Vous êtes sur la page 1sur 23

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ABNORMALITAS REKTUM , VULVA DAN URETRA

Dosen Pembimbing : Isni Lailatul M, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelas : 4C Keperawatan
Kelompok : 3
Nama anggota :
1. Afiatin Mas’ulla
2. Aisyah Putri
3. Ayu Dwi
4. Deva Agustina
5. Ella Rahmadani Permono Putri
6. Firda Zein
7. Iis Anggriani
8. Muhammad Muhlis Ifandi
9. Nanda Rifqi Tri Pamungkas
10. Nidya Apriliani
11. Nurul Faizah
12. Qofsa Rohmatun
13. Riyan Teguh
14. Shelly
15. Wahyu Prayogi
16. Wiwin Sonia

Progam Studi S1 Keperawatan


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirohim...

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,hidayah,serta karnunianya
sehingga kami dapat menyelsekan makalah “Abnormalitas Rektum,Vulva dan Uretra”
dengan tepat waktu.

Kami sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II, yaitu ibu Isni Lailatul M, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah mempercayai kami untuk
menyusun makalah ini. Kami juga berterima kasih pada teman-teman sekelompok yang telah
memberikan waktu, dan ide-ide sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Kami ingin makalah ini tersusun dengan baik bahkan sempurna, tetapi kami tahu
bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas perkulihan Keperawatan
Medikal Bedah II, semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah wawasan maupun
pengetauhan serta dijadikan dasar dalam menuntut ilmu dan berguna bagi pembacanya.

Lamongan,19 Maret 2019


DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Definisa ...............................................................................................................6
B. Tujuan .................................................................................................................6
C. Manfaat ..............................................................................................................7
D. Syarat senam hamil..............................................................................................8
E. Latihan dasar senam hamil ..................................................................................8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................16

A. Kesimpulan .............................................................................................................16
B. Saran .......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 01.

Gambar 02.

Gambar 03.

Gambar 04.

Gambar 05.

Gambar 06.

Gambar 07.

Gambar 08

Gambar 09

Gambar 10.

Gambar 11.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus.
Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna
makanan, serta penyerapan zat gizi yang penting bagi tubuh kita untuk hidup dan
tumbuh. Saluran pencernaan berawal dari mulut, dan berlanjut ke esofagus dan
lambung. Makanan disimpan sementara di lambung sampai disalurkan ke usus halus.
Usus halus di bagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, yeyunum dan ileum.
Pencernaan dan penyerapan makan berlangsung terutama di usus halus. Dari usus
halus, makanan kemudian masuk ke usus besar yang terdiri dari kolon dan rektum.
(Elizabeth J. Corwin 2009)
Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua
ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai penampungan
sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium urethra
eksterna. (Pearce, 2008)
Pada kesempatan kali ini kami ingin membahas mengenai rektum yang
merupakan salah satu organ sistem pencernaan, vulva dan uretra yang merupakan
bagian dari organ sistem urinaria.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi dari organ rektum ?
1.2.2 Bagaimana abnormalitas rektum ?
1.2.3 Bagaimana anatomi fisiologi dari organ vulva ?
1.2.4 Bagaimana abnormalitas vulva ?
1.2.5 Bagaimana anatomi fisiologi organ uretra ?
1.2.6 Bagaimana abnormalitas uretra ?
1.3 Manfaat
1.3.1 Menjadi referensi mahasiswa keperawatan dalam belajar.
1.3.2 Menambah wawasan mahasiswa keperawatan tentang abnormalitas rektum,
vulva dan uretra.
1.3.3 Membantu menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang
abnormalitas rektum, vulva dan uretra.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Rektum


Rektum adalah bagian dari usus besar yang berada di sepuluh sentimeter
terbawah, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Struktur
rektum serupa dengan kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membran
mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna Morgagni.
(Pearce,2008)

Gambar 01 Struktur Rektum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan
berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesentrika superior mendarahi
belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum), dan arteria mesentrika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal
kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. Aliran balik vena
dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superioir, vena
mesenterika inferior, dan vena hemoradialis superior (bagian sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati). Vena hemoradialis media dan inferior mengalirkan darah
ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anostomosis
antara vena hemoradialis superior, media, dan inferior (Emilia et al, 2002)
Gambar 02. Pembuluh darah vena rektum
2.2 Abnormalitas Rektum
2.6.1 Hemorrhoid
a. Pengertian
Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan
letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006).
Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior di
atas mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan
bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.
Hemorrhoid interna sering terletak di kanan depan, kanan belakang dan kiri
lateral. Hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemorrhoidalis inferior, terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat, 1998)

Gambar 03. Klasifikasi Hemorrhoid


b. Faktor Penyebab
 Keturunan: dinding pembuluh darah yang tipis dan lemah.
 Anatomi: vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemorrhoidalis kurang mendapat sokongan otot atau fasi sekitarnya.
 Pekerjaan: orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemorrhoid.
 Umur: pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
 Endokrin: misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas anus
(sekresi hormone relaksin).
 Mekanis: semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan
meninggi dalam rongga perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostate.
 Fisiologis: bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada derita
dekompensasio kordis atau sirosis hepatic.
 Radang adalah factor penting, yang menyebabkan vitalitas jaringan di
daerah berkurang. (Schubert dkk, 2009)

c. Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba dan
Abbas, 2007) yaitu:
 Hemoroid internal
 Prolaps dan keluarnya mukus.
 Perdarahan.
 Rasa tak nyaman.
 Gatal.
 Hemoroid eksternal
 Rasa terbakar.
 Nyeri ( jika mengalami trombosis).
 Gatal.

2.6.2 Kanker Kolorectal


a. Pengertian
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum
(bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus (Kemkes,2012)
Gambar 04. Stadium Kanker Kolorektal
b. Faktor Penyebab
 Diet tinggi lemak, rendah serat.
 Usia lebih dari 50 tahun.
 Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
 Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome.
Pada semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat
berkembang menjadi kanker rektum.
 Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis
syndrome, Peutz-Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
 Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter
nonpolyposis.
 Inflammatory bowel disease
 Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun)
 Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

c. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara
lain ialah:
 Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses,
baik itu darah segar maupun yang berwarna hitam.
 Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar
kosong saat BAB
 Feses yang lebih kecil dari biasanya.
 Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung,
rasa penuh pada perut atau nyeri.
 Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
 Mual dan muntah.
 Rasa letih dan lesu.
 Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan
nyeri pada daerah gluteus.

2.6.3 Proktitis
a. Pengertian
Proktitis adalah peradangan pada lapisan mukosa rektum yang dapat terjadi
secara akut maupun kronis.

Gambar 05. Lokasi Proktitis

b. Faktor Penyebab
 Proktitis yang disebabkan radang usus (misalnya, kolitis ulseratif,
penyakit Crohn).
 Proktitis infeksius, seperti Clostridium difficile dan Salmonela sp. (Dalam
kebanyakan kasus, inflamasi rektum yang disebabkan oleh infeksi
peradangan cenderung menyebabkan inflamasi pada kolon juga.).
 Proktitis dikarenakan kondisi jinak, seperti diversi, iskemia, dan proktitis
radiasi
c. Gejala

Gejala proktitis berbeda tergantung pada penyebabnya.


 Dorongan terus untuk buang air besar. Rektum terasa "penuh" atau bisa
mengalami sembelit (tidak dapat memiliki gerakan usus).
 Nyeri di daerah anus dan iritasi ringan rektum.
 Gejala yang lebih serius dapat terjadi, seperti nanah dan darah pada cairan
disertai spasme dan rasa sakit saat buang air besar.
 Jika mengalami perdarahan berat yang berhubungan dengan proktitis,
mungkin menyebabkan anemia (karena kehabisan darah). Seseorang yang
anemia biasanya memiliki kulit pucat, lekas marah, lemah, pusing , kuku
rapuh, dan sesak napas.
 Perdarahan rektum cenderung berwarna merah terang dan persisten tetapi
jarang parah. Perdarahan bisa berlangsung selama beberapa minggu atau
lebih.
 Perubahan pada kebiasaan buang air besar cenderung terjadi, biasanya
dengan penurunan volume dan peningkatan konten mukoid. Pasien akan
mengeluh diare ringan dengan banyak lendir. Diare ringan adalah keluhan
yang paling umum.
 Pasien dapat melaporkan tenesmus atau urgensi fekal.
 Diare berat umumnya jarang terjadi.
 Konstipasi dapat terjadi jika peradangan parah.
 Pasien juga dapat mengeluh kram abdominal. Hal ini disebabkan oleh
inflamasi pada pelvis.

2.3 Anatomi Fisiologi Vulva


Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis
sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput
darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke
bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons
veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk
kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke
belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang
meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung
saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan
terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang,
penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.

Gambar 06. Struktur Vulva

2.4 Abnormalitas Vulva


2.4.1 Kanker vulva
a. Pengertian
Kanker vulva adalah kanker yang menyerang permukaan luar daerah kemaluan
wanita.

Gambar 07. Kanker Vulva


b. Faktor Penyebab

beberapa faktor berikut adalah kondisi yang dapat meningkatkan timbulnya


kanker vulva, yaitu:
 Merokok.
 Pertambahan usia. Risiko kanker vulva umumnya meningkat pada usia 65
tahun ke atas dan mereka yang berada pada masa menopause. Kasus ini jarang
ditemui pada wanita berusia di bawah 50 tahun yang belum mengalami
menopause.
 Terpapar infeksi HPV (human papillomavirus), salah satu penyakit menular
seksual yang banyak ditemui pada wanita yang aktif secara seksual. Umumnya
infeksi HPV dapat mereda dengan sendirinya. Pada sebagian kasus lainnya
penyakit ini, sel yang terinfeksi dapat bermutasi dan berkembang menjadi sel
kanker.
 Terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh dan menjadikan penderita rentan terhadap infeksi HPV.
 Menderita gangguan pada kulit di area vulva, misalnya penyakit Lichen
Sclerosus.
 Pernah berada dalam kondisi prakanker vulva, atau vulvar intraepithelial
neoplasia (VIN), yang bisa berkembang menjadi kanker vulva. VIN adalah
kondisi ketika sel mengalami perubahan yang tidak menjurus kepada kanker.
Meski pada kebanyakan kasus yang pernah terjadi, kondisi ini dapat
menghilang dengan sendirinya, namun pada kenyataannya dapat juga
berkembang menjadi sel kanker.

c. Gejala
Gejala-gejala dari kanker vulva antara lain :
 Gatal-gatal
 Perdarahan yang bukan berasal dari menstruasi.
 Perubahan pada kondisi kulit, seperti warna dan ketebalan kulit. Kulit dapat
berwarna merah, putih, atau menggelap.
 Terdapat tahi lalat di area vulva yang berubah bentuk atau warna.
 Benjolan yang menyerupai jerawat, bisul, atau luka terbuka.
 Nyeri atau sensitif terhadap rasa sakit di area panggul, terutama ketika
berhubungan seksual.
 Terasa perih, khususnya ketika sedang kencing.
2.4.2 Vulvitis
a. Pengertian
Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva

Gambar 08. Peradangan Area Vulva

b. Faktor Penyebab
Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:
 Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus, atau
jamur. Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah herpes genital,
jamur candida, infeksi HPV, kutu kemaluan, dan skabies.
 Iritasi. Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkan iritasi, seperti tisu
toilet, sabun mandi, sampo, dan kondisioner yang mengandung parfum,
deodoran, bedak, semprotan organ intim, spermisida, serta pakaian dalam
yang bukan berbahan katun. Iritasi juga dapat terjadi setelah berenang atau
berendam di fasilitas umum, bersepeda, serta menunggang kuda.
 Penyakit kulit. Beberapa penyakit kulit yang dapat memengaruhi kesehatan
vulva, di antaranya adalah psoriasis, lichen planus, dan lichen sclerosus.
 Estrogen rendah. Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah,
seperti saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan peradangan
vagina akibat vagina menjadi kering.
 Vulvodynia. Seseorang yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa
tidak nyaman atau nyeri, seperti tersengat atau terbakar, yang bersifat kronis
pada area vagina dan vulva, tanpa adanya penyebab yang jelas.
 Kanker vulva. Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnya menyerang wanita
berusia di atas 60 tahun. Tandanya diawali dengan benjolan atau luka pada
vulva.

c. Gejala
 Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.
 Keputihan.
 Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
 Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
 Bengkak dan merah di labia dan vulva.
 Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.

2.5 Anatomi Fisiologi Uretra


Uretra ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang luar,
dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung
kencing. Pada wanita panjang uretra 2,5- 3,5 sentimeter, dan pada pria sekitar 17-
22,5 sentimeter.

Gambar 09. Uretra pria dan wanita

2.6 Abnormalitas Uretra


2.6.1 Hipospadia
a. Pengertian
Hipospadia adalah kondisi di mana uretra tidak berada di posisi yang normal.
Uretra merupakan sebuah saluran yang menghubungkan kandung kemih
dengan ujung penis. Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak tepat di
ujung penis untuk mengeluarkan urine. Tetapi pada pengidap hipospadia,
lubang uretra justru berada di bagian bawah penis.
b. Faktor Penyebab
Hipospadia adalah kelainan yang terjadi sejak lahir. Sama seperti cacat lahir
pada umumnya, penyebab perkembangan abnormal pada penis ini belum
diketahui secara pasti.

Pembentukan penis selama bayi berada dalam rahim ditentukan oleh beberapa
hal, salah satunya adalah hormon seks laki-laki, yakni testosteron. Hipospadia
diduga disebabkan oleh terhambatnya kerja hormon testosteron tersebut,
sehinga pertumbuhan penis menjadi terganggu.

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memicu hipospadia. Salah


satunya adalah riwayat keluarga. Hipospadia memang bukan penyakit
keturunan, tapi kondisi ini terkadang dapat terjadi pada bayi yang memiliki
anggota keluarga dengan kondisi yang sama.

Di samping keturunan, faktor-faktor pemicu lain diperkirakan juga bisa


berdampak kepada perkembangan janin pada masa kehamilan. Misalnya
pengaruh usia ibu yang di atas 40 tahun saat hamil dan pajanan rokok atau
senyawa kimiawi selama kehamilan, terutama pestisida.

c. Gejala
Kondisi hipospadia yang dialami tiap penderita berbeda-beda. Tingkat
keparahannya tergantung kepada lokasi lubang uretra. Pada umumnya, lubang
uretra pada pengidap hipospadia terletak di dekat ujung penis. Tetapi ada juga
pengidap dengan lubang uretra yang terletak di bagian tengah atau pangkal
penis (dekat skrotum). Posisi kedua inilah yang disebut hipospadia parah.

Di luar letak lubang uretra, gejala-gejala hipospadia lainnya cenderung terlihat


mirip. Di antaranya adalah:

 Kulup yang terlihat menaungi ujung penis. Ini terjadi karena kulup tidak
berkembang di bagian bawah penis.
 Penis yang melengkung ke bawah akibat terjadinya pengencangan
jaringan di bawah penis.
 Percikan abnormal yang terjadi saat buang air kecil.

2.6.2 Striktur Uretra


a. Pengertian
Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen uretra.Striktur uretra
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang
kecil sampai tidak dapat mengeluarkan urine keluar dari tubuh.(Muttaqin.
A,2011)

Gambar 10. Striktur Uretra

b. Faktor Penyebab
Striktur uretra dapat terjadi secara :
 Kongenital
Struktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan
anomali saluran kemih yang lain. Striktur ini biasanya sering terjadi di fossa
navikularis dan pars membranase.
 Didapat
 Cedera Uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral,
kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
 Cedera akibat peregangan
 Cedera akibat kecelakaan
 Urethritis gonorheal yang tidak ditangani
 Spasmus otot
 Tekanan diluar misalnya pertumbuhan tumor
 Post Operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan
struktururetra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
 Infeksi
Merupakan factor yang paling sering menimbulkan struktur uretra,
seperti infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan urethritis
gonorrhika atau non gonorrhika telah menginfeksi uretra beberapa tahun
sebelumnya,namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotik,
kebanyakan struktur ini terletak dipars membranasea, walaupun juga terdapat
pada tempat lain, infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi
dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi
atau menggunakan kondom.
c. Gejala
Keluhan kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran
mengecil, pancaran bercabang dan menetes sampai retensi
urine.Pembengkakan dan getah/nanah didaerah perineum, skrotum dan
terkadang timbul bercak darah dicelana dalam.Bila terjadi infeksi sistemik
penderita febris, warna urine bisa keruh (Nursalam, 2008).

Gejala dan tanda struktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih
dan kemudia timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti
digambarakan pada hipertrofia prostat.Struktur akibat radang uretra sering
agakluas dan mungkin multiple (Smeltzer.C, 2002).
2.6.3 Uretritis
a. Pengertian
Uretritis adalah peradangan atau pembengkakan yang terjadi pada uretra,
yaitu saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Kondisi
ini menyebabkan dorongan untuk buang air kecil semakin meningkat dan
penderita akan merasa nyeri ketika buang air kecil. Uretritis merupakan salah
satu jenis infeksi menular seksual.

Gambar 11. Uretritis


b. Faktor Penyebab
Berdasarkan penyebab peradangan, uretritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Uretritis gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri
penyebab gonore(Neisseria gonorrhoeae).
 Uretritis non-gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh faktor atau
bakteri lain. Sebagian besar uretritis non-gonore disebabkan oleh
bakteri chlamydia.
Selain bakteri, uretritis juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
 Virus, yaitu virus herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2), virus HPV,
dan cytomegalovirus.
 Trikomonas, yaitu sejenis parasit penyebab trikomoniasis.
 Cedera yang menyebabkan gangguan pada uretra.
 Kulit sekitar pembukaan uretra sensitif terhadap bahan kimia, seperti
spermisida.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena uretritis, yaitu:
 Berjenis kelamin wanita.
 Melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, tanpa menggunakan
kondom.
 Memiliki riwayat infeksi menular seksual.

c. Gejala
Gejala utama uretritis atau infeksi uretra adalah rasa nyeri ketika buang air kecil.
Selebihnya, gejala pada pria dan wanita dapat berbeda. Pada pria, gejala uretritis
meliputi:
 Rasa panas dan terbakar ketika buang air kecil.
 Hematuria.
 Penis terasa gatal, membengkak, dan mengeluarkan cairan.
 Kelenjar getah bening membengkak pada area selangkangan.
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ejakulasi.
Sementara itu, gejala uretritis pada wanita meliputi:
 Nyeri perut.
 Demam dan menggigil.
 Nyeri panggul.
 Rasa terbakar dan tidak nyaman ketika buang air kecil.
 Dispareunia.
 Keluar cairan dari vagina (keputihan)
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rektum adalah bagian dari usus besar yang berada di sepuluh sentimeter
terbawah, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal.
Abnormalitas yang dapat terjadi pada rektum ialah antara lain Hemorrhoid, Kanker
kolorektal dan Proktitis.
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis
sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput
darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Abnormalitas yang dapat terjadi pada organ-organ vulva adalah vulvitis dan kanker
vulva.
Uretra ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang
luar. Abnormalitas yang dapat terjadi pada uretra adalah hipospadia, striktur uretra
dan uretritis.

3.2 Saran
3.2.1 Kami harapkan makalah ini dapat menjadi referensi mahasiswa keperawatan
dalam belajar.
3.2.2 Diharapkan makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan mahasiswa
keperawatan tentang abnormalitas rektum, vulva dan uretra.
3.2.3 Diharapkan mahasiswa keperawatan menambah wawasan tentang
abnormalitas rektum, vulva dan uretra sehingga dapat memperbaiki mutu
pelayanan keperawatan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi