Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan mengukur gambaran
kognitif pada lanjut usia (lansia) dengan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) di Panti Wreda Taman Bodhi Asri (TABA), diperoleh jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil tersebut akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini, yang dijabarkan sebagai berikut.
1.
Dari Tabel 4.2. Didapatkan Data Gambaran Kognitif Berdasarkan Usia
diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan usia, dengan usia antara 60-74 tahun terbanyak memiliki gambaran kognitif yang normal dengan jumlah 12 orang (24%), probable gangguan kognitif berjumlah 8 orang (16%) dan definitive gangguan kognitif berjumlah 6 orang (12%). Dari hasil data diketahui responden penelitian pada lansia berdasarkan usia antara 75-90 tahun terdapat 8 orang (16%) normal, 4 orang (8%) probable gangguan kognitif dan terbanyak definitive gangguan kognitif dengan jumlah 9 orang (18%). Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia dengan usia di atas 90 tahun, terdapat 1 orang (2%) probable gangguan kognitif dan 2 orang (4%) definitive gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sundariyati, 2014) yang menyatakan bahwa lansia dengan usia 75-90 tahun mengalami gangguan kognitif terbanyak Peningkatan usia meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit degeneratif, salah satunya gangguan memori. Fungsi memori pada usia tua sebagian akan mengalami penurunan dan sebagian lagi tidak. Fungsi memori yang relatif stabil seiring peningkatan usia adalah memori semantik dan memori prosedural, sedangkan fungsi memori yang menurun seiring usia adalah memori kerja, memori episodik, kecepatan pemrosesan, dan memori prospektif. (Rilianto, 2015) Dari Tabel 4.3 Didapatkan Data Gambaran Kognitif Berdasarkan jenis kelamin Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan jenis kelamin laki-laki terdapat 14 orang (28%) terbanyak memiliki gambaran kognitif normal, sedangkan 7 orang (14%) probable gangguan kognitif dan 5 orang (10%) definitive gangguan kognitif. Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan jenis kelamin perempuan 6 orang (12%) normal, 6 orang (12%) probable gangguan kognitif dan terbanyak dengan 12 orang (24%) definitive gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zulsita, 2010) yang menyatakan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan mengalami penurunan kognitif terbanyak. Sebuah studi telah dilakukan untuk menguji alasan yang mendasari dimorfisme jenis kelamin dalam tingkat penurunan kogntif. Teori mengemukakan penjelasan tentang perbedaan jenis kelamin termasuk hormon seks seperti estrogen, penurunan ukuran kepala, penurunan cadangan kognitif, penurunan tingkat aktivitas olahraga pada perempuan. Dalam sebuah studi, peningkatan terjadinya penyakit Alzheimer ditemukan 20 kali lebih berpotensi pada wanita berbanding 3 kali pada laki-laki (Lin, et al, 2015).
Tabel 4.4 Didapatkan Data Gambaran Kognitif Berdasarkan Tingkat
pendidikan Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat lansia dengan tingkat pendidikan dasar 9 orang (18%) normal, 6 orang probable gangguan kognitif dan terbanyak dengan 12 orang (24%) definitive gangguan kognitif. Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat lansia dengan tingkat pendidikan menengah terbanyak dengan 9 orang (18%) normal, 6 orang (12%) probable gangguan kognitif dan 5 orang (10%) definitive gangguan kognitif. Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat lansia dengan tingkat pendidikan tinggi terbanyak dengan 2 orang (4%) normal, 1 orang (2%) probable gangguan kognitif dan 0 (0%) definitive gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ramadani, 2012) yang menyatakan bahwa lansia dengan tingkat pendidikan dasar mengalami gangguan kognitif terbanyak. Penurunan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya disebut cadangan kognitif. Orang dengan kecerdasan diusia muda atau fungsi kognitif yang lebih baik umumnya memiliki pendidikan, pekerjaan atau aktivitas yang meningkatkan kerja kognitif lebih baik (Howieson, 2015).
Tabel 4.5 Didapatkan Data Gambaran Kognitif Berdasarkan Status
Pernikahan Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan status pernikahan, terdapat tidak menikah 4 orang (8%) normal, probable gangguan kognitif 4 orang (8%) dan yang terbanyak definitve gangguan kognitif 6 orang (12%). Dari hasil data diketahui bahwa responden penelitian pada lansia berdasarkan status pernikahan telah menikah terdapat 16 orang (32%) normal terbanyak dibandingkan 9 orang (18%) probable gangguan kognitif dan 11 orang (22%) definitive gangguan kognitif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmawati, 2012) yang menyatakan status pernikahan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan fungsi kognitif. Keterlibatan sosial diterima sebagai tindakan untuk mengurangi risiko penurunan kognitif dan Demensia. Keterlibatan sosial telah beragam dinilai berdasarkan status pernikahan, jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga dan partisipasi dalam kegiatan sosial. Temuan hasil observasi pada keterlibatan sosial dan kognitif masih tidak konsisten (Lehert, et al, 2015).