Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A
khlak menurut Imam al-Ghazali adalah gejala dari
kondisi kejiwaan yang keluar darinya perbuatan-
perbuatan dengan mudah, tanpa susah payah, dan
tanpa paksaan. Seorang yang pelit, misalnya, dapat berbuat
dan menampakkan diri seolah-olah sebagai seorang yang
pemurah. Namun perbuatan demikian bukan merupakan
gejala dari kondisi kejiwaannya karena keluarnya ia paksa-
kan. Secara disadari atau tidak, ia tahu bahwa pelit terma-
suk akhlak tercela, sedangkan pemurah termasuk akhlak
terpuji.
Hanbal vol. V hal. 342), Muslim (Shahih Muslim vol. I hal. 203), dan al-
Darimiy (Sunan al-Darimiy. Vol. I hal. 174) , lihat pula dalam Takhrij
Ahadits al-Ihya vol. IV hal. 147 dan sekitar 52 kitab lainnya
Akhlak Tercela 3 al-Ghazaliy
1. SUKA MAKAN
S
uka makan termasuk induk akhlak tercela karena pe-
rut adalah sumber semua syahwat. Dari perut akan
timbul bermacam-macam syahwat lain seperti syah-
wat seks. Jika syahwat makan dan syahwat seks kuat, akan
menimbulkan nafsu senang harta, karena kedua syahwat
tersebut tidak akan terpenuhi tanpa harta. Dari nafsu se-
nang harta akan timbul nafsu senang kedudukan atau ja-
batan, sebab mencari harta tanpa kedudukan adalah sukar.
Sewaktu harta dan kedudukan telah tercapai, akan bertum-
puk penyakit dalam hati seperti: takabur, pamer, iri hati,
dendam, permusuhan, dan sebagainya. Sumber dari semua
hal tersebut adalah perut.
ظ٤ُ ٚٗاٝ َ هللا٤ عج٢ذ كٛ رُي ًؤعش أُغب٢عش ك٧اُؼطش كبٕ اٝ عٞا أٗلغٌْ ثبُغٝذٛ عب: 417 اُظلؾخ
ػطشٝ عٞ هللا ٖٓ ع٠ُٖٓ ػَٔ أؽت ا
5 Al-Iraqiy menyatakan tak menjumpai hadits ini, namun al-Zubaidiy
hadits ini adalah hasan, dengan lafadh ٌُْٞبٓخ أؽ٤ّ اُوٞ٣ أكؼٌِْ ػ٘ذ هللا ٓ٘ضُخ
ةٍٝ ششًّٞ أٞبٓخ ًَ ٗئ٤ّ اُوٞ٣ َعٝ أثـؼٌْ ػ٘ذ هللا ػضٝ ٚٗ هللا عجؾب٢رلٌشا كٝ ػبٞع
9 Hadits hasan sahih dikeluarkan oleh al-Turmudziy, al-Nasaiy, dan
Ibn Majah. Dalam Sunan al-Nasaiy vol. IV hal. 177 disebutkan ٝ ػٔش٢ٗأخجش
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
7
ٕب
ِ طَ ٤ْ ش
َّ ُ ا١
َ بس َ َ اُذ َِّّ كٟ ِٓ ِٖ اث ِْٖ آدَ َّ َٓغْ َش١غْ ِش٤َ َُ َٕطب
ِ ا َٓ َغْٞ ُّو٤ِ ؼ َ ٤ْ ش
َّ ُِا َّٕ ا
ط ِش َ ْاُ َؼَٝ ِعْٞ ِث ْبُ ُغ
Sesungguhnya setan itu menyusup pada peredaran darah manu-
sia. Karena itu persempitlah tempat-tempat peredaran setan de-
ngan cara lapar dan dahaga.10
ْ َّ ُ اِٚ ٤ْ َِػ ْ َُُ ْلزَؼْ َُ ٌُ ْْ هَب٣ ة ْاُ َغَّ٘ ِخ َ ا هَ ْشْٞ ُٔ ٣ْ أ َ ِد
ِعْٞ َ ُّ ِثبُ ُغ٬غ َ ٍَ ُْ؟ هَب٣ْ ْق ُٗ ِذ
َ ٤ًَ ذ ِ ع ثَب
َّ َٝ
اُظ َٔ ِؤ
Hendaklah kamu terus menerus mengetuk pintu sorga; niscaya
pintu itu akan dibuka bagimu. Sabda Nabi ini diucapkan ke-
pada Aisyah ra yang lalu ditanyakan, “Bagaimana cara kami
mengetuk pintu sorga terus menerus?” Jawab Nabi: “Dengan la-
par dan dahaga.”11
ُ ُبف ْاُج
ِحَُّٞ ُ ُع ْض ٌء َِٖٓ اُُّ٘جَِّٚٗ ِٕ كَبْٞ ط ِ ظَ ْٗ َ أ٢ْ ِا كُْٞ ا ْش َشثَٝ اْٞ ًُُِ
Hendaklah kamu makan dan minum setengah kenyang, karena
sesungguhnya hal tersebut bagian dari kenabian.12
ٌٖشة ػ٣ ثٖ عبثش ػٖ أُوذاّ ثٖ ٓؼذ٠٤ؾ٣ ْٖ ػ٤ِ ٔبٕ ثٖ ع٤ِ عِٔخ ع٢خ ػٖ أث٤ثٖ ػضٔبٕ هبٍ ص٘ب ثو
كضِشٚ ٗلغٚ كبٕ ؿِجزٚؤٖ طِج٣ ٔبد٤ ؽغت اثٖ آدّ ُوٚ٘ػبء ششا ٖٓ ثطٝ ٢ٓ آد٨ٓ ملسو هيلع هللا ىلص هبٍ ٓب٢اُ٘ج
صِش ُِ٘لظٝ صِش ششاةٝ ّؽؼب
10 HR Bukhariy dan Muslim tanpa kata .....ٕطب
ِ َ ٤ْ اُ َّش١ ِ ا َٓ َغْٞ ُو٤ِّ ؼ
َ بس َ َ ك. Dalam
Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. I hal. 188 disebutkan ّ ٖٓ اثٖ آد١غش٤ُ ٕطب٤إ اُش
عٞ ثبُغٚ٣ا ٓغبسٞو٤ كؼُٕٚٞ هٝخ د٤ش طل٣ ٖٓ ؽذٚ٤ِع ٓزلن ػٞ ثبُغٚ٣ا ٓغبسٞو٤ اُذّ كؼٟٓغش
11 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan hadits ini. Dalam Takhrij
Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 46 disebutkan bahwa hadits ini hasan,
diriwayatkan dari Aisyah ra.
12 HR al-Daylamiy dalam Musnad al-Firdaws dengan sanad dlaif dan di-
riwayatkan oleh al-Turmudziy ًٓبْٞ َ٣ أ َ ْش َج ُغَٝ ًٓبْٞ َ٣ ُعْٞ أ َ ُع. Dalam Takhrij Ahadits
al-Ihya‟ vol. III hal. 42 menyebutkan riwayat hadits dari Abu Said al-
Khudriy dengan lafadh ٕٞ أٗظبف اُجط٢ا كٞاششثٝ اًِٞٝ اٞاُجغ
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
8
hati. Rasulullah saw bersabda,
ُُٚكَ ِطَٖ هَ ِْجَٝ ُُٚذ كِ ٌْ َشر ُ ػ
ْ َٔ ظ ْ َع ث
َ َُٚ٘ط َ َٓ ْٖ أ َ َعب
“Barang siapa yang melaparkan perutnya, maka akan tinggi-
lah pemikirannya dan cerdas hatinya.”13
Dengan demikian tak perlu diragukan lagi bahwa kun-
ci kebahagiaan adalah makrifat. Sedangkan makrifat ti-
dak akan dapat diperoleh kecuali dengan kejernihan
hati. Oleh karena itu lapar berarti mengetuk pintu sor-
ga.
2. Kelunakan hati sehingga dengannya orang dapat mem-
peroleh kelezatan munajat dan mendapatkan faedah
dzikir dan ibadat. Syekh Junaid14 berkata, “Orang yang
ingin mendapat kenikmatan dalam munajat akan mem-
buat satu tempat yang kosong dari makanan antara hati
dan dirinya.” Tidak diragukan lagi bahwa suasana hati
seperti takut kepada Allah, lunak, dapat berdialog de-
ngan Tuhan, dan mengagumi kebesaran Allah adalah
termasuk kunci pintu sorga. Namun pintu makrifat
yang lebih tinggi nilainya, sedangkan lapar berarti me-
ngetuk pintu makrifat.
3. Kerendahan nafsu, hilang rasa takabur, serta lenyap
perbuatan membandel. Nafsu tidak dapat dilemahkan
kecuali dengan lapar. Kebandelan nafsu mengajak
orang untuk lengah terhadap Allah. Kebandelan terse-
but adalah pintu neraka Jahim serta pintu kecelakaan.
Sedangkan lapar adalah yang menutup pintu tersebut.
Menutup pintu kecelakaan berarti membuka pintu ke-
yang paling menonjol namanya di kalangan ahli sufi, dan menjadi pa-
nutan tarekat seperti halnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Hidup 200
tahun sebelum kelahiran Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
9
bahagiaan. Oleh karena itu sewaktu dunia ditawarkan
kepada Nabi, beliau menjawab,
اِرَاَٝ ُؼ َّش ْػذ َ ُ ًٓب كَبِرَا ُع ْؼذْٞ َ٣ أ َ ْشجَ ُغَٝ ًٓبْٞ َ٣ ع
َ َ رَٝ ُطجَ ْشد ُ ْٞ َ ثَ َْ أ َ ُع٫
ُش ٌَ ْشدَ ُش ِج ْؼذ َ
Tidak, bahkan aku akan lapar sehari dan kenyang sehari. Jika
aku lapar aku dapat bersabar dan mendekatkan diri kepada
Allah; dan jika aku kenyang aku dapat bersyukur.15
4. Sesungguhnya ujian adalah termasuk pintu-pintu sor-
ga. Di dalam ujian atau balak orang dapat menyaksikan
rasa siksa, dan dengan ujian pulalah rasa takut kepada
siksa akhirat dapat meningkat. Orang tidak dapat me-
nyiksa dirinya sendiri kecuali dengan cara lapar. Dalam
keadaan lapar orang tidak berhajat kepada paksaan,
dan banyak manfaat yang akan terkumpul pada diri
orang yang lapar sehingga ia dapat menyaksikan ujian
dari Allah secara terus menerus.
5. Lapar juga dapat melemahkan syahwat untuk berbuat
maksiat dan merampas kemampuan nafsu yang selalu
mengajak kepada kejahatan serta melemahkan semua
syahwat yang menjadi sumber segala kemaksiatan. Ini-
lah faedah yang terbesar. Sayidina Ali16 ra berkata,
“Tiadalah sekali-kali aku akan kenyang kecuali aku
berbuat maksiat atau berkeinginan kepada kemaksiat-
an.” Karena itu Sayidatina Aisyah ra berkata, “Bid‟ah
yang pertama kali terjadi sesudah Rasulullah saw ada-
lah kenyang. Sesungguhnya bila sesuatu kaum ke-
nyang perutnya, nafsu mereka akan menjamah ke du-
17 Salah seorang tokoh besar kaum sufi, termasuk deretan syekh yang
dibacakan Fatihah tawasul dalam majlis dzikir tertentu (e.g. Dzikrul
Ghafilin), memiliki banyak mutiara kata, di antaranya “Kunci dunia
adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar.”
18 Nama lengkapnya Abu Ishak Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari
Isa bin Rafi‟ al-Tastariy, salah seorang pembesar imam tasawuf yang
berbicara tentang zuhud, ikhlas, dan aib perbuatan, wafat 283 H.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
12
serta kuat makan. Derajat terendah adalah cukup sete-
ngah mud tiap hari. Ukuran setengah mud kira-kira
6,125 ons, yaitu ukuran sepertiga perut. Umar bin Kha-
tab dan sejumlah sahabat makan setiap hari dengan
ukuran ini. Makanan mereka dalam 7 hari lebih kurang
satu gantang gandum syair. Derajat pertengahan, yaitu
satu mud (12,25 ons) untuk 7 hari. Jika seseorang sang-
gup makan lebih sedikit lagi berarti ia telah bersekutu
dengan para ahli ibadah dan hatinya cenderung kepada
jalan orang-orang yang menuju Tuhan.
21HR Ibnu Adiy dalam al-Kamil dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab, serta
Abu Nu‟aym dalam al-Hilyah. Lihat Ittihad al-Zubaydiy vol. 9 hal. 57
dan Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 52
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
15
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
16
2. BANYAK BICARA
B
anyak bicara termasuk induk akhlak yang tercela.
Oleh karena itu kebiasaan banyak bicara atau banyak
omong harus dihentikan. Teori Imam al-Ghazali me-
nyatakan bahwa semua perbuatan dari anggota badan
akan memberi bekas atau pengaruh kepada hati seseorang.
Mulut adalah yang paling banyak memberi pengaruh, ka-
rena setiap kata yang diucapkan akan membentuk sebuah
gambar di dalam hati. Gambar tersebut seluruhnya mence-
riterakan semua kalimat yang telah diucapkan oleh mulut.
Bila mulut berbuat dusta, maka di dalam hati terbentuk
gambar yang dusta, dan karenanya muka hati menjadi
bengkok. Jika hal seperti ini berlebihan sehingga orang mu-
ak mendengarkannya, maka muka hati menjadi hitam dan
gelap. Akhirnya banyak omong membawa kepada kema-
tian hati.
22HR Bukhari dalam Shahih al-Bukhariy riwayat Sahal bin Saad. Lihat
Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 60
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
17
ْاُلَ ْش ُطَٝ ُْ َ ْاُل: ٕب
ِ َكَٞ َْع٧َْ ُّ ا٬غ
َّ ُ اِٚ ٤ْ َِػ َ َُُّ٘ذ ِْخ َُ ا٣ ػ ْٖ أ َ ًْض َ ِش َٓب
َ ٍَ بس كَوَب َ ََ ِعئ
ُ َٝ
Ketika Rasulullah saw ditanya tentang hal yang banyak menye-
babkan orang masuk neraka, beliau menjawab, "Dua lubang, ya-
itu mulut dan kemaluan."23
ْْ؟ِٜ ِظبئِذُ أ َ ُْ ِغَ٘ز
َ َّ َؽ٫ ْْ ِاِٛ َبخ ِش
ِ َ٘ٓ ٠َِػ َ ََُّ٘ ٌُتُّ ا٣ ََْ َٛٝ
َ بط
Bukankah yang menelungkupkan manusia di neraka karena lu-
bang-lubang mereka kecuali pangkal lidahnya?24
َ ْٖ َٓ
ط َٔذَ َٗ َغب
Barang siapa diam, maka selamatlah ia.25
َ ِا َّٕ أ َ ًْض َ َش َخ:ٍَ هَبَٝ َُٙذ٣َ ِٚ ٤ْ َِ ػ
ب٣َ طب َ ُِ ؼَُ؟ كَؤ َ ْخ َش َط
َ َٝ َٝ َُٚٗغب
َ ػ َغ َ َ ْػ َٔب ٍِ أ َ ْك٧ْ ا١
ُّ َ أ
ِٚ ِٗغب
َ ُِ ٢ْ ِاث ِْٖ آدَ َّ ك
Muadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah tentang per-
buatan yang paling utama dilakukan oleh seseorang. Rasulullah
lalu mengeluarkan lidahnya kemudian meletakkan tangan beliau
pada lidah tersebut seraya bersabda, “Sesungguhnya sebagian be-
sar kesalahan manusia terletak pada lisannya.”26
ْ ٤َ ُِ ْٝ َ ًْشا أ٤وُ َْ َخ٤َ ِْ َخ ِش ك٥
ْ ُٔ ظ
ذ ِ ْ ِّ اْٞ َ٤ُ ْاَٝ ُِئْ ِٓ ُٖ ثِبهلل٣ ََٕٓ ْٖ ًَب
Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, hendak-
lah ia berkata yang baik atau diam.27
23 Dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Abu Hurayrah ra; juga al-Turmu-
dziy dan disahihkannya. Lihat Sunan Ibn Majah vol. II hal. 1418 dan
Shahih Ibn Hibban vol. II hal. 224
24 Dikeluarkan oleh Ibn Majah, al-Turmudziy; dan al-Hakim mengata-
kan sahih. Dalam Musnad Ibn Hanbal vol. V hal. 237 disebutkan bahwa
hadits ini riwayat Muadz bin Jabal ra
25 Dikeluarkan oleh al-Thabraniy dengan sanad jayid dan oleh al-Tur-
mudziy dari Abdullah bin Amr ra dengan sanad dhaif. Lihat Sunan al-
Turmudziy vol. IV hal. 660; Musnad Ibn Hanbal vol. II hal. 159; dan Sunan
al-Darimiy vol. II hal. 387
26 Dikeluarkan oleh al-Bayhaqiy dengan sanad hasan serta al-Thabraniy
dan Ibn Abi al-Dunya. Dalam Kanz al-Ummal vol. III hal. 1001 disebut-
kan bahwa hadits ini riwayat Ibn Mas‟ud ra
27 HR Bukhariy dan Muslim dari Abu Hurayrah ra dan diriwayatkan
oleh Ahmad sebagai bagian dari hadits dari Abu Syurayh al-Ka‟biy.
Lihat Shahih al-Bukhariy vol. V hal. 2240, Shahih Muslim vol. I hal. 68. Se-
kitar 111 tempat dalam berbagai kitab hadits menuturkan hadits ini.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
18
ْ َٓ ْٖ ًَض ُ َشَٝ ُُٚثْٞ ُُٗد ر
ُُٚثْٞ ُُٗد ر ُ َعو
ْ ُ ًَض ُ َشٚط ُ َعو
َ َٓ ْٖ ًَض ُ َشَٝ ُٚط َ ُ ًَض ُ َشُٚٓ َ٬ًَ َٓ ْٖ ًَض ُ َش
ِٚ ِ ث٠َُْٝ َ بس أ
ُ َُّ٘كَب
Barang siapa yang banyak omongnya, maka banyak jatuhnya.
Barang siapa banyak jatuhnya, maka banyak dosanya. Barang
siapa yang banyak dosanya, maka neraka adalah lebih patut bagi-
nya.28
1. Berdusta
Rasulullah saw memperingatkan bahwa berdusta ada-
lah perbuatan yang perlu ditinggalkan, sebagaimana
sabda beliau:
َت ِػ ْ٘ذَ هللاِ ًَزَّاثًب َ ْاُ ٌَزَٟز َ َؾ َّش٣َٝ ِة
َ ُ ٌْز٣ ٠َِّة َؽز ُ َ ٌْز٣ َُضَ ا ٍُ ْاُ َؼ ْجذ٣ َ٫
Tiada henti-hentinya seseorang hamba berdusta dan membi-
arkan dirinya dalam kedustaan, sehingga ia dicatat di sisi
Allah sebagai pendusta.31
َُُٚ ٌَ ٣ْ َٝ َُُٚ ٌَ ٣ْ َٝ بط
ُ َُُّ٘ اْٚ٘ ِٓ َؼ َؾي ُ َ ٌْز٤َِّس ك
ْ َ٤ُِ ِة ْ ٌَ َُِِّ ِز٣ْ َٝ
ُ ُ َؾذ٣ ١
Celakalah orang yang berbicara kemudian ia berdusta agar
orang lain tertawa! Celaka baginya! Celaka baginya!32
ُ َٝ ِ ْش َشاىُ ِثبهلل٩ِ َْ أَُٗجِّئ ُ ٌُ ْْ ِثؤ َ ًْ َج ِش ْاُ ٌَجَبئِ ِش ا٫َأ
َ ًَبَٕ ُٓز َّ ٌِئًب كَوَؼَذَٝ ِْٖ ٣َا ُِذَٞ ُ ُم ْاْٞ ُػو
ُّ ٍُ ْٞ َهَٝ َ٫ََ ُّ أ٬غ
ِسْٝ اُض َّ ُ اِٚ ٤ْ َِػ َ ٍَ كَوَب
Bukankah sudah kuterangkan kepadamu tentang dosa yang
paling besar? (Yaitu) menyekutukan Allah, durhaka terhadap
kedua orang tua, ... waktu itu Rasulullah bersandar lalu du-
duk seraya bersabda: Ingatlah, dan ... omongan bohong atau
palsu!33
َ ْاُ ٌَزَٝ ََبَٗخ٤َّ ْاُ ِخ٫ِب ْاُ ُٔئْ َِٖٓ اَٜ ٤ْ َِػ
ِة ْ َ٣ ظَِ ٍخ
َ ُطجَ ُغ هللا ْ ًُ َُّ َخ
Tiap pekerjaan dosa yang dilakukan oleh seorang mukmin
hat Shahih al-Bukhariy vol. V hal. 2314, dan 29 tempat dalam kitab ha-
dits lainnya
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
21
Allah akan mencatat dia sebagai orang mukmin atasnya, ke-
cuali perbuatan khianat dan dusta.34
37
38 HR al-Turmudziy dari hadits hasan mursal
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
25
b. “ ِش٤ْ َُ ِذ ْاُ َج ِؼَٝ ٠َِػ
َ ََٗؾْ ُِِٔيَٝ ” Wa nachmiluka „ala waladil
ba‟ir yang artinya: (1) Kami akan membawa kamu
39
2. Menggunjing
Menggunjing (ngrasani, Jawa) adalah akibat dari ba-
nyak omong. Rasulullah saw memberi peringatan agar
seseorang menjauhkan diri dari perbuatan menggun-
dits Asma‟ binti Abu Yazid ibn al-Sakan dengan kata ٖ رغٔؼ٫. Lihat al-
Mu‟jam al-Kabir vol. 23 hal. 26
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
26
jing, misalnya dalam firman Allah dan hadits-hadits
beliau:
ُُٙٞٔ ُ زْٛ ٍۭز ًب كَ ٌَ ِش٤ْ َٓ ِٚ ٤َؤ ْ ًُ ََ َُؾْ َْ أ َ ِخ٣ َٕ ُِؾتُّ أ َ َؽذُ ًُ ْْ أ٣َأ
Adakah salah seorang dari kamu senang memakan daging
saudaranya yang mati? Niscaya kamu semua membenci-
nya.42
َ َ جَخ أ٤ْ ا َ ُْ ِـ
ّ ِ َِٖٓ ُّشذ
٠َٗاُض
Menggunjing dosanya lebih berat dari pada zina. 43
44HR Abu Dawud dari Anas ra dengan sanad mursal. Lihat Takhrij
Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 109
Kebolehan menggunjing
Menggunjing diperbolehkan dalam enam kondisi:
a. Orang teraniaya yang menyebutkan kedhaliman
orang yang menganiaya di hadapan pejabat agar pe-
jabat tersebut menolak kedhaliman penganiaya. Bila
disebutkan di hadapan bukan pejabat yang tak
mampu melakukannya, maka tidak diperbolehkan.
Misal orang-orang yang sedang melakukan haji di-
bicarakan di hadapan seorang ulama salaf, kemu-
dian ulama tersebut berkata, “Sungguh Allah akan
membalaskan bagi orang-orang yang haji dari
orang-orang yang menggunjing; sebagaimana Allah
akan membalaskan bagi orang-orang yang haji dari
orang-orang yang menganiayanya.”
b. Di hadapan orang yang dimintai tolong untuk
mengubah kemungkaran.
c. Di hadapan orang yang diminta fatwanya tatkala
memerlukan penuturan masalah. Hindun49 berkata
Harb, seorang pria yang sangat berpengaruh di Mekkah. Dia ibu dari
Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah dan Ramlah binti Abu Sufyan
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
31
kepada Nabi saw, “Sungguh Abu Sufyan adalah
laki-laki bakhil. Ia tidak memberiku nafkah yang
cukup.”
d. Menghindarkan orang Islam dari kejahatan orang
lain bila ia mengetahui seandainya ia tidak menye-
butkan kejahatan tersebut pasti kesaksian orang ja-
hat malah diterima. Misal menyebutkan kejahatan
seseorang di hadapan orang yang akan diajak kerja-
sama oleh orang jahat, yang dapat mengakibatkan
kemudlaratan orang tersebut. Hal ini hanya diper-
bolehkan di hadapan orang yang diperkirakan akan
mendapatkan kemudlaratan.
e. Menyebutkan seseorang yang sudah terkenal de-
ngan nama yang ada cacatnya, seperti “si cengeng”
atau “si juling”. Akan tetapi lebih baik menyebutkan
dengan nama yang lain.
f. Menyebutkan cacat orang yang telah berterang-
terangan dalam perbuatan cacat dan tidak benci bila
ia mendengarnya, misal “si banci”, atau “si penjual
arak”.
adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad. Abu Sufyan dan Hindun
awalnya sangat menentang penyebaran agama Islam. Statusnya seba-
gai sahabat nabi dipertanyakan karena aksinya yang sebelum memeluk
Islam telah mengunyah hati Hamzah paman Nabi Muhammad sewak-
tu Perang Uhud. Ia diperkirakan hidup pada akhir abad ke-6 dan awal
ke-7
50 Jika ditinjau dari segi tahun, yang termasuk sebutan al-Hasan adalah
Hasan bin Ali bin Abu Thalib ( ؽبُت٢ ثٖ أث٢ِ( )ؽغٖ ثٖ ػc. 625 – 669), putera
dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, dan cucu pertama dari
Nabi Muhammad saw.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
32
b. orang fasik yang berterang-terangan dalam kefasik-
annya, dan
c. pimpinan yang durhaka.
51
Menurut al-Iraqiy tidak ditemukan aslinya sebagaimana disebut da-
lam Kasyf al-Khufa‟ vol. II hal. 1248, namun menurut al-Zubaydiy hadits
tersebut riwayat Ibn Abi al-Dunya dari Hasan al-Bashriy. Dalam al-
Ihya‟ disebutkan dengan د ْاُؼَ ْج ِذ
ِ َؽ َغَ٘ب٢ْ ِ َج ِخ ك٤ْ ع ِٓ َٖ ْاُ ِـ
َ َجِ ِظ ثِؤ َ ْع َش٤ُ ْا٢ِبس ك
ُ ََُّ٘ٓب ا
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
33
sirna.
b. Hendaknya seseorang memikirkan cacat yang ada
pada dirinya sendiri. Bila dirinya terdapat cacat,
hendaklah ia sibuk memperbaiki diri sendiri tanpa
memperhatikan cacat orang lain.
c. Jika seseorang pernah melakukan dosa walaupun
kecil, hendaknya ia menyadari bahwa kecelakaan
dirinya lantaran dosa kecil yang dilakukan adalah
lebih banyak dari pada kecelakaan diri sebab dosa
besar yang dikerjakan orang lain.
d. Jika seseorang merasa bahwa dirinya tidak cacat,
hendaknya ia menyadari bahwa kebodohannya da-
lam mengetahui cacat dirinya adalah cacat yang pa-
ling besar.
e. Jika seseorang tidak mempunyai cacat dan benar-
benar telah mensucikan diri dari cacat, hendaknya
bersyukur kepada Allah sebagai ganti perbuatan
menggunjing yang mungkin akan dilakukan. Per-
buatan menggunjing seseorang dan memakan bang-
kai temannya adalah termasuk cacat yang paling
besar yang patut ia hindarkan.
f. Jika lisan seseorang terlanjur menggunjing, sebaik-
nya ia segera minta ampun kepada Allah dan pergi
ke rumah orang yang dirasani seraya berkata kepa-
danya, “Aku telah menganiaya Anda dengan meng-
gunjing. Maafkan aku,” sampai orang yang dirasani
memaafkan.
g. Jika seseorang yang dirasani menolak untuk mem-
beri maaf, maka ia harus memperbanyak pujian atau
memuji orang yang dirasani, dan mendoakan serta
berbuat kebajikan kepadanya. Dengan demikian bila
di akhirat sebagian amal baiknya telah dipindahkan
ke catatan orang yang dirasani, maka akan tersisa
baginya amal kebajikan yang cukup bagi dirinya
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
34
sendiri. Hal tersebut adalah sebagai tebusan perbu-
atan menggunjing.52
3. Berbantah
Rasulullah saw bersabda bahwa berbantah perlu di-
tinggalkan. Misal:
ًَُٚ َٓ ْٖ ر ََشَٝ ْاُ َغَّ٘ ِخ٠َِ أ َ ْػ٢ْ ِذٌ ك٤ْ َُ ثَُٚ ٢ َ ُِ٘ ُٓ ِؾ ٌّن ثَٞ ُٛ َٝ َٓ ْٖ ر ََشىَ ْاُ ِٔ َشا َء
غ ْاُ َغَّ٘ ِخِ َ َسث٢ْ ِذٌ ك٤ْ َُ ثَُٚ ٢ َ ُِ٘ ُٓج ِْط ٌَ ثَٞ ُٛ َٝ
Barang siapa yang meninggalkan berbantah sedangkan ia
berhak untuk membantah, maka akan dibuatkan sebuah ru-
mah di sorga yang tinggi. Dan barang siapa yang mening-
galkan berbantah sedangkan ia tidak berhak untuk memban-
tah, maka akan dibuatkan sebuah rumah di sebuah tempat di
sorga.53
Perbedaan pahala dalam hadits tersebut karena me-
ninggalkan berbantah bagi orang yang berhak adalah
lebih berat.
ُٓ ِؾ ٌّنَٞ ُٛ َٝ ع ْاُ ِٔ َشا َء ِ َٔ ٣ْ ٩ِ ْوَخَ ا٤ْ َ ْغز َ ٌْ ِٔ َُ ْاُؼَ ْجذُ َؽ ِو٣ َ٫
َ ََذ٣ ٠َّبٕ َؽز
Tidaklah seseorang dapat menyempurnakan hakekat keiman-
an sebelum ia dapat meninggalkan berbantah sedangkan ia
berhak.54
4. Bergurau
Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang berbuat
agar orang lain yang mendengarkannya tertawa dapat
menyebabkan kehormatannya hilang. Sabdanya,
َّب٣ أ َ ْثؼَذَ َِٖٓ اُض ُّ َش١ َ َِب ُعَٜ ُِؼ ِْؾيُ ث٣ َز َ ٌََِّ ُْ ثِ ْبُ ٌَ ِِ َٔ ِخ٤َُ ََ اُش ُع
ْ ِٞ ْٜ َ٤َُ كٙغب َء َّ َّٕ ِا
Sungguh orang yang mengucapkan perkataan agar orang-
orang yang mendengarkannya tertawa, kehormatannya akan
pergi lebih jauh dari bintang Surayya.55
ِ َٔ ُ َ ر٫َٝ َبس أ َ َخبى
ُٚ ْبصؽ ِ َٔ ُ َ ر٫
Janganlah kau bantah saudaramu dan jangan kau ajak ia ber-
gurau.56
5. Memuji
Memuji biasa dilakukan oleh pegawai negeri di depan
atasannya, dan juga biasa dilakukan oleh seseorang di
62HR Bukhariy dan Muslim dari Abi Bakrah dan lain-lain, juga Ibn Abi
al-Dunya, serta Abu Dawud dan Ibn Majah dengan kalimat yang seru-
pa
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
38
hati seseorang ia berbuat maksiat. Rasulullah mem-
peringatkan,
ت اِرَا ُٓ ِذ َػ ْاُلَب ِع ُن َ َ ْـ٤َُ َاِ َّٕ هللا
ُ ؼ
Sungguh Allah murka jika orang fasik (orang yang rusak
agamanya) dipuji.63 Hasan menambahkan bahwa
orang yang mendoakan orang fasik agar panjang
umur berarti senang untuk mendurhakai Allah.
Orang yang dhalim dan fasik sepantasnya dicela
agar hilang kesenangannya dalam berbuat aniaya
dan kefasikan.
65 HR Ibn Adiy dan al-Daylamiy dari hadits Ibnu Umar dengan sanad
dlaif dan diriwayatkan oleh al-Bayhaqiy mawquf pada Umar dengan
sanad sahih
66 HR Abu Manshur al-Daylamiy, hadits munkar, namun yang dikenal
67
َ َٖ اُز ُّ َش٤ْ ِ ْاُ َٔذَّاؽِٙ ْٞ ُعُٝ ٢ْ ِا كْٞ ُ أَؽْ ض
HR Muslim dengan kalimat اة
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
41
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
42
3. MARAH
R
asulullah banyak memperingatkan umatnya agar
tidak lekas marah. Beberapa hadits yang berkaitan
dengan hal tersebut misalnya:
ت َ َُ ِػ ْ٘ذَ ْاُـٚغ
ِ ؼ ْ ذُ اَُّز٣ْ ش ِذ
َ ْٔ ِِيُ َٗ ْل٣َ ١ِ َّ ُػ ِخ ِاَّٗ َٔب ا
َ ظ ْش َ ٤َُ
َّ ُْظ ا
ُّ ُذُ ِثب٣ْ ش ِذ
Bukanlah yang disebut orang kuat adalah karena pukulannya,
tetapi sesungguhnya orang yang kuat ialah orang yang dapat
menguasai dirinya ketika marah.68
َ ظ ِج ُش ْاُ َؼ
ََ غ َّ ُُ ْل ِغذُ ا٣ َٔبَٕ ًَ َٔب٣ْ ٩ِ ُْ ْل ِغذُ ا٣ ت َ َا َ ُْـ
ُ ؼ
Marah dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu.69
َ ٠ََّ أ َ ْشل٫ؾ ِا
َْ ََّٜ٘ َع٠َِػ ُّ َت أ َ َؽذٌ ه
َ َؼ
ِ َٓب ؿ
Seseorang yang marah sebenarnya pergi ke tepi neraka Jaha-
nam.70
ْٖ ِٓ ٢ْ ِٗ ُُ ْ٘ ِوز٣ ت هللاِ َهب ٍَ كَ َٔب
ُ ؼ
َ ؿ َ َ ءٍ أ٢َ
َ ٍَشذُّ؟ هَب ْ ش١ ُّ َ ٍَ هللاِ أْٞ ع
ُ ب َس٣َ ٌَ هَب ٍَ َس ُعَٝ
ْؼت َ َ ر َ ْـ٫ ْٕ َ ت هللاِ؟ هَب ٍَ أ
ِ ؼ َ ؿ َ
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw, “Ya Rasulallah,
siksa apa yang paling berat?” Jawab Rasulullah, “Murka Allah.”
Orang itu bertanya lagi, “Apakah yang dapat menyelamatkan
saya dari murka Allah?” Rasulullah menjawab, “Jangan ma-
rah.”71
َ ٍَ أُهَ ِِّ َُ كَوَبَٝ ٍَ َٔ َ ثِؼ٢ْ ِٗعَِّ َْ ُٓ ْش
ِٚ ٤ْ َِػ َ ُ هللا٠َِّط
َ َٝ ِٚ ٤ْ َِػ ُ هَب ٍَ َس ُع ٌَ ُِ َشَٝ
َ ِ ٍِ هللاْٞ ع
Hakekat marah
Marah adalah seberkas api dari neraka yang menyala-
nyala, yang membakar hati manusia. Hal ini nampak pada
mata seseorang yang sedang marah, yaitu kelihatan merah.
Barang siapa yang marah berarti telah tertarik ke dalam
urat nadi syetan, karena syetan dijadikan dari api. Oleh ka-
rena itu melemahkan marah yang keterlaluan termasuk
upaya yang cukup penting dalam agama.
Cara pengobatan
Cara mengobati marah ada dua macam, yaitu melemah-
kannya dan menahannya. Cara pertama, melemahkan ma-
rah dengan jalan latihan. Cara ini mengisyaratkan untuk
tidak mematikan rasa marah sebab marah dapat berguna
untuk berperang melawan orang kafir, untuk mencegah
73 HR Ibn Abi al-Dunya dengan sanad sahih, juga Ahmad dalam Mus-
nad Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Hibban
74 HR Abu Dawud, Ahmad, dan al-Thabraniy dalam al-Kabir
75 Hadits hasan sahih riwayat al-Turmudziy
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
46
guhnya ia pasti dicatat sebagai orang perkasa dan dengan sesuatu
yang dikuasai kecuali kepada keluarganya.76
َب َٓ ِخ٤ َّ ْاُ ِوْٞ َ٣ َُٚ هَ ِْج٠َُ َ هللاُ رَؼَب٨َ َٓ ُٙؼب
َ ْٓ َ ُ أَٚ٤ؼ
ِ ُْٔ ٣ ْٕ َ شَب َء أْٞ ََُٝ ظب
ً ٤ْ ؿ
َ َْ ظ َ ًَ ْٖ َٓ
َٔبًٗب٣ْ ِاَٝ أ َ ًْٓ٘ب
Barang siapa yang menahan kemarahan yang seandainya ia ingin
melampiaskannya ia dapat melakukannya, maka Allah akan me-
menuhi hatinya dengan rasa aman dan iman pada hari kiamat
nanti.77
َ ًَ َٓبَٝ ٌػ ْجذ
بَٜ َٔ ظ َ ٌْ ٣َ ٍع٤ْ ؿ
َ بَٜ ُٔ ظ َ ِٓ ْٖ ُع ْش٠َُ هللاِ ر َ َؼب٠َُػ ٍخ أ َ َؽتَّ ِا
َ ػ ِخ َ َٓب ِٓ ْٖ ُع ْش
َٔبًٗب٣ْ ُ ِاَٚكْٞ َ هللاُ َع٨َ َٓ َّ٫ػ ْجذٌ ِا
َ
Tak ada tegukan yang lebih disenangi oleh Allah kecuali tegukan
kemarahan yang ditahan oleh seseorang hamba. Tiadalah sese-
orang hamba menahan yang demikian kecuali Allah akan meme-
nuhi rongga dadanya dengan keimanan.78
4. IRI HATI
R
asulullah saw memperingatkan agar seseorang tidak
memendam rasa iri hati terhadap orang lain. Banyak
peringatan yang disampaikan, misalnya dalam sab-
da beliau
ت ُ َُّ٘د ًَ َٔب ر َؤ ْ ًُ َُ ا
َ بس اُ َؾ
َ ط َ َؤ ْ ًُ َُ ْاُ َؾ٣ ُغذ
ِ غَ٘ب َ ا َ ُْ َؾ
Iri hati akan menghancurkan amal baik seseorang bagaikan api
yang membakar kayu.79
ْٖ ِٓ ِعؤ ُ َؽ ِذّص ُ ٌُ ْْ ِث ْبُ َٔ ْخ َشط َ ْاُ َؾَٝ ُ َْشح٤اُط
َ َٝ ُغذ َّ َٝ ُّٖ اُظ
َّ ٌ َّٖ أ َ َؽذُٜ ْ٘ ِٓ ْٞ ْ٘ ُغ٣َ َ٫ س ٌ َ٬َص
َِ رَجْؾ٬َغ ْذدَ ك َ ِارَا َؽَٝ غ ِ ٓبْ َ َّْشدَ ك٤طَ َ ِارَا رَٝ َ ر ُ َؾ ِوّ ْن٬َظَ٘ ْ٘ذَ ك َ رَُِيَ ِارَا
Ada tiga hal yang tak seorangpun selamat dari ketiganya, yaitu:
berprasangka, meramal, dan iri hati. Aku beritahukan kepadamu
cara menyelamatkan diri dari ketiga hal tersebut, yaitu: bila ka-
mu berprasangka janganlah kau benarkan, bila kamu meramal
hendaklah kau langgar, dan bila kamu iri hati, janganlah kau
ikuti.80
َ ُ َٓ ِْ هَ ْجَِ ٌُ ْْ ْاُ َؾ٧ْ ٌُ ْْ دَا ُء ا٤ْ َُدَةَّ ِا
َ ْاُ َج ْـَٝ ُغذ
ؼب ُء
Penyakit umat sebelum kamu akan merayap kepadamu, yaitu iri
hati dan saling membenci.81
79 HR Abu Dawud dan Ibn Majah dengan sanad dlaif, dan riwayat al-
Khatib dengan sanad hasan
80 HR Ibn Abi al-Dunya yang dalam sanadnya ada kedlaifan, demikian
riwayat al-Thabraniy
81 Al-Turmudziy, dan riwayat al-Bazzar dengan sanad bagus, lihat Sha-
Cara pengobatan
Mengobati rasa iri hati dalam diri seseorang dapat dilaku-
kan dengan dua cara, yaitu dengan ilmu dan dengan
perbuatan. Cara pertama, mengobati iri hati dengan ilmu
adalah dengan menyadari bahwa iri hati yang ada dalam
diri seseorang tidak akan membuat orang yang diiri rugi
atau melarat bahkan memberi manfaat kepadanya. Orang
yang iri hati akan memperoleh kerugian sebab semua amal
baiknya akan rusak binasa. Ia akan berhadapan dengan
murka Allah karena marah atau tidak senang terhadap
keputusan Allah, serta pelit terhadap kenikmatan Allah
yang diberikan kepada sekalian hamba-Nya. Ini adalah
bahaya iri hati ditinjau dari segi agama.
Ditinjau dari segi keduniaan, orang yang iri hati selalu da-
lam kesusahan dan selalu mendongkol hatinya. Jika lawan
atau rival yang diiri mendapat kenikmatan yang berlebih-
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
49
an, orang yang iri bertambah sedih. Ia menginginkan agar
lawannya mendapat musibah, namun kenyataan musibah
tersebut sebetulnya menimpa dirinya sendiri. Orang yang
iri hati selalu dalam kesusahan dan musibah, terutama jika
lawannya mendapat kenikmatan. Lawan atau rivalnya te-
tap mendapat manfaat dan tidak mendapatkan kesusahan,
karena iri hati tidak dapat menghancurkan kenikmatan.
Kebaikan lawan bahkan berlipat ganda karena kebaikan
orang yang iri hati berpindah kepadanya, terlebih lagi jika
orang yang iri hati tersebut menggunjing terus menerus.
Keinginan orang yang iri hati agar kenikmatan lawan sirna
tak terwujud, bahkan sebaliknya, Allah menambah kenik-
matan akhirat nantinya. Sementara itu orang yang iri hati
akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat.
P
elit, kikir, atau bakhil adalah perangai yang perlu
ditinggalkan dari diri orang mukmin. Beberapa fir-
man Allah swt dan hadits Rasulullah saw yang ber-
kaitan dengan ancaman terhadap sifat pelit dan senang
harta adalah:
َٟٓ ُٝۦ كَؤِٚ ش َّؼ َٗ ْل ِغ
َٕٞ ُْ ٱ ُْ ُٔ ْل ِِ ُؾُٛ ٍَئِي ُ َمُٞ٣ َٖٓ َٝ
Barang siapa yang terpelihara dari kepelitan dirinya, maka mere-
kalah orang yang berbahagia.83
ْْ ُٜ َُّ ٍۭ ًْشا٤ َخَٞ ُٛ ۦِٚ ِِ ؼ
ْ َ ُْ ٱ َّّللُ ِٖٓ كُٜ َٕ ِث َٔب ٓ َءار َٰىَُِٞ ْج َخ٣ َٖ٣ِغجَ َّٖ ٱَُّز
َ َْؾ٣ ٫َ َٝ
Janganlah menduga bahwa orang-orang yang kikir dengan harta
yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya akan menjadikan ke-
baikan baginya.84
َ ََُّٕ٘ ٱَٝؤ ْ ُٓ ُش٣َٝ ََُِٕٞ ْج َخ٣ َٖ٣ِسا ٱَُّزٞ
َِ بط ِثٲ ُْج ُْخ ً كَ ُخ٫ ُِؾتُّ َٖٓ ًَبَٕ ُٓ ْخز ٍۭ ًَب٣ ٫َ َِا َّٕ ٱ َّّلل
Sesungguhnya Allah tidak mengasihi setiap orang yang sombong
dan bermegah-megah, yaitu orang-orang yang kikir dan menyu-
ruh orang lain agar kikir.85
َ ََُّٕ٘ ٱَٝؤ ْ ُٓ ُش٣َٝ ََُِٕٞ ْج َخ٣ َٖ٣ِس ٱَُّزٞ
َِ بط ِثٲ ُْج ُْخ ٍ ُِؾتُّ ًُ ََّ ُٓ ْخز َب ٍۢ ٍٍ كَ ُخ٣ ٫َ ُٱ َّّللَٝ
Allah tidak mengasihi setiap orang yang sombong dan bermegah-
megah, yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain
agar kikir.86
83
Surat al-Hasyr ayat 9 dan al-Taghabun ayat 16
84 Surat Ali Imran ayat 180
85 Surat al-Nisa‟ ayat 36 dan 37
86 Surat al-Hadid ayat 24 dan 25
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
54
ْْ ٌُ ََِِيَ َٓ ْٖ ًَبَٕ هَ ْجْٛ َ ُ أَِّٚٗ ْاُج ُْخ ََ كَبَٝ ْْ ًُ َّب٣ِا
Awaslah kamu terhadap bakhil! Sesungguhnya kebakhilan telah
mencelakakan orang-orang sebelum kamu.87
َ َُ ْاُج ُْخَٝ ٢
ُش َغ َشح ٌ ر َ ْ٘جُذ َ َّ٫َِ ِِ ُظ ْاُ َغَّ٘خَ ا٣ َ٬َ ْاُ َغَّ٘ ِخ ك٢ِش َغ َشح ٌ ر َ ْ٘جُذُ ك
ٌّ ع ِخ َ غخَب ُء
َّ ُا
َّ
ٌَ ٤ْ ثَ ِخ٫ِبس ا َّ َ
َ َُ٘ ِِ ُظ ا٣ ٬بس ك َ َّ
ِ ُ٘ ا٢ِك
Kedermawanan adalah sebuah pohon yang tumbuh di surga;
karena itu tak akan masuk surga kecuali orang yang dermawan.
Dan kekikiran adalah sebuah pohon yang tumbuh di neraka; ka
rena itu tak akan masuk ke dalam neraka kecuali orang yang
bakhil.88
ِٚ بة ْاُ َٔ ْش ِء ثَِ٘ ْل ِغ
ُ اِ ْػ َغَٝ ُٓزَّجَ ٌغًَٟٞ َٛٝ ع َ ُٓ ش ٌّؼ
ٌ طب ٌ َ٬َص
ُ : ٌ ٌَِِبدْٜ ُٓ س
Tiga hal yang mencelakakan manusia, yaitu bakhil yang ditaati,
dorongan nafsu yang dituruti, dan kesombongan seseorang ter-
hadap dirinya sendiri.89
ُعج ٌْٖ خَب ُِ ٌغَٝ َب ُِ ٌغٛ ش ٌّؼ
ُ َِ اُش ُع
َّ ٢ِش ََّش َٓب ك
Sejelek-jelek sifat yang terdapat dalam diri seseorang adalah kikir
yang menyusahkan orang lain dan licik yang menjengkelkan ha
ti.90
ِٚ ِرْٞ َٓ َ ِػ ْ٘ذ٢ َّ ُ اِٚ َِبر٤ َؽ٢ْ ِ ََ ك٤ْ َغ ْاُجَ ِخ
ُّ ش ِؾ ُ َ ْجـ٣ َاِ َّٕ هللا
Sungguh Allah memurkai orang yang pelit selama hidupnya, dan
orang yang kikir ketika kematiannya.91
87 Juga disebutkan dengan kata ش َّؼ ُّ ُاَٝ ْْ ًُ َّب٣ِ( اAwaslah kamu dengan pelit)
riwayat Muslim; dan dalam Kanz al-Amal riwayat dari Ibnu Jarir
disebutkan dengan ْْ ُٜ َا صَ ًَبرْٞ ُا ًٓب كَ ََٔ٘ؼَٞ ػب أ َ ْه َ َ ْاُج ُْخ ََ كَب ِ َّٕ ْاُج ُْخ ََ دَٝ ْْ ًُ َّب٣ِ( اAwaslah kamu
dengan bakhil, karena kebakhilan mengajak masyarakat sehingga mereka tidak
mengeluarkan zakat.)
88 Riwayat al-Daruquthniy dengan kata yang mirip dan dalam sanad-
nya ada perawi yang sangat dlaif; dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
dalam al-Dlu‟afa
89 HR al-Thabraniy dalam al-Awsath dan al-Bazzar serta Abu Nu‟aym
101 HR Ibn al-Mubarak dalam al-Zuhd dan Abu Nu‟aym dalam al-Hilyah
102 Dikeluarkan oleh al-Bayhaqiy dalam Syu‟ab al-Iman
103 Hadits dikeluarkan oleh Bukhariy, tetapi tidak ada kata ... َْي٤ش ِ ِارَاَٝ
104 Dikeluarkan oleh Ahmad dan al-Thabraniy dengan sanad sahih
105 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan hadits dengan kalimat se-
perti ini secara marfu‟, dan diriwayatkan oleh al-‟Uqayliy dalam al-
Dlu‟afa serta Abu Bakar bin Lal: خِ َش ِح٦ُِ بَٜ ْ٘ ِٓ َدَّٝ ََب ُِ َٔ ْٖ ر َض٤ْٗ َُّّاس اُذ
ُ ( ِٗ ْؼ َٔذُ اُذKenik-
matan hidup di dunia adalah bagi orang yang mempersiapkan di dunia untuk
bekal akhirat.), sanad dlaif, lihat Ittihaf al-Sadah lil Muttaqin vol. 10 hal.
628
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
58
sebagai bekal kehidupannya. Jasad manusia tak dapat hi-
dup kecuali dengan makanan dan pakaian, yang kesemua-
nya diperoleh dengan harta. Tetapi orang yang memahami
kegunaan harta dan mengetahui bahwa harta adalah alat
pembeli sarana dalam menempuh perjalanan hidupnya, ia
tidak akan menempatkan harta pada derajat yang tinggi,
dan tidak akan mengambilnya kecuali sekedar untuk bekal
saja. Dengan demikian jika seseorang mencukupkan diri
dengan hal seperti itu, ia akan merasa bahagia dengan har-
ta yang dimiliki. Hal seperti ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw kepada Aisyah ra dalam satu dialognya,
٢ْ َ ر َْخَِ ِؼ٫َٝ ١ِ
ْ َ ر ُ َغ ِذّد٫َٝ ت َّ ب ِثضَ ا ِد٤َ ْٗ ُّ َِٖٓ اُذ٢ْ كَب ْهَ٘ ِؼ٢ْ د اُ ِِّ َؾبمَ ِث
ِ ًِ اُش ِ ِارَا أ َ َس ْد
ِٚ ٤ْ ر َْشهِ ِؼ٠َّظب َؽز ً ٤ْ ِٔ َه
Jika Adinda ingin bertemu denganku di surga, hendaknya Adin-
da rela dengan harta sekedar bekal orang yang bepergian. Ja-
nganlah Adinda melepaskan pakaian dan menggantinya dengan
yang baru sebelum rusak.106
Kadar kecukupan
Bila seseorang ditanya tentang seberapa kadar kecukupan
harta yang diperlukan dalam hidupnya, nampaknya ada
kecenderungan bahwa jawabannya hampir sama, yaitu
harta yang dimiliki masih di bawah kadar kecukupan. Hal
ini wajar karena standar atau tolok ukur setiap orang dapat
berbeda. Jika demikian, standar mana yang dapat dipakai
agar berlaku universal?
Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam Syu‟ab al-
110
َ كَز َْش
Turmudziy, sedangkan menurut Ahmad dengan kata اُْٞ ؿج
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
63
Hal ini sesuai dengan pesan Nabi Isa as yang bersabda,
“Wahai penuntut dunia, perbaikilah dirimu! Meninggalkan
urusan keduniaan dalam mencari harta adalah lebih baik.”
Fungsi harta
Di atas telah disebutkan bahwa kadar kecukupan mungkin
Kriteria bakhil
Bakhil adalah menahan sesuatu yang diwajibkan oleh sya-
ra‟ atau oleh kehormatan. Orang yang menyerahkan seba-
gian harta yang diwajibkan oleh pengadilan kepada isteri
atau kerabatnya sedangkan setelah itu ia berusaha untuk
memberi nafkah dengan jumlah yang lebih sedikit adalah
termasuk orang bakhil. Namun, seseorang yang mengem-
balikan barang yang dibeli kepada penjualnya karena ter-
nyata timbangannya kurang, ia tidak termasuk orang ba-
khil.
Cara pengobatan
Obat bakhil adalah kapsul yang diramu dari dua bahan,
yaitu ilmu dan amal. Ramuan pertama obat bakhil adalah
ilmu, yaitu terdiri dari:
1. Mengetahui kecelakaan akibat bakhil di akhirat dan ke-
hinaan di dunia.
2. Mengetahui bahwa harta tidak akan ikut serta dibawa
bila ia menetap di dalam kubur.
3. Menyadari bahwa harta adalah milik Allah yang ditem-
patkan pada seseorang untuk dibelanjakan pada perin-
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
67
tah Allah yang lebih penting.
4. Mengetahui bahwa menahan harta untuk bernikmat-
nikmat dan menuruti syahwat adalah lebih baik dari
pada menahannya untuk pahala akhirat.
5. Memperhatikan bahwa menuruti syahwat adalah tabiat
binatang, sedangkan menuruti syara‟ adalah tabiat
orang berakal.
6. Memperhitungkan bahwa meninggalkan harta untuk
anak-anaknya yang dianggap sebagai solusi terbaik
adalah wujud kebodohan bila ia sendiri menghadap
Tuhannya dengan kejelekan. Sebab jika anaknya saleh,
maka Allah akan mencukupinya dan jika anak tersebut
fasik, maka harta peninggalannya akan membantunya
pada kemaksiatan. Harta tersebut menjadi penyebab
anak tetap dalam kemaksiatan, memberi kesengsaraan
bagi orang yang meninggalkannya, dan menikmatkan
orang lain.
A
llah swt menjelaskan bahwa orang yang tidak gila
pangkat akan mendapatkan kebahagiaan di akhi-
rat. Firman Allah menjelaskan hal tersebut,
َ َ ك٫َ َٝ ع
غب ٍۭدًا ُ َُٕٝذ٣ ُِش٣ ٫َ َٖ٣ِب َُِِّزَٜ ُِاخ َشح ُ َٗغْ َؼ
ِ َ ْس٧ْ ٱ٠ِا كًّٞ ٍۭ ُِػ ُ ِر ِْيَ ٱُذ
ِ َّاس ٱ ٍْ َء
Rumah akhirat Kami sediakan untuk orang-orang yang tidak
menghendaki pangkat yang tinggi di dunia dan tidak pula meng-
hendaki kerusakan.115
dalam Syu‟ab al-Iman vol. 7 hal 332 dengan kalimat: َُّ ًُ َِ ْاُ َغَّ٘ ِخْٛ َ ىَ أْٞ ُُِٓ َّٕ ِا
اْٞ ُُ ِارَا هَبْٝ َ ا أْٞ ُ ْ٘ ٌَ ُؾ٣ ْْ َُ غب َء َ اِرَ اَٝ ْْ ُٜ َُ ْٕ َُئْ ر٣ ْْ َُ ِ ُ َٓ َشاء٧ْ ا٠َِا َػَُٞٗ ِْٖ اِرَا ا ْعز َؤْر٣ ؽِ ْٔ َش١
َ ِّ٘ ُا اُٞؽَِج ْ أ َ ْشؼَشَ أ َ ْؿجَ َش ِر
َ
ْْ ُٜ َ ِعؼَٞ ُ ع َ ْ َ ُ َ
ِ ْس٧ َِ اْٛ َْٖ أ٤َُ ثٙ ُسْٞ ُٗ َِْ هغْٞ ُ ِٙ طذ ِْس ْ َ ُ
َ ٢ْ ِ ْْ رَزَ َغِ َغ َُ كِٛ ْْ َؽب َعخ أ َؽ ِذِٜ ُِ ْٞ َذ ُِو
ْ ظ َ ُ٘٣ ْْ َُ َْش٣ْاُ َؾ ِذ
ْ
120 Handholah adalah Ibnu Abi „Amir, termasuk sahabat yang terpan-
Hakekat pangkat
Pangkat pada hakekatnya adalah menguasai hati orang la-
in supaya tunduk kepada orang yang mempunyai pangkat
untuk menuruti kemauannya, lisannya dipergunakan un-
an dan Kemasyhuran, hadits ke-528 ٍ هب، ظ٣ادس َ ُٖ ؽذص٘ب اث، ِء٬ـ أخجشٗب ٓؾٔذُ ثُٖ اُؼ
،هبّ هُ َْٔ٘ب
َ كِٔب ،ِٚ ٤
ْ ُا َّس ذ ؾَ ُ ٘ ُ
ِ ت
ٍ ؼ
ْ َ
ً ث
َْٖ ٢
َّ ث
َ ُ أ َب ٘ ٤
ْ َ رأ ٍ
َ هب ،، َ خَِ َ
ظ ْ
٘ ؽ
َ ٖثِ َٕٔب٤ِع ٖ ػ، َ َٕ ثَْٖ ػ٘زشحٝبسٛ ُعِٔ ْؼذ َ
َٖ٤٘ ِٓش أُئ٤ٓأ َ ب٣ :ٍَ كوب،ِٚ٤ْ ػ َ ُ ثِز َِساٙ كبرَّوَب:ٍَ هب،ِػ َٔ ُش ثبُذ َّّسح ُ َُٚؼ َشث ُ وَ٘بَٛ كَ َش،َُٚ خ َِْل٢َِٗؾْ ُٖ ٗ َْٔشَٝ
َ ُ َكَٚػ َٔ ُش كَزَجِؼ
عِ َٓزََُّخٌ ُِزبثِ ِغُٞ ِكزَْ٘خٌ ُِ َٔزْجٟ ٓب ر ََشٝ َأ:ٍَظ َ٘ ُغ هب ْ َٗ ٓب.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
72
tuk memujinya, dan bekerja untuk memenuhi keinginan-
nya. Jika harta berarti memiliki uang untuk menyampaikan
kepada semua tujuan, maka pangkat ditujukan untuk me-
nguasai semua hati orang.
Ilmu dan kebebasan termasuk hal yang baik, kekal, dan ke-
duanya adalah kesempurnaan sejati. Sedangkan harta dan
anak adalah hiasan kehidupan di dunia dan keduanya ada-
lah kesempurnaan semu. Orang yang terbalik ialah mereka
yang menentang kesempurnaan sejati. Mereka berpaling
dari mencari kesempurnaan sejati dan sibuk mencari ke-
sempurnaan semu. Mereka adalah orang yang susah pada
waktu mati karena neraka penyesalan. Mereka menyaksi-
kan kerugiannya di dunia dan di akhirat. Kerugian di akhi-
rat dikarenakan mereka menuntutnya namun tak mem-
peroleh sebab-sebabnya berupa makrifat dan kebebasan;
dan kerugian di dunia dikarenakan mereka terpisahkan
dan menghadapi ahli warisnya.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
77
Cara pengobatan
Setelah diketahui bahwa pangkat pada hakekatnya adalah
kesempurnaan semu, maka cara mengobati jiwa adalah de-
ngan mengendalikan hati terhadap gila pangkat. Jika se-
mua orang di dunia sujud kepada seseorang, maka hal ter-
sebut tidak kekal. Mengapa masa berbuat bakhil untuk me-
nyerahkan kerajaan kepada seseorang lebih-lebih di nega-
ranya sendiri? Bagaimana ia rela meninggalkan kerajaan
yang kekal dan pangkat yang lama serta luas di sisi Allah
dan para malaikat-Nya? Sementara pangkat yang dimi-
likinya hina lagi sempit di sisi sekelompok orang tolol yang
tak mampu memberi manfaat maupun kesengsaraannya.
Mereka semua tak memiliki kematian, kehidupan, kebang-
kitan, rizki, dan ajal untuknya.
7. SENANG DUNIA
S
enang dunia adalah pangkal setiap kesalahan. Mak-
sud dunia di sini bukan hanya gambaran tentang har-
ta dan kedudukan saja. Keduanya hanyalah sebagian
dan merupakan cabang dari dunia. Dunia adalah gambar-
an tentang keadaan sebelum mati, sedangkan akhirat ada-
lah gambaran tentang keadaan setelah mati. Dengan demi-
kian segala yang dimiliki oleh seseorang sebelum mati ter-
masuk dunia kecuali ilmu, makrifat, dan kebebasan. Segala
yang tetap setelah mati adalah lezat bagi orang yang tajam
pandangan mata hatinya, akan tetapi tidak termasuk dunia
meskipun berada di dunia. Di dalam bagian-bagian dunia
ini terdapat bantuan dan hubungan dengan bagian akhirat
dan berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Bagian-bagian
duniawiyah adalah: (1)materi yang wujud, (2)bagian sese-
orang di dunia, dan (3)kesibukan mengurus dunia.
Materi Dunia
Materi dunia adalah bumi dan segala yang ada di atasnya.
Firman Allah Taala,
بَٜ َُّ ًَ٘ ٍۭخ٣ع ِص َ اَِّٗب َعؼَ َِْ٘ب َٓب
ِ َ ْس٧ْ ٱ٠َِػ
Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala yang ada di atas
bumi ini sebagai hiasan baginya.123
Hakekat dunia
Dunia yang dapat mencelakakan manusia sebetulnya me-
rupakan kebun akhirat bagi orang yang mengetahuinya.
Dunia adalah salah satu tempat orang yang bepergian me-
nuju Allah Azza Wa Jalla. Dunia ibarat bangunan yang di-
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
84
dirikan di tepi jalan, tempat mengisi bahan bakar, perbe-
kalan, dan keperluan lain selama dalam perjalanan. Barang
siapa yang mengambil bekal untuk akhiratnya dan mencu-
kupkan diri sekedar keperluannya, baik makanan, pakaian,
dan lain-lainnya, maka ia berarti telah mengerjakan sawah
dan menabur benih. Ia akan mengetam hasilnya di akhirat.
Namun barang siapa yang cenderung kepada dunia dan
sibuk dengan kenikmatannya, maka ia akan celaka.
Sikap positif
Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya,
mengenal hiasan dunia, dan mengenal akhirat, maka ia
akan menyaksikan wajah permusuhan dunia kepada akhi-
rat dengan cahaya mata hatinya. Akan terbuka baginya
bahwa tak ada kebahagiaan di akhirat kecuali orang yang
mendahulukan Allah dengan mengenal-Nya serta cinta ke-
pada-Nya. Kecintaan ini tidak akan diperoleh tanpa de-
ngan terus menerus menuntut dan memikirkan. Padahal
hati seseorang tidak akan terisi oleh keduanya, kecuali
orang yang telah berpaling dari kesibukan duniawi. Makri-
fat dan kecintaan tidak akan menguasai hati selagi hati lari
dari kecintaan kepada Allah. Kesunyian hati dari selain
Allah adalah keharusan dari kesibukan hati dengan men-
cintai Allah Taala dan mengenal-Nya. Hal demikian tak da-
pat digambarkan kecuali pada orang yang berpaling dari
dunia, orang yang rela dengan dunia dengan kadar bekal
dan keperluan yang mendesak. Inilah sikap positif orang
yang telah mengenal dunia dan akhirat.
san
131 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya secara mursal
132 HR Ibn Majah dan al-Turmudziy; bagian yang pertama riwayat Bu-
kan oleh al-Hakim dalam al-Tarikh, dan dikatakan dlaif oleh al-Suyu-
thiy
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
87
ُ أ َ ْسثَ َغٚأ َ ُْضَ َّ هللاُ هَ ِْ َجَٝ ٍء٢َ
ْ ش٢ْ ِْظ َِٖٓ هللاِ ك َ ٤ََِ كِٚ ّٔ ِ َٛ ب أ َ ًْ َج ُش٤َ ْٗ ُّاُذَٝ طجَ َؼْ َ َٓ ْٖ أ
ْجُِ ُؾ٣َ َ٫ كَ ْو ًشاَٝ ُ أ َ َثذًاْٚ٘ ػَ ؽ ُ َٝ ُ أ َ َثذًاْٚ٘ ػ
َ زَلَ َّش٣َ َ٫ ً٬ش ْـ َ َ ْ٘وَ ِط ُغ٣ َ٫ ًّٔبَٛ : ٍٍ ظب َ ِخ
ُ أ َ َثذًاٙبَٜ َ َ ْجُِ ُؾ ُٓ ْ٘ز٣ َ٫ ً٬َٓ َ أَٝ ُ أ َ َثذًاِٙؿَ٘ب
Barang siapa yang bangun pada pagi hari sedangkan dunia men-
jadi cita-cita yang paling besar, maka dia tidak termasuk dalam
hitungan Allah swt. Allah akan menetapkan empat hal dalam ha-
tinya: (a)kesusahan yang tiada putus-putusnya, (b)kesibukan
yang tak kunjung senggang, (c)kemelaratan yang tak akan dapat
mencapai kekayaan, dan (d)angan-angan yang tak akan terealisa-
si selamanya.134
ِ َُّ٘ ا٠َُِ ْْ اِٜ ُِئْ َٓ ُش ث٤َب َٓخَ كَٜ ِ ْْ ًَ ِغجَب ٍِ رُٜ ُُأ َ ْػ َٔبَٝ َب َٓ ِخ٤ َّ ْاُ ِوْٞ َ٣ ٌّ اَٞ ئ ََّٖ أ َ ْه٤ْ َ ِغ٤َُ
ب٣َ اُُٞبس هَب
َِٖٓ ًَ٘خَٛ َْٕٝ َُؤ ْ ُخز٣َٝ َْٕٞ ُٓ ْٞ ظُ َ٣َٝ َْٕٞ ُِّظ َ ُ٣ ْْ ُٛ ْْ ََْٖ ؟ هَب ٍَ َٗؼ٤ِِّ ظ َ ُٓ ََْ ٛ ِ ٍَ هللاْٞ ع ُ َس
َ
ِٚ ٤ْ ِػ َ ْ
َ اُْٞ صجَٝ َب٤ُّٗ ٌء َِٖٓ اُذ٢َ ْ ْْ شُٜ ُ ع َ َ ػ َش َ َِ كَبِرا٤ْ َُِّا
َ
Pasti akan datang di hari kiamat nanti suatu kelompok orang be-
serta amal mereka sebesar Gunung Tihamah, kemudian Malaikat
diperintahkan untuk membawa mereka ke dalam neraka. Para sa-
habat bertanya, “Adakah mereka itu orang-orang yang melaku-
kan salat?” Nabi menjawab, “Ya. Mereka melakukan salat, ber-
puasa, dan mempergunakan sebagian malam untuk beribadah.
Tetapi jika ada sesuatu masalah duniawi muncul di hadapan me-
reka, maka mereka meloncat kepadanya.”135
ُ َُّ٘اَٝ ُْ ْاُ َٔب ُء٤ْ َ ْغز َ ِو٣ َ٫ ت ُٓئْ ِٓ ٍٖ ًَ َٔب
٢ْ بس ِك ِ ِْ َ ه٢ْ ِخ َشحِ ك٥
ِ ْاَٝ َب٤ْٗ ُّ ُْ ؽُتُّ اُذ٤ْ َ ْغز َ ِو٣ َ٫
اؽ ٍذ
ِ َٝ ٍَ٘بء٣ْ ِا
Tidak akan bertempat di dalam hati seorang mukmin rasa kecin-
taan kepada dunia dan kecintaan kepada akhirat, sebagaimana ke-
tidakmungkinan keberadaan air dan api dalam satu tempat.136
َدْٝ بس ُ ٛ ب أ َ ْع َؾ ُشَٜ ََِّٗب كَب٤ْٗ ُّا اُذْٝ اِؽْ زَ ُس
ُ َٓ َٝ َدْٝ َبس
Hindarilah dunia. Sebab sesungguhnya sihir dunia itu melebihi
137 Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dengan sanad
dlaif, dan oleh al-Dzahabiy dikatakan munkar, tidak ada asalnya
138 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan aslinya, dan al-Zubaydiy
berkata bahwa hadits ini didapatkan dari Hasan al-Bashriy secara mur-
sal
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
89
Tipuan dunia
Seseorang yang menyangka bahwa ia memakai dunia di
badannya saja sedangkan hatinya sunyi dari dunia, maka
dia tertipu. Sabda Rasulullah saw,
٢ِ ك٢ِ ْ ُغ اَُّز٤ْ ط
ْ َ ْٔش٣ ١ِ ِ َٔ ُ ْا٢ِ ك٢ْ َب ًَ َٔض َ َِ ْاُ َٔب ِش٤ْٗ ُّت اُذ
َ َ َ ْغز٣ ََْ ٛ بء ِ بؽ ِ ط َ َُ َ ِاَّٗ َٔب َٓض
ِ َٔ ُْا
ُ؟َٙ ر َ ْجز ُ ََ هَذَ َٓب٫ ْٕ َ بء أ
Perumpamaan pemilik dunia adalah ibarat orang yang berjalan
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
90
di air. Adakah orang yang berjalan di air kakinya tidak basah?139
139 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab
dari riwayat Hasan al-Bashriy yang mengatakan, “Rasulullah saw telah
menyampaikan kepadaku ....” lalu al-Bayhaqiy menyampaikan dari
riwayat al-Hasan dari Anas ra
140 Nama aslinya adalah Abu Abdillah, pelayan Rasulullah saw, disebut
juga Salman al-Khayr, berasal dari Jik, Ramharmuz, Persia; namun ada
yang mengatakan dari Ashbehan. Sebelum masuk Islam, beliau dalam
mencari agama Allah swt pernah memeluk agama Nasrani dan lain-
lain. Setelah membaca berbagai kitab dan sabar terhadap kesulitan
yang menimpanya akhirnya diberi hidayah masuk Islam. Dalam riwa-
yat lain Rasulullah saw membelinya untuk dimerdekakan. Yazid bin
Habab meriwayatkan dari Husain bin Waqid dari Abdullah bin Buray-
dah dari bapaknya bahwa Salman menghadap Rasulullah dengan
membawa sesuatu dan berkata, “Ini adalah sedekah untuk Baginda
dan para sahabat yang lain.” Rasulullah saw menjawab, “Wahai Sal-
man, kami adalah Ahlul Bayt dan tidak halal menerima sedekah.” Ia
balik dan keesokan harinya kembali dengan membawa hal yang sama
lalu menyatakan, “Ini adalah hadiah.” Rasul bersabda kepada para sa-
habat, “Makanlah.” Lalu Rasulullah membeli Salman dari orang Yahu-
di
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
91
Menurut Nabi Isa as perumpamaan dunia diibaratkan se-
bagai peminum air laut. Tatkala bertambah banyak minum,
orang akan bertambah haus hingga mematikannya.
8. TAKABUR
A
da beberapa firman Allah swt dalam al-Quran dan
hadits Rasulullah saw yang menyatakan tentang
ketidakbaikan rasa takabur, yaitu:
ِ ِْ َ ًُ َِّ ه٠ٰ َِػ
ت ُٓز َ ٌَ ِجّ ٍۢ ٍش َعج ٍۢ ٍَّبس ْ ٣َ ََُِيًَٟز
َ ُط َج ُغ ٱ َّّلل
Seperti demikian Allah mengecap pada tiap-tiap hati yang
takabur dan ganas.141
َٖ٣ ٱ ُْ ُٔز َ ٌَجِّ ِشَٟٞ ْظ َٓض َ َْٟٞ ا أَثٞٓ ُِ ََ ٱ ْد ُخ٤ِه
َ ْب كَجِئَٜ ٤َِٖ ك٣ِ ُِذَّٟ٘ َْ َؿَٜ ة َع
Dikatakan kepada mereka, “Masuklah kamu sekalian ke pintu ne-
raka serta kekal di dalamnya.” Maka itulah seburuk-buruk tem-
pat bagi orang yang sombong.142
َٖ٣ ٱ ُْ ُٔز َ ٌَ ِجّ ِشَٟٞ ْظ َٓض َ َْٟٞ ا أَثٞٓ ُِٱ ْد ُخ
َ ْب كَجِئَٜ ٤َِٖ ك٣ِ ُِذَّٟ٘ َْ َؿَٜ ة َع
“Masuklah kamu sekalian ke pintu neraka serta kekal di dalam-
nya.” Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang yang som-
bong.143
ُُٚظ ْٔز
َ َ َٔب هِٜ ٤ْ ِ ك٢ْ ِ٘ػ
َ َ كَ َٔ ْٖ َٗبص١ ْ ُ ْاُؼَٝ ٢ْ َِب ُء ِسدَائ٣ ْاُ ٌِج ِْش: ٠َُهَب ٍَ هللاُ رَؼَب
ْ ظ َٔخُ اِصَ ِاس
Allah berfirman, ”Kesombongan adalah selendang-Ku dan ke-
agungan adalah pakaian-Ku. Barang siapa yang menandingi Aku
dalam kedua hal tersebut, maka Aku akan memusuhinya.”144
ِٓضْوَب ٍُ َؽجَّ ٍخ ِٓ ْٖ خ َْشدَ ٍٍ ِٓ ْٖ ًِج ٍْشِٚ ِ هَ ِْج٢ْ َِ ْذ ُخ َُ ْاُ َغَّ٘خَ َٓ ْٖ ًَبَٕ ك٣ َ٫
ngan kalimat yang mirip, dan menurut Muslim َُٙب ُء ِسدَا ُء٣ْاُ ٌِج ِْش
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
93
Barang siapa yang di dalam hatinya ada rasa takabur meskipun
seberat biji sawi tidak akan masuk ke dalam surga.145
ُ ٢ْ َِب َٓ ِخ ك٤ َّ ْاُ ِوْٞ َ٣ َْٕٝ ْاُ ُٔز َ ٌَجِ ُّشَٝ َْٕٝ َّبس
َ َ٣ ِس اُزَّ ِ ّسَٞ ط
ُ َُّ٘ ُْ اُٛ ُطئ
بط ُ ُؾْ ش َُش ْاُ َغج٣
ََّ َعَٝ ػ َّض َ ِ هللا٠َِػَ ْْ ِٜ ِٗاَٞ َٜ ُِ
Orang-orang yang ganas dan yang takabur akan dihalau pada
hari kiamat dalam gambar debu yang diinjak-injak oleh manusia
karena kehinaannya bagi Allah Azza Wa Jalla.146
ْٕ َ ُ أَٚٗع ْج َؾب
ُ ِ هللا٠َِػ
َ َؽ ٌّن. ت ُ َٜ ْجَٛ َُُٚ ٍُ ُوَب٣ ثِئْ ٌش١ِادَٞ ُ ْا٢ِكَٝ ًب٣ا ِدَٝ َْ ََّٜ٘ َع٢ْ ِاِ َّٕ ك
ٌُُُٚ٘ َ ْغ٣ ْٖ َّٔ ِٓ َْٕٞ ٌُ َ َ ٍُ أ َ ْٕ ر٬َِب ث٣ ََّبى٣َِّبس كَب
ٍ ُ ًُ ََّ َعجٌَِٚ٘ ُ ْغ٣
Sesungguhnya di neraka Jahanam ada jurang yang disebut
“Hab-hab”. Adalah hak Allah Yang Mahasuci untuk menempat-
kan setiap orang yang ganas di dalamnya. Hati-hatilah wahai Bi-
lal, jangan sampai Engkau termasuk orang yang menempati-
nya.147
ِ َ٣رُ ثِيَ ِٓ ْٖ َٗ ْل َخ ِخ ْاُ ٌِج ِْشْٞ ػ
بء ُ َ أ٢ْ ِِّٗ َّْ اُٜ َُِّا
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari datangnya takabur
yang tiba-tiba.148
ُ ْ٘ ٣َ َ٫
َء٦٤َ ُ ُخٚ َثْٞ َ َٓ ْٖ َع َّش ص٠َُظ ُش هللاُ ِا
Allah Taala tidak akan memandang kepada orang yang membiar-
kan ujung pakaian (sarung atau jubahnya) terseret karena som-
bong.149
َٕؼجَب َ ِٚ ٤ْ َِػ
ْ ؿ َ َُ ِوِٚ ِز٤َ ِٓ ْش٢ْ ِاخز َب ٍَ ك
َ َٞ ُٛ َٝ َ هللا٢ َّ َٓ ْٖ ر َ َؼ
ْ َٝ ِٚ َٗ ْل ِغ٢ْ ِظ َْ ك
Barang siapa yang membesarkan dalam dirinya dan sombong
dalam berjalan, maka ia akan bertemu Allah sedangkan Allah
158
ِ َُّ٘ؾ ا
HR Muslim dan al-Turmudziy dengan kalimat بط ِ ّ ط ُش ْاُ َؾ
ُ َْٔ ؿَٝ ن ْ ْاُ ٌِج ُْش َث
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
97
Nya. Karena itu janganlah sekali-kali menghina se-
seorang, barangkali dia adalah wali Allah Taala.”
3. Takabur menghalangi antara seseorang dengan semua
akhlak terpuji. Orang yang takabur tidak mampu men-
cintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendi-
ri. Ia tidak mampu berendah diri dan meninggalkan
perasaan tinggi hati, hasud, serta marah. Tak mampu
pula ia menahan marah, berlaku lemah lembut dalam
memberi nasihat, dan meninggalkan riya. Bagi orang
yang takabur tak tersisa akhlak tercela kecuali terpaksa
mengalaminya, dan tak ada akhlak terpuji kecuali ter-
paksa meninggalkannya.
Cara pengobatan
Ada dua cara pengobatan agar rasa takabur hilang dari diri
seseorang. Cara pertama adalah secara global yaitu menge-
kang kehinaan takabur, dan kedua pengobatan secara rinci
yaitu dengan memperhatikan hal-hal yang menyebabkan
seseorang menjadi takabur.
160 Dalam hadits lain disebutkan َ ُء٬٤َ آكَخُ ْاُ َغ َٔب ٍِ ْاُ ُخَٝ ُٕب٤َ ( آكَخُ ْاُؼ ِِْ ِْ اُ ِّ٘ ْغPenyakit
ilmu adalah lupa dan penyakit ketampanan dalah sombong) diriwayatkan
oleh al-Qadla‟iy dari Ali ra dengan sanad dlaif
161 Diriwayatkan dalam al-Ihya‟ dari perkataan Umar ra. Al-Zubaydiy
162 Nama aslinya adalah Uwaimir bin Malik al-Khazraji, pedagang kaya
yang meninggalkan dunia dengan segala perhiasan dan kemegahan-
nya guna menekuni ibadah beserta kezuhudan setelah masuk Islam.
Dorongan masuk Islam karena arca sesembahannya dihancurkan oleh
kawan akrabnya, Abdullah bin Rawahah yang telah masuk Islam terle-
bih dahulu. Abu Darda‟ akhirnya sadar bahwa patung sesembahannya
ternyata tak mampu membela diri ketika dihancurkan. Pada masa pe-
merintahan Umar bin Khattab diangkat menjadi pejabat tinggi di Syam
tetapi ditolak, kecuali jika kepergiannya untuk mengajarkan al-Quran
dan sunah Rasulullah serta menegakkan salat.
163 Surat al-Syuara ayat 215
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
101
reka adalah umpan neraka!”164
9. KAGUM
K
agum atau takjub sering dilakukan oleh orang yang
biasanya tidak merasa bahwa sifat tersebut terma-
suk deretan akhlak tercela. Allah swt menjelaskan
tentang hal yang berkaitan dengan kekaguman dalam ber-
bagai firman-Nya, seperti:
ْْ ٌُ ُ ٍْٖ ۙ اِ ْر أ َ ْػ َغجَزْ ٌُ ْْ ًَضْ َشر٤َ٘ َّ ُؽْٞ َ٣َٝ
Dan pada hari perang Hunain, tatkala jumlahmu yang banyak
menjadikan kamu sekalian takjub.170
ُ َُُٕٞ٘ؾْ ِغ٣ ْْ ُٜ َََّٕٗ أُٞغج
ط ْ٘ؼًب َ َْؾ٣ ْْ ُٛ َٝ
Mereka mengira bahwa mereka memperindah suatu pekerjaan.171
٠ٓ ٰ َ أ َ ْػَِ ُْ ثِ َٔ ِٖ ٱرَّوَٞ ُٛ ْْ ٌُ غ
َ ُا أَٗلٞٓ ًُّ َ رُض٬َ َك
Janganlah kamu sekalian mensucikan dirimu. Dia (Allah) lebih
tahu terhadap orang yang takwa.172
Hakekat kagum
Kagum pada hakekatnya adalah memandang besar kepada
dirinya karena hal-hal yang dimilikinya, misalnya karena
nikmat yang dimilikinya dan senang kepada kenikmatan
tersebut, serta lupa bahwa nikmat tersebut berasal dari
Allah, pemberi nikmat, karena merasa aman dari lenyap-
nya nikmat-nikmat tersebut.
10. RIYA/PAMER/SHOW
R
iya, pamer, show, atau menampakkan sesuatu per-
buatan atau lainnya termasuk induk akhlak yang
tercela. Allah swt mencela orang yang melakukan
salat yang disertai rasa riya,
َٕٝ َُشآ ُء٣ ْْ ُٛ َٖ٣َِٕ ٱَُّزُٞٛ عب
َ ْْ ِٜ ِر٬َ ط َ ُٔ ِْ ُِّ ٌَ ٍۭ ٣ْ َٞ َك
َ ْْ ُٛ َٖ٣َِٖ ٱَُّز٤ِِّظ
َ ٖػ
Celaka bagi mereka yang salat, yang mereka lalai dari salat, lagi
pula mereka memamerkan.178
baydiy mengatakan bahwa itu adalah perkataan Yusuf bin Asbath se-
bagaimana tersebut dalam Ittihaf vol. 10 hal. 74
187
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
121
َ أَعْ َش َُيَ ِػ ْ٘ذََٗب٬َُ كَُٚ َػ ِٔ ِْذ
َ ْٖ َّٔ ِٓ ََتْ كَ ُخ ْز أَعْ َشىٛخَب ِع ُش ا ْر
Sesungguhnya orang yang pamer akan dipanggil pada hari kia-
mat dengan empat sebutan: “Hai orang yang pamer, hai orang
yang sesat, hai orang yang durhaka, hai orang yang rugi! Pergi-
lah dan ambillah pahalamu dari orang yang kau pameri ketika
kau beramal. Sama sekali tak ada pahala bagimu di sisi-Ku.”188
Kejahatan riya
Ada beberapa tingkat kejahatan riya yang berkaitan de-
ngan keagamaan dan ibadah. Tingkat pertama adalah riya
yang tidak haram karena tidak bermaksud untuk dikata-
kan sebagai orang wirai dan saleh, misalnya dalam hal:
1. Orang yang memakai pakaian bagus untuk bepergian
berbeda dengan yang dipakai di rumah.
2. Orang yang membelanjakan harta untuk jamuan ma-
kan.
3. Orang kaya yang membelanjakan harta agar dikatakan
dermawan.
Allah tidak akan menerima amal yang disertai riya dan ti-
dak pula akan memberi pahala atasnya. Jika dikatakan bah-
wa Allah akan menyiksa seseorang atas perbuatan riya,
maka Imam al-Ghazali berpendapat bahwa hal tersebut
tergantung pada dorongan yang lebih kuat, dan yang me-
ngetahui hal itu hanya Allah. Tak seorang manusia yang
bersih dari perbuatan dosa atau terhindar dari siksa kecuali
nabi.
Jenis riya
Ada tiga macam riya, yaitu: jelas, samar, dan sangat samar.
Riya yang tersamar diibaratkan kesamarannya melebihi ke-
samaran semut hitam di malam kelam. Riya yang jelas ya-
190Abu Hafs „Amr ibn Salama al-Haddad, seorang pandai besi dari
Naisabur, mengunjungi Baghdad dan bertemu dengan al-Junaid yang
mengagumi pengabdian. Ia juga bertemu al-Syibli dan mistikus lainnya
dari Baghdad. Kembali ke Naisabur, ia melanjutkan berdagang dan
meninggal di sana tahun 265 H.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
137
Menyembunyikan ibadah memang sukar, terutama pada
tahap permulaannya. Tetapi kalau sudah menjadi adat atau
kebiasaan, akan terasa kelezatan ibadah dalam kesunyian.
Jika sewaktu-waktu riya datang, obatilah dengan cara
memperbarui makrifat yang telah meresap di dalam hati-
mu, yaitu menyadari bahwa riya akan menghadapkan diri
pada murka Allah, sedangkan manusia tak mampu mem-
beri manfaat dan kemelaratan. Dengan demikian akan tim-
bul kebencian terhadap dorongan riya.
PENUTUP
K
ita telah mengetahui bahwa akhlak yang tercela cu-
kup banyak. Namun pokok-pokoknya kembali ke
dalam 10 induk sebagaimana telah dituturkan da-
lam bab 1 sampai dengan bab 10. Orang tidak cukup hanya
membersihkan hatinya dari sebagian dari akhlak tercela,
tetapi harus membersihkannya dari seluruhnya.
Nabi menyatakan,
” خُِوًب َ ْ َٔبًٗب أَؽ٣ْ َِْٖ ا٤ِِ٘ٓ ْؼ َُ ْاُ ُٔئ
ُ ْْ ُٜ ُ٘غ َ ”أ َ ْك
Sesempurna iman orang mukmin adalah sebaik-baik akhlak mere-
ka.196
Bila orang tidak dapat memuji urusan akhirat dan tidak da-
pat menyaksikan bahaya dari dunia dengan pasti, maka ia
adalah orang yang tolol dan tertipu. Hendaknya ia mem-
pelajari penjelasannya sesudah itu. Karena itu Allah berfir-
man,
َُٕٞٔ ََِ ْؼ٣ ف َ َ َ َٓ َُ ك٧ْ ُْ ٱِٜ ِٜ ُِْ ٣َٝ اَُٞز َ َٔزَّؼ٣َٝ اًُُِٞ ْ َؤ٣ ْْ ُٛ رَ ْس
َ ْٞ غ
Biarkan mereka makan dan bersenang-senang serta dipermainkan
oleh angan-angan. Mereka akan tahu!209
Kedua, “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Mu-
rid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari,
dan bintang-bintang. Al-Ghazaliy menjelaskan bahwa semua
jawaban yang mereka berikan adalah benar, tetapi yang paling
jauh adalah „masa lalu‟. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan
kita, kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita
harus menjaga keseharian kita dengan perbuatan yang sesuai
dengan ajaran agama.
Ketiga, “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya
ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawab-
an dikatakan benar, tetapi yang paling besar adalah ‟nafsu‟. Ka-
rena itu kita harus hati-hati jangan sampai nafsu membawa kita
ke neraka. ٫َّ ٌُٖ ٍۭ ٤ ْْ أ َ ْػُٜ ََُٝ بَٜ َٕ ِثُٜٞ َ ْلو٣َ ٫َّ ةٌٍۭٞ ُُِ ْْ هُٜ َُ ٗظ ً ٍۭ َّ٘ َْ ًَضَٜ َُوَ ْذ رَ َسأَْٗب ُِ َغَٝ
ِ ٩ِ ْ ٱَٝ ِّٖ شا ِ َّٖٓ ٱ ُْ ِغ٤ِ
ُ ْ ُ َ َ ْ ُ
َ ْْ أُٛ َْ َ ِّ ثٟ ْٗ َغ٧ٓئِيَ ًَٲٍَٟ ٝب ٓ أَٜ َِٕ ثَُٞ ْغ َٔؼ٣ ٫ ٕا
َِِٕٞكٟ ُْ ٱُ َؾُٛ َٓئِيٍَٟ ٝػ َُّ أ َّ ٌ ٍۭ َ ْْ َءارُٜ ََُٝ بَٜ َِٕ ثْٝظ ُش ِ ُج٣.
(Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah; dan mereka mem-
punyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda
Karya Ilmiah
Karya ilmiah beliau sangat banyak. Di antara karyanya yang ter-
kenal adalah:
1. Kitab al-Arba‟in Fi Ushuliddin, merupakan juz kedua dari ki-
tab beliau Jawahir al-Qur‟an, yang sebagian diterjemahkan
menjadi buku ini.
2. Qawa‟id al-‟Aqaid, yang beliau satukan dengan Ihya‟ Ulumid-
din pada jilid pertama.
3. Al Iqtishad fi`al-I‟tiqad.
4. Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah.
5. Maqasid al-Falasifah.
6. Tahafut al-Falasifah, berisi bantahan terhadap pendapat dan
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
167
pemikiran para filosof dengan menggunakan kaidah madz-
hab Asy‟ariyah.
7. Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam Wa Zanadiqah.
8. Al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul, merupakan kitab yang sa-
ngat terkenal dalam ushul fiqih. Kepopuleran kitab ini kare-
na pengantar manthiq dan pembahasan ilmu kalamnya. Da-
lam kitab ini al-Ghazaliy membenarkan perbuatan ahli ka-
lam yang mencampuradukkan pembahasan ushul fiqih de-
ngan pembahasan ilmu kalam dalam pernyataannya, “Para
ahli ushul dari kalangan ahli kalam banyak sekali memasuk-
kan pembahasan kalam ke dalam ushul fiqih lantaran kalam
telah menguasainya. Dengan demikian kecintaannya terse-
but telah membuatnya mencampuradukkannya.” Tetapi ke-
mudian beliau berkata, “Setelah kita mengetahui sikap ke-
terlaluan mereka mencampuradukkan permasalahan ini,
maka kita memandang perlu menghilangkan dari hal terse-
but dalam kumpulan ini. Karena melepaskan dari sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan sangat sukar.”215 Lebih jauh
pernyataan beliau dalam Mukaddimah manthiqnya, “Muka-
dimah ini bukan termasuk dari ilmu ushul dan bukan mu-
kadimah khusus untuknya, tetapi merupakan mukadimah
semua ilmu. Siapa pun yang tidak memiliki hal ini, tidak
dapat dipercaya pengetahuannya.”216 Kemudian hal ini
dibantah oleh Ibnu Shalah, “Ini tertolak karena setiap orang
yang akalnya sehat, berarti ia itu manthiqi. Lihatlah berapa
banyak para imam yang sama sekali tidak mengenal ilmu
manthiq!”217 Demikianlah, karena para sahabat juga tidak
mengenal ilmu manthiq, padahal pengetahuan serta pe-
mahamannya jauh lebih baik dari para ahli manthiq.
9. Mahakun Nadzar fi al-Manthiq.
10. Mi‟yar al-Ilmi.
218 Ibid.
219 Ibid.
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
169
25. Al-Wasith.
26. Al-Basith.
27. Al-Wajiz.
28. Al-Khulashah.
221
Mukadimah Bughyatul Murtad, hal. 110.
PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1. SUKA MAKAN ...................................................................... 5
Bahaya Perut Kenyang ................................................................ 5
Rahasia Lapar dan Persesuaiannya ke Jalan Akhirat.............. 7
Cara Meninggalkan Tamak Makan ......................................... 11
2. BANYAK BICARA ............................................................... 16
Pengendalian Banyak Bicara .................................................... 16
Bahaya Banyak Omong ............................................................. 18
Akibat Banyak Omong .............................................................. 19
Berdusta .......................................................................................... 20
Menggunjing .................................................................................. 25
Berbantah ........................................................................................ 34
Bergurau ......................................................................................... 35
Memuji .................................................................................... 36
3. MARAH ................................................................................. 42
Hakekat marah ........................................................................... 43
Cara pengobatan ........................................................................ 43
4. IRI HATI ................................................................................ 47
Cara pengobatan ........................................................................ 48
Kiat menghindari iri hati ........................................................... 50
5. PELIT & SENANG HARTA ................................................ 53
Pelit vs Senang Harta ................................................................. 55
Hakekat harta dan bahayanya ................................................. 57
Kadar kecukupan ....................................................................... 60
Fungsi harta ................................................................................ 63
Kriteria bakhil ............................................................................. 64
Cara pengobatan ........................................................................ 66
6. AMBISI & GILA PANGKAT .............................................. 69
Hakekat pangkat ........................................................................ 71
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
x
Kesempurnaan sejati dan semu ............................................... 74
Cara pengobatan ........................................................................ 77
7. SENANG DUNIA................................................................. 81
Materi Dunia ............................................................................... 81
Bagian Seseorang di Dunia ....................................................... 82
Kesibukan mengurus dunia ..................................................... 83
Hakekat dunia ............................................................................ 83
Sikap positif................................................................................. 85
Tipuan dunia............................................................................... 89
8. TAKABUR ............................................................................. 92
Hakekat dan bahaya takabur.................................................... 95
Cara pengobatan ........................................................................ 97
Ilmu ................................................................................................. 99
Wira'i dan ibadah ........................................................................ 103
Nasab/keturunan ........................................................................ 106
Harta, kecantikan, dan pengikut ........................................... 107
9. KAGUM ............................................................................... 109
Hakekat kagum ........................................................................ 111
Cara Mengobati Rasa Kagum ................................................. 112
Rasa kagum yang mengherankan.......................................... 113
10. RIYA/PAMER/SHOW ................................................... 117
Hakekat riya dan yang dipamerkan ...................................... 121
Kejahatan riya ........................................................................... 125
Daya dorong riya ..................................................................... 127
Jenis riya .................................................................................... 129
Pengaruh riya pada amal perbuatan ..................................... 132
Cara mengobati riya ................................................................ 134
Riya yang spontan muncul ..................................................... 136
Taat boleh ditampakkan.......................................................... 137
PENUTUP................................................................................ 141
Tempat Akhlak Bertumpu ...................................................... 141
Cara Memperbaiki Akhlak ..................................................... 147
Pandangan Terhadap Akhlak Manusia ................................ 149
Kerelaan Manusia Bersusah Payah di Dunia ....................... 150
Keyakinan Manusia Terhadap Akhirat................................. 153
Biografi Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Mu-
hammad al-Ghazaliy ……………………………………..167
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
iii
PENGANTAR
A
lhamdu lillah buku Akhlak Tercela yang diterbitkan ter-
akhir tahun 2001 dapat disajikan lagi dalam bentuk yang
lebih sempurna dari sebelumnya. Penyempurnaan di-
maksud berupa penulisan al-Quran dan al-Hadits dalam tulisan
Arab, serta catatan kaki terhadap rujukan ayat dan hadits Rasul.
Catatan kaki yang lain adalah terhadap nama yang disebutkan
dalam buku ini. Penyempurnaan tersebut adalah respon atas ko-
mentar dari beberapa sahabat yang mempertanyakan tentang
nama yang disebutkan di dalam buku ini. Oleh karena itu kami
ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang membuat pe-
nyempurnaan sajian kali ini.
Ahmed Machfudh
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
iv
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
v
PENGANTAR PENYADUR
D
engan asma Allah yang Maha Kasih dan Maha Sayang,
penyadur tergelitik untuk menyampaikan ulang terje-
mahan induk akhlak tercela karangan Hujjatul Islam al-
Imam al-Ghazaliy. Keinginan tersebut sudah timbul semenjak
pindah ke Jakarta tahun 1979 dan selesai 20 tahun kemudian.
Penyadur mengucap syukur ke hadirat Allah swt yang telah
memberikan kekuatan untuk menyelesaikan penyaduran buku
yang isinya dapat menggugah manusia dari kesilapan dan kesi-
lauan gebyar dunia. Betapa tidak, tiga tahun yang lalu pengetikan
telah selesai, namun tiba-tiba file ketikan dirusak virus. Ketika
perbaikannya selesai pada Maret 1999, giliran program pengetik-
an yang mengacaukan ketikan. Karenanya pada Ramadlan 1422
ini penyuntingan dilakukan tanpa tulisan Arab.
Saduran ini dimaksudkan untuk mempermudah pemaham-
an terhadap terjemahan dari kitab aslinya oleh al-Mukarrom
K.H. Drs. Achmad Masduqi Machfudh. Penerjemahan dilakukan
dalam kapasitasnya sebagai dosen mata kuliah Akhlak pada IAIN
Sunan Ampel (sekarang STAIN) Malang sejak tahun 1960-an.
Apalagi banyak permintaan dari kawan-kawan agar mutiara da-
ri al-Ghazaliy bisa dinikmati banyak orang.
Penyadur mohon maaf jika tulisan ini memiliki banyak kesa-
lahan dan kekurangan. Teguran dan perbaikan dari para pemba-
ca senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.
Ahmed Machfudh
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
vi
Akhlak Tercela al-Ghazaliy
vii
KATA PENGANTAR
(Terbitan pertama)
S
egala puji bagi Allah yang telah memerintahkan hamba-
Nya untuk menyucikan hati dari akhlak yang tercela dan
menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Salawat dan sa-
lam semoga tetap atas Nabi Muhammad saw yang telah dipuji
Allah sebagai orang yang berakhlak luhur. Juga atas keluarga
dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak
langkah beliau sepanjang masa.
Beberapa orang kawan telah meminta kami untuk menerje-
mahkan bagian ketiga dari kitab al-Arbain fiy Ushuliddin karang-
an Imam al-Ghazaliy yang berisi pokok akhlak-akhlak yang ter-
cela. Penerjemahan diperlukan agar isi dan maknanya dapat mu-
dah dipahami bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab.
Mengingat pentingnya maksud dan isi dan pembahasan
yang ringkas, maka kami memberanikan untuk memenuhinya
meski belum menguasai bahasa Arab sepenuhnya. Kami berha-
rap agar terjemahan ini bisa memiliki manfaat dan berguna seba-
gaimana kitab aslinya. Terjemahan dibuat secara bebas sesuai
dengan kemampuan kami dengan tujuan agar mudah dipahami
isinya.
Akhirnya hanya karena kebodohan dan kurangnya perben-
daharaan kata kami jika ternyata terjemahan ini banyak keku-
rangan dan kesalahan. Karenanya teguran dari para ahli sangat
kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Achmad M. Machfudh
al-Imâm Hujjatul Islâm
Abû Hâmid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazâliy
Akhlak Tercela
Maret 2010
K.H. Drs. Achmad Masduqi Machfudh adalah pengasuh
PP Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda, Mergosono, Malang.
Lahir tahun 1935 di Jepara. Sambil menuntut ilmu di
SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) di Yogyakarta,
beliau mengaji di PP Krapyak asuhan K.H. Ali Maksum.
Sejak 1957 mengajar di berbagai sekolah di Kalimantan,
seperti di Tenggarong, Samarinda, dan Tarakan. Tahun
1964 melanjutkan studi di IAIN Sunan Ampel Malang( sekarang UIN
Malang), sekaligus sebagai dosen Tadribul Qiroah (Bimbingan Membaca
Kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf. Di tengah kesibukan sebagai
dosen dan pengasuh pesantren, beliau “melayani” pengajian di ber-
bagai masjid di daerah Malang dan Jawa Timur terutama yang sulit
dijangkau oleh kebanyakan dai, mubaligh, dan kiyai. Pemahamannya
terhadap kitab kuning sangat mumpuni baik ketika pembahasan masa-
lah di forum Majlisul Bahtsi wal Muhadlaratud Diniyyah, kodifikasi
hukum Islam, bahtsul masail, maupun tanya jawab hukum Islam pada
majalah Aula. Beliau pernah menjabat Katib Syuriyah selama 15 tahun
dan Rois Syuriyah PWNU Jawa Timur beberapa tahun lamanya.