Vous êtes sur la page 1sur 11

PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS

Pemeriksaan neuromuskular
Pemeriksaan meliputi kekuatan otot, tonus, postur, gerakan dan refleks tendon. Kekuatan otot
seharusnya sudah dapat dinilai saat observasi. Tonus otot pada bayi diperiksa dengan melakukan
respon traksi/ traksi suspensi (head lag) dan suspensi ventral.

a. Respon traksi
Pada seorang bayi atau anak yang normal, sebelum duduk maka dia terlebih dulu harus
mempunyai kontrol terhadap fungsi otot-otot lehernya. Sejak lahir sampai usia 2 bulan, kepala
anak akan tertinggal apabila kita mengangkat anak tersebut pada kedua tangannya dari posisi tidur
ke posisi duduk. Keadaan ini disebut dengan head leg. Salah satu tes untuk mengetahui kontrol
terhadap otot-otot leher dan kepala adalah respon traksi.
Caranya:
Bayi ditidurkan pada posisi supinasi, kemudian pemeriksa memegang kedua tangan bayi
pada pergelangan tangan, secara perlahan-lahan anak ditarik sampai pada posisi duduk. Kemudian
dievaluasi kemampuan bayi dalam mengontrol posisi leher dan kepalanya. Apabila kepala masih
tertinggal di belakang pada saat bayi posisi duduk maka head lag-nya positif (masih ada), tapi
apabila bayi mampu mengangkat kepalanya pada saat posisi duduk maka head lag-nya negatif
(menghilang). Head lag harus sudah menghilang setelah bayi berusia 3 bualn. Apabiala setelah 3
bulan masih didapat head leg yang positif, maka harus dicurigai adanya kemungkinan hipotoni,
kelainan SSP atau prematurasi.

b. Suspensi ventral
Tes suspensi ventral dapat mengetahui kontrol kepala, curvatura thoraks, kontrol tangan dan kaki
terhadap gravitasi.
Caranya:
Bayi ditidurkan pada posisi pronasi, kemudian telapak tangan pemeriksa menyanggah
badan bayi pada daerah dada. Pada bayi aterm dan normal, posisi kepala akan jatuh ke bawah ±
membentuk sudut 45° atau kurang dari posisi horizontal, punggung lurus atau sedikit fleksi, tangan
fleksi pada siku dan sedikit ekstensi pada sendi bahu dan sedikit fleksi pada sendi lutut. Dengan
bertambahnya usia, posisi kepala terhadap badan bayi akan semakin lurus (horizontal). Pada bayi
hipotoni, leher dan kepala bayi sangat lemas sehingga pada tes suspensi ventral akan berbentuk
seperti huruf “U” terbalik. Sedangkan pada bayi palsi serebral, tes suspensi ventral akan
menunjukkan posisi hiperekstensi.

Frog leg posture

Pada bayi hipotoni didapatkan kelemahan pada kedua pemeriksaan tersebut, disertai posisi frog-
leg dimana kedua lengannya terbaring lemas di samping tubuhnya, kedua lengan terbuka disertai
abduksi dan eksternal rotasi sendi panggul. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan pada
hemisfer otak, serebelum, medula spinalis, kornu anterior, saraf perifer, hubungan saraf-otot, dan
otot. Pemeriksaan otot pada usia 3 – 4 tahun, cukup kooperatif. Gerakan dari duduk dilantai sampai
berdiri Gower sign, dapat menjelaskan kekuatan otot. Gowers’ sign adalah suatu gerakan tubuh
saat pasien berusaha berdiri. Pasien memulai untuk berdiri dengan cara kedua lengan dan kedua
lutut menyangga badan (prone position), kemudian kedua lutut diluruskan (bear position),
selanjutnya tubuh ditegakkan dengan bantuan kedua lengan yang berpegangan pada ke dua lutut
dan paha untuk kemudian berdiri tegak (upright position). Jika ada kelemahan otot maka akan
tampak pada pemeriksaan.
Pada anak, pemeriksaan tonus atau kekuatan otot dengan cara menilai adanya kekuatan atau
tonus otot dengan menilai pada bagian ekstermitas dengan cara memberi tahanan atau
menggerakan bagian otot yang akan dinilai dengan dengan ketentuan.
Spastisitas ditandai dengan adanya tahanan yang meningkat di otot diikuti gerakan pasif,
fenomena pisau-lipat(clasp-knife), kekakuan sendi pada saat fleksi dan ekstensi. Kekakuan yang
berlebihan pada tubuh menyebabkan postur opistotonus. Anak dengan spastis pada tungkai bawah
dapat berjalan secara tiptoe walking.

Refleks primitif seharusnya menghilang pada usia tertentu. Menetapnya reflex primitif di
luar usia seharusnya merupakan tanda adanya gangguan susunan saraf. Penyebab dapat berupa
gangguan degeneratif atau kerusakan susunan saraf pusat. Pembagian reflex priitif adalah sebagai
berikut:

a. Tahap Gerak Refleks Telapak Tangan (palmar grasp reflex)


Tahapan gerak refleks telapak tangan merupakan salah satu dari seluruh refleks bayi yang paling
dikenal dan merupakan salah satu yang paling awal muncul pada usia balita. Gerak refleks ini
merupakan respons yang ditampilkan terhadap rangsangan yang halus pada telapak tangannya.
Apabila telapak tangan dirangsang dengan apa saja, maka keempat jari tangan secara spontan akan
menutup, meskipun ibu jari tidak memberikan respons terhadap rangsangan ini. Namun gerak
refleks tangan ini menjadi ciri khas dari perkembangan motorik yang diperlihatkan anak balita.
Jadi pada tahapan ini anak balita sudah memiliki kemampuan menggunakan telapak tangannya
sebagai alat komunikasi dengan ibunya, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

b. Tahap Gerak Refleks Menghisap (sucking reflex)


Tahapan gerak refleks menghisap dilakukan oleh bibir yang mendapat rangsangan, misalnya
sentuhan susu ibu. Rangsangan ini sebenarnya menimbulkan dua respons yang berkaitan dengan
menghisap. (1) terbentuk tekanan negatif di dalam oral sehingga timbul aksi menghisap, dan (2)
lidah akan menimbulkan tekanan positif, lidah akan menekan ke arah atas dan sedikit ke arah
depan dengan setiap aksi menghisap. Setelah diberi rangsangan yang sesuai akan terjadi
serangkaian gerakan menghisap, masingmasing gerakan ini terdiri dari penerapan tekanan positif
dan negatif secara serentak. Jadi, padatahapan ini anak sudah memiliki kemampuan menghisap
seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

c. Tahap Gerak Refleks Pencarian (search reflex)


Tahapan gerak refleks pada pencarian ini membantu bayi mendapatkan sumber makanan dan
kemudian refleks menghisap membuat bayi dapat mencerna makanan. Refleks ini pada umumnya
dapat ditimbulkan dengan sentuhan lembut pada daerah sekitar mulut. Jadi, pada tahapan ini anak
sudah memiliki kemampuan melakukan pencarian sesuatu dengan geraknya seperti yang tampak
pada gambar di bawah ini.

d. Tahap Gerak Refleks Moro (moro reflex)


Tahapan gerak refleks moro paling bermanfaat untuk mendiagnosis kematangan neurologis bayi.
Gerak refleks ini sering kali muncul pada saat lahir dan berakhir pada saat bayi berumur 4 s/d 6
bulan. Salah satu rangsangan untuk membangkitkan refleks moro adalah dengan jalan
menelentangkan bayi di atas kasur. Rangangan ini akan membuat lengan, jari-jari, dan kaki
meregang. Jadi pada tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan melakukan gerak refleks moro
seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

e. Tahap Gerak Refleks tidak Simetrik Leher (asymmetrical tonic neck reflex)
Tahapan gerak refleks tidak simetrik leher pada umumnya dapat dilihat pada bayi yang lahir
prematur. Refleks ini dapat muncul jika bayi dalam keadaan telungkup. Jika kepala bayi diputar
ke salah satu sisi atau yang lainnya, maka anggota tubuh yang searah dengan perputaran tersebut
akan membuka, sedangkan anggota tubuh pada arah berlawanan akan menutup. Gerak refleks ini
biasanya paling bertahan hingga bayi berusia 2 s/d 3 bulan, selanjutnya akan menghilang. Jadi,
pada tahapan ini anak sudah memilki kemampuan gerak refkleks tidak dimentrik seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.

f. Tahapan Gerak Refleks Simetrik Leher (symmetrical tonic neck reflex)


Tahapan gerak refleks simetrik pada leher memberikan respons yang sama dengan anggota
tubuhnya. Respons simetris ini dapat timbul dengan jalan menempatkan bayi dalam posisi duduk
yang ditumpu (dipegang orang dewasa). Jika bayi dimiringkan cukup jauh ke belakang, maka leher
akan memanjang, yang sesuai dengan refleks membuka tangan dan menutup kaki. Namun, apabila
dimiringkan ke depan maka terjadi refleks yang sebaliknya. Apabila refleks ini bertahan lama akan
menimbulkan hambatan pada kemampuan bayi dalam mengangkat kepala dengan sadar saat
berada dalam posisi telungkup. Jadi, pada tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan refleks
simetrik pada bagian leher seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
g. Tahap Gerak Refleks Telapak Kaki (plantar grasp reflex)
Tahapan gerak refleks ini normalnya dapat dilihat pada anak mulai dari sejak lahir hingga
sepanjang tahun pertama usia bayi tersebut. Refleks ini dapat ditimbulkan dengan jalan
menerapkan sedikit tekanan, biasanya dengan ujung jari, pada tumit kaki, yang membuat seluruh
jari kaki menutup. Gerakan menutup ini sebagai upayanya untuk menangkap rangsangan. Refleks
ini harus lebih dahulu dilampaui sebelum anak dapat berdiri dengan tegak, berdiri sendiri, dan
berjalan. Jadi, pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan gerak refleks tepalak kaki seperti
yang tampak pada gambar di bawah ini.

h. Tahap Gerak Refleks kedua Telapak Tangan (palmar mandibular reflex)


Tahapan gerak refleks ini dapat muncul dengan jalan menerapkan tekanan secara serentak terhadap
telapak dari masing-masing tangan, sehingga akan menimbulkan semua atau salah satu dari
respons berikut: mulut terbuka, mata tertutup, dan leher menekuk. Gerak refleks ini juga timbul
jika tangan bayi itu dirangsang. Refleks ini biasanya hilang setelah bayi berumur 3 bulan. Jadi,
pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan gerak refleks dengan dua tangan seperti yang tampak
pada gambar di bawah ini.

i. Tahap Gerak Refleks Berjalan Kaki (stepping reflex)


Tahapan gerak refleks ini merupakan gerakan yang sangat penting yang dilakukan secara sadar,
yaitu berjalan kaki. Gerak ini dapat ditimbulkan dengan mengangkat bayi pada posisi tegak dengan
kaki menyentuh lantai. Tekanan pada telapak kaki akan membuat kaki mengangkat dan
selanjutnya diturunkan. Aksi kaki ini sering muncul secara bergantian, dan oleh karena mirip
dengan gerakan berjalan yang masih pemula. Refleks ini sering disebut juga dengan refleks
berjalan, namun tidak disertai oleh stabilitas atau gerakan lengan yang terjadi jika berjalan secara
sadar. Jadi, pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan gerak refleks berjalan kaki seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.

j. Tahap Gerak Refleks Berenang (swimming reflex)


Tahapan Gerak refleks ini sangat luar biasa, karena gerakannya seperti orang berenang gaya dada.
Gerakan ini umumnya dilakukan dengan tidak sadar. Untuk menimbulkan respons ini, bayi harus
dipegang dalam posisi telungkup (horizontal) seperti di atas sebuah permukaan meja atau lantai,
di atas air, atau di dalam air. Respons terhadap rangsangan ini adalah gerakan tangan dan kaki
seperti berenang yang terkoordinasi dengan sangat baik. Gerakan-gerakan ini dapat diamati mulai
dari minggu ke 2 setelah lahir dan akan tetap bertahan hingga bayi berumur 5 bulan. Pengenalan
gerakan ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap populernya program berenang pada
bayi. Jadi, pada tahapan ini anak sudah dapat
melakukan gerak berenang seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

k. Reflex Landau
Landau reflex (land-ow) adalah reflex yang terlihat pada bayi normal dari 3 bulan hingga 1 tahun
ketika ia mulai hilang. Jika bayi dipegang horizontal dengan wajahnya ke bawah, ia akan
meluruskan kedua kaki dan punggungnya dan mencoba untuk mengangkat kepalanya. Cara
pemeriksaan: Pegang pasien pada bagian depan untuk menyanggan thorax. Posisi
tengkurap. Angkat kepala secara aktif atau pasif
- Interpretasi :
Reaksi Negatif :
Punggung dan kedua tungkai tetap dalam posisi fleksi.

l. Refleks Babinsky
Pada saat bagian telapak kaki bayi di sentuh ( dari arah jari kaki menuju tumit) maka bayi akan
merentangkan jari-jari kakinya, menarik kakinya atau jari-jemarinya mengembang.

m. Refleks Terjun (Parachute)


Caranya: bayi dipegang pada daerah toraks dengan kedua tangan pemeriksa dan kemudian
diposisikan seolah-olah akan terjun dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki. Refleks terjun
dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan dan jari-jari kedua tangannya
dikembangkan seolah-olah hendak mendarat dengan kedua tangannya. Reflek terjun tidak
dipengaruhi oleh kemampuan visual, karena pada bayi buta dengan fungsi motorik normal akan
memberikan hasil yang positif. Refleks terjun mulai tampak pada usia 8-9 bulan dan menetap.
Refleks terjun negatif bila dijumpai pada bayi tetraplegi atau SSP yang tertekan.

Pemeriksaan selanjutnya adalah refleks fisiologis yang penting untuk membedakan apakah
kelainan berasal dari sentral atau perifer. Refleks meningkat ditemukan pada kelainan tipe
sentral (Upper motor neuron), sedangkan refleks menurun ditemukan pada kelainan tipe
perifer (Lower Motor Neuron).

Tabel 4. Perbedaan kelainan UMN dan LMN

REFLEK CARA NORMAL ABNORMAL


Berkedip Mengetukkan jari ke Berkedip dijumpai pada tahun Tidak berkedip yang
(Blink glabela pertama menujnjukkan
Refleks) kebutaan

Mencari ( Gores sudut mulut Bayi memutar ke arah pipi Tidak ada reflex
rooting ) bayingaris tengah yang digoreskan. Reflex ini sehingga menunjukkan
bibir menghilang pada umur 3- 4 adanya neurologi berat
bulan. Tetapi bias menetap
hingga umur 12 bulan
khususnya selama tidur
Menghisap Berikan bayi botol Bayi menghisap dengan kuat Reflex yang lemah
(Sucking ) dan dot atau jari dalam berespon terhadap atau tidak ada
kelingking stimulus, reflex ini menetap menunjukkan
pemeriksaan di bibir selama masa bayi dan kelambataan
bayi mungkin terjadi selama tidur perkembangan atau
keadaan neurologi
yang abnormal

Moro’s Ubah posisi dengan Lengan ekstensi, jari – jari Menujnjukkan adanya
tiba – tiba atau pukul mengembang, kepala menoleh fraktur atau cedera
meja atau kasur kebelakang pada bagian tubuhyang
tertentu.
Menggengga Telapak tangan di Jari – jari mengatup, Kelainan pada saraf
m (palmer sentuh membentuk genggaman otak atau bila menetap
grasp)
Babinski Telapak kaki Jari – jari kaki akan membuka Kelainan pada saraf
digoyang atau di otak atau bila menetap
sentuh

Tonis neck Di telentangkan Memutar kepala bayi dalam Jika waktu lahir
posisi di lentangkak akan menunjukkan respon
tampak gerakkan berlawanan yang sterotip ( justru
arah antara kepala dan searah ) dan sangat
tubuhnya. Maksudnya, bila menonjol, pertanda
kepala menegak kearah kanan, ada kerusakkan otak
maka bagian tubuhnya seperti yang berat
bergerak kea rah sebaliknya
dengan kedua tangan biasanya.
Menggenggam. Posisinya akan
tampak seperti pemain anggar

Steping Bila tubuhnya Kakinya akan menjejak – jejak Kelainan pada motorik
diangkat dan seperti akan berjalan kasar
diposisikan berdiri
di atas permukaan
lantai
Swimming Ditelungkupkan Secara otomatis tubuhnya akan Bayi premature atau
didalam air membuat gerakkan – gerakkan gangguan motorik
seolah berenang kasar

Manifestasi gangguan sensoris sangat jarang dijumpai pada anak. Kelainan umumnya
mengenai medula spinalis. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa sensibilitas pada daerah
kulit, refleks superfisial perut, refleks sfingter dan kremaster. Umumnya, anak usia di atas 4 -5
tahun dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya.

Tabel 5. Refleks fisiologis dan superfisial

Refleks Metode pengajian Temuan yang lazim


Refleks tendon dalam/fisiologis
Fleksikan lengan bawah anak.
Letakkan ibu jari perawat di atas
Biseps Lengan bawah sedikit fleksi
ruang antekubiti dan ketuk dengan
palu refleks.
Tekuk lengan anak pada siku
Triseps sambil menopang lengan bawah. Lengan bawah sedikit ekstensi
Ketuk tendon triseps di atas siku.
Letakkan lengan dan tangan anak
pada posisi relaks dengan telapak Lengan bawah flesi dan telapak
brakioradialis
tangan di bawah. Ketuk radius 2,5 tangan mengangkat keatas.
cm diatas pergelangan tangan.
Dudukan anak di atas meja atau
pangkuan orang tua dengan
Patella tungkai fleksi dan tergantung. Tungkai bawah ekstensi
Ketuk tendon patela tepat di
bawah tempurung lutut.
Dudukan anak di atas meja atau
pangkuan orang tua dengan Plantar fleksi kaki (menunjuk
Achiles
tungkai fleksi dan topang kaki ke bawah)
dengan pelan ketuk tendon achiles
Refleks superfisial
Gores kulit ke arah umbilikus.
Kaji refleks di empat kuadran. Umbilikus bergerak ke arah
Abdomen
Refleks abdominal mungkin tidak stimulus
dijumpai pada 6 bulan pertama.
Testis tertarik ke dalam kanalis
kremasterik Gores paha bagian dalam atas
inguinalis
Terjadi kontraksi sfingter anus
Anus Rangsang kulit di area perianal
yang kuat.

Observasi cara berjalan merupakan aspek yang penting. Adanya ataksia dapat diperiksa
dengan melakukanfinger-to nose, heel-to-shin, heel-to-toe dan tandem walking. Sensori ataksia
dapat diperiksa dengan melakukanRomberg tes (berdiri tidak stabil saat menutup mata). Adanya
gerakan involunter dapat berupa chorea, athethosisatau dystonia. Selain itu dapat pula kelainan
gerakan seperti tremor. Cara berjalan spastik tampak berjalan kaku deperti tentara. Pada
hemiparesis, ditandai dengan menurunnya gerakan tangan pada daerah yang terkena, disertai
gerakan memutar sirkular pada tungkai. Gerakan ekstrapiramidal dapat muncul saat anak berjalan
atau berlari. Jalan ataksik menghasilkan gerakan yang tidak stabil. Pemeriksaan jalan tandem, jinjit
tampak terganggu pada kelainan serebelum. Waddling gait disebabkan oleh kelemahan pada otot-
otot proksimal. Kelemahan pada ekstremitas bawah dapat menyebabkan flat feet, yang
menyebabkan jalan yang tidak terampil. Skoliosis akibat kelainan otot dan medulla spinalis dapat
menyebabkan jalan abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2009.
Bickley, Lynn S. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Edisi 8. Jakarta : EGC;
2009.
Capute AJ, Shapiro BK, Accardo PJ et al. Motor Function: Associated Primitive Reflex Profiles.
Developmental Medicine & Child Neurology; 1982.
Soetomenggolo, Taslim S. Dan Sofyan Ismael. Buku Ajar Neurologi Anak Cetakan ke-2. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2000.
Lokakarya Tumbuh Kembang Anak. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan Anak. Jakarta; 2009.
Engel, J. Seri pedoman praktis pengkajian pediatrik edisi 4. Jakarta: EGC; 2008.
Berg OB. The clinical evaluation. Dalam: Berg OB, Editor. Principles of child neurology. New
York: McGraw-Hill; 1996. h. 5-22.
Swaiman KF. Neurologic examination after the newborn period until 2 year of age. Dalam: Swaiman
KF, Ashwal S, Editor, Pediatric Neurology: principles & practice. Edisi ke-3. St Louis:
Mosby; 1999. h. 31-8.
JH, Sarnat HB, Ed. Child neurology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2000.h. 1-27.
Kisler J, Ricker R. The abnormal fontanel. Am Fam Physic. 2003; 15:13-8.
Friedman LS, Kaufman LM. Guidelines for pediatrician referrals to the ophthalmologist. Ped Clin N
Am. 2003; 50:41-53.

Vous aimerez peut-être aussi