Vous êtes sur la page 1sur 19

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN MASALAH PSIKOSOSIAL


GANGGUAN CITRA TUBUH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing Indriana Noor Istiqomah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

1. M. Fatchurrohim. K 172303101009
2. Siti alfiyatu. R 172303101012
3. Ratih widyawati E.S 172303101017
4. Rina yulia 172303101020
5. Viqi fauziatul. R 172303101034
6. Nora Safira 172303101022
7. Tanti indra. N.C 172303101029
8. Grey sinta. K 172303101042

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih-Nya,
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul Asuhan
Keperawatan Jiwa pada pasien dengan masalah psikososial Gangguan Citra Tubuh.

Makalah ini tidak akan dapat selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Indriana Noor Istiqomah, S.Kep., Ns. M.Kes Selaku Dosen Pembimbing mata
kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi inspirasi.
3. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyelasaian makalah ini.
Penyusunan makalah ini pasti masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan,
bahasa, maupun segi lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya
sehingga bisa memberikan inspirasi kepada pembaca.

Lumajang, 28 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 4
1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4
1.3. TUJUAN ......................................................................................................................... 5
1.4. MANFAAT ..................................................................................................................... 5
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1. KONSEP DASAR ........................................................................................................... 6
2.1.1. DEFINISI.................................................................................................................. 6
2.1.2. MANIFESTASI KLINIS CITRA TUBUH .............................................................. 9
2.1.3. FAKTOR PREDISPOSISI ..................................................................................... 10
2.1.4. FAKTOR PRESIPITASI ........................................................................................ 11
2.1.5. PERILAKU GANGGUAN CITRA DIRI .............................................................. 12
2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................... 13
2.2.1. PENGKAJIAN ....................................................................................................... 13
2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................ 15
2.2.3. TINDAKAN KEPERAWATAN ............................................................................ 15
2.2.4. EVALUASI KEPERAWATAN ............................................................................. 17
BAB 3. PENUTUP .................................................................................................................. 18
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................................. 18
3.2. SARAN ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yang paling utama dari
komponen konsep diri lainnya. Gambaran citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan
perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam
kehidupan (Stuart&Laraia, 2005).

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
presepsi dari pandangan orang lain (Potter&Perry, 2005).

Citra tubuh positif apabila seseorang memandang realistis, menerima dan menyukai
bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri,. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh secara
dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan seseorang terhadap dirinya turut mempengaruhi
penerimaan klien terhadap dirinya.

Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
dalam kehidupan (Stuart&Laraia, 2005).

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah Konsep Dasar pada pasien dengan masalah psikososial Gangguan citra
tubuh yang meliputi :
a. Apa definisi Gangguan Citra Tubuh ?
b. Apa manifestasi klinis yang terjadi pada Gangguan Citra Tubuh?
c. Apa sajakah faktor predisposisi pada Gangguan Citra Tubuh?
d. Apa sajakah faktor presipitasi pada Gangguan Citra Tubuh?
2. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial
Gangguan citra tubuh yang meliputi :
a. Apa yang perlu dikaji pada Gangguan Citra Tubuh?
b. Apa diagnosa yang muncul pada Gangguan Citra Tubuh ?
c. Apa tindakan yang tepat pada klien dengan Gangguan Citra Tubuh?
d. Bagaimana evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Citra Tubuh?

4
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui Konsep Dasar pada pasien dengan masalah psikososial Gangguan citra
tubuh yang meliputi :
a. Menjelaskan definisi dari Gangguan Citra Tubuh.
b. Menjelaskan manifestasi Klinis dari Gangguan Citra Tubuh.
c. Menjelaskan faktor prediposisi dari Gangguan Citra Tubuh.
d. Menjelaskan faktor presipitasi dari Gangguan Citra Tubuh.
2. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial
Gangguan citra tubuh yang meliputi :
a. Menjelaskan data pengkajian dari Gangguan Citra Tubuh.
b. Menjelaskan diagnosa yang muncul dari Gangguan Citra Tubuh.
c. Menjelaskan tindakan keperawatan dari Gangguan Citra Tubuh.
d. Menjelaskan evaluasi dari Gangguan Citra Tubuh.

1.4. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi dari Gangguan Citra Tubuh.
2. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi Klinis dari Gangguan Citra Tubuh.
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor prediposisi dari Gangguan Citra Tubuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor presipitasi dari Gangguan Citra Tubuh.
5. Mahasiswa dapat mengetahui data pengkajian dari Gangguan Citra Tubuh.
6. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa yang muncul dari Gangguan Citra Tubuh.
7. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan keperawatan dari Gangguan Citra Tubuh.
8. Mahasiswa dapat mengetahui evaluasi dari Gangguan Citra Tubuh.

5
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. KONSEP DIRI
2.1.1. DEFINISI
Semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan serta pendirian yang diketahui
individu tetntang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu
mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia diluar dirinya. Memahami
konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan
hanya penyakit melainkan menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan
pendapat tertentu tentang dirinya (Yusuf, et al., 2015).
2.1.2. KOMPONEN KONSEP DIRI
Menurut (Yusuf, et al., 2015) Komponen konsep diri terbagi menjadi 5 antara
lain :
a. Citra Tubuh (Body image)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masalalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus
(anting, make up, pakaian, kursi roda dsb) baik masalalu maupun sekarang.
Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis
karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan
lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan
meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting
dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak dan
sebagainya.
b. Ideal diri (Self Ideal)
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan atau nilai yang diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi
oleh kebudayaan, keluarga, amnbisi, keinginan dan kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi masyarakat setempat. Individu
cenderung menyusun tujuan yang sesuai dnegan kemampuannya, kultur, realita,
menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority. Ideal diri harus cukup
tinggi supaya mendukung respek terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu

6
menuntut, serta samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan
individu terhadap dirinya saat berada dalam masyarakat dengan norma tertentu.
Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental.
c. Harga diri (Self esteem)
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering
mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkunga. Harga diri
dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan bahwa ada 4
hal yang dapat meningkatkan harga diri anak yaitu :
1. Memberi kesempatan untuk berhasil
2. Menanamkan idealisme
3. Mendukung aspirasi atau ide
4. Membantu membentuk koping
d. Peran (Role performance)
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharakan oleh
masyarakat sesuai posisinya dimasyarakat atau kelompok sosialnya. Peran
memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan
cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Hal-
hal yang mempengaruhi penyesuaian individu terhadap peran antara lain sbb:
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan pengetahuannya tentang
peran yang diharapkan.
2. Respon atau tanggapan yang konsisten dari orang yang berarti terhadap
perannya.
3. Kesesuaian norma budaya dan harapannya dengan perannya.
4. Perbedaan situasi yang menimbulkan penampilan peran yang tidak sesuai.
e. Identitas diri (Identity)

7
Identitias adalah kesadaran tentang “diri sendiri” yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, serta menyadari individu
bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Pengertian identitas adalah
organisasi, sintesis dari semua gambaran utuh dirinya, serta tidak dipengaruhi
oleh pencapaian tujuan, atribut/ jabatan dan peran. Dalam identitas diri ada
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, hormat terhadap diri, mampu
mengusai diri dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas yang positif adalah sebagai berikut :
1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain.
2. Mengakui jenis kelamin sendiri.
3. Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan.
4. Menilai diri sesuai penilaian masyarakat.
5. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6. Mempunyai tujuan dan nilai yang di sadari.
Ciri individu yang berkepribadian sehat antara lain sebagai berikut :
1. Citra tubuh positif dan sesuai
2. Ideal diri realistis
3. Harga diri tinggi
4. Penampilan peran memuaskan
5. Identitas jelas.

2.2. KONSEP CITRA TUBUH


2.2.1. DEFINISI
Banyak ahli mendefinisikan mengenai citra tubuh diantaranya menurut Stuart
&Laraia (2005) bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari
dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk dalam hal ini adalah persepsi tentang
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi
diri.Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri dimana konsep diri
adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Nurhalimah, 2016).
Pendapat lain mengenai citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Sedangkan Keliat. BA

8
(1999), mendefinisikan citra tubuh sebagai sikap, persepsi, keyakinan, pengetahuan
individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk,
struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus
(anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang
(Nurhalimah, 2016).
Pada klien yang dirawat di rumah sakit umumperubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh berat
badan yang turun akibat penyakit, tindakan invasif , seperti operasi, suntikan didaerah
oemasangan infus. Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan alat didalam tubuh. Perubahan fungsi berbagai penyakit yang
dapat merubah sistem tubuh ketrbatasan gerak, makan, kegiatan. Pemasangan alat
pada tubuh klien seperti infus, traksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital dan
lain lain (Keliat 1994 dalam (Muhith, 2015).
Gangguan citra tubuh sebagai konfusi dalam gambaran mental tentang diri
fisik individu (Herdman & Kamitsuru, 2018).
2.2.2. MANIFESTASI KLINIS CITRA TUBUH (Muhith, 2015).
1. Respon klien Adaptif
a. Syok psikogis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi
pada saat perma tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti : mengingkari, menolak
dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi karena
tidak mungkin makan klien lari atau menghindar secara emosional. Klien
menjadi pasif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan
dalam perawatannya
c. Penerimaan / Pengakuan secara bertahap
Setelah Klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Stelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri
yang baru.
2. Respon klien Maladaptif

9
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tanda
dan gejala sebagai berikut :
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh.
c. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri
d. Persepsi negatif pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan ditolak
h. Depersonalisasi
i. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
3. Pada klien yang dirawat di rumah sakit
Perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi, stresor pada tiap perubahan
adalah :
a. Pada perubahan ukuran :BB yang turun akibat penyakit
b. Perubahan bentuk tubuh :Tindakan invasif seperti operasi,
suntikan, daerah pemasangan infus.
c. Perubahan struktur :Sama dengan perubahan bentuk
tubuh disertai dengan pemasangan alat didalam tubuh.
d. Perubahan fungsi :Berbagai penyakit yang dapat
merubah sistem tubuh.
e. Keterbatasan Bergerak :Makan dan kegiatan lainnya.
f. Makna dan objek yang sering kontak :Penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, traksi, respirator, suntik,
pemeriksaan TTV dll)
2.2.3. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Predisposisi adalah faktor yang melatar belakangi seseorang mengalami
gangguan jiwa.
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).

b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).

c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.


d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.

10
2.2.4. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor Presipitasi adalah faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada
seseorang untuk kali yang pertama.
a. Trauma.
Penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
b. Ketegangan peran.
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran atau posisi yang diharapkan
c. Transisi peran perkembangan.
Perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma
budaya, nilai – nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri. Setiap perkembangan
dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus dilalui
individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini
merupakan stressor bagi konsep diri.
d. Transisi peran situasi.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurangnya
orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat
menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran
berlebihan.
e. Transisi peran sehat-sakit.
Pergeseran dari keadaaan sehat ke keadaan sakit. Stressor pada tubuh dapat
menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Transisi ini
mungkin dicetuskan oleh :

1. Kehilangan bagian tubuh


2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh
3. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal
4. Prosedur medis dan keperawatan

11
2.2.5. PENILAIAN TERHADAP STRESOR
Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan mmacu
sukses dalam kehidupan. Banyak faktor dapat mempengaruhi gambaran diri
seseorang, sepertui munculnya stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran
diri. Stressor-stressor tersebut dapat berupa : operasi, seperti : mastektomi, amputasi,
luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan
koreksi seperti operasi plastik, protesa, dll. Kegagalan fungsi tubuh, seperti hemiplegi,
buta, tuli, dapat mengakibatkan depersonalisasi yaitu tidak mengakui atau asing
dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Paham yang berkaitan
dengan bentuk dan fungsi tubuh seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien
mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Perubahan tubuh yang berkaitan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang
seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga
dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik
interpersonal yang negatif berarti adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan
dan makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
2.2.6. SUMBER KOPING
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja
keras, nonton dan lain-lain
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif

12
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat

2.2.7. PERTAHANAN EGO


a. Fantasi
Kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki)
untuk menciptakan tanggapan baru
b. Disosiasi
Respon yang tidak sesuai dengan stimulus
c. Isolasi
Menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
d. Proyeksi
Kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
e. Displacement
Mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan kepada orang lain yang kurang
mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
f. Marah atau amuk pada diri sendiri

2.3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Nurhalimah, 2016).


2.3.1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi, Berikut ini adalah observasi pada saat pengkajian yang harus dilakukan :
1. Tanda dan Gejala:
Data obyektif yang dapat diobservasi:
a. Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
c. Menolak melihat bagian tubuh
d. Menolak menyentuh bagian tubuh
e. Aktifitas sosial menurun
Data Subyektif :
Data subyektif didapat dari hasil wawancara,pasien dengan gangguan citra tubuh
biasanya mengungkapkan
a. Penolakkan terhadap :

13
1) Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi
2) Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
3) Interaksi dengan orang lain
b. Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
c. Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
d. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
e. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
2. Analisa data
No. DATA MASALAH
1 Subjektif : Gangguan Citra Tubuh
-Pasien merasa tidak dapat menerima keadaan
dirinya.
-Pasien mengatakan menolak melihat anggota
tubuh yang berubah.
-Pasien mengatakaan keputusasaan pada
kondisinya saat ini.
-Pasien mengungkapkan ketakutan yang
dialaminya.

Objektif :
-Pasien menolak penjelasan perubahan tubuhnya
-Pasien menolak melihat dan menyentuh bagian
tubuh yang berubah
-Pasien Tidak dapat menerima perubahan
struktur tubuh dan fungsi tubuh.
-Pasien mengurangi kontak sosial sehingga
terjadi penarikan diri

14
2.3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah Gangguan Citra Tubuh.
Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra
Tubuh

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

 Kehilangan/kerusakan bagian tubuh


(anatomi dan fungsi).  Trauma
 Ketegangan peran
 Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan
tubuh (akibat tumbuh kembang atau  Transisi peran
perkembangan
penyakit).
 Transisi peran situasi
 Proses penyakit dan dampaknya terhadap  Transisi peran sehat sakit
struktur dan fungsi tubuh.
 Proses pengobatan, seperti radiasi dan
kemoterapi.

2.3.3. TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh bertujuan agar
pasien mampu :
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini

15
b. Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
c. Diskusikan aspek positif diri
d. Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)
e. Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
1) Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukkan tubuh yang ideal
2) Gunakan protese, wig (rambut palsu),kosmetik atau yang lainnya
sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
3) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
4) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
f. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
1) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
2) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan social
3) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya
4) Berikan pujian terhadap keberhasilan Pasien melakukan interaksi
3. Tindakan terhadap keluarga
Tujuan umum : Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri
klien
Tujuan khusus :
a. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
b. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.
c. Keluarga mengetahui cara mengatasi.masalah gangguan citra tubuh
d. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.
e. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan memberikan pujian
atas keberhasilannya..
Tindakan Keperawatan :
a. Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien.
b. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
c. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.

16
d. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
e. Menfasilitasi interaksi dirumah.
f. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
g. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

2.3.4. EVALUASI KEPERAWATAN


Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh
tampak dari kemampuan pasien untuk :
a. Kemampuan untuk pasien
1) Pasien mampu mengidentifikasi citra tubuh dan potensi tubuh yang
lain.
2) Pasien mampu melakukan cara untuk mengatasi gangguan citra
tubuhnya.
b. Kemampuan untuk keluarga
1) Keluarga mampu mengenal masalah masalah gangguan citra tubuh
2) Keluarga mampu merawat klien gangguan citra tubuh
3) Keluarga mampu mengevaluasi perkembangan pasien.

17
BAB 3. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Citra tubuh menurut Stuart &Laraia (2005) bahwa citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Ciitra tubuh adalah sikap
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan
tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu
(Nurhalimah, 2016).

Manifestasi Klinis Citra Tubuh menurut (Muhith, 2015) adalah Respon klien Adaptif
meliputi Syok psikogis, Menarik diri, Penerimaan / Pengakuan secara bertahap kemudian
Respon klien Maladaptif, dan Pada klien yang dirawat di rumah sakit.
Faktor Predisposisi adalah faktor yang melatar belakangi seseorang mengalami
gangguan jiwa, Faktor Presipitasi adalah faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa
pada seseorang untuk kali yang pertama, dan Perilaku gangguan citra diri yaitu Menolak
menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, Menolak bercermin, Tidak mau
mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, Menolak usaha rehabilitasi, Usaha pengobatan
mandiri yang tidak tepat dan Menyangkal cacat tubuh.

3.2. SARAN
Dari pembahasan diatas Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan masalah
psikososial Gangguan citra tubuh maka saran yang dapat kami berikan adalah Citra diri
merupakan salah satu komponen dari konsep diri dimana konsep diri adalah semua pikiran,
keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain oleh karena itu kita perlu yakit dan percaya
agar tidak menimbulkan gangguan pada citra diri kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, A., 2015. PENDIDIKAN KEPERAWATAN JIWA teori dan aplikasi. Yogyakarta:
CV.Andi Offset.

Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Yusuf, A., sari, R. F. & Nihayati, H. E., 2015. Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.
Jakarta: penerbit salemba medika .

19

Vous aimerez peut-être aussi