Vous êtes sur la page 1sur 9

Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.

) Urb) on Bacteria Prophyromonas


gingivalis In Vitro

Siti Nur Azizah1,*, Sinar Yani2, Sjarif Ismail3,4, Masyudhi5, Endang Sawitri6

1)
Dentistry Education Study Program, Faculty of Medicine, Mulawarman University,
Indonesia
2)
Oral Biology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia
3)
Pharmacology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia
4)
Research Center on Drugs and Public Health, Mulawarman University, Indonesia
5)
Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia
6)
Physiology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia
*Author for coresponding: sitinurazizah24101995@gmail.com

Abstract

Background: Periodontitis is an inflamation of supporting tissues on teeth that became the


main cause of bacteria Prophyromonas gingivalis (P. gingivalis). Treatment of periodontitis is
by giving antibacterial agent therapy. Plants that have antibacterial effects one are Eleutherine
bulbosa (UEB) bulbs from the Iridaceae family. This plant has been used for ethnobotany
boils drugs and has been known to have antibacterial activity toward against intestinal
pathogen bacteria that is anaerobic Gram Negative, but still unknown its activity against on
oral pathogenic bacteria such as P. gingivalis. Objective: The purpose of this study was to
know the effect of UEB extract on the growth of P. gingivalis bacteria as in vitro. Methods:
UEB is taken from agriculture center in Samarinda city. UEB Simplisia was tested for
antibacterial activity using Kirby-Bauer disc diffusion method on BHI-A media supplemented
with vitamin K and hemin. The bacteria which used were P. gingivalis ATCC® 33277. Disc
blank 6 mm with nine concentrations attached to BHI-A medium, incubated for 24 hours at 37
°C in an anaerobic atmosphere, then sprayed MTT (methyltrazolium) reactant and read a few
moments later. For comparison, then used Chlorhexidine gluconate (CHX) 2 mg /ml. The
statistical analysis with t-test and there was significant different if p<0.05. Results: The result
showed that the higher concentration of UEB ethanol extract will increase the growth zone
inhibition of P. gingivalis bacteria and reach maximum at 10 mg/ml concentration. The result
of t-t test showed no difference significant of P. gingivalis bacterial inhibition zone in the
treatment group of 7.5 mg/ml and 10 mg/ml concentration on CHX group. Conclusion: This
study proves UEB ethanol extract can inhibit the growth of P. gingivalis bacteria.

Keywords: Eleutherine bulbosa, Prophyromonas gingivalis, Inhibition Zone,


Antibacterial Agents, Periodontitis
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

Introduction

Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering diderita oleh manusia.
Periodontitis merupakan salah satu dari penyakit periodontal. Periodontitis merupakan
inflamasi pada jaringan penyangga gigi. Penyebab utamanya adalah bakteri spesifik pada plak
subgingiva. Bakteri plak subgingiva dapat menyebabkan respon inflamasi pada gingiva dan
berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu tulang alveolar, ligamen periodontal dan
sementum. Keadaan ini menyebabkan kehilangan perlekatan pada gingiva dan terjadi
kerusakan tulang alveolar, pembentukan pocket periodontal, dan menyebabkan mobility pada
gigi [1,2].

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kasus penyakit periodontal di dunia
sebesar 10% dari 15% populasi dewasa dengan kedalaman pocket lebih dari 2 mm [3].
Prevalensi penyakit periodontal mencapai 46% diderita oleh manusia dewasa dengan
kehilangan attachment ≥3 mm mencapai 37.4% dari semua orang dewasa yang terkena
penyakit periodontal, berusia ≥30 tahun. Prevalensi kehilangan attachment ≥4 mm adalah
10.60%. Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah karies gigi [4]. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2013 masalah kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia mencapai 25.9% dari jumlah penduduk secara keseluruhan [5].

Prophyromonas gingivalis adalah bakteri anaerob obligat Gram Negatif. Bakteri ini
merupakan bakteri predominan yang menyebabkan penyakit periodontitis, ditemukan lebih
dari 85% pada periodontitis. Kerusakan jaringan periodontal dikaitkan dengan virulensi dari
bakteri P. gingivalis dengan meningkatkan kolonisasi bakteri dan invasi bakteri ke dalam sel
pejamu, serta dapat merusak sel pejamu dengan menghasilkan endotoksin (LPS), enzim
kolagenase, fibrinolisin, enzim protease, dan induksi mediator inflamasi [6].

Pengobatan periodontitis difokuskan untuk mengurangi jumlah bakteri menggunakan agen


antibakteri. Agen antibakteri dapat berasal dari bahan kimia maupun tanaman. Tanaman yang
memiliki efek antibakteri dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan yang aman. Bawang
Dayak dengan nama latin Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb. (E. Bulbosa) dari suku Iridaceae,
banyak terdapat di Kalimantan. Tanaman ini banyak digunakan oleh Suku Dayak Kalimantan
sebagai obat bisul. Tanaman ini berkhasiat obat karena umbinya mengandung senyawa
naphtaquinon, flavonoid, tanin, dan alkaloid yang terbukti memiliki efek antibakteri [7]. E.
bulbosa telah dibuktikan memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen usus Escherichia coli
(E. coli) yang merupakan bakteri anaerob Gram Negatif [8], tetapi belum diketahui
aktivitasnya terhadap bakteri P. gingivalis. Bakteri P. gingivalis termasuk bakteri Gram
Negatif anaerob seperti pada E. coli sehingga mungkin dapat dihambat oleh E. bulbosa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ekstrak E. bulbosa terhadap pertumbuhan bakteri P.
gingivalis secara in vitro.

Experimental section

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, desain penelitian yang


digunakan adalah the post test only control group. Uji zona hambat bakteri yang digunakan
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

adalah metode Kirby-Bauer disc diffusion. Protokol penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi
Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Mulawaraman.

Materials and Equipment

Penelitian ini menggunakan media Brain Heart Infussion Agar (BHI-A) dan Brain Heart
Infussion Broth (BHI-B) dari OxoidTM yang telah disuplementasi vitamin K 0.5 μg/ml dan
hemin 5 μg/ml [9], blank disc OxoidTM yang berdiameter 6 mm, Prophyromonas gingivalis
ATCC® 33277 dari OxoidTM, CHX 2 mg/ml dari MINOSEP®, etanol 96%, 3-[4,5-
Dimethylthiazole-2-yl]-2,5-diphenylttetrazoliumbromide (MTT), disposable sterile petri dish
150 x 25 mm dari Thermo Scientific NuncTM, rotary evaporator, kertas saring Wathman
no.125, digital caliper dari TRICLE BRAND®, spektrofotometer, desiccator, lilin, dan cotton
swab sterile.

Extraction and Sample Preparation

Penelitian ini menggunakan umbi E. bulbosa yang diambil dari sentra pertanian di Kota
Samarinda dan telah didentifikasi oleh ahli taksonomi Laboratorium Anatomi dan Sistematika
Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman.
Herbarium disimpan di Laboratorium Farmakologi dengan Nomor Voicher: EB 01/VI/2017.
Umbi E. bulbosa diekstrasi secara maserasi dengan pelarut etanol 96% selama 3 hari. Hasil
maserasi disaring menggunakan kertas saring Whatman no.125 dan filtrat dipekatkan
menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu 50 oC sampai didapatkan ekstrak kasar yang
kental. Ekstrak kasar dikeringkan lebih lanjut dalam oven dengan suhu 60 oC sampai kadar air
<10%.

Kirby-Bauer disc diffusion Method

Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer disc diffusion dan diulang
sebanyak tujuh kali. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap awal adalah persiapan
suspensi bakteri P. gingivalis menggunakan media BHI-B. Suspensi bakteri P. gingivalis
sesuai dengan standar McFarland 0.5 atau setara dengan absorbansi 0.08 – 0.13 pada panjang
gelombang 625 nm yang diukur menggunakan spektrofotometer. Standar McFarland 0.5 setara
dengan 1.5 x 108 CFU/ml [10].

Tahapan kedua adalah uji disc diffusion, disc ditetesi dengan ekstrak E. bulbosa konsentrasi
0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1, 2.5, 5, 7.5, dan 10 mg/ml, sebagai kontrol digunakan CHX 2 mg/ml,
dan etanol 96%. Disc kemudian dikeringkan dalam oven suhu 60 oC selama 5 menit untuk
menguapkan sisa pelarut. Inokulasi 100 µl suspensi bakteri pada permukaan media BHI-A
secara merata. Kemudian letakkan disc ekstrak E. bulbosa berbagai konsentrasi, CHX 2
mg/ml dan etanol 96% pada lempeng yang telah diinokulasi bakteri. Inkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam dalam kondisi anaerob. Visualisasi zona hambat dapat dipermudah dengan
menyemprotkan pereaksi methyltrazolium (MTT) pada lempeng agar, untuk kemudian dibaca
hasilnya sesaat kemudian. Tahap terakhir penelitian ini adalah pengukuran diameter zona
hambat menggunakan caliper.
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

Data Analaysis

Data disajikan dalam bentuk mean + SEM. Analisas data menggunakan program SPSS 22. Uji
statistik dengan t-test, berbeda bermakna jika p<0.05.

Result and Discussion

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pada hasil penelitian, hasil penelitian menunjukkan
adanya diameter zona hambat pada kelompok ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml terhadap
bakteri P. gingivalis ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Diameter zona hambat ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml terhadap bakteri P.
gingivalis

Konsentrasi (mg/ml) Diameter Zona Hambat p


(mm)
0.1 6.23 ± 0.23 0.000*
0.25 6.31 ± 0.25 0.000*
0.5 6.53 ± 0.37 0.000*
0.75 6.89 ± 0.44 0.000*
1 7.76 ± 0.56 0.000*
2.5 9.57 ± 0.54 0.000*
5 10.96 ± 0.63 0.020*
7.5 12.75 ± 0.42 0.087*
0 14.34 ± 0.13 0.160*
CHX 2 13.77 ± 0.35 -

Keterangan: Pengulangan tujuh kali, data disajikan dalam bentuk mean + SEM. Diameter disk 6 mm.
Uji statistik dengan t-test, berbeda bermakna jika p<0.05.

Pengukuran diameter zona hambat pada Kontrol Negatif etanol 96% (KN) yang digunakan
penelitian ini tidak menunjukkan adanya zona hambat bakteri, atau menghasilkan diameter
zona hambat yang sama dengan diameter disc yakni 6 mm (Gambar 1). Pada kontrol positif
CHX 2 mg/ml didapatkan zona hambatan (13.77 + 0.35) mm (Tabel 1). Hasil penelitian
membuktikan adanya diameter zona hambat bakteri pada semua konsentrasi ekstrak yang
diujikan artinya memiliki aktivitas antibakteri pada semua konsentrasi ekstrak yang diujikan.
Pendapat ini juga didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Padhi dan Panda (2015),
bahwa suatu bahan dikatakan memiliki efek antibakteri apabila diameter zona hambat yang
terbentuk lebih besar dari diameter disc yaitu 6 mm [8].

Penentuan kekuatan efek antibakteri dengan metode disc diffusion diinterpretasikan dengan
kriteria Davis dan Stout tahun 1971, kriteria ini membagi 4 kekuatan efek antibakteri
berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk setelah masa inkubasi. Kriteria yang
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

dimaksud antara lain aktivitas antibakteri lemah jika diameter zona hambat 1- 4 mm, sedang
jika diameter zona hambat 5 - 10 mm, kuat jika diameter zona hambat 11 - 20 mm, dan sangat
kuat jika diameter zona hambat >20 mm. Interpretasi kekuatan efek antibakteri dilakukan
setelah zona hambat yang terbentuk dikurangi dengan diameter disc. Pada penelitian ini
ekstrak E. bulbosa konsentrasi 0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1, dan 2.5 mg/ml memiliki aktivitas
antibakteri lemah sedangkan konsentrasi 5, 7.5, dan 10 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri
sedang [11].

Hasil penelitian mendapatkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak E. bulbosa


berbanding lurus dengan peningkatan diameter zona hambat bakteri. Hasil tersebut
menujukkan bahwa aktivitas antibakteri meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi E.
bulbosa. Peningkatan konsentrasi ekstrak meningkatkan jumlah metabolit sekunder yang
berperan dalam aktivitas antibakteri. Metabolit sekunder yang memiliki efek antibakteri di
dalam ekstrak E. bulbosa antara lain adalah naphtaquinone, Alkaloid, Tanin, Flavonoid [7].

Uji statistik dengan t-test memperlihatkan pada konsentrasi ekstrak E. bulbosa 0.1, 0.25, 0.5,
0.75, 1, 2.5, dan 5 mg/ml terhadap CHX 2 mg/ml terdapat perbedaan yang bermakna dengan
nilai p<0.05. Pada konsentrasi 7.5 dan 10 mg/ml terhadap CHX 2 mg/ml tidak terdapat
perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0.087 dan 0.160 (Tabel 1). Hasil uji regresi
didapatkan efektivitas ekstrak E. bulbosa setara dengan CHX 2 mg/ml pada konsentrasi 9.1
mg/ml (Gambar 2).

BEFORE AFTER

Gambar 1. Zona hambat bakteri ekstrak E. bulbosa, CHX 2 mg/ml, etanol 96% terhadap
bakteri P. gingivalis sebelum dan sesudah disemprot dengan MTT
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

Ifesan, Jaycharat & Voravuthikunchai (2009) melaporkan bahwa kandungan naphtaquinone


dalam E. bulbosa dapat menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini dikaitkan dengan kebocoran
sitoplasma dan menyebabkan kerusakan pada membran sel bakteri [12]. Flavonoid memiliki
efek antibakteri melalui mekanisme kerja antara lain dapat menyebabkan kerusakan
premeabilitas dinding sel bakteri, menghambat sintesis protein, dan inhibisi metabolisme
energi [13,14]. Alkaloid memiliki efek antibakteri melalui mekanisme kerja menyebabkan sel
bakteri lisis, mengubah morfologi sel bakteri, menghambat kanal ion dan menghambat sintesis
DNA bakteri [15]. Tanin terbukti memiliki efek antibakteri melalui mekanisme yang sangat
kompleks, salah satunya adalah dengan menonaktifkan adhesi bakteri, menghambat enzim
reverse transkriptase, DNA topoisemerase, menghambat transport sel sehingga sel bakteri
tidak dapat terbentuk [14].

Eleutherine bulbosa memiliki beberapa metabolit sekunder yang telah disebutkan diatas,
semua metabolit sekunder tersebut memiliki efek antibakteri. Efek antibakteri yang ada dalam
ekstrak E. Bulbosa kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa metabolit skunder tersebut,
sehingga mekanisme yang terjadi bukan mekanisme spesifik dari satu senyawa metabolit
skunder. Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah efek antibakteri ekstrak E. bulbosa
memiliki mekanisme yang kompleks melibatkan beberapa target di sel bakteri, seperti
menyebabkan gangguan membran sitoplasma, gangguan adhesi bakteri, gangguan transport
elektron, gangguan tranport aktif, dan sintesis DNA [12,13,14,15]. Diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai mekanisme antibakteri pada masing-masing senyawa metabolit sekunder
tersebut terhadap pertumbuhan bakteri P. gingivalis.

Gambar 1. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak E. bulbosa dan CHX


2 mg/ml dengan zona hambat bakteri
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

Penelitian yang dilakukan Ifesan et al. tahun 2010 mendapatkan hasil bahwa ekstrak E.
bulbosa lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dibanding bakteri Gram
Negatif, penelitian yang dimaksud menggunakan konsentrasi 2.5 mg/ml dan tidak terdapat
zona hambat pada bakteri Gram Negatif anaerob [16]. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
ekstrak E. bulbosa konsentrasi 2.5 mg/ml memiliki zona hambat pada bakteri Gram Negatif
anaerob P. gingivalis. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Padhi
dan Panda tahun 2015, bahwa ekstrak E. bulbosa konsentrasi 30 mg/ml menunjukkan diameter
zona hambat pada bakteri Gram Negatif anaerob dan Gram Positif. Bakteri Gram Negatif
memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks dibanding bakteri Gram Positif. Bakteri
Gram negatif memiliki membran luar yang mengelilingi dinding sel, hal ini dapat
menyebabkan bakteri Gram Negatif lebih resistant terhadap aksi antibakteri [8].

Diameter zona hambat ekstrak E. bulbosa konsentrasi 0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1, 2.5, 5, dan 7.5
mg/ml lebih kecil dibandingkan dengan zona hambat dari CHX 2 mg/ml. Diameter zona
hambat ekstrak E. bulbosa konsentrasi 10 mg/ml lebih besar dibandingkan dengan zona
hambat dari CHX 2 mg/ml (Tabel 1). Penelitian yang dilakukan oleh Ferraz et al. tahun 2007
tentang efek antibakteri CHX 2 mg/ml terhadap P. gingivalis menghasilkan diameter zona
hambat bakteri 11.17 mm, jika dibandingkan dengan penelitian ini diameter zona hambat
bakteri yang terbentuk oleh CHX 2 mg/ml terhadap P. gingivalis menghasilkan diameter zona
hambat 13.77 mm [17].

Konsentrasi ekstrak E. bulbosa memiliki efektivitas dalam menghambat pertumbuhan P.


gingivalis yang setara dengan CHX 2 mg/ml adalah konsentrasi 9.1 mg/ml (Gambar 1). CHX
merupakan antibakteri broad-spectrum yang merupakan gold standard untuk oral hygine.
CHX digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis penyebab penyakit
periodontal [1]. CHX mencegah pembentukan plak pada gigi, namun obat kumur ini
dilaporkan memiliki sejumlah efek samping lokal. CHX pada penggunaan jangka panjang
memiliki efek samping seperti pewarnaan gigi menjadi coklat, rasa yang kurang enak, ulserasi
mukosa mulut, parasthesi, pembengkakan kelenjar parotis, dan peningkatan pembentukan
kalkulus supragingiva [18].

Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain adalah media agar yang digunakan
tidak sesuai dengan standar CLSI. Media agar yang digunakan pada penelitian ini adalah BHI-
A yang telah disuplementasi hemin dan vitamin K, sedangkan media yang direkomendasikan
oleh CLSI dalam metode Kirby-Bauer disc diffusion adalah media Muller Hinton Agar (MHA)
[10]. Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa bakteri P. gingivalis tidak tumbuh subur
dengan menggunakan media MHA yang telah disuplementasi hemin dan vitamin K.

Conclusion

Ekstrak etanol E. bulbosa memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis,


terbukti dengan adanya zona hambat bakteri yang terbentuk disekitar disc, semakin tinggi
konsentrasi ekstrak yang diujikan akan semakin besar zona hambatan bakteri dan pada
konsentrassi 9.1 mg/ml aktivitasnya setara dengan CHX 2 mg/ml.
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

Acknowledgment

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Farmakologi Fakultas


Kedokteran Universitas Mulawarman dan Laboratorium Biologi Oral Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang telah
memberikan sarana untuk penelitian. Yunie Safitri, S.Si yang ikut membantu pelaksanaan
penelitian.

References

[1] Nair S, & Anoop K. 2012. Intraperiodontal pocket: An ideal route for local antimicrobial
drug delivery. Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 3(1),9-15.
doi: 10.4103/2231-4040.93558.
[2] Langlais RP. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan, 4th ed., Rasyad
EM, editor, Jakarta: EGC.
[3] Petersen PE, & Ogawa H. 2012. The Global Burden of Periodontal Disease: Towards
Integration With Chronic Disease Prevention and Control, Periodontology 2000, 60(1),
15-39. doi: 10.1111/j.1600-0757.2011.00425.x.
[4] Eke P, Dye B, Wei L, Slade G, Thornton-Evans G, Borgnakke W, Taylor G, Page R, Beck
J, & Genco R. 2015. Update on Prevelence of Periodontitis in Adults in the United State:
NHANES 2009 to 2012. Journal of Periodontology, 86(5), 611-622. doi:
10.1902/jop.2015.140520.
[5] Badan Pengembangan dan Pembangunan Kesehatan. 2013. Riet Kesehatan Dasar,
RISKESDA 2013, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
[6] Mysak J, Podzimek C, & Sammerova L. 2014. Review Articel Prophyromonas gingivalis:
Major Periodontopathic Pathogen Overview, Journal of Immunology Reaserch, 55-62.
doi: 10.1155/ 2014/476068.
[7] Puspadewi R, Adirestuti P, & Menawati R. 2013. Khasiat Umbi Bawang Dayak
(Eluetherine palmifolia (L.) Merr) Sebagai Herbal Antimikroba Kulit, Kartika Jurnal
ILmiah Farmasi, 31-37.
[8] Padhi L, & Panda S. 2015. Antibacterial Activity of Eleutherine bulbosa Againts
Multidrug Resistant Bacteria, Journal of Acute Medicine, 5(3), 53-61. doi: 10.
1016/j.jacme.2015.05.004.
[9] Henry L, Aruni W, Senbreg L, & Fletcher H. 2013. Proctetive Role of the PG1036-
PG1038 Operonin Oxidative Stress in Prophyromonas gingivalis W83, PLOS ONE, 8(8),
e69645 1-14 doi: 10.1371/journal.pone.0069645.
[10] Clinical and Laboratory Standards Institute. 2012. Performance Standards for
Antimicrobial Disc Susceptibility Test; Approved Standard-Eleventh Edition, CLSI
Document M02-A11, Wayne: Author. Available form https://clsi.org [Accesed 2017 July
23].
[11] Davis W, & Stout T. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay:
Factor Influencing Variability and Error. Applied Microbiology, 22(4), 659-665.
Available form https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pumbed/5002143/ [Accesed 2017 July
Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) on Bacteria Prophyromonas gingivalis In Vitro

23].
[12] Ifesan B, Jaycharat N, & Voravuthikunchai S. 2009. The Mode of Antistaphylococcal
Action of Eleutherine americana, FEMS Immunol Med Microbial, 57, 193-201. doi:
10.1111/j. 1574-695X.2009.00599.x.
[13] Kumar S, & Pandey AK. 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. The Scientific World Journal, 2013, 1-16. doi: 10.1155/2013/162750.
[14] Cushnie T, & Lamb A. 2005. Review Antimicrobial Activity of Flavonoids. International
Journal of Antimicrobial Agents, 26, 343-356. doi: 10.1016/j. ijantimicag.2005.09.002.
[15] Cushnie T, Cushnie B, & Lamb A. 2014. Alkaloids: An Overview of their Antibacterial,
Antibiotic-enchancing and Antivirulence Activity, International Journal of Antimicrobial
Agents, 44(2014), 377-386. doi: 10.1016/j.ijantimicag.2014.06.001.
[16] Ifesan B, Ibrahim D, & Voravuthikunchai S. 2010. Antimicrobial activity of crude
ethanolic extract from Eleutherine americana, Journal of Food, Agriculture &
Environment, 8, (3&4), 1233-1236. Available form https://world-food.net [Accesed 2017
June 13].
[17] Ferraz C, Gomes B, Alexander Z, Teixeria F, & Souza-Filho F. 2007. Comparative Study
of the Antimicrobial Efficacy of Clorhexidine Gel, Clorhexidine Solution and Sodium
Hypochlorite as Endodontic Irrigants, Braz Dent J, 18(4), 294-298. Available form
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/18278298/ [Accesed 2017 July 20].
[18] Anggayanti N, Adiatmika I, & Adiputra N. 2013. Berkumur dengan Teh Hitam Lebih
Efektif dari pada Clorhexidine Gluconate 0,2% untuk Menurunkan Akumulasi Plak,
Jurnal PDGI, 62, 35-34.

Vous aimerez peut-être aussi