Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama)
dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling
sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama
mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah
dan berdesak-desakan bersama penderita TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya
informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian
akibat penyakir ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada
dalam peringkat ketiga terburuk didunia untuk jumlah penderita TB.
Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya
meninggal. Di Jawa Barat terdapat 5000 orang penderita, dan di Badung
terdapat 2000 orang penderita TB Paru.
Saya mengambil kasus “TB Paru” karena penyakit ini merupakan salah
satu penyakit beresiko bagi penderitanya. Di Ruang Cempaka RSUD
Majalaya terdapat ±55 orang penderita penyakit ini. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian jika tidak langsung diobati. Untuk itu, saya ingin
mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan
terhadap pasien dengan “TB Paru” yang tersusun sebagai makalah dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. U DENGAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIK BERHUBUNGAN
DENGAN SESAK DI RUANG CEMPAKA RSUD MAJALAYA”.

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pasien Tn.U dengan
bersihan jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan sesak di ruang
Cempaka RSUD Majalaya.
2. Tujuan Khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan askek bio psiko sosio spiritual
diharapkan siswa mampu :
a. Melakukan pengkajian secara kompherensif yang meliputi
bio,psiko,sosio dan spiritual pada pasien Tn. U dengan bersihan jalan
nafas tidak efektik berhubungan dengan sesak di Ruang Cempaka
RSUD Majalaya.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. U dengan
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak di Ruang
Cempaka RUSD Majalaya.
c. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan
prioritas masalah dengan tujuan yang ingin dicapai dengan intervensi
sesuai kebutuhan pasien pada pasien Tn. U dengan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan sesak di Ruang Cempaka RUSD
Majalaya.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai rencana asuhan
keperawatan pada pasien Tn. U dengan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sesak di Ruang Cempaka RUSD
Majalaya.
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Tn. U dengan
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak di Ruang
Cempaka RUSD Majalaya.
3

C. Metode Tela’ah dan Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan study kasus,
yaitu metode yang memberikan gambaran terhada suatu kejadian atau
keadaan yang sedang berlangsung memlalui prses keperawatan. Adapun
teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat
apakah terdapat luka , dan lain-lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba,
yaitu apakah ada masa atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk
dengan menggunakan reflek hammer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop.
2. Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas
kesehatan lain untu mendapatkan data subjektif dari pasien.
3. Observasi
Menggunakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan perubahan yang terjadi untuk
memperoleh data serta mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan
fisik.
4. Studi kasus
Data data yang didapatkan dari rekam medis pasien diruangan,
seperti catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
5. Studi kepustakaan
Untuk mendapatkan tinjauan teoritas, baik mengenai konsep dasar
penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
BAB II

TIJAUAN TEORITAS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1. Definisi Tuberculosis


1. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price,
1995).
2. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
(Arif Mansjoer, 1999)
3. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycobakteri tuberculosis (Smeltzer, Brunner & Suddarth, 2001)
Berdasarkan beberapa definisi mengenai Tuberculosis diatas dapat
dirumuskan bahwa :
- Tuberculosis (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkin paru. Tuberculosis dapat
juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, dan tulang.
4. Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet. Penularan biasanya melalui inhalasi percikan ludah,
dari satu individu ke individu lainnya, dan membentuk kolonial di
bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh
melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak di
pasteurisasi, atau kadang – kadang melalui lesi kulit.

4
5

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

1. Hidung
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
mengalir ke paru – paru. Hidung juga berfungsi sebagai
penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
2. Faring (tekak)
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makan, terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakan rongga hidung dan mulut.
3. Laring (tenggorok)
Laring merupakan pangkal tenggorokan dan di lapisi oleh
selaput lendir, terdapat pita suara yang terdiri dari
ventrikularis dan vokalis.
4. Trakea
Trakea merupakan saluran pipa yang tersusun atas tulang
rawan seperti huruf C, lapisan ini juga diselaputi oleh
selaput lendir dan sel – sel yang memiliki rambut getar.
6

5. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, setiap bronkus
menuju ke paru – paru membentuk cabang kecil yang di
sebut bronkeolus, bronkeolus bercabang lagi menjadi
alveolus.
6. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang – cabang menjadi
bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa
yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
7. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis.
8. Paru – paru
Terletak didalam rongga dada tepat diatas diafragma.
9. Diafragma
Diafragma adalah sekat berotot yang membatasi rongga
dada dan rongga perut.

2.1.3. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh
mycrobakterium tuberkolosis tipe humanus, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 /mm dan tebal 0,3 – 0,6
/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas alam lemak (lifid). Lifid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini dapat bertahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun – tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkolosis aktif kembali. Sifat lain kuman
7

adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi


jaringan tinggi kandungan oksigennya. Tuberkulosis ini dapat
ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.

2.1.4. Patofisiologi

Kuman bacterium tuberkolosis masuk kedalam tubuh melalui saluran


pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit,
kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu
melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman – kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman di bersinkan atau di
batukan keluar menjadi droppet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung pada
ada tidaknya ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari – hari
sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang
8

sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru – paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

2.1.5. Tanda dan Gejala


a. Demam
b. Batuk ± 3 minggu tidak sembuh ( dapat disertai dengan darah )
c. Anoreksia disertai penurunan berat badan
d. Sesak nafas
e. Perasaan tidak enak ( malaise, lemah )
f. Keringat malam
g. Nyeri dada
h. Menggigil

2.1.6. Klasifikasi
a. Kategori 0 : Tidak pernah terpapar (terinfeksi riwayat kontak
negatif)
b. Kategori 1 : Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi, riwayat
atau kontak negatif
c. Kategori 2 : terinfeksi TB tapi belum ada tanda dan gejala yang
khas TB
d. Kategori 3 : terinfeksi dan sputum positive.

2.1.7. Askep Teori


1) Pemeriksaan Fisik
a) Pada tahap ini sulit diketahui
b) Aktivitas atau istirahat
c) Integritas ego
d) Interaksi social
e) Pernafasan
f) Ronchi basah kasar dan nyaring
9

g) Hipersonor / timpany bila terdapat kapitas yang cukup pada


auskultasi memberi suara umforik.
h) Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan pibrosis
i) Bila mengenai pleura dari efusi pleura ( perkusi memberikan suara
pekak).
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan sputum.
b) Pemeriksaan darah leukosit.
c) Foto thorax.
d) Pemeriksaan fungsi paru.
3) Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan
A. Diagnosa keperawatan 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret.
Rencana Tindakan :
a. Observasi TTV
b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
c. Observasi pola batuk dan karakter secret
d. Berikan terapi nebulizer
e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
B. Diagnosa keperawatan 2
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak
nafsu makan.
Rencana tindakan :
a. Timbang berat badan dan tinggi badan
b. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh
c. Menganjurkan pasien minum air hangat saat makan
d. Menganjurkan pasien makan sedikit – sedikit tapi sering
e. Berkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
makanan
10

C. Diagnosa keperawatan 3
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak.
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor pencetus timbulnya gangguan istirahat tidur
b. Batasi aktivitas
c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

Vous aimerez peut-être aussi