Vous êtes sur la page 1sur 4

Pelarut organic yang dipilih untuk ekstraksi pelarut adalah mempunyai kelarutan yang rendah

dalam air (< 10%), dapat menguap sehingga memudahkan penghilangan pelarut organic
setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan
adanya kontaminasi sampel.Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi
pelarut yaitu terbentuknya emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap oleh
partikulat yng mungkin ada, analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi,
dan adanya kelarutan analit secara bersama-sama dalam kedua fase.Terjadinya emulsi
merupakan hal yang sering dijumpai.Oleh karena itu, jika emulsi antara kedua fase ini tidak
dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan cara:[7]

1. Penambahan garam ke dalam fase air (salting out)


2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
3. Penyaringan melalui glass-wood
4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
5. Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda
6. Sentrifugasi

1. Ekstraksi Cair-Cair[12]

Merupakan metode pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat
makro dan mikro.Danyang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair ini adalah
kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling tercampur.Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tetentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur seperti benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai
cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari
komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi
analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fasa air kedalam
pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar seperti n-heksana, metil benzene atau
diklorometana.Meskipun demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi.Analit-analit yang
mudah tereksitasi dalam pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara
kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar.
Gambar 3. Corong pemisah, digunakan ekstraksi cair-cair

1. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)[13]

Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative baru, akan
tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau
untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan
matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan SPE
dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:[14]

 Proses ekstraksi lebih sempurna


 Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien
 Mengurangi pelarut organic yang digunakan
 Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
 Mampu menhilangkan partikulat
 Lebih mudah diatomatisasi
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap tertentu) yang
beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang
berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada cartridge SPE.

1. Ekstraksi asam basa

Merupakan ekstraksi yang didasarkan pada sifat kelarutannya.Senyawa atau basa direaksikan
dengan pereaksi asam atau basa sehingga terbentuk garam.Garam ini larut dalam air tetapi
tidak larut dalam senyawa organic.[15]
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi, yaitu penambahan
secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui,
kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi
antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan
semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang berekasi.Titik akhir dapat
dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat terlarut yang
dinamakan indicator, yang mengubah warna pada titik akhir.[16]
2.4 Koefisien Distribusi
Bila suatu zat terlarut membagi antara dua ciran yang tidak dapat campur , ada suatu hubungan
yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan
pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu zat
terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah pada suatu temperature
tertentu sebagai berikut:[17]
= tetap
[A]1menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku
cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini
tidak eksak.Yang benar dalam pengertian termodinamika, angka banding aktifitas bukannya
rasio konsentrasi yang seharusnya konstanta. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase
memelihara suatu rasio konstan terhadap aktifitas spesies itu dalam fase cair yang lain:[18]
= kDA
Dimana aA1 menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati kDA disebut
koefisien distribusi dari spesies A. dalam perhitungan kira-kira yang memadai untuk banyak
maksud dapatlah konsentrasi bukannya aktivitas digunakan dalam problem yang melibatkan
nilai kD[19]
Kadang-kadang perlu atau disukai untuk memperhitungkan kompleks kimiawi dalam
kesetimbangan ekstraksi. Misalnya, perhatikan distribusi as benzoat antara dua fase cair
benzena dan air. Dalam fase air, asam benzoate terionisasi sebagian,
HBz + H2O → H3O+ + Bz-
Dalam fase benzena, asam benzoat terdimerisasi sebagian oleh pengikatan dalam gugus
karboksil,
Gambar 4. Dimerisasi asam benzoat
Tiap spesies khusus, HBz, Bz-- , (HBz)2, rumus akan mempunyai nilai kdsendiri yang khusus.
Maka sistem air, benzena, dan asam benzoat dapat diberikan oleh tiga koefesien distribusi.
Ternyata kebetulan bahwa ion benzoat hampir keseluruhannya tetap berada dalam fase berair,
dan dimer asam benzoat hanya dalam fase organik. Lagi pula, dalam eksperimen yang praktis,
biasanya ahli kimia itu ingin mengetahui di mana “asam benzoat” itu berada, tak peduli apakah
asam itu terionkan atau terdimerkan. Juga ia lebih berminat tentang banyaknya daripada
tentang aktivitas termodinamiknya. Maka ia akan dilayani dengan lebih baik oleh suatu rumus
yang menggabungkan kosentrasi semua spesies dalam kedua fase itu.
Angka banding Ddisebut rasio distribusi.Jelas bahwa D tak akan tetap konstan sepanjang
jangka kondisi eksperimen. Misalnya, dengan naiknya pHfase berair Dakan turun karena asam
benzoat diubah menjadi ion benzoat, yang tak terekstrak ke dalam bezena. Penambahan
elektrolit apa saja dapat mempengaruhi D dengan mengubah koefesien aktivitas. Tetapi, rasio
distribusi berguna bila nilainya diketahui untuk seperangkat tertentu kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Day.2002. Analisis Kimia Kuantitatif .Jakarta: Erlangga
Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika II. Malang: UM Press

[1] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 340.
[2] Sri Mulyani, Kimia Fisika II (Malang: UM Press, 2005), hal 22
[3] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 86
[4] Ibid, hal 87
[5] Ibid, hal 87
[6] Ibid, hal 87
[7] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 49-50
[8] Ibid, hal 50
[9] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 101-102
[10] Di ambil dari beberapa referensi
[11] Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 139-140
[12] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 46
[13]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 52
[14] Ibid, hal 52
[15]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 50
[16] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 161
[17] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 457
[18] Ibid, hal 458
[19] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 458
[20] Ibid, hal 50

David W. Oxtoby, H. P. Gillis, Norman H. Nachtrieb. (2003). Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat
Jilid 2. (Alih Bahasa: Suminar Setiati Achmadi, Ph. D). Jakarta: Erlangga.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1
Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi