Vous êtes sur la page 1sur 8

HASIL LAPORAN PRATIKUM KIMIA

Memperkirakan pH Larutan dengan Beberapa


Indikator
KELOMPOK

Disusun Oleh :

1. Diah Dwi Fitriani

2. M. Septian Pratama

3. Syusella Kalvi Handika

4. Tri Ulfa Amelda

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

DINAS PENDIDIKAN

SMA UNGGUL NEGERI 4 LAHAT

TAHUN AJARAN 2014/2015

Akreditasi A
Jl. Raya Tanjung Payang Kec. Lahat Kab. Lahat Telp. (0731) 326660

Website : www.sman4lahat .sch.id E-mail : tatausaha@sman4lahat.sch.id


Kegiatan 5.2
I. Judul
Memperkirakan pH Larutan dengan Beberapa Indikator.

II. Tujuan
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa.

III. Tempat dan waktu


Laboraturium Kimia. Rabu, 21 Januari 2015

IV. Landasan Teori


Teori Asam Basa Arrhenius

Sejak beabad-abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan


basa berdasarkan sifat larutannya. Larutan asam mempunyai rasa masam
dan bersifat korosif (merusak logam, marmer dan berbagai bahan lain),
sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin, seperti
bersabun).Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan
yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante August
Arrhenius (1859-1927) pada tahun 1884.

Teori Asam

Svante Arrhenius mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat


yang bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilakn ion hidronium (H).
Ion H adalah ion pembawa sifat asam. Rumus umumnya adalah sebagai
berikut :
HX → H + X

Larutan Asam

Rasanya Masam

Kertas lakmus biru  merah

Bersifat korosif

Terdiri dari ion H+ dan OH- sisa asam

H+ > OH-
Contoh :
HCl → H + Cl
Tidak semua senyawa hanya dapat melepaskan satu ion H seperti contoh
diatas, tetapi banyak senyawa lain yang dapat melepaskan ion H lebih dari
satu. Banyaknya ion H yang dapat dilepaskan oleh asam tersebut
dinamakan valensi asam. Sedangkan ionn negatife yang terbentuk dari
asam setelah melepas ion Hdisebut ion sisa asam.

Contoh :
HSO → 2H + SO

Berdasarkan jumlah atom H yang diikat, senyawa asam dikelompokkan


menjadi tiga, yaitu:

1) Asam monoprotik, yaitu asam yang setiap molekulnya hanya dapat


memberikan/menghasilkan satu ion H.

2) Asam diprotik, yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat


memberikan/menghasilkan dua ion H.

3) Asam tripotik. Yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat


memberikan/menghasilkan tiga ion H.

Teori Basa

Svante Arrhenius mengemukakan bahwa basa adalah suatu senyawa yang


bila dilarutkan kedalam air dapat menghasilkan ion-ion OH. Ion OH
adalah ion pembawa sifat basa. Rumus umumnya:

Contoh:
KOH → K + OH
NaOH → Na + OH

Berdasarksan jumlah gugus OH yang diikat, senyawa basa dikelompokkan


menjadi tiga yaitu:

1) Basa monohidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki satu


gugus OH.
Contoh: NaOH, KOH, NHOH

2) Basa dihidroksida, yaitu senyawa yang memiliki dua gugus OH


Contoh: Mg(OH) , Ca(OH) , Sr (OH) , Ba (OH)
3) Basa trihidoksida, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus
OH.
Contoh: Al(OH) , Fe(OH) .
Jumlah ion OH yang dilepaskan oleh basa disebut valensi basa.
Contoh: M(OH) → M+ xO

Larutan Basa

Rasanya pahit

Lakmus merah  biru

Bersifat kaustik

Terdiri dari ion OH- dan ion positif logam

OH- > H+

Derajat Keasaman (pH)


Kesamaan suatu larutan disebabkan adanya ion H. konsentrasi ion
hidronium [H] dalam lariutan encer umumnya sangat rendah, tetapi sangat
menentukan sifat-sifat larutan, terutama larutan dalam air. Telah
disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah ion H. Jadi, derajat tingkat
keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion H dalam larutan.
Semakin besar konsentrasi ion H maka semakin asam larutan.
pH = – log [H].
pH merupakan fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion Hdalam suau
larutan. Jadi, pH suatu larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman
suatu larutan.
Dengan analogi yang sama, untuk menentukan harga konsentrasi OH
dapat digunakan rumus harga pOH.
pOH = – log [OH ] atau [OH ] = 10
skala pH
larutan bersifat netral : [H] = [OH ] ; pH = 7
larutan bersifat asam : [H] > [OH ] ; pH < 7 larutan bersifat basa : [H] <
[OH ] ; pH > 7

 Hubungan tingkat keasaman dengan pH


pH sebagai parameter untuk menyatakan tingkat keasaman. Namun
demikian, perlu diperhatikan bahwa tingkat keasaman berbanding terbalik
dengan nilai pH. Artinya, semakin asam larutan, maka semakin kecil nilai
pHnya, dan sebaliknya. Hal itu terjadi karena pH dan konsentrasi ion H di
hubungkan dengan tanda negatif. Ssselanjutnya, karena bilangan dasar,
logaritma adalah 10 maka larutan yang nilai pHnya berbeda sebesar n
mempunyai perbedaan konsentrasi ion H sebesar 10.
Identifikasi PH suatu larutan dapat menggunakan 4 cara yaitu :
1. Indikator tunggal
a) Identifikasi dengan Kertas Lakmus
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa dan larutan
bersifat netral berbeda. Ada dua macam kertas lakmus,yaitu lakmus
merah dan lakmus biru. Sifat dari masing-masing kertas lakmus
tersebut adalah sebagai berikut.
- Lakmus merah
Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam
larutan basa berwarna biru. (Ph = 7 – 14).
- Lakmus biru
Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam
larutan basa berwarna biru.(Ph = 0 – 7).
- Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah
warna.
2. Indikator alami, menggunakan tumbukan wortel, bunga sepatu, dll.
3. Indikator universal
4. PH meter

Johanes T. Brursted dan Thomas M. Lowry mengemukakan bahwa


“ asam = spesi yang dapat memberikan (donor) ion H +. Basa = spesi yang
dapat menerima (akseptor) ion H+.” jadi reaksinya dapat dirumuskan
sebagai berikut :
H+donor asam + H+ akseptor asam <--> H+akseptor asam + H+ donor
asam.
Gilbert N. Lewis mengemukakan bahwa “ asam adalah spesi yang
bertindak sebagai akseptor electron. Basa adalah spesi yang bertindak
sebagai donor electron”

V. Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan

Tabung 16 buah Kertas lakmus merah dan biru


reaksi

Rak tabung 1 buah Larutan A, B, C, D


reaksi

Pipet tetes 1 buah Metil merah (MM)

Metil jingga (MO)


Bromtinol Biru (BTB)

Fenolftalein (PP)

VI. Cara Kerja


a. Ambilah sepotong kertas lakmus merah dan biru, kemudian tetesi
kertas lakmus tersebut dengan larutan A, catat warna yang terjadi.

b. Sediakan 4 tabung reaksi dan isikan pada setiap tabung 3 mL


larutan A pada setiap tabung. Tambahkan larutan indkator berikut
pada :

 Tabung 1 dengan metil jingga (2 tetes)

 Tabung 2 dengan metil merah (2 tetes)

 Tabung 3 dengan BTB (1 tetes)

 Tabung 4 dengan PP (2 tetes)

c. Catat perubahan yang terjadi pada tabel pengamatan

d. Lakukan percobaan seperti di atas terhadap larutan – larutan yang


lain.

VII. Hasil Pengamatan


No. Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru Perkiraan pH

1. A M M Asam, pH < 7

2. B B B Basa, pH > 7

3. C M B Netral, pH = 7

4. D M B Netral, pH = 7
No. Larutan MO MM BTB PP Perkiraan
pH

Warna Merah Merah Biru Tidak


indikator Berwarna
1. A pH < 3.1
pH pH < 3.1 pH < 4.4 pH > 7.6 pH < 8.3

Warna Kuning Kuning Biru Ungu


indikator
2. B pH > 10.0
pH pH > 4.4 pH > 6.2 pH > 7.6 pH >10.0

Warna Kuning Kuning Biru Tidak


indikator Berwarna
3. C 6.2<pH<7.6
pH pH > 4.4 pH > 6.2 pH > 7.6 pH < 8.3

Warna Kuning Kuning Biru Tidak


indikator Berwarna
4. D 6.2<pH<7.6
pH pH > 4.4 pH > 6.2 pH > 7.6 pH < 8.3

VIII. Kesimpulan
- Larutan yang bersifat Asam yaitu : Larutan A
- Larutan yang bersifat Basa yaitu : Larutan B
- Larutan yang bersifat Netral yaitu : C dan D

IX. Saran
Dari praktikum kali ini juga kami dapat mengambil pelajaran mengenai
prosedur kerja ketika praktikum di laboratorium, diantaranya yaitu :
1. alat yang kita gunakan ketika praktikum harus benar-benar bersih dan
kering untuk meminimalisir kesalahan ketika praktikum;
2. ketika mengambil sampel larutan harus hati-hati untuk mencegah
terkontaminasinya larutan yang telah di ambil di plat tetes sebelumnya;
3. tangan yang digunakan ketika memasukkan kertas lakmus ke dalam
sampel larutan haruslah kering dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA
 Michael Purba. 2006. Kimia untuk kelas XI Semester 1. Jakarta.
Penerbit Erlangga
 Unggul sudarmo. 2013. Kimia untuk kelas XI kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta. Penerbit
Erlangga

Vous aimerez peut-être aussi