 2004. Pedoman KlinisKeperawatan Pediatrik; alih bahasa Indonesia, Sari
kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC
Gunardi, Hartono. 2011. Buku Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia Herdman,
T. H. 2012. Diagnosis keperawatan: Nursing Diagnosis: Definition & Clasification; alih
bahasa Indonesia, Sumarwati, Made. Jakarta: EGC
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Laurent, Su. 2011. Ensiklopedia
Perkembangan Bayi. Jakarta: Esensi Marmi,
Kukuh raharjo. 2012. Asuhan neonates bayi, balita, dan anak prasekolah. Yogyakarta: pustaka
pelajar Mawan. 2012. Karya Tulis Ilmiah Kejang demam. http://mawansehat10.blogspot.com.
Diakses pada 21 juni 2013. 6.40
NANDA. 2010. Diagnosa Nanda: Definisi dan klasifikasi. Philadelphia: USA Schwartz, M. W.
2005. Pedoman klinis pediatric. alih bahasa Indonesia, Dewi Asih mahanani, Natalia Susi.
Jakarta: EGC
Setiadi. 2012. Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan praktek.
Yogyakarta: Graha ilmu Suriadi dan Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta: Sagung Seto
Wikinson, Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil: NOC; alih bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Edidsi revisi. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi