Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Daaniyatuth Thoyyibah 361641311111
Wahyu Arga Dinata 361641311116
Ika Indah Trisnawati 361641311117
M. Fachrudin Gani 361641311121
Sendhi Intan Sari 361641311122
Arifurrahman 361641311124
Dini Dwi Lestari 361641311128
Deden Eri Bintara 361641311132
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan organisme air laut atau terumbu karang di sekitar
kawasan pantai Bangsring Under Water.
2. Untuk mengetahui keadaan daerah pesisir air laut di sekitar kawasan pantai
Bangsring Under Water.
3. Untuk mengetahui cara menanam terum bukarang yang benar.
4. Untuk mengetahui jawaban pengelola dan pendapat pengunjung atas pertanyaan
yang diajukan dalam kuesioner tentang Bangsring Under Water.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Prosedur kegiatan :
1. Pengamatan organiseme air laut (terumbu karang):
buatlah kelompok dengan jumlah 5-8 orang
Setiap kelompok mempersiapkan alat dan bahan seperti role meter, tali raffia,
alat snorkeling, kamera dan ATK
Ploting daerah perairan laut dangkal yang terdapat terumbu karang
Buatlah petakan pada daerah terumbu karang yang telah dipilih dengan bentuk
bujur sangkar 10m x 10m, selanjutnya buat plot petakan 2m x 2m untuk
mempermudah menhitung determinasi wilayah terumbu karang
Hitung setiap populasi terumbu karang pada plot 1m x 1m , jelaskan kondisi
terumbu karang yang tumbuh
Amati dan jelaskan kondisi jenis organism laut lain dalam petakan tersebut
seperti jenis ikan , udan , moluska, rumput laut, dan lainya
Ulangi kegiatan pegamatan sampling sebnayak 3 kali pengulangan
Catat dan dokumentasikan hasil pengamatan dalam form yang sudah
disediakan dalam lembar kerja
Laporkan hasil lembar kegiatan dalam bentuk praktikum
Berdasarkan analisis yang didapat bahwa jumlah kolam penangkaran yang ada
dirumah apung ada 8 kolam kecil pengkaran ikan yang berbentuk segi empat dan 2
Kolam besar penangkaran berbentuk lingkaran, kondisi kolam penangkaran terawat
karena setiap hari dibersihkan. Manfaat rumah apung sebagai penangkaram ikan hias,
ikan hiu serta tiram. Daya tahan mengalami penyusutan tiap tahunnya, dan status
kepemilikan dari rumah apung adalah hibah dari menteri kelautan dan perikanan.
Ikan yang ada di penangkaran Bangsring Underwater antara lain : bayi ikan
hiu, ikan kerapu hitam, ikan hias garis kuning, ikan hias sirip panjang, ikan hias garis
hitam kuning, ikan hias hitam biru, dan kerang tiram. Ikan yang berada di kolam
penangkaran tidak selamanya dirawat akan tetapi kalau sudah besar dan kondisinya
sehat akan dilepaskan demi keberlangsungan perikanan di kawasan Bangsring
Underwater.
4.3 Jenis-jenis Terumbu Karang
Wilayah konservasi di Bangsring Underwater adalah wilayah konservasi
terumbu karang. Terdapat dua jenis terumbu karang yang dibudidayakan, antara lain:
a. Acropora
Acropora sering disebut karang meja karena dapat membentuk
sekumpulan karang yang keras seperti meja. Selain itu acropora merupakan
genus kecil karang polip berbatu di filum Cnidaria. Spesies acropora dapat
tumbuh sebagai piring atau meja, sehingga sering disebut sebagai karang
meja, ramping atau cabang yang luas. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada
perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni
umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun
sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Karang
ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Karang acropora adalah koloni polip individu, dengan panjang 2
mm saling bersentuhan, dan berbagai jaringan termasuk jaringan saraf. Polip
dapat keluar masuk kembali ke dalam karang jika dalam keadaan terganggu
atau terdesak oleh gerakan atau gangguan dari predator. Polip ini biasanya
akan keluar dan terlihat lebih panjang pada malam hari untuk membantu
menangkap plankton dan bahan organik dari air,yang menjadi makanan
karang.
Karang meja merupakan tempat bersembunyi dari beberapa jenis
hewan dari para predatornya. Namun kerusakan lingkungan telah
menyebabkan berkurangnya populasi acropora. Acropora sangat rentan
terhadap pemutihan atau coral bleaching ketika terjadi tekanan pada
lingkungannya. Jenis ini adalah jenis karang yang paling banyak
dibudidayakan di wilayah konservasi Bangsring Underwater.
b. Softcoral
Softcoral atau karang lunak lebih dikenal sebagai Alcyonaria.
Alcyonaria adalah jenis karang sub kelas karang lunak mewakili sebagaian
besar dari fauna terumbu karang di beberapa perairan,antara lain di Bangsring
Underwater. Karang lunak khususnya mendominasi keindahan pemandangan
bawah air, namun sampai saat ini pengetahuan tentang taksonomi maupun
habitat dari anggota Octocorallia khususnya Alcyonacea masih sedikit.
Anggota Alcyonaria sama halnya dengan berbentuk polip yaitu
memiliki bentuk seperti bunga yang kecil. Tidak seperti batu, tubuh
Alcyonaria lembek tetapi disokong oleh sejumlah besar duri-duri yang kokoh,
berukuran kecil dan tersusun sedemikian rupasehingga tubuh Alcynoria lentur
dan tidak mudah putus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari laporan praktikum ini, dapat kami ambil kesimpulan yaitu:
1. jumlah kolam penangkaran yang ada dirumah apung ada 8 kolam kecil
pengkaran ikan yang berbentuk segi empat dan 2 Kolam besar penangkaran
berbentuk linngkaran, kondisi kolam penangkaran terawat karena setiap hari
dibersihkan.
2. Rumah Apung Bangsring Underwater kondisi biota semakin bertambah
disebabkan karena terlalu seringnya nelayan yang tidak sengaja menjaring
ikan. Ikan yang dikembalikan dan di rawat di rumah apung adalah ikan jenis
hiu sirip hitam dan sirip putih.
3. Jenis terumbu karang yang paling banyak dikonservasi di wilayah Konservasi
Pantai Bangsring adalah terumbu karang jenis Acropora.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada pengelola Pantai Bangsring adalah
agar selalu menjaga kebersihan air laut terutama disekitar wilayah konservasi agar
terumbu karang dan biota laut yang ada didalamnya dapat terjaga. Sedangkan
untuk para pengunjung, harus tetap menjaga wilayah pantai bangsring sampai ke
pulau Tabuhan tetap bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Hastuty R., Adrianto L., dan Yonvitner. (2015). Kajian Manfaat Kawasan Konservasi
Bagi Perikanan Yang Berkelanjutan Di Pesisir Timur PulauWeh. Jurnal
Teknologi Perikanan Dan Kelautan. 6(1) : 105-116.
Oktarina A., Kamal E., danSuparno. (2014). Kajian Kondisi Terumbu Karang Dan
Strategi Pengelolaannya Di Pulau Panjang, Air Bangis, Kabupaten Pasaman
Barat. Jurnal Natur Indonesia. 16(1) : 23-31.
Salsabiela M., Anggoro S., dan Purnaweni H. (2014). Kajian Keefektifan Pengelolaan
Terumbu Karang (Studi Kasus: Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)
Pulau Biawak Dan Sekitarnya, Kabupaten Indramayu). Jurnal Saintek
Perikanan. 10(1): 13-18.
Santoso A.D., dan Kardono. (2008). Teknologi Konservasi Dan Rehabilitasi Terumbu
Karang. Jurnal Teknologi Lingkungan. 9(3) : 221-226.
Saraswati A. A. (2004). Konsep Pengelolaan Ekosistem Pesisir (Studi Kasus
Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah). Jurnal Teknologi
Lingkungan. 5(3) : 205-211
DOKUMENTASI