Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIALE

1. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran nafas
yang mengalami radang bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
faktor resiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena kontriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk dalam keadaan di
mana asma yang paling mungkin (Arief Mansjoer dkk, 2010).

2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronchiale
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Inhalan : yang masuk melalui saluran pernafasan
Misal : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri,
polusi
- Ingestan : yang masuk melalui mulut
Misal : makanan dan obat obatan
- Kontaktan : yang kontak langsung dengan kulit
Misal : perhiasan, logam, jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
4) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Misalnya orang yang bekerja di tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas.
5) Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat.

3. ANATOMI (Potter dan Perry, 2016)


A. ANATOMI
Anatomi Saluran Pernafasan
1. Bronkus (Cabang Tenggorok)
Merupakan lanjutan dari trakea jumlahnya ada dua buah, bronkus kanan
lebih besar dari bronkus kiri
2. Pulmo (Paru)
Organ pernafasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh
pleura parietal dan pleura viseral. Fungsi dari pulmo adalah :
 Mengatur O2 dari udara dengan CO2 dalam darah
 Tempat pertukaran O2 dan CO2 di alveolus
 Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi

4. KLASIFIKASI
Asma digolongkan menjadi : alergi, ideopatik, non alergi ,atau gabungan.
1. Asma alergi
Disebabkan oleh alergen misalnya serbuk sari, binatang, makanan, dan
jamur. Pasien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga
yang alergi dan riwayat medis masa lalu.
2. Alergi ideopatik atau non alergi
Tidak berhubungan dengan alergi spesifik. Faktor penyebab seperti :
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergi maupun bentuk ideopati atau non alergen.

(Almazini, P.2012)

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
a. Batuk berdahak
b. Dispnea
c. Mengi (wheezing)
d. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e. Takikardi
f. Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
a. Takipnea
b. Gelisah
c. Diaphoresis
d. Nyeri abdomen karena terlihat otot abdomen saat bernafas
e. Fatigue (kelelahan)
f. Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, berjalan, bahkan berbicara
g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat
h. Ekspirasi lebih susah dan panjang dibanding inspirasi
i. Sianosis sekunder
j. Gerak gerak retensi karbondioksida, seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
(Carpenito,L.J.2000)

6. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS


a.Patofisiologi
Zat allergen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak
kulit. Dari jenis allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak
atopik tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh
orang yang mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen
akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan
reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi
broncospasme. Broncospasme akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan
mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat ditembus oleh cairan atau zat
dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang berperan
terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi
penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan.
Hambatan aliran pernafasan ini menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata
dengan sirkulasi darah paru sehingga mengganggu difusi gas di tingkat alveoli.
Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses tersebut pada penderita
asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran
udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga
menyebabkan jalan nafas tidak efektif di mana gejala dan tanda yang muncul
pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal
(wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya serangan akan
mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan,
dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan
mengalami penurunan perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan
atau serangan asma bronchial didukung ketidaktahuan tentang proses
penyakitnya akan berpotensial infeksi.

(Corwin, Elizabeth J.2009)

b. Pathways
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan reaksi alergik tubuh tahan/tidak alergik

Kontraksi otot polos pernafasan

Bronchospasme

Hypersekresi

Penyempitan saluran pernafasan

Hambatan aliran pernafasan


gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak
Rata dengan sirkulasi paru Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pola nafas
tidak efektif
Gangguan difusi gas penurunan sirkulasi darah, dispnea,
Di tingkat alveoli Wheezing, kelemahan dan anoreksia

Hipoksemia Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Intoleransi
kebutuhan tubuh aktivitas
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan test kulit : untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya
antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh.
b. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum : untuk menyokong adanya
penyakit atopi
c. Pemeriksaan analisa gas darah : dilakukan dengan pasien asma berat
d. Pemeriksaan eosinofil dalam darah : jumlah eosinofil total dalam darah sering
meningkat
e. Pemeriksaan sputum : untuk menilai adanya misellium aspergius fumigatus
f. Radiologi : dilakukan apabila terjadi adanya penyempitan jalan nafas dan
tersedak
g. Foto dada ( scanning paru)
Dengan scanning paru dapat mengetahui adanya redistribusi udara selama
serangan asma menyeluruh maupun tidak menyeluruh pada paru-paru.
h. Tes provokasi bonkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal.penurunan FEV sebesar 20 % atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80 – 90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
(Linda Jual Carpenito,2001)

8. KOMPLIKASI
a. Status asmatikus
b. Gagal nafas.
c. Infeksi saluran nafas
d. Atelektasis
e. Pneumotoraks,emfisema kutis
f.Aritmia
( Bilotta J. 2002 )

9. PENATALAKSANAAN
a.Medikamentosa
1) Waktu serangan.
a) Bronkodilator
Bronkodilator adalah kelompok obat yang bisa digunakan untuk
memperlancar pernafasan. Ada tiga jenis bronkodilator yang umum
digunaakan, yaitu :
- Antikolinergik (tiotropium, ipratropium,
glycopyrronium, dsn sclidinium)
- Agonis beta-2 (salmeterol, salbutamol, dan formoteral)
- Teofilin
b) Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada
yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju.
c) Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta
Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
d) Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai
profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.
e) Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa
ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril
guaiacolat (ekspektorans)

2) Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding
membran dari cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya
degranulasi dari cell mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah
pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis, mencegah
pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).

b. Pengobatan Non Medikamentosa:


1) Pengobatan bagi pasien dengan serangan asma :
a) Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala
klinik maupun hasil analisa gas darah.
b) Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang
berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani
dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian
memudahkan ekspektorasi.
c) Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran
dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan.
d) Menghindari paparan alergen.
e) Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan
sputum dengan baik
f) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
g) Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
h) Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
i) Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
j) Hindarkan pasien dari faktor pencetu
(Menurut Dongoes,2010)

2) Diluar serangan
a) Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa
pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat
menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari
prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.
b) Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
c) Relaksasi/kontrol emosi.
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.
(Mansjoer,A dkk.2007.)

10. PENGKAJIAN FOKUS


1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan pernafasan antara
lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea, wheezing, chestpain.
2) Riwayat
Sering diawali oleh infeksi saluran akut terutama pada orang dewasa, iritan,
keletihan.
3) Pemeriksaan fisik
Dispnea yang nyata, penggunaan otot tambahan, takikardi,takipnea,
sianosis,mengi.
4) Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal
sehingga pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi
yang memungkinkan tidak terjadi serangan Asma
5) Pola nutrisi dan metabolic
Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,
potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal
ini karena dispnea saat makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami
pasien
6) Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
7) Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama
pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
pasien. Adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan
istirahat pasien.
(Kimberly A. J .Billota 2012).

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1 Monitor 1 Untuk
nafas tidak tindakan keperawatan respirasi dan mengetahui
efektif pasien dapat status O2 apakah
2 Berikan oksigen
berhubungan menunjukkan pernafasan
lewat nasal
dengan keefektifan melambat dan
kanul sesuai
peningkatan jalan nafas dibuktikan frekuensi
program terapi
produksi sekret dengan kriteria hasil : ekspirasi
3 Posisikan pasien
1. Mendemonstrasi memanjang
semi fowler
kan batuk 4 Lakukan dibanding
efektif dan suara fisioterapi dada inspirasi.
2 Untuk
nafas yang jika perlu
5 Auskultasi suara memaksimalkan
bersih,tidak ada
nafas, catat bernafas dan
sianosis
adanya suara mencegah
dandyspneu
tambahan terjadinya
(mampu
mengeluarkan 6 Berikan obat hipoksia
3 Peninggian
sputum,bernafas sesuai indikasi
kepala tempat
dengan mudah) (bronkodilator
2. Menunjukkan tidur dapat
Spiriva/inhalasi)
jalannafas yang mempermudah
paten fungsi
(klientidak pernafasan
4 Membantu
merasa
mengeluarkan
tercekik,irama
sekret
nafas,
5 Ronki dan
frekuensipernafa
wheezing
san
menyertai
dalamrentang
obstruksi jalan
normal, tidakada
nafas /
suara
kegagalan
nafasabnormal)
pernafasan.
6 Membebaskan
spasme jalan
nafas,mengi dan
produksi
mukosa

Ketidakseimban Setelah dilakukan 1 Monitor adanya 1. Menentukan dan


gan nutrisi tindakan penurunan membantu
kurang dari Keperawatan BB,turgor dalam intervensi
kebutuhan ketidakseimbangan kulit,dan intake selanjutnya
2. Ketika sesak
tubuh nutrisi pasien teratasi nutrisi.
2 Atur posisi semi nafas berkurang
berhubungan dengan indikator:
fowler selama maka nafsu
dengan 1. Adanya
makan makan pasien
Ketidakmampuan peningkatan
3 Anjurkan
meningkat
untuk beratbadan
banyak minum 3. Untuk
memasukkan atau sesuaidengan 4 Informasikan
memenuhi
mencerna tujuan. pada klien dan
kebutuhan
2. BB ideal sesuai
nutrisi oleh keluarga tentang
nutrisi pasien
karena faktor tinggi badan. manfaat nutrisi 4. Peningkatan
3. Mampu 5 Kolaborasi
anoreksia pengetahuan
mengidentifikasi dengan ahli gizi
pasien dapat
kebutuhan untuk
menaikan
nutrisi. menentukan
partisipasi bagi
4. Meningkatkan
jumlah kalori
pasien dalam
peningkatanfung
dan nutrisi
asuhan
si
yangdibutuhkan
keperawatan.
pengecapandan
pasien 5. Menentukan
menelan.
kalori individu
5. Tidak ada tanda
dan kebutuhan
tanda malnutrisi.
nutrisi dalam
pembatasan.

Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1 Kaji frekuensi 1. Kecepatan


pola napas tindakan keperawatan kedalaman biasanya
berhubungan pola napas dapat pernapasan dan mencapai
dengan kembali efektif dengan ekspansi dada kedalaman
2 Auskultasi
bronkospasme indikator : pernapasan
bunyi napas
1. Pola napas bervariasi
3 Tinggikan
efektif tergantung
kepala dan
2. Bunyi napas derajat gagal
bentuk
normal kembali napas
mengubah
2. Ronchi dan
3. Batuk berkurang
posisi
mengi menyertai
4 Kolaborasi
obstruksi jalan
pemberian
napas
oksigen
3. Memudahkan
dalam ekspansi
paru dan
pernapasan
4. Memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan
kerja napas
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1 Mengetahui
aktivitas tindakan keperawatan kemampuan tingkat aktivitas
berhubungan aktivitas dapat kembali aktivitas pasien
2. Anjurkan 2 Membantu
dengan normal dengan
keluarga untuk pasien dalam
kelemahan fisik indikator :
membantu memenuhi
1 Pasien dapat
memenuhi kebutuhan
berpartisipasi
kebutuhaan pasien sehari-
dalam aktivitas
2 Pasien dapat pasien hari
3. Tingkatkan 3 Membantu
memenuhi
aktivitas secara pasien untuk
kebutuhan
3 Pasien secara bertahap sesuai memenuhi
mandiri toleransi kebutuhan
4. Jelaskan
pasien secara
pentingnya
mandiri
istirahat dan 4 Menambah
aktivitas dalam pengetahuan
proses pasien dan
penyembuhan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.;Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org( diakses tanggal 21
Juni 2016 jam 16.00 WITA )
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
http://coretaniwin.blogspot.co.id/2016/08/laporan-pendahuluan-asma-bronkial.html
http://hermankampus.blogspot.com/2013/04/daftar-diagnosa-keperawatan-nanda-noc.html
di akses pada 06 Januari 2018, pukul 12.30

Vous aimerez peut-être aussi