Vous êtes sur la page 1sur 20

PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN HIV/ AIDS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system
kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS,
sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul
secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.
HIV adalah jasad renik yang menyebabkan terjadinya AIDS. HIV melumpuhkan sistem
kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih yang membantu dalam menghalau penyakit (Dr.
Hutapea Ronald, 2011).
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya
system kekabalan tubuh oleh infeksi virus HIV (Brunner,2001).
AIDS adalah tranmisi human imuno defisiensi virus, suatu retrovirus yang terjadi
terutama melalui pertukaran cairan tubuh (Friedland, 1987).
AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan virus HTL

B. Epidemologi
Sejumlah infeksi virus HIV terdiagnosis baru di tahun 2000 merupakan yang tertinggi sejak
pelaporan di mulai dan jumlah infeksi yang di dapat baru adalah melalui hubungan seksual
heteroseksual. Kira- kira 30.000orang hidp dengan HIV di inggris, sepertiganya tidak terdiagnosis.
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bias merupakan kejadian yang sangat
emosional. Ibu akan merasa sangat waspada terhdapa penyakitnya yang serius dan kemungkinan
bayinya akan di lahirkan postif HIV. Penularan intrauterine dapat terjadi selama kehamilan,
kelahiran, atau menyusui. Di perkirakan bahwa ibuyang baru saja terinfeksi, atau ibu yang menderita
sindrom imnunodefisiensi didapat (AIDS) lebih besar kemungkinnya mendapat bayi yang terinfeksi
(AVERT,2003). Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitive dari semua staf, bimbingan, dan
waktu khusus untuk bicara. Ibu mungkin meminta kamar samping tetapi banyak ibu lain ingin
bersama orang tua lainnya dan tidak di pisahkan. Kerahasiaan adalah vital.
C. Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun,
diare, neuropati, lemah, ruam kulit, limadenopati, perlambatan kognitif, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan
manifestasi neurologist (NANDA nic-noc).
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom adalah
satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut belum
dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah
terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak
secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandungan atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

1. Lelaki homoseksual atau biseks.


2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (purwaningsih,wahyu.2010).

D.Klasifikasi
CDC adalah menerapkan system klasifikasi pasien yang mengalami infeksi HIV berdasarkan
keadaan klinik yang di jumpai sebagai berikut.
1. Grup 1/ infeksi akut
Penyakit serokonveksi sampai AIDS berlangsung beberapa tahun kemudian infeksi akut dari awal
virus menginfeksi sampai kiara kira 6 minggu.
Penyakit seokonveksi ada 3 yaitu:
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus.
Gejala demam, malaise, alergi, mialgia, atralgia, limfadenopati dan nyeri tenggorokan kadang di
jumpai juga enselopati akut reversible di sertai disorientasi, lupa ingatan, kesadaran menurun dan
perubahan kepribadian.
b. Meningitis.
c. Mielopati
2. Grup 2/ infeksi asimtomatik Tanpa di sertai gejala
3. Grup 3/ infeksi lymphadenopathy peprsisten generalisata Meliputi: infeksi kronis
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
4. Grup 4/ penyakit lain
a. Sub grup a: penyakit constitutional
b. Sub grup b: penyakit neurologic
c. Sub grup c: penyakit infeksi lain contoh: herpes
d. Sub grup d: kanker sukender
e. Sub grup e kondisi lainnya, misalnnya pneumonitis interstitial limfosit (purwaningsih,wahyu. 2010).

E.Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan
yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan
suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dariDNA
manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai
menghasilkan virus–virus HI. Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk
virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam
aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi
sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah
diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus
tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung
dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik. Infeksi–infeksi
oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika system kekebalan tubuh tertekan. Pada
seseorang dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi infeksi tersebut tidak biasanya mengancam
hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV hal tersebut dapat teradi fatal (purwaningsih,
wahyu.2010)

F.Pathway
Terlampir

G.Periode Penularan HIV/ AIDS Pada Ibu Hamil


Penyebab penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks vagian, cairan amnion,
jaringan plasenta dan air susu yang berasal dari ibu yang darah darahnya terdapat virus HIV. Cara
penularannya secara:
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta
Dimana antigen HIV dapat di deteksi dalam cairan amnion dan jarinanvetus yang terlihat dari
terminasi kehamilan yang berusia 15 minggu.
2. Transmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu (purwaningsih,wahyu.2010).

H.Tanda Dan Gejala HIV/ AIDS


HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjafi positif dalam 10 minggu suatu pemaparan yang
menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaiut:
1. Respon tipe influenza.
2. Demam.
3. Malaise.
4. Mialgia.
5. Mual
6. Diare
7. Nyeri tenggorokan
8. Ruam dapat menetap 2-3 minggu
9. Berat badan menurun
10. Fatique.
11. Anoreksia.
12. Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina Pada masa perinatal

1. Keletihan
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.
Kemataian ibu hamil dengan HIV positif kebanyakan di sebabkan oleh penyakit oportunistik yang
menyertai terutama pneumonitis carinif pneumonia.
I.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah.
a. Trombositopeni
b. Anemia.
c. HDL>
d. Jumlah limfosit total
2. EIA atau EUSA dan tes western blot: postif, tetapi invalid.
a. EIAatau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Test western blot mendeteksi adanya anti body terhadapbeberapa prot spesifik HIV.
3. Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia plasma dapat mengukur beban
virus.
4. Test reaksi polimer dengan leukosit darah perifer: mendeteksi DNA viral pada adanya kuntitas kecil
sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikasi dari kemajuan
infeksi.
6. Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar immunoglobulin.
7. IFA: memastikan seropesivitas.
8. RIPA: mendteksi protein HIV.
9. Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya goorhoe, kandidiasis, hepatitis B,
tuberkolosis, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis (purwaningsih,wahyu.2010).
J.Penatalaksanaan
1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta maliginasi, pengentian replikasi HIV lewat
preparat antivirus dan penguatan serta pemulihan system imun melaui pengunaan preparat
imnimodulator.
2. Terapi farmakologi
a. Obat primer di setujiu untuk terapi HIV yaitu azidodeoksimetidin (zidovudine,A2T cretevir)
berfungsi untuk memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta bertanya penyakit
oportunistik.
b. Asitimidin terkendali pada wanita hamil mengurangi resiko transmisi HIV dari wanita yang
terinfeksi kejaninnya.
c. Perawatan suportif sangat penting karena infeksi HIV sangat menurunkan kedaan imun pasien
(mencankup, kelemahan, malnutris, imobilisasi, kerusakan kulit dan perubahan status mental).
d. Memberikan perawatan kesehatan efektif dengan penuh kasih saying dan obyektif pada semua
individu (mencakup, malnutrisi, optimum, istirahat, latihan fisik, dan reduksi stress) (purwaningsih,
wahyu.2010)
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian

1. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor
regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.

2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat
muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan
melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang
kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan
dengan kelainan hospes :
Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid, globulin anti
limfosit, disfungsi timik congenital.
Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein liosing enteropati
(peradangan usus)

3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)


a) Aktifitas / Istirahat
- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa,
putus asa,dan sebagainya.
- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d) Eliminasi
- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
f) Hygiene
- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.

- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.


i) Pernafasan
- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j) Keamanan
- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe,
menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil pencegah
kehamilan.
- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS.
- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
Serologis
- Tes blot western
- Sel T limfosit Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus HIV)
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
-Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12
minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang
terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif,
kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus(HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food
and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus
(HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu:
- Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
- Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas. Radio Immuno Precipitation
Assay ( RIPA ) Mendeteksi protein dari pada antibody.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intolerans aktivitas.
4. Penurunan koping keluarga
D. Intervensi Keperawatan
No

1.
a
N
n
o
d
Diagnosa c
e
keperawatan n
N g
u a
t sesuai n
2. r N tujuan
i O .
s kuran C b
i g : a
d d
a a
r kebut Berat n
i uhan Nutritional s
t i e
u d s
b e u
u a a
h l i
. status t
Nutritional i
Definisi : asupan
n n
u g
t : denga g
r f n i
i o badan
s o Mam
i tidak status d pu
c mengidentifika
u s
k keb
u utuh
o untuk dan fluid i an
memenuhi Intake nutris
kebutuhan Nutritional i
a
metabolic. status: nutrient
d
intake Intoleransi Tidak a
Weight control t
Kriteria Hasil a
: n
Adan d
ya aktivitas tanda- a
peningkatan
b
a
berat d
dibutuhkan.
Nic
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetukan jumlah kalori dan nutrisi
1. Yakinkan
yang di butuhkan pasien.
diet
yang
dimak
an

menga
ndung
tinggi
serat
untuk
mence
gah
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
konsti
pasi. aktivitas
2. Monit
or
jumlah
nutrisi
dari
kandu
ngan
kalori.
3. Berika
n
inform
asi
tentan
g
kebutu
han
nutrisi.
4. Kaji
kema
mpuan
pasien
untuk
menda
patkan
nutrisi
yang
Definisi: ketidak mal nutrisi parental role,conflict
kecukupan energy therapeutic
psikologi atau
fisiologi untuk Nic :
melanjutkan atau Aktivit
menyelesaikan tolraice
aktifitas Energy
kehidupan sehari- converseratio
hari yang harus n Self care:
atau yang di ADLs
lakukan Kreteria
Hasil :
berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik
tanpa di sertai
peningkatan
tekanan
darah,nadi,R
R
mampu
3. melakukan
akivitas
sehari-hari
secara
mandiri
tanda –tanda
vital normal
Penurunan koping energy
keluarga. psikomotor.
Definisi : orang Level
terdekat anggota kelemahan.
keluarga atau
sahabat). Yang
memberikan dukungan,
rasa nyaman, bantuan,
atau motivasi tidak
Noc:
adekuat, tidak
caregiver
efektif, atau
stressor
family coping
,disable
yang mampu di lakukan a
2. Bantu pasien /keluarga t
untuk mengintifikasi a
perubahan u
kekurangan dalam
y
beraktivitas a
3. Bantu pasien untuk Ancam n
mengembangkan an g
motvasi diri dalam peme
penguatan menggang nuha
u n
4. Bantu pasien untuk
p
melakukan aktivitas e
yang di perlukan d r
Tuntut a a
an n n
Hidup
e
m
2. o
Dukun s
gan i
memberikan penenangan
d
,penerima a
an n
s p
e r
l o
k a s
o dorong m e
p an a s
1. i Steres
Peningkat n 3.
an g Mobili kelua
p tas rga
a pengguna keku
s an atan
i
:membant e
u n
d
e
n
g
beradapta a
si n
persepsistressor
mengalamu regimen koping keluarga
y meningkat
a
n
penurunan g management
d
mungkin i ineffective
o
l
e Kreteria
perlukan h Hasil :
u
n
t
u
klien k keluarga tidak
a
t
a
mengelola u mengalami
t
u
g
menguasa a
i s penurunan
a
d
a
p
t
i koping
tugas f keluarga
m
a
s
al
a
terkait h hubungan
pasien
keperawatan. pemberi
kesehatan
adekuat
kesejahteraan
emosi pemberi
asuhan
4. kesehatan
keluarga
j
u u
n a
t n
kelua u kelua
rga k rga
mempengaruh s
i y
kesehatan pasien kearah s
yang positif 5. t
k Pand e
e uan m
l kesehatan memfasilitasi
u p
a a
r s
g i d
4. Dukungan a e a
meningkatkan Local n n
nilai,minat,da t penggunaan pelayanan
n u kesehatan yang sesuai
Klien
dari

tand
geja
Mendes
a

Resiko
infeksi
Definisi :
mengalam
i
peningkatan
resiko NIC:
Immune status
terserang Know
ledge:
organisme infection
patogenik control
. Risk
contro
l
Kriteria
Hasil:
1. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhdapa kemerahan,
panas, drainase.
2. Instrusikan pasien untuk minum antibiotic sesuai
resep.
3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi

4. Ajarakan cara menghindari infeksi.


n proses
penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaa nnya

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui
darah yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi
terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung
antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian obat
intravena, partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah
(transfusi), bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB menurun
lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis, demensia / HIV ensefalopati.
Gejala minor: batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalist, adanya herpes
zoster yang berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes simplex kronik progresif,
limfadenopati generalist, infeksi jamur berulang pada kelamin wanita, retinitis
cytomegalovirus.
4.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan maternitas terutama pada ibu
hamil yang juga menderita HIV. Tak lupa kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan guna untuk penyempurnaan makalah ini, karena mungkin makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih,wahyu, Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogykarta.
Nuraif, Amin huda.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda. Jilid 1-3 Yogyakarta : Media Action.

Vous aimerez peut-être aussi