Vous êtes sur la page 1sur 19

ASKEP CA PARU

A Definisi Kanker Paru


Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok (Suryo,
2010 : 27). Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian
besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27). Karsinoma
bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan tumor
ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).

B. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru


Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama kanker paru
tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia, 50 jenis di
antaranya bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic membuktikan bahwa sekitar 90%
penderita kanker paru adalah perokok aktif atau mantan perokok. (Tim CancerHelps, 2010 :
64) Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru belum
diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005). Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan
bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan
Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan
dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap
perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan
menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa
perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok
selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di
bandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan
perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari
bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada perempuan di
USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun,antara lain karena
meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja
mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti
mulut, laring dan esofagus (Sudoyo, 2007 : 1005). Laporan dari NCl (National Cancer
Institute) di USA tahun 1992 menyatakan kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika
urinaria,ovarium, uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien
yang merokok daripada yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:
 Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen,seperti:
- Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
- Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
- Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida
 Polusi udara.
Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranya
dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
 Genetik.
Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni:
proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
 Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya
gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati
secara alamiah programmed cell death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan
sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan
yang otonom. Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor,
dan rokok diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel
sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain.

 Diet.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Sudoyo,
2007 : 1006).
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut yaitu :
a. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah
merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah
tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu mulai merokok,
semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan
termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek).
b. Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai akibat
penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
c. Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu
penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling
berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada
bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau
lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat umum.
Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat,
arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi.
Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih
besar lagi jika orang itu juga perokok.
d. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah
vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari
berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko
peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang
turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.
e. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki resiko
yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum
diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter atau karena faktor-faktor
familial.

C Patofisiologi Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
D Klasifikasi Kanker Paru
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small
Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus
kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan
karsinoma sel besar.
Non-Small Cell Lung ( NSCLC)
 Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
 Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi.proses
ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan
jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
 Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel
yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih
umum terjadi.
 Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut
undiferentiated carcinoma.
Small Cell Lung (SCLC)
Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.
Manifestasi Klinis Kanker Paru
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan
napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri ke
dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit
pada umumnya.
Berikut gejala kanker paru.
1. Terjadi sesak napas.
2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4. Batuk berdarah.
5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan kanker paru
tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam
stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
 Lokal (tumor setempat) :
 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
 Hemoptisis
 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
 Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
 Aelektasis
 Invasi local :
 Nyeri dada
 Dispnea karena efusi pleura
 Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
 Sindrom vena cava superior
 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
 Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
 Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
 Gejala penyakit metastasis :
 Pada otak, tulang, hati, adrenal
 Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
 Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :
 Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
 Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
 Hipertrofi : osteoartropati
 Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
 Neuromiopati
 Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
 Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
 Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
 Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
 Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
 Kelainan berupa nodul soliter

E. Pengobatan Kanker Paru


Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat
pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru.
a. Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor
dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk
kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya
hanya merupakan salah satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu
bagian paru-paru hingga stadium IIIA.
 Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati NSCLC.
1. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
2. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
3. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
b. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan
pembedahan biasanya tidak terpengaruh besar terhadap survival (kelangsungan hidup).
Kemoterapi primer biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah
bermetastasis atau menyebar. Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis
tumor yang diderita. Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau
carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide,
atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan obat cisplatin dan
etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine, paclitaxel,
vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.
c. Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru.
Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi. Untuk
pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan
sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk
meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan. Seringkali dilakukan
terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan
berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan
X—ray dada.Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah,
dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker paru yang
telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang
mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang
gairah seksual.
d. Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium
III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang
paling umum digunakan,
sebagai berikut :
1. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor
Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak
mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat
diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja
lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause).
Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
2. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk
membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang
kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai
kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa
diberikan melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek samping berupa
perdarahan pada paru-paru.

F. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru


Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting
dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik
meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan
mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang
dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru.
Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi serat
optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil
sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker
yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkhus,
dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam rangka
menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium
penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan
stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi anatomis untuk
menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi; dan
stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap
berbagai pengobatan antitumor.

H. Penatalaksanaan Kanker Paru


1) Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya,
dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea
dan kecemasan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi
bronkospasme, inflamasi, dan edema.
c Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada
small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan
dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani
kanker,
 termasuk kombinasi dari obat berikut :
 Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.
 Etoposide dan Cisplatin
 Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin)
biasa diberikan.
e. Terapi Radiasi
 Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:
 Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.
 Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
 Klien kanker bronkhus dengan oat cell.
 Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.
Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
 Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
 Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
 Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
f. Terapi Laser
g. Torakosentesis dan Pleurodesis
 Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.
 Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta
obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
 Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi
cairan.
2) Pembedahan (Surgical Management)
 Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,
dan karsinoma sel besar undifferentiated.
 Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga criteria
berikut:
 Karakteristik biologis tumor :
- Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.
- Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar
undifferentiated.
- Hasil buruk : oat cell.
- Letak tumor dan pembagian stadium klinik
 Untuk menentukan reseksi terbaik.
- eadaan fungsional penderita. (Somantri, 2012: 119-120).

I Prognosis Kanker Paru


Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year
survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat kurang dari
15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain atau akibat komplikasi
pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Btn. Taborong Permai
Tanggal Masuk RS : 05 November 2015
Diagnosa Medis : Ca. Paru
II. Keluhan utama :
Sesak napas dan nyeri dada
III. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 November 2015 akibat mengalami penyakit Ca.
Paru. Klien datang ke RS Pelamonia diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal
5 November 2015, dengan keluhan sesak napas, nyeri dada, batuk, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya
saja tidak terlalu suka sayuran. + 1 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit
bronkitis sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak
fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging,
jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkohol dan merokok,
klien biasa merokok kurang lebih 1 bungkus rokok perharinya, klien mulai merokok
sejak umur 18 tahun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
IV. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah sambil merokok dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat
sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh
keluarganya.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama
tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan
tidur di rumah sakit karena sesak dan nyeri dada yang dialami klien saat bernapas, klien
tampak lemah, gelisah dan terlihat pucat.
3. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada dada dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa
menyakitkan jika beraktifitas dan akan berkurang saat klien beristirahat.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja
yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 66 kg. Berat badan dalam 1
bulan terakhir turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi
klien yaitu daging dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan
tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual,
tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak..
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien +
2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20
tetes/menit

6. Oksigenasi
Klien mengalami sesak, nyeri dada saat bernafas, klien batuk, klien merokok kurang
lebih 1 bungkus per harinya.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning,
konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses
berwarna kehitaman, konsistensi keras.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 5x sehari. Klien mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi,
dan kognitif
V. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 130/90 mmHg, Nadi 112x/menit,
Respirasi 36x/menit, Suhu 390 C
b. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktifitas kebiasaan secara rutin, sesak nafas
karna melakukan aktifitas.
Tanda: Pasien lesu
c. Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia,
Takikardi, Jari tabuh
d. Integritas Ego
Gejala : perasaan takut, menolak kondisi yang berat atau potensial keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang
e. Eliminasi
Gejala : di area yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel
kecil), peningkatan sekresi jumlah urin.
f. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus atau peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher,
dada, punggung ( obstruksi vena kava), edema wajah atau periordital (
ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma sel kecil )
g. Nyeri
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu
atau tangan( khususnya pada sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi:
erosi kapilago sekunder terhadap peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau
adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.
h. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi sputum,
napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, serak, paralisis pita
suara, riwayat merokok
Tanda : Dipsnea, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil(menunjukan
konsuladisasi), krekels atau mengik pada inspirasi/ekspirasi(gangguan aliran udara),
krekels atau mengik menetap, penyimpanan trakeal (area yang mengalami lesi),
hemoptisis
i. Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada(sel besar atau adenokarsinoma), kemerahan, kulit
pucat(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j. Seksualitas
Tanda : Dinekomastia(perubahan horman neopplastik, karsinoma sel besar),
Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga:kanker atau khususnya paru, tuberculosis,kegagalan
untuk membaik.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 11hari,
bantu transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan rumah.
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Massa pada mediastinum Ketidakefektifan pola
- Klien mengungkapkan sesak nafas
saat ber-nafas dan dada terasa Menekan rongga paru
berat.
Penurunan ekspansi paru
DO :
- Keadaan umum agak lemah. Pengembangan paru
- Suara nafas menghilang pada terbatas
dada anterior.
- Pada perkusi dada terdengar Klien sesak
redup.
- Respirasi 36 x/mnt, cepat dan
dangkal.
2. DS : Obstruksi jalan nafas oleh Gangguan pertukaran
- Pasien mengelu sesak dan sekresi dan spasme gas
nyeri saat bernafas bronkus
DO :
- Gelisah, Kerusakan alveoli
- Nilai GDA tidak normal,
- Perubahan TTV Bronkiektasis/Aktelektasis
3. S: -Mengeluh sakit disertai Intrapulmoner Metastatik Gangguan Rasa
rasa nyeri yang menetap nyaman (Nyeri)
O: - Pasien tampak gelisah
- Wajahya terlihat pucat Adanya Invasi kanker ke
- Tanda vital : TD: 130/90 pleura, atau dinding dada.
mmHg, Nadi : 120 x / m, Suhu :
39 , RR: 36 x/m.

4. DS : Sesak Psikologis Perubahan nutrisi


- Mengatakan nafsu makan kurang dari kebutuhan
menurun dan terasa mual Mual
DO:
- Penurunan berat badan,(BB Anoreksia
sebelumnya 66kg,setelah
masuk RS BB 55Kg)
- Lemas,
- Porsi makan tidak
habis,makan hanya 2 - 4 sendok

B. DIAGNOSA KEPERAWATA
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi par
 Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli
 Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, atau
dinding dada.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl No TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
dx
1. Setelah di lakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk mengetahui
tindakan kedalaman pernafasan dan frekuensi & kedalan
keperawatan 1x24 ekspansi dada. pernafasan karena
jam di harapkan kedalamam pernafasan
pola nafas klien bervariasi tergantung
efektif dengan KH: derajat gagal nafas.
- Klien 2. Auskultasi bunyi nafas, 2. Perubahan bunyi nafas
mengungkapkan dan catat adanya bunyi menunjukan obstruksi
sesak berkurang/ nafas tambahan. sekunder
tidak sesak. 3. Observasi pola batuk 3. Kongesti alveolar
- Respirasi dalam dan karakter secret mengakibatkan batuk
batas normal. kering/iritatif
- Tidak 4. Berikan pada klien 4. Posisi membantu
menggunakan otot posisi semi fowler. memaksimalkan ekspansi
bantu pernafasan paru dan menurunkan
upaya pernafasan
5. Memaksimalkan
5. Kolaborasi dalam pernafasan dan
pemberian oksigen menurunkan kerja nafas.
tambahan. 6. Memberikan
6. Berikan humidifikasi kelembaban pada
tambahan. membran mukosa dan
membantu pengenceran
secret

2. Setelah dilakukan 1. Kaji frekluensi dan 1. Berguna dalam


tindakan kedalaman pernafasan. evaluasi derajat distress
keperawatan 2x24 pernafasan dan kronisnya
diharapkan pasien prosespenyakit.
menunjukkan 2. Area yang tak
perbaikan ventilasi 2. Auskultasi paru untuk terventilasi dapat
dan oksigenasi penurunan bunyi nafas dan diidentifikasikan dengan
jaringan yang adanya bunyi tambahan tak adanya bunyi nafas.
adekuat 3. Menunjukan
danPertukaran gas 3. Observasi ferfusi hipoksemia sistemik.
efektif.dengan daerah akral dan sianosis (
KH: daun telinga, bibir, lidah
- Tidak bingung dan membran lidah )
dan gelisah 4. Lakukan tindakan untuk 4. Jalan nafas
- TTV normal memperbaiki jalan nafas. lengket/kolaps
- Tidak sesak menurunkan jumlah
- Nilai GDA alveoli yang berfungsi
normal Secara negatif
mempengaruhi
5. Tinggikan pertukaran gas.
kepala/tempat tidur sesuai 5. Meningkatkan
dengan kebutuhan. ekspansi dada maksimal,
membuat mudah bernafas
meningkatkan
6. Kaji TTV kenyamanan.
6. Takikardia, disritmia
dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya
7. Monitor GDA meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
8. Dapat
8. Berikan o2 tambahan memperbaiki/mencegah
sesuai dengan indikasi hasil buruknya hipoksia.
GDA.
3 Seteh di lakukan 1. Tanyakan pasien 1. Membantu dalam
tindakan tentang nyeri, Tentukan evaluasi gejala nyeri
keperawatan karaktersitik nyeri kanker yang dapat
selama 1x24 jam melibatkan visera, saraf
Nyeri hilang/ atau jaringan tulang
berkurang dengan 2. Buat skala nyeri 0-10 2. Penggunaan skala
KH: rentang intensitasnya rentang membantu pasien
- TTV normal dalam
- Klien nampak mengkaji tingkat nyeri
rileks. 3. Observasi tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
- Klien dapat vital Penurunan tekanan darah
tidur. : peningkatan nadi dan
- Klien dapat pernafasan
berpartisi dalam 4. Kaji pernyataan verbal 4. Ketidaksesuaian
aktivitas. dan non verbal nyeri antara verbal dan non
pasien. verbal
menunjukan.derajat nyeri
5. Memberikan obat
5. Evaluasi keefektifan berdasarkan aturan.
pemberian obat
6. Berikan tindakan 6. Meningkatkan
kenyamanan, ubah posisi, relaksasi dan pengalihan
dll. perhatian..
7. Berikan lingkungan 7. Penurunan stress,
tenang. menghemat energy
8. Kolaborasi: Berikan 8. Mempertahankan
analgesik rutin s/d indikasi. kadar obat, menghindari
puncak periode nyeri
4. Setelah di lakukan 1. Catat ststus nutrisi 1. Berguna dalam
tindakan pasien pada penerimaan, mengidentifikasi derajat
keperawatan catat turgor kulit, berat kurang nutrisi dan
sselama 2x 24 badan dan derajat menentukan pilihan
jamNutrisi klien kekurangan berat badan intervensi
terpenuhi. 2. Berikan penjelasan
Dengan KH: tentang pentingnya 2. Meningkatkan
- Berat badan makanan yang adekuat dan pengetahuan dan
bertambah dan. bergizi kepatuhan untuk
- Menunjukan menjalankan program
perubahan pola 3. Pastikan pola diet diet sesuai atura
makan. pasien yang disukai/tidak 3. Pertimbangan
disukai keinginan individu dapat
memperbaiki masukan
4. Awasi diet.
pemasukan/pengeluaran 4. Mengukur kefektifan
dan berat badan secara nutrisi dan dukungan
periodic cairan.
5. Dorong klien untuk
makan diet TKTP 5. Peningkatan
pemenuhan kebutuhan
dan kebutuhan
6. Pertahankan higiene pertahanan tubuh
mulut 6. Akumulasi partikel
makanan di mulut
menambah rasa
ketidaknyamanan pada
mulut dan menurunkan
7. Kolaborasi dengan nafsu makan
Ahli gizi dalam pemberian 7. Meninkatkan
makanan kemampuan asupan
sesuai dengan
kemampuan klien
DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan
Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia
Pustaka.
Suryo Joko. 2010. HERBAL”Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan”. Yogyakarta. Penerbit
B First(PT Bentang Pustaka)
Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA
MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta. Penerbit Mediaction.

Vous aimerez peut-être aussi