Vous êtes sur la page 1sur 12

4

Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre
Drug Abused Victims Prevention
through Sibolangit Rehabilitation Centre

Setyo Sumarno
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jln. Dewi Sartika No. 200 Cawang III, Jakarta Timur, Telp 021-8017146. HP. +6208161974359.
E-mail: setyosumarno@rocketmail.com. Diterima 28 Juni 2016, diperbaiki 17 Juli 2016, disetujui10 Agustus 2016.

Abstract

The study conducted to know the treatment used by Sibolangit Rehabilitation Center on preventing and handling
drug abusers. The research found that the institution has been much helping the healing process of drug abuse victims.
Thehealing can be seen from the physical condition of the client, healthy and increased in weight. Social changes after
receiving service can be seen from having a lot of friends, sharing information and willing to follow the activities of the
group.In mental and spiritual, the clients started to obey the rules in the institution, can take advantage of their spare time,
mutually motivate among friends and have passion for a better life. Sibolangit Center treated many victims of drug abuse
from all age groups, ranging from the youngest 14 years and the oldest 37 years old. In 2013, it rehabilitated 68 clients,
in 2014 rehabilitated 65 clients, and in 2015 rehabilitated 60 clients. The success of the institution can not be separated
from the support of various parties, such as administrative officers, sosial worker, counselor, doctors, victim’s friends, and
families and communities to take part on making changes the clients. It is recommended that The Ministry of Social Affairs
should informmore the public that Sibolangit Center is a place to help recover victims of drug abuse, so that is expected
to provide more information to individual, family or community to came to the center if needed.

Keywords: victims of drug abuse, rehabilitation centers, Sibolangit Center

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penanganan Rehabilitasi Sibolangit Centre dalam mencegah dan
menangani korban penyalahgunaan napza. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa lembaga ini telah banyak membantu
dalam proses penyembuhan korban penyalahgunaan napza, terlihat dari kondisi fisik klien menjadi sehat dan berat badan
meningkat. Perubahan sosial sejak menerima pelayanan di dalam panti terlihat dari pemilikan banyak teman, mau berbagi
informasi dan mengikuti kegiatan kelompok, perubahan yang terjadi pada mental spiritual, klien menaati aturan di lembaga,
dapat memanfaatkan waktu luang, saling memotivasi diantara teman dan mempunyai semangat hidup lebih baik. Sibolangit
centre telah merawat banyak korban penyalahgunaan napza dari berbagai tingkatan umur, mulai dari usia termuda 14 tahun
dan tertua 37 tahun. Pada tahun 2013 merehabilitasi 68 klien, tahun 2014 merehabilitasi 65 klien dan pada tahun 2015
sebanyak 60 klien. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, seperti petugas administrasi, pekerja
sosial, konselor, dokter, teman penerima program, bahkan keluarga dan masyarakat ikut ambil bagian di dalam melakukan
perubahan klien. Direkomendasikan, Kementerian Sosial perlu lebih menginformasikan kepada masyarakat bahwa lembaga
Sibolangit Centre sebagai tempat untuk membantu pemulihan korban penyahgunaan napza, sehingga diharapkan dapat
memberi informasi kepada individu, keluarga ataupun masyarakat untuk datang kelembaga dalam rangka penyembuhan
apabila dibutuhkan.

Kata Kunci: korban penyalahguna napza; pusat rehabilitasi; Sibolangit centre

A. Pendahuluan strategis sebagai pusat kegiatan ekonomi, selalu


Sumatera Utara sebagai salah satu kota be- dinamis dan menjadi pusat aktivitas kehidupan
sar di Indonesia mempunyai posisi yang sangat masyarakat. Pusat aktivitas karena daerah terse-

245
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

but sebagai transit bagi orang dari berbagai pakan kelompok masa usia produktif, berkisar
daerah, sehingga jumlah penduduk semakin antara 12 hingga 40 tahun (Zulkarnain, 2015).
meningkat seiring pesona Sumatera Utara yang Penyalahgunaan napza bermula dari rasa
sangat menjanjikan dengan segala macam ke- ingin tahu, ingin coba-coba untuk kesenangan
mudahan. Masyarakat Sumatera Utara dengan dan pemakai sering kali tidak berfikir nantinya
berbagai etnis dan suku, mempunyai mobilitas akan kecanduan, sehingga tanpa disadari mening-
penduduk yang tinggi dan membawa pengaruh kat keinginannya dan menjadi ketergantungan.
cukup besar bagi penduduk aslinya. Pengaruh Masalah penyalahgunaan napza merupakan
positif berupa perputaran ekonomi deras dan masalah multidimensi dan multi sektoral se-
lancar, tetapi pengaruh negatifpun juga tidak hingga untuk mengatasinya diperlukan kerjasa-
dapat terhindarkan. ma dengan seluruh pemangku kepentingan yang
Komposisi umur penduduk di wilayah Su- terkait, baik pemerintah maupun masyarakat.
matera Utara didominasi oleh kalangan remaja Apabila dilihat perkembangan penyalahgunaan
yang usianya masih relatif labil, rasa ingin tahu napza, tampak Sumatera Utara sangat cepat dan
tinggi, ingin coba-coba dan menunjukkan jati memprihatinkan, ibarat “mencari narkoba lebih
diri, sehingga mudah mendapat pengaruh yang mudah dibanding mencari paralon”, menunjuk-
kurang baik. Masalah narkoba gencar diberantas kan bahwa disetiap sudut jalan terdapat pere-
oleh pemerintah, tetapi karena peredaran narkoba daran narkoba. Hasil focus group discussion
cukup profesional, walaupun sudah diberantas dengan orang tua klien di rehabilitasi centre,
tetap saja peredarannya masih tetap berlangsung mereka tenang anaknya mendapat rehabilitasi
dan marak. Apabila dilihat dari praktik penya- dari panti, tetapi sangat mengkhawatirkan apa-
lahgunaan narkoba, Sumatera Utara menempati bila anaknya selesai dari panti, harus ditempat-
peringkat 12 dalam lingkup nasional. Dalam ke- kan dimana? Kepala Badan Narkotika Nasional
giatan Advokasi Pembentukan Kader Penyuluh (BNN), Anang Iskandar (2014) mengungkapkan,
Anti Narkoba di Lingkungan Perguruan Tinggi di dalam kurun waktu empat tahun terakhir telah
Medan dan dari survei yang dilakukan bersama terungkap 108.701 kasus kejahatan narkoba,
Universitas Indonesia, Yunis Farida mengung- dengan jumlah tersangka sebanyak 134.117
kapkan, terdapat pengguna narkoba sebesar orang, disebutkan lebih lanjut aspek pencegah-
1,99 persen pada usia 10-69 tahun. Umumnya, an telah dilakukan melalui upaya peningkatan
pengguna narkoba di Sumatera Utara tergolong ekstensifikasi dan intensifikasi komunikasi, in-
dalam masa usia produktif, berkisar 10 hingga formasi dan edukasi P4GN mulai dari usia dini
20 tahun. sampai dewasa secara luas ke seluruh pelosok
Salah satu kondisi yang paling merisaukan, Indonesia, dengan memanfaatkan sarana media
30 persen atau sekitar satu juta orang dari peng- cetak, elektronik, dan media online serta tatap
guna narkoba di tingkat nasional adalah kalangan muka secara langsung kepada masyarakat.
pelajar. Keterlibatan kalangan generasi muda Dalam upaya rehabilitasi pengguna narkoba,
dalam penyalahgunaan narkoba disebabkan selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014
coba-coba dan ajakan teman sepergaulan. Oleh telah direhabilitasi sebanyak 34.467 klien, baik
karena itu, upaya mencegah dan menghindar- melalui layanan rehabilitasi medis maupun so-
kan kalangan remaja dari narkoba harus serius sial, di lembaga rehabilitasi milik pemerintah
(Farida, 2015). Berdasarkan data asumsi di Ba- dan masyarakat. Meskipun sudah banyak capaian
dan Narkotika Provinsi (BNP) Sumatera Utara, dihasilkan dalam upaya menyelamatkan bangsa
diperkirakan terdapat sekitar 260 ribu orang yang Indonesia dari bahaya penyalagunaan dan pere-
telah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. daran gelap narkoba, tetapi masih banyak hal
Sebagian besar jumlah pengguna narkoba meru- membutuhkan perbaikan dan upaya penyempur-
naan, serta kerja keras.

246
Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre (Setyo Sumarno)

Berkaitan dengan persoalan penyalahgunaan sosial, keluarga, warga masyarakat lingkung-


napza, hingga saat ini pemerintah daerah belum an), dengan menggunakan instrumen panduan
tampak jelas turun tangan,baik melalui peraturan wawancara. Pengayaan data juga dilakukan
daerah dan peraturan bupati. Namun walaupun melalui diskusi kelompok terfokus (FGD), untuk
belum ada peraturan daerah yang secara hukum memperoleh informasi yang berkaitan dengan
dapat memayungi penanganan masalah napza, kapasitas lembaga dalam penanganan korban
tetapi penanganan masalah napza sudah banyak penyalahgunaan napza. Peserta FGD, yaitu:
lembaga dan organisasi sosial yang peduli ter- unsur instansi sosial provinsi, instansi sosial ka-
hadap persoalan tersebut, bahkan Sibolangit Cen- bupaten/kota, instansi sektoral terkait, LK3, dan
tre sudah lama berkecimpung dalam menangani organisasi sosial yang terlibat. Pengumpulan data
masalah napza. Penelitian ini memfokuskan pada juga dilakukan dengan observasi secara langsung
penanganan korban penyalahgunaan napza yang terhadap aktivitas di dalam lembaga, lingkungan,
dilakukan lembaga Sibolangit Centre dengan sarana prasarana dan aktivitas korban penyalah-
maksud untuk mengetahui: kelembagaan yang gunaan napza di dalam lembaga.
ada meliputi (legalitas formal lembaga, visi misi, Analisis data yang digunakan dalam pe-
program, anggaran); pelaksanaan kegiatan yang nelitian adalah kuantitatif, dalam upaya men-
dilakukan, meliputi bentuk kegiatan, tahapan, jelaskan kapasitas lembaga, serta manfaat yang
jaringan, dukungan keluarga dan masyarakat, dirasakan oleh korban penyalahgunaan napza.
serta pertanggungjawaban dalam penanganan Analisis hasil penelitian difokuskan pada aspek
korban; hasil yang dicapai dalam penanganan kelembagaan (input dan komponen), kegiatan
korban penyalahgunaan napza meliputi: output, dan pelaksanaan, hasil (output, outcome) dan
outcome dan impact; Faktor yang berpengaruh faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan.
di dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial
penanganan korban penyalahgunaan napza. C. Pola Rehabilitasi Sibolangit Centre
Deskripsi Kelembagaan: Sibolangit Centre
B. Penggunaan Metode Penelitian merupakan organisasi non-pemerintah, berdiri
Penelitian ini menggunakan metode deskrip- pada tanggal 12 Pebruari 2001 diatas lahan seluas
tif evaluatif, dilaksanakan untuk mengumpulkan 4 hektar, di Jl. Medan–Berastagi kilometer 45,
data dan informasi terhadap pelayanan dan Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit Ka-
rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan bupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
napza di Sibolangit Centre. Pendekatan yang Sibolangit Centre dibangun atas dasar pemikiran
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, HM Kamaluddin Lubis bahwa pencandu narkoba
dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara dengan bukan hanya mengalami sakit fisik saja, tetapi
pertimbangan bahwa lembaga tersebut milik juga jiwa. Pecandu narkoba bukan penjahat tetapi
masyarakat yang sudah aktif menyelenggarakan korban yang perlu dibantu dan diselamatkan,
penanganan korban penyalahgunaan napza. mereka masih punya masa depan untuk hidup.
Sumber data informan ditentukan berdasarkan Sibolangit Centre telah merawat banyak klien
orang yang terlibat langsung dalam penanganan yang berasal dari berbagai daerah, mulai dari
korban penyalahgunaan napza, terdiri dari unsur Jawa, Sumatera, Batam bahkan sampai Malaysia
menejemen lembaga, korban penyalahgunaan dan dari berbagai latar belakang agama, suku,
napza, keluarga, masyarakat sekitar, dan kelem- ras, status sosial dan ekonomi. Sibolangit Centre
bagaan terkait. didesain mirip tempat wisata dan rumah besar
Sebagai upaya untuk memperkaya data, juga tempat keluarga tinggal, dimaksudkan agar klien
digunakan berbagai teknik pengumpulan data, betah tinggal di dalam rehabilitasi. Fasilitas yang
seperti telaah dokumentasi, wawancara dengan tersedia antara lain, penginapan, rumah ibadah,
menejemen (petugas teknis, konselor, pekerja gazebo (tempat istirahat dan santai), kolam

247
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

tempat memancing, kantin khusus, lapangan Centre lebih menekankan pada sisi sosial dari
olah raga, lahan perkebunan, dan bengkel ke- pada sisi bisnisnya.
terampilan. Pola Rehabilitasi: terdapat dua kegiatan
Sejak berdiri tahun 2001 Sibolangit Centre yang dilaksanakan Sibolangit Centre, yaitu
telah merawat banyak klien, tahun 2015 (60 Rehabilitasi untuk pecandu narkoba dengan
orang dengan tingkat usia yang berbeda-beda), menggunakan Therapeutic Community (TC) dan
mulai dari usia termuda 14 tahun dan tertua tradisional, merupakan program pengobatan un-
37 tahun. Mereka berasal dari Medan, Binjai, tuk pecandu narkoba agar mereka dapat kembali
langkat, Mandailing Natal, Pekanbaru, dan ke kehidupan yang teratur dalam dirinya dan
Malaysia. Untuk mendukung terlaksananya bertanggung jawab dalam masyarakat. Pengo-
program rehabilitasi korban penyalahgunaan batan tradisional yang dilakukan di Sibolangit
narkoba, Sibolangit Centre dibantu oleh 40 orang Centre adalah penguapan dengan bahan-bahan
personil, terdiri dari 10 orang konselor, 6 orang alami untuk menghilangkan racun dari tubuh
sekuriti, 8 orang pekerja sosial, 2 orang dokter, akibat dari penggunaan narkoba. Pasca reha-
3 orang perawat, 4 orang tim spiritual, 1 orang bilitasi Sibolangit Centre mendirikan Rumah
tim herbal, 3 orang juru masak, 1 orang main- Kopi Demokrasi, untuk pecandu yang telah men-
tenance, dan staf administrasi 2 orang.Untuk jalankan pemulihan di rehabilitasi dan tempat
melengkapi kebutuhan klien, Sibolangit Centre bagi pecandu yang sedang menjalani pemulihan
menyediakan fasilitas berupa: ruang isolasi, dalam rangka pengembangan pengetahuan dan
ruang klinik, ruang oukup (sauna), ruang ramu- bakat. Pecandu yang telah lama menjalani reha-
ramuan tradisional, ruang dapur, kamar tidur, bilitasi juga dapat menjadi panutan bagi pecandu
kantin, aula, gajebo, ruang perpustakaan, ruang lainnya yang sedang menjalani pemulihan.
diskusi/konsultasi, ruang kantor, ruang security, Disamping kegiatan tersebut di atas Sibola-
masjid, kolam memancing, lapangan olah raga ngit Centre juga melaksanakan berbagai kegiatan
dan lahan perkebunan. seperti, konsultasi, pembinaan konseling, orga-
Sibolangit Centre sejak 6 tahun terakhir nisasi perkumpulan keluarga, pengetahuan per-
ditambah fasilitasnya sebagai diklat narkoba, masalahan narkoba dan pembinaan pemulihan
menjadi pusat penelitian bagi mahasiswa dan serta ketrampilan hidup. Metode yang digunakan
salah satu tempat outdoor education bagi pelajar di dalam memberi pelayanan dan rehabilitasi
dari berbagai sekolah. Sibolangit Centre bekerja korban penyalahgunaan napza meliputi:Terapi
sama dengan Dinas Kesehatan Kabupatern Deli spiritual, klien dibimbing mendekatkan diri
Serdang dan Fakultas Psikologi Universitas Su- kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
matera Utara dalam hal kesehatan fisik dan jiwa agama yang dianutnya, seperti, sholat, zikir, dan
klien. Anggaran operasional diproleh dari kelu- pengajian bagi yang beragama Islam. Mengikuti
arga yang menitipkan anaknya untuk mendapat- kebaktian setiap minggu bagi yang beragama
kan layanan rehabilitasi. Data statisitik terakhir Kristiani begitu juga dengan yang beragama
kemampuan perekonomian klien di Sibolangit lain. Kegiatan ini merupakan fondasi spiritual
Centre, 60 persen dari keluarga mampu dan 40 yang diharapkan bisa membingkai kesadaran
persen dari keluarga kurang mampu, sehingga secara permanen. Lembaga menyediakan empat
sistem pembiayaan dengan menggunakan subsidi orang ustad dan pendeta, Sibolangit Centre juga
silang. Sibolangit Centre tidak menetapkan se- melakukan kerjasama dengan RADAR Indonesia
cara khusus berapa yang harus dibayar, bagi yang (Gerakan Da’i Anti Narkoba) dan gereja GBKP
mampu diharapkan membayar sesuai dengan Sibolangit.
standar yang ditetapkan, sedangkan yang kurang Terapi tradisional: Ada tiga jenis terapi
mampu disesuaikan dengan kemampuannya tradisional yaitu penguapan (oukup), pijat dan
untuk membayar biaya pemulihan. Sibolangit jamu. Oukup untuk mengeluarkan racun narkoba

248
Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre (Setyo Sumarno)

melalui pori-pori badan, pijit untuk mengedurkan, Terapi kelompok pemulihan (Therapeutic
melancarkan peredaran darah dan menyehatkan Community): merupakan sebuah “keluarga” ter-
tubuh, jamu untuk mencuci perut, mengeluarkan diri atas orang-orang yang mempunyai masalah
racun, menetralisir syaraf dan menyetabilkan sama dan memiliki tujuan sama yaitu meno-
fungsi tubuh. Jamu berasal dari ramu-ramuan long diri sendiri dan sesama melalui kelompok
seperti, kunyit, kencur, temulawak, kemudian sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari
diramu khusus. Ketiga jenis terapi tradisional yang negatif kearah tingkah laku yang positif.
ini dilakukan di dalam Sibolangit Centre dan Terapi ini menggunakan kekuatan kelompok
disupervisi oleh dua orang tenaga terlatih dibi- teman sebaya sesama klien untuk bisa saling
dangnya. Terapi tradisional yang dilakukan di memberikan dorongan dalam melakukan peruba-
luar Sibolangit Centre adalah mandi air belerang han. Terapi ini berguna untuk membantu klien
kemudian menyiramkan air belerang ditambah dalam memenuhi kebutuhan umum, perubahan
garam ke kepala klien untuk melancarkan aliran perilaku dan mengatasi masalah yang meng-
darah di kepala. Terapi ini dilakukan di peman- ganggu kehidupan mereka menuju pemulihan.
dian alam Lau Debuk-debuk. Kelompok ini terbentuk secara sukarela untuk
Terapi medis: Klien memperoleh pengo- saling berusaha mencapai tujuan khusus. Bentuk
batan dan perawatan medis untuk penyakit- dukungan berupa komunikasi antarpribadi dan
penyakit ikutan dari pengaruh penyalahgunaan komunikasi kelompok diantara mereka dengan
narkoba, bertujuan untuk memulihkan kesehatan cara pengungkapan diri secara terbuka bahwa
fisik klien, yang secara terjadwal klien diperiksa mereka mempunyai masalah, melalui diskusi,
dokter dan perawat. Untuk pengobatan medis, curhat, konseling dan kerjasama dalam menye-
Sibolangit Centre melakukan kerjasama dengan lesaikan tugas dan masalah. Dengan adanya
Puskesmas Bandar Kabupaten Deli Serdang. dukungan dari teman sebaya diharapkan klien
Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap dua kali mampu mengubah sikap dari yang negatif men-
seminggu. Sibolangit Centre juga memiliki satu jadi positif dan dapat menyelesaikan masalahnya
orang perawat yang bertanggung jawab penuh sehingga mereka berhasil pulih.
atas kesehatan klien dan tinggal bersama klien
di Sibolangit Centre. D. Beberapa Informasi dari Informan ten-
Terapi fisik: berupa olah raga, senam dan tang Sibolangit Centre
cross country. Selama menjalani masa pemulih- Pada dasarnya Sibolangit Centre banyak
an, klien juga diberi berbagai macam kegiatan. melakukan kegiatan dalam membantu pemulihan
Pagi hari klien senam kemudian bersih-bersih korban penyalahgunaan napza di masyarakat.
kamar dan area asrama, dilanjutkan dengan Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara
membaca, diskusi dan latihan komputer. Sore dengan beberapa informan terhadap pelayanan
hari kegiatan olah raga, sepak bola, basket, yang diberikan oleh Sibolangit Centre, pada
tenis meja, bulu tangkis, futsal dan berenang. waktu dilakukan wawancara, sebagai berikut.
Malam hari mereka bebas melakukan aktivitas Korban Napza: Hasil wawancara dengan
masing-masing seperti bermain musik dan non- korban penyalahguna napza terungkap bahwa
ton bareng. Hal ini di maksudkan agar klien tidak mereka datang ke lembaga untuk mendapat-
merasa jenuh dengan aktivitas rutinitas sehari- kan rehabilitasi diantar orang tuanya. Mereka
hari. Selain itu juga diberi bekal ketrampilan se- mengetahui pelayanan rehabilitasi korban napza
perti, bercocok tanam, teknik sablon, pengelo- atas informasi dari konselor atau petugas Sibo-
laan kantin dan komputer. Dengan demikian pada langit Centre. Menurut penjelasan klien, orang
saat kembali ke masyarakat, klien mempunyai tua memasukkan dirinya karena mereka yakin
ketrampilan sebagai bekal menghadapi kehidu- bahwa pelayanan yang diberikan lembaga cukup
pan di masyarakat. baik dan dapat menyembuhkan anaknya dari

249
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

ketergantungan napza. Selama klien menerima mental, keterampilan dan musik. Pada umum-
pelayanan dari lembaga, mereka tahu dan me- nya klien selalu mengikuti, terkecuali apabila
mahami kewajiban yang harus dilakukan selama klien sakit. Untuk mengatasi klien yang malas
di lembaga, seperti menaati aturan lembaga, dan mengikuti kegiatan biasanya petugas memberi
mengikuti program sampai dengan batas waktu motivasi agar klien semangat kembali mengikuti
yang ditentukan. Pelayanan rehabilitasi sebagai kegiatan yang diberikan oleh lembaga. Selama
hak yang harus diterima oleh klien meliputi, pen- klien mendapatkan rehabilitasi, selalu menda-
didikan, makan, minum, pakaian, dan kunjungan patkan penjelasan terlebih dahulu tentang hak
dari keluarga. Kepuasan terhadap pelayanan dan kewajiban di dalam lembaga. Hak untuk
panti dibuktikan dengan adanya perubahan yang klien meliputi: makan, pengasramaan, bantuan
terjadi pada diri klien, seperti tambah sehat, mau obat-obatan, pemeriksaan kesehatan. Kewajiban
mengikuti kegiatan kelompok dan semangat un- yang harus dilakukan oleh klien adalah mentaati
tuk hidup lebih baik. Perubahan ini tampak dari dan mengikuti semua kegiatan yang ada di dalam
perbandingan kondisi klien sebelum dan sesudah penyelenggaraan rehabilitasi.
mendapatkan pelayanan dari panti. Terkait dengan hak dan kewajiban, sebelum
Perubahan ini semua berkat adanya dukung- menerima pelayanan dari lembaga, klien diberi
an dari berbagai pihak, seperti petugas admi- penjelasan terlebih dahulu oleh petugas tentang
nistrasi, teknis (pekerja sosial, konselor, dokter), hak dan kewajiban selama di lembaga. Semua
dukungan keluarga, program, kegiatan, peralatan klien harus mengikuti semua kegiatan yang
kegiatan, teman penerima program. Perubahan diberikan oleh lembaga tanpa terkecuali, tetapi
mental sepiritual yang terlihat dari klien adalah apabila ada klien yang tidak mengikuti kegiatan
semangat hidup yang lebih baik untuk menyong- karena sakit, mereka tetap diberi motivasi supaya
song masa depan. Namun demikian walaupun sembuh tidak malas mengikuti kegiatan. Hak dan
ada keterbatasan dari pihak lembaga, perubahan kewajiban orang tua yang menitipkan anaknya
yang dialami klien selama mendapat pelayanan ke lembaga untuk mendapatkan rehabilitasi
cukup terlihat, baik dilihat dari perubahan fisik, adalah harus bertanggung jawab terhadap biaya
sosial maupun mental spiritual. Dari segi fisik, hidup anaknya selama mendapatkan rehabilitasi
nafsu makan (75 persen) mereka bertambah se- di lembaga, mempercayakan kepada lembaga
hingga menjadi sehat, berat badan meningkat (10 selama anaknya mendapatkan rehabilitasi. Ke-
persen) dan menjadi sehat (15 persen), dari segi wajiban orang tua selama anaknya direhabilitasi
sosial mereka mau berbagi informasi (70 persen) meliputi: Memberi informasi yang sebenarnya
dan tidak menang sendiri (30 persen) dan dari kondisi klien; Mengunjungi klien sesuai waktu
segi mental spiritual dapat menaati peraturan dan yang ditetapkan panti; Menanggung segala
menambah semangat hidup untuk lebih baik (90 resiko apabila klien melakukan perbuatan yang
persen), dan memanfaatkan waktu (10 persen). melanggar hukum.
Keberhasilan ini atas dukungan dari per- Terkait dengan kewajiban tersebut orang
sonil lembaga, orang tua klien dan masyarakat, tua juga berhak menerima: Laporan dan infor-
meskipun sarana dan prasarana yang tersedia masi tentang perkembangan klien: Konfirmasi
kurang dapat mendukung sepenuhnya pelak- dari lembaga apabila klien memutuskan untuk
sanaan rehabilitasi. Apabila seluruh komponen mendapatkan rehabilitasi dari panti. Sebagai
lembaga dapat mendukung sepenuhnya, keber- konsekuensinya, lembaga memberi pelayanan
hasilan yang diperoleh dari rehabilitasi akan rehabilitasi kepada anaknya untuk penyembuh-
lebih baik. an, lembaga juga menyediakan kotak pengaduan
Petugas Sibolangit Centre: mengatakan masyarakat untuk menampung saran, keluhan
bahwa kegiatan yang dilakukan dalam penyem- dan persoalan, baik yang dialami keluarga
buhan klien meliputi: bimbingan fisik, sosial, maupun masyarakat terkait dengan persoalan

250
Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre (Setyo Sumarno)

yang ditangani lembaga. Agar penanganan yang cara berpikir kearah yang positif. Terseleng-
dilakukan oleh lembaga lebih meningkat dan garanya pelayanan rehabilitasi sosial sebagai
profesional, lembaga juga menerima bimbingan upaya penyembuhan korban penyalahgunaan
dan bantuan dari pusat. Bantuan tersebut berupa: napza mendapat dukungan dari berbagai pihak,
penguatan lembaga, peningkatan kapasitas SDM, seperti dari adanya program kerja, dukungan dari
bimbingan asistensi, sistem informasi, pendidik- petugas, sarana prasarana penunjang, dukungan
an pekerja sosial, konselor. dari keluarga dan masyarakat. Menurut informasi
Pekerja sosial: Kegiatan rehabilitasi sosial dari pekerja sosial pada umumnya mendukung,
dilaksanakan melalui berbagai tahapan, mulai mulai, petugas administrasi, petugas teknis, sa-
dari pendekatan awal sampai dengan pembinaan rana prasarana, lingkungan masyarakat, perala-
lanjut. Menurut informasi dari pekerja sosial tan untuk kegiatan teknis, program dan kegiatan,
Sibolangit Centre, tahapan tersebut merupakan orang tua atau keluarga dan yang tidak kalah
tahapan yang baku dan dilaksanakan dalam penting semangat dari klien untuk sembuh dari
kegiatan rehabilitasi, meliputi: pendekatan ketergantungan.
awal, pengungkapan dan pemahaman masalah, Profesi penunjang: Wawancara yang di-
penyusunan rencana pemecahan masalah, pe- laksanakan dengan berbagai profesi pendu-
mecahan masalah, reintegrasi, terminasi sampai kung kegiatan rehabilitasi, seperti psikiater,
pada pembinaan lanjut. Bentuk kegiatan dalam dokter, psikolog menggambarkan bahwa tam-
pelaksanaan rehabilitasi juga sangat bervariasi, pak pendekatan yang berbeda diantara profesi
mulai dari motivasi dan diagnosis, perawatan satu dengan lainnya. Kegiatan yang dilakukan
dan pengasuhan, pelatihan vocational dan seorang psikiater melakukan wawancara dan
usaha, bimbingan mental spiritual, fisik, sosial, pemeriksaan kondisi klien, menetapkan diagnosa
pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi dan terapi sesuai dengan kebutuhan, mengontrol
sosial, bimbingan reintegrasi, bimbingan lanjut efek terapi langsung pada proses mental. Untuk
sampai pada rujukan. Bentuk kegiatan yang profesi dokter kegiatannya lebih pada penyuluh-
dilaksanakan melalui metode individu dan ke- an, pemeriksaan kesehatan, pemberian obat
lompok, yang meliputi: motivasi dan diagnosa, sesuai indikasi dan edukasi, sedangkan psikolog
perawatan dan pengasuhan, pelatihan vocational/ meliputi, konseling, psikotest saat risiden masuk
bimbingan usaha, bimbingan mental spiritual, dan terapi kelompok. Profesi penunjang yang
fisik, sosial/konseling psikososial, pelayanan banyak terlibat dalam penanganan korban penya-
aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, rein- lahgunaan napza kebanyakan, dokter, perawat,
tegrasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. pekerja sosial, konselor adiktif ada juga relawan
Rehabilitasi Centre membangun pula jaring- sosial. Namun demikian, tenaga profesi tersebut
an kemitraan dengan pimpinan lembaga, bagian tidak seluruhnya sebagai tenaga tetap di lembaga,
administrasi, psikolog, psikiater, dokter, kon- atau tenaga kemitraan kerja dengan lembaga lain.
selor adiktif, satpol PP, rumah sakit dan BNN. Jaringan kerja yang dilakukan dalam menjalin
Dalam jaringan kerjasama ini dibangun suatu hubungan dengan profesi penunjang tidak hanya
komunikasi aktif saling mengisi, melengkapi dan membangun kerjasama, tetapi secara intensif
mendukung demi terselenggaranya pelayanan jalinan tersebut dilakukan secara terencana dan
rehabilitasi guna kesembuhan klien. Indikator profesional, utamanya dalam membahas perso-
yang diukur: secara fisik dilihat badan kelihatan alan terkait dengan penanganan masalah napza,
segar dan sehat, dengan menimbang berat badan seperti membahas perkembangan klien terkait
saat masuk dan dicatat perubahannya setelah dengan perubahan kognitif dan afektif sebagai
berada di dalam lembaga. Secara sosial,yang alat ukur perubahan kejiwaaan selama menerima
penting dapat beradaptasi, bersosialisasi, bergaul pelayanan di dalam lembaga. Kondisi ini tidak
dengan teman dan secara mental, perubahan terlepas dari komitmen semua pihak yang terlibat

251
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

di dalam penyelenggaraan pelayanan, baik me- yang cukup memuaskan orang tua ternyata juga
nyangkut personil, sarana prasarana, lingkungan membuat perubahan pada diri klien. Hal ini da-
masyarakat, program kegiatan, keluarga maupun pat terlihat dari kondisi fisik klien menjadi sehat
kliensendiri. Menurutnya, yang memberi du- dan berat badan meningkat dibanding sebelum
kungan mulai dari pimpinan, staf dan petugas me-nerima pelayanan dari lembaga. Perubahan
administrasi, teknis, lingkungan masyarakat, dan sosial selama menerima pelayanan di dalam panti
keluarga, bahkan sarana prasarana yang tersedia terlihat dari memiliki banyak teman, mau berbagi
memungkinkan menunjang terselenggaranya informasi dan mengikuti kegiatan kelompok,
program lembaga secara efektif, efisien dan sedangkan perubahan yang terjadi pada mental
profesional. spiritual, klien mentaati aturan di lembaga, dapat
Keluarga: Untuk mendapat pelayanan, klien memanfaatkan waktu luang, saling memotivasi
tidak datang sendiri tetapi diantar keluarga. diantara teman dan mempunyai semangat untuk
Mereka tertarik untuk mendapatkan pelayanan hidup yang lebih baik.
karena yakin dan percaya bahwa lembaga mem- Perubahan yang terjadi pada diri klien tidak
berikan pelayanan terbaik dan memberi penyem- lepas dari dukungan berbagai pihak, sehingga
buhan kepada klien. Mereka juga mengetahui mereka mempunyai rasa percaya diri yang
kewajiban selama tinggal di dalam lembaga, kuat, dapat memanfaatkan waktu luang untuk
karena sebelumnya sudah mendapat informasi berbuat lebih baik kearah masa depannya. Du-
dari petugas bahwa pelayanan rehabilitasi di- kungan tersebut datang dari petugas administrasi,
lakukan selama 6 bulan dan harus mengikuti pekerja sosial, konselor, dokter, teman penerima
peraturan yang berlaku dan mengikuti kegiatan program, bahkan keluarga dan masyarakat ikut
yang diselenggarakan lembaga. Mereka juga ambil bagian di dalam melakukan perubahan
mengetahui hak-haknya selama mendapat pe- klien. Dukungan lain yang turut mendorong
layanan, seperti perawatan kesehatan, makanan, perubahan sikap klien adalah adanya program
akomodasi, bimbingan rohani. Dengan kese- dan kegiatan dan sarana prasarana yang cukup
diaan klien mendapat pelayanan dari lembaga, representatif dan memadai sebagai media untuk
orang tua bersikap positif dan sangat pendukung kegiatan rehabilitasi.
kesembuhan anak agar pulih kembali dan dapat Hasil wawancara dengan masyarakat diper-
hidup ditengah-tengah keluarga dan masyarakat. oleh informasi bahwa masyarakat mengetahui
Upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya keberadaan lembaga terbatas pada lokasi mereka
dapat mandiri, dengan memberi perhatian, kasih tinggal. Namun demikian pada dasarnya mereka
sayang, semangat dan motivasi kepada anak un- setuju bahwa untuk penanganan masalah korban
tuk beraktivitas secara positif baik dilingkungan napza selain dilakukan rehabilitasi medis untuk
keluarga maupun masyarakat. Dengan dukungan penyembuhan secara fisik, perlu juga adanya
tersebut paling tidak dapat memberi semangat rehabilitasi sosial untuk penyembuhan mental
baru kepada anak, baik menyangkut proses pe- sosial. Menurut mereka rehabilitasi sosial dilaku-
nyembuhan maupun aktivitas positif kedepan kan untuk mengembalikan keberfungsian sosial
dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif dan pada korban penyalahgunaan napza, sehingga
meninggalkan kebiasaan buruk. dengan selesainya rehabilitasi tersebut mereka
Terkait dengan pelayanan yang diberikan (korban) dapat kembali menyesuaikan diri hidup
lembaga, orang tua merasa puas terhadap se- ditengah-tengah masyarakat mereka tinggal,
gala sesuatu yang diberikan lembaga, baik me- dengan adanya lembaga yang melayani korban
nyangkut program kegiatan, pelayanan personil, penyalahgunaan napza melalui rehabilitasi sosial
pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal, diharapkan dapat membantu memberi pemulihan
fasilitas dan sarana prasarana yang menunjang kepada korban napza.
penyelenggaraan pelayanan, dengan pelayanan

252
Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre (Setyo Sumarno)

Untuk terselenggaranya kegiatan rehabilitasi, metode, strategi dan teknik, tim pelaksana,
masyarakat sangat memberi dukungan terhadap waktu pelaksanaan dan indikator keberhasilan
program lembaga, seperti menyetujui adanya (4) Resosialisasi, menyiapkan lingkungan sosial,
tempat rehabilitasi di lingkungan masyarakat, pendidikan dan kerja (5) Terminasi, pengakhiran
korban napza bukan penjahat melainkan orang rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan
sakit yang membutuhkan pemulihan baik secara Napza, dilakukan dalam hal korban telah selesai
fisik maupun sosial, dan membawa dan menya- mengikuti rehabilitasi sosial, keinginan korban
rankan korban dan keluarga untuk melapor diri sendiri untuk tidak melanjutkan rehabilitasi so-
ke Sibolangit Centre. sial, korban meninggal dunia, dan keterbatasan
lembaga rehabilitasi sosial, sehingga diperlukan
E. Analisis terhadap Rehabilitasi Sibolangit rujukan (6) Pembinaan lanjut, korban yang sele-
Centre sai mengikuti rehabilitasi sosial.
Dari hasil wawancara dengan beberapa infor- Pembinaan lanjut bertujuan agar korban
man diperoleh informasi, bahwa terkait dengan mampu, melaksanakan fungsi sosialnya, men-
kegiatan, pelayanan yang diberikan, hak dan jaga kepulihan, mengembangkan kewirausahaan
kewajiban klien, tingkat kepuasan klien sampai untuk mencapai kemandirian ekonomi, dan men-
pada hasil yang dicapai oleh Sibolangit Centre ciptakan lingkungan keluarga dan lingkungan
menunjukkan, lembaga telah banyak membantu sosial secara kondusif. Kegiatannya meliputi,
proses penyembuhan korban penyalahgunaan penguatan potensi diri (minat, bakat, motivasi)
napza. Seperti penjelasan Petugas Sibolangit dan pemeliharaan kepulihan, informasi dan kon-
Centre, selama klien berada di pusat rehabilitasi, sultasi, kerja dan atau pendidikan, rumah usaha
selalu mendapatkan hak dan kewajiban di dalam (UEP), pendampingan (individu/kelompok),
lembaga. Hak untuk residen meliputi makan, pembinaan keluarga dan lingkungan masyarakat
pengasramaan, bantuan obat-obatan, pemerik- sekitar. Di dalam Undang-Undang No 11 Ta-
saan kesehatan. Kewajiban yang dilakukan klien hun 2009, ditegaskan bahwa rehabilitasi sosial
adalah mentaati dan mengikuti semua kegiatan diberikan dalam bentuk: Motivasi dan diagnosis
yang ada di dalam penyelenggaraan rehabilitasi. psikososial; Perawatan dan pengasuhan; Pelatih-
Di dalam memberi pelayanan menurut informasi an vokasional dan pembinaan kewirausahaan;
dari pekerja sosial, harus dilakukan melalui be- Bimbingan mental spiritual; Bimbingan fisik;
berapa tahapan, karena tahapan tersebut meru- Bimbingan sosial dan konseling psikososial;
pakan proses yang harus dilaksanakan dalam Pelayanan aksesibilitas; Bantuan dan asistensi
kegiatan rehabilitasi. sosial; Bimbingan resosialisasi; Bimbingan
Sesuai dengan standar rehabilitasi sosial lanjut; dan rujukan.
(Kemsos, 2012), tahapan yang harus diikuti da- Menurut Pincus dan Minahan (Suradi, 2012),
lam proses rehabilitasi sosial bagi korban penya- rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan
lahgunaan Napza meliputi: (1) Pendekatan awal, napza dapat menggunakan sistem dasar (basic
pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sosialisasi, system) dalam intervensi pekerjaan sosial, meli-
konsultasi, identifikasi, motivasi, seleksi dan puti: (1) Sistem klien (client system), seseorang
penerimaan (2) Pengungkapan dan pemahaman yang akan memperoleh pelayanan atas dasar
masalah, merupakan kegiatan mengumpukan, kesepakatan bersama dengan pekerja sosial,
menganalisis, merumuskan masalah, kebutuhan, untuk memecahkan masalah yang dihadapi (2)
potensi dan sumber yang meliputi aspek fisik, Sistem pelaksana perubahan (change agen sys-
psikis, sosial, spiritual dan budaya (3) Menyu- tem) (3) Pekerja sosial dan lembaga pelayanan
sun rencana pemecahan masalah, berdasarkan kesejahteraan sosial merupakan sistem pelaksana
hasil pengungkapan dan pemahaman masalah, perubahan, yang karena kewenangannya melak-
meliputi penentuan tujuan, sasaran, kegiatan, sanakan pelayanan bagi klien dalam rangka

253
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

pemecahan masalah dan pemulihan fungsi so- dibanding sebelum menerima pelayanan dari
cial (4) Sistem target (target system), individu, lembaga. Perubahan sosial selama menerima
keluarga, kelompok dan atau lembaga yang pelayanan di dalam panti terlihat dari memiliki
membantu memberi kemudahan dalam rangka banyak teman, mau berbagi informasi dan mau
pemecahan masalah dan pemulihan fungsi so- mengikuti kegiatan kelompok, sedangkan pe-
sial klien (5) Sistem kegiatan (action system), rubahan yang terjadi pada mental spiritual, para
seorang profesional atau institusi sebagai mitra klien sudah mulai mentaati aturan di lembaga,
dan jejaring kerja terlibat secara langsung dalam dapat memanfaatkan waktu luang, saling memo-
proses pemecahan masalah dan pemulihan fungsi tivasi diantara teman dan mempunyai semangat
sosial klien. untuk hidup yang lebih baik.
Profesi lain juga sangat berperan di dalam Perubahan yang terjadi pada diri klien tidak
proses penyembuhan seperti, psikiater, dokter, lepas dari dukungan berbagai pihak, sehingga
psikolog, dan profesi lain. Kegiatan yang di- mereka mempunyai percaya diri yang kuat, da-
lakukan seorang psikiater dalam membantu pat memanfaatkan waktu luang untuk berbuat
pemulihan korban penyalahgunaan napza adalah lebih baik dan perubahan-perubahan lain kearah
melakukan wawancara dan pemeriksaan kondisi masa depannya. Dukungan tersebut datang dari
klien, menetapkan diagnosis dan terapi sesuai petugas administrasi, pekerja sosial, konselor,
dengan kebutuhan, mengontrol efek terapi lang- dokter, teman penerima program, bahkan kelu-
sung pada proses mental. Untuk profesi dokter arga dan masyarakat ikut ambil bagian di dalam
kegiatannya lebih pada penyuluhan, pemerik- melakukan perubahan klien. Dari penanganan
saan kesehatan, pemberian obat sesuai indikasi tersebut Sibolangit Centre telah merawat banyak
dan edukasi, sedangkan psikolog kegiatan yang korban penyalahgunaan napza dari berbagai
dilaksanakan meliputi, konseling, psikotest saat tingkatan umur mulai dari usia termuda 14 tahun
risiden masuk dan terapi kelompok. Profesi pe- dan tertua 37 tahun. Tahun 2013 telah mereha-
nunjang yang banyak terlibat dalam penanganan bilitasi 68 klien, tahun 2014 merehabilitasi 65
korban penyalahgunaan napza kebanyakan, klien dan tahun 2015 yang ditangani berjumlah
dokter, perawat, pekerja sosial, konselor adiktif 60 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah
bahkan ada juga relawan sosial. wilayah Provinsi Sumatera Utara seperti, Medan,
Untuk terselenggaranya kegiatan rehabilitasi, Sibolga, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Binjai,
masyarakat sangat memberi dukungan terhadap langkat, Mandailing Natal, Pekanbaru, bahkan
program lembaga, seperti menyetujui adanya sampai negara tetangga kita yaitu Malaysia. Zat
tempat rehabilitasi di lingkungan masyarakat, adiktif yang digunakan mulai dari alkohol, ganja,
korban napza bukan penjahat melainkan orang methadon, suboxon, sabu-sabu, heroin dan masih
sakit yang membutuhkan pemulihan baik secara banyak jenis lainnya yang disalahgunakan. La-
fisik maupun sosial, dan membawa korban/ke- tar belakang pendidikan juga cukup bervariasi,
luarga/sahabatnya untuk melapor diri ke Sibo- mulai dari SLTP sampai perguruan tinggi dan
langit Centre. Dengan pelayanan yang diberikan dari status bujang sampai sudah menikah. Status
lembaga tampak keluarga merasa puas terhadap sosialpun juga bervariasi dari keluarga mampu
segala sesuatu yang diberikan oleh lembaga, sampai dari keluarga yang tidak punya, semua
baik menyangkut program kegiatan, pelayanan mendapat pelayanan dan rehabilitasi dari Sibo-
personil, pemenuhan kebutuhan makan, tempat langit Centre.
tinggal, fasilitas dan sarana prasarana. Dengan Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam
pelayanan yang cukup memuaskan orang tua pelaksanaan kegiatan adalah adanya berbagai
ternyata juga membuat perubahan pada diri dukungan baik yang berasal dari lembaga, mulai
klien. Hal ini dapat terlihat dari kondisi fisik dari program, kegiatan, sarana prasarana, fasilitas
klien menjadi sehat dan berat badan meningkat yang tersedia, SDM. Peran serta masyarakat juga

254
Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza melalui Rehabilitasi Sosial Sibolangit Centre (Setyo Sumarno)

ikut ambil bagian di dalam penyelenggaran ke- tersebut diharapkan dapat memberi kesadaran
giatan lemaga, sehingga program dapat berjalan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat
sesuai dengan harapan. Namun dibalik itu semua untuk datang kelembaga dalam rangka penyem-
terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan buhan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu
program lembaga seperti kurangnya sosialisasi kiranya sosialisasi melalui instansi terkait seh-
program sampai pada lapisan masyarakat se- ingga informasi dapat dilanjutkan sampai pada
hingga program tersebut tidak begitu dikenal sasaran program dalam masyarakat .
di lingkungan masyarakat. Padahal tujuan dari
program tersebut adalah untuk memberikan Pustaka Acuan
informasi kepada masyarakat bahwa lembaga Abdalla, Romeal, (2009). Napza Berdampak Negatif
Sibolangit Centre sebagai tempat untuk mem- dan Ganggu Syaraf. Jakarta:http:/www.waspada.
co.id,tuesdya, 16 Juni 2009.
bantu pemulihan korban penyahgunaan napza, Badan Narkotika Nasional, (2014). Pencegahan dan Pem-
sehingga dengan informasi tersebut diharapkan beratasan Peredaran Gelap Narkoba, Tahun 2013.
dapat memberikan kesadaran kepada individu, Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
keluarga ataupun masyarakat untuk datang Gunawan, Sugiyanto, dan Roebiyanto, Haryati, (2014),
kelembaga dalam rangka penyembuhan. Eksistensi Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat
bagi Korban Penyalahgunaan Napza. Jakarta: P3KS
Press.
F. Penutup Kartono, Kartini, (2007). Patologi Sosial, Jakarta: Ra-
Sibolangit Centre banyak berkecimpung di jawali.
dalam penanganan masalah korban penyalah- Kementerian Sosial. (2014). Standar Lembaga Rehabilitasi
gunaan napza, dapat dilihat dari capaian hasil Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotro-
pika, dan Zat Adiktif Lainnya. Jakarta: Direktorat
dari tahun ketahun melakukan penyembuhan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza.
terhadap klien. Penyelenggaraan pelayanan dan —————— (2014). Standar Rehabilitasi Sosial bagi
rehabilitasi didukung dengan berbagai perangkat Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,
seperti, lembaga, visi, misi, struktur organisasi, dan Zat Adiktif Lainnya. Jakarta: Direktorat Rehabili-
sarana prasarana, sumber daya manusia dan tasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza.
Koran Sindo, (2014). Pelajar Pengguna Narkoba Mening-
anggaran sebagai penunjang operasional panti. kat” Kamis, 25 Desember 2014, source:http//daerah.
Dalam pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial sindonews.com/read/942082/151/pelajar pengguna
dilakukan melalui beberapa tahapan, seperti narkoba meningkat-1419488999/diakses tgl 10 No-
assesmen terhadap penerima wajib lapor, detok- vember 2015.
sifikasi, informasi tentang bahaya napza, konse- Lisa, FR Juliana dan Sutrisna W Nengah, (2013). Narkoba,
Psikotropika dan Gangguan Jiwa: Tinjuan Kesehatan
ling, kegiatan olah tubuh, pengenalan program, dan Hukum. Yogyakarta: Nuha Medika.
advokasi. Pendekatan yang digunakan dalam Martono, Lydia Marlina dan Joewana, Satya, (2005). Mem-
penanganan penyalahgunaan napza meliputi, bantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya.
TC, religius, perpaduan herbal dan akupuntur. Jakarta: Balai Pustaka.
Sibolangit Centre juga telah membentuk jaringan Mutiara, (2015). Pengembangan Kapasitas Organisasi
.http://mutiara-fisip11.web.unair,ac.id/artikel_detail-
kerja, baik lintas lembaga maupun kerjasama 75610-Pengembangan persen 20 Kelembagaan-
dengan keluarga ataupun masyarakat. Persoalan Pengembangan persen 20 kapasitas persen 20 Organ-
Sibolangit Centre adalah kurang sosialisasi isasi persen 20 (Capacity persen 20 Building).html,
program sampai pada lapisan masyarakat se- diakses tanggal 28 Februari 2015.
hingga program tersebut tidak begitu dikenal di Suradi, (2012). Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat-
Adiktif), Penyalahgunaan dan Penangannya, Jakarta:
lingkungan masyarakat. Padahal tujuan dari pro- P3KS Press.
gram tersebut adalah untuk memberi informasi Suradi, (2012). Intervensi Individual, Bimbingan Psiko-
masyarakat bahwa lembaga Sibolangit Centre se- sosial 1: Kebahagiaan, Stress dan Potensi Diri,
bagai tempat untuk membantu pemulihan korban Yogyakarta: Citra Media.
penyahgunaan napza, sehingga dengan informasi

255
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 245 - 256

Suradi, dkk, (2014), Studi Evaluasi Penyelenggaraan deli serdang gulung 74 pengguna narkoba. Diakses
Kesejahteraan Sosial di 50 Kabupaten Tertinggal. tgl 11 November 2015.
Jakarta: P3K Press. Waspada, 2014, “Darurat Narkoba Sumatera Utara (1)”,
Kapolri (2016). Kapolres Deli Serdang Gulung 74 Peng- http://www.mandailingonline.com/darurat-narkoba-
guna Narkoba, “ortalkriminal.com/index.php/home/ sumatera-utara-bagian-1/diakses 11 November
kriminal-daerah/27657-100 hari kerja kapolri polres 2015.

256

Vous aimerez peut-être aussi