Vous êtes sur la page 1sur 7

Laporan kasus

DERMATITIS SEBOROIK PADA LANSIA


Bagian/ SMF I.P Kulit dan Kelamin
FK UNPATTI/ RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa yang sering dijumpai
dan bersifat kronis dapat mengenai bayi dan dewasa. Penyakit ini secara khas
didapatkan pada daerah tubuh yang memiliki folikel sebasea dengan konsentrasi yang
tinggi dan kelenjar sebasea yang aktif seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh
bagian atas, dan daerah lipatan (inguinal, inframammae dan aksila). Daerah yang
lebih jarang terkena termasuk interskapula, umbilikus, perineum dan lipatan
anogenital.1 Dermatitis ini dikaitkan dengan malasesia, teradi kelainan imunologis
mengikuti kelembaban lingkungan, perubaan cuaca maupun trauma, dengan
penyebaran lesi mulai dari ringan seperti ketombe sampai dengan bentuk
eritroderma.2

Dermatitis seboroik dibagi dalam dua kelompok usia, bentuk infantil yang
dapat sembuh sendiri terutama pada tiga bulan pertama kehidupan dan bentuk dewasa
yang kronis. Prevalensi Dermatitis Seboroik pada dewasa muda adalah 3-5% dan
pada populasi umum adalah 1-5% di seluru dunia. 1Laki laki lebih dominan
menderita dermatitis seboroik dibandingkan perempuan. Dermatis seboroik dapat
teradi pada semua golongan usia mulai dari kanak-kanak, dewasa, dan orang
tua.3Umumnya di mulai sejak usia pubertas dan memuncak pada usia 40 tahun.2
Berdasarkan penelitian retrospektif di Poliklinik Kulit dan Kelamin serta Instalasi
Rekam Medik BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012, sebanyak
134 kasus (3,3%) dari 4023 pasien yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin.4
Etiopatogenesis dari dermatitis seboroik yaitu belum sepenuhnya dapat
dielaskan. Namun umumnya berkaitan dengan yeast malassezia, abnormalitas
imunologi, aktiitas kelenjar sebaseus dan kerentanan pasien.1

Gambaran klinis dermatitis seboroik berupa bervariasi lokasi yang terkena


seringkali di daerah kulit kepala berambut wajah, alis, lipatan nasolabial, side burn,
telinga dan liang telinga bagian atas-tengah, dada, punggung, lipat gluteus, inguinal,
genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan skuama kering
berminyak, eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat.
Ketombe merupakan tanda awal manifestasi dermatitis seboroik. Dapat dijumpai
kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi plak di sepanjang batas
rambut forntal dan disebut sebagi korona seboroika.2

Diagnosis herpes zoster ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.1,2

Tujuan terapi DS tidak hanya untuk meredakan tanda dan gejalanya tetapi
juga untuk menghasilkan struktur dan fungsi kulit yang normal. Dermatitis seboroik
dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan sehingga terapi bertujuan
untuk memperbaiki gejala kulit serta kualitas hidup.5
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk membahas dermatitis
seboroik pada lansia dan penatalaksaannya.
KASUS
PEMBAHASAN

Diagnosis dermatitis seboroik ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan1.6

Dari hasil anamnesis diketahui bahwa wanita usia …….

Menurut kepustakaan Insidensi Dermatitis Seboroik pada dewasa muda adalah 3-5%
dan pada populasi umum adalah 1-5% di seluru dunia.1 Laki laki lebih dominan
menderita dermatitis seboroik dibandingkan perempuan. Dermatis seboroik dapat
teradi pada semua golongan usia mulai dari kanak-kanak, dewasa, dan orang
tua.3Umumnya di mulai sejak usia pubertas dan memuncak pada usia 40 tahun.2

Etiopatogenesis Etiologi dan patogenesis masih belum diketahui dengan jelas.


Beberapa faktor diduga menjadi penyebab, antara lain: Seborrhea. mempunyai
korelasi yang kuat antara aktivitas glandula sebasea dan umur penderita. Penyakit ini
sering dihubungkan dengan kulit yang tampak berminyak (seborrhea oleosa). Efek
mikrobial. jamur Malassezia (yang sebelumnya dikenal sebagai jamur Pityrosporum)
sebagai mikroorganisme yang berperan dalam patogenesis DS.8Malassezia spp.
adalah jamur lipofilik yang merupakan komponen flora normal kulit orang
dewasa. 3.Sensitivitas individu terhadap metabolit jamur Malassezia. Telah
dikemukakan sebelumnya bahwa penyebab terjadinya DS bukanlah disebabkan oleh
pertumbuhan berlebihan jamur Malassezia, namun karena abnormalitas dari respon
host. 4. Mekanisme imunologis. Pada penderita HIV
diperkirakan terjadi perubahan kadar sitokin yang mengakibatkan DS. Kadar
Interferon-α dan Tumor
Necrosis Factor meningkat pada penyakit infeksi HIV. Sitokin ini mengakibatkan
perubahan metabolism lipid, meningkatkan kadar trigliserid dan kolesterol dalam
serum. Perubahan metabolisme lipid tersebut diduga dapat meningkatkan sensitivitas
terhadap mediator inflamasi yang dihasilkan oleh Malassezia.6
Pasien mengeluh…..

Menurut kepustakaan gambaran klinis dermatitis seboroik berupa bervariasi


lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut wajah, alis, lipatan
nasolabial, side burn, telinga dan liang telinga bagian atas-tengah, dada, punggung,
lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan
skuama kering berminyak, eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan
menyengat. Ketombe merupakan tanda awal manifestasi dermatitis seboroik. Dapat
dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi plak di sepanjang
batas rambut forntal dan disebut sebagi korona seboroika. Pada fase kronis dapat
dijumpai kerontokan rambut.Pada keadaan yang para dermatitis seboroik dapat
berkembang menjadi eritroderma. Diagnosis ditegakkan berdasarkan morologi kas
lesi eksema dengan skuama kuning berminyak di area predileksi. Pada kasus yang
sulit perlu pemeriksaan histopatologi2

Diagnosis banding dengan psoriasis ditandai dengan gambaran klasik berupa


plak eritematosa diliputi skuama puti disertai titik-titik perdarahan bila skuama
dilepasm berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian
besar area tubuh, umumnya simetris.2 Diagnosa banding ini dapat disingkirkan
karena………

Diagnosis banding rosasea. Tempat predileksi rosasea adala di sentral waa,


yaitu dung pipi, dagu, kening,, alis, kadang meluas ke leher bahkan pergelangan
tangan atau kaki. Lesi umumnya simetris. Gejala utama rosasea adalah eritema ,
teleangiektasia, papul, edema, dan pustule.Papul kemeraan rosasea tidak
nyeri.2Diagnosa banding ini dapat disingkirkan karena…………

Diagnosis banding dengan Diagnosis banding dermatitis kontak ditandai


dengan rasa gatal, kelainan kulit bergantung pada tingkat keparahan. Pada stadium
akut dimulai dengan bercak eritamatosa, diikuti edema, papulovesikel, bula.
Dermatitis kontak dapat disingkirkan, karena dermatitis kontak merupakan kelaian
kulit akibat adanya kontak dengan bahan tertentu pada kulit baik bahan yang bersifat
iritan maupun reaksi alergi. Pada pemeriksaan penunjang dengan uji tempel dengan
substasi yang dicurigai memberikan hasil positif. 2Diagnosa banding ini dapat
disingkirkan karena…………

Pada pasien ini terapi yang diberiakan yaitu

Menurut kepustakaan terapi yang diberikan yaitu untuk dermatitis seboroik ringan
terapi antifungal topikal seperti krim ciclopirox 1% atau krim ketokonazol 2 %,
kortikosteroid topikal kelas I seperti hidrokortison salep atau krim 1%, penghambat
kalsineurin topikal seperti krim pimecrolimus 1%, krim tacrolimus 0.1%. semuanya
diberikan dua kali sehari selama 4 minggu. untuk dermatitis seboroik yang sedang
hingga berat diberikan kortikosteroid topikal kelas II seperti salep Alclometasone
0.05% atau krim Desonide 0.05% dua kali sehari selama 4 minggu.7

Antifungal sistemik yaitu itrakonazol kapsul 100mg Bulan pertama: 200 mg / hari
selama 1 minggu, kemudian 200 mg / hari selama 2 hari dalam 1 bulan selama 11
bulan.
Terbinain kapsul 250 mg. Regimen berkelanjutan: 250 mg / hari selama 4-6 minggu
Rejimen intermiten: 250 mg / hari selama 12 hari dalam 1 bulan selama 3 bulan.
Flukonazol kapsul 50 mg hari selama 2 minggu atau 200–300 mg setiap minggu
selama 2-4 minggu.7
Prognosis pada pasien ini……

Prognosis pada pasien ini

DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatric
2. BUkU UI
3. Falco
4. PROFIL DERMATITIS SEBOROIK DI POLIKLINIK KULIT DAN
KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
JANUARI-DESEMBER 2012
5. Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn R, Widaty S,
Azizan NZ, Gabriel MT, Tran HK, Chong WS, Shih I-H, Dall’Oglio F, Micali
G. Treatment of seborrhoeic dermatitis in Asia: A consensus Guide. Skin
Appendage Disord. 2015;1:187-196
6. Dermatitis Seboroik pada HIV/AIDS
( Seborrheic Dermatitis in HIV/AIDS)
Lunni Gayatri, Jusuf Barakbah
7. Treatment of Seborrhoeic Dermatitis in Asia: A Consensus Guide

Vous aimerez peut-être aussi