Vous êtes sur la page 1sur 49

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DENGAN BALITA BGM

PADA AN. LAILATUS SYIFA UMUR 1,5 TAHUN


DI DUSUN KALITEJO RT.01 BANYUSARI
2011

DISUSUN OLEH :

MAHYA SIHAH HANA

P174245010025

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEBIDANAN KOMUNITAS MAGELANG
2011

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga dengan judul “Asuhan Kebidanan

Keluarga dengan Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah Pada An. Ai Umur

16 bulan Di Desa Gunung Sari Rt 02, Rw 04 Grabag Magelang” telah disetujui

sebagai Laporan Asuhan Kebidanan pada Keluarga dan dinyatakan memenuhi syarat

untuk dipresentasikan.

Magelang, Februari 2011


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Anityo, MN Kristiana Esti S, S.ST

NIP. NIP.

HALAMAN PENGESAHAN

Penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga dengan judul “Asuhan

Kebidanan Keluarga dengan Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah Pada

An. Ai Umur 16 bulan Di Desa Gunung Sari Rt 02, Rw 04 Grabag Magelang”

telah diperiksa dan disetujui penguji Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga program

Studi DIV Kebidanan Komunitas Magelang Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang.

Magelang, Februari 2011


Penguji I Penguji II

Anityo, MN Arifah Sismaini, S.ST

NIP. NIP.

Mengetahui :

Ketua Program Studi D IV Kebidanan Komunitas Magelang

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Munayarokh, SPd, Mkes

NIP.
TINJAUAN TEORI GISI BURUK

A. DEFINISI
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan
dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning
merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan
sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau biasa disebut dengan
BGM, karena apabila anak telah berada di bawah garis merah pada Kartu Menujuh
Sehat (KMS) maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis padahal tidak
demikian telah mengalami gizi buruk. Keadaan ini membuat ibu-ibu balita
mengalami kegelisaan akan masa depan anaknya.
Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan
pertumbuhan-perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian status
gizi, sekali lagi bukan untuk pemantauan status gizi.

B. KEGUNAAN HASIL PENIMBANGAN BALITA POSYANDU

1. Pemantaun pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan


melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM

2. Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu


dengan melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase balita
yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D)

3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat

4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program


(K/S) dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu (D/S)
C. PERBEDAAN KMS DAN PENENTUAN STATUS GIZI
1. KSM hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan
perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM, yang dilakaukan tiap
bulannya. Sementara Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan
assesment status gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri,
yang dilakukan sekali setahun. Walaupun penggunaan indeks sama yaitu
Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel
antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi
buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak
yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis
merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan
menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil
penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan.

D. CARA MENGUKUR STATUS GIZI ANAK


Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak.
Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita
berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.

Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur


(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
E. PENCEGAHAN YANG DILAKUKAN AGAR BGM TIDAK
BERKELANJUTAN MENJADI GIZI BURUK
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk
pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua
memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada
anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada
anak:

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping
ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,


lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program


Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas.
Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari
rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori
yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk
proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat
mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan
vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang
baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan
meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan
meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul
masalah intelegensia di kemudian hari.

F. PEMENUHAN GIZI BALITA


1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia
kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi
usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak
ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair,
yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun
mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan
sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan
keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia
1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun
sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga
tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita
sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal
sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi
demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan
makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal
sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya
terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika
hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang
diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan
sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga
merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar
anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang
dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan
anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita
sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada
orangdewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat Pengaturan
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat
yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K )
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan
gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau
dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya
gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai
penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan
anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan
gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi
anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi
tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya
prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan
bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis
sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan
zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai
makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua
beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi
pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. (Dr.Harsono,1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya
secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan
saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga
sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI
berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a) Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau maka
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting,
yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika
kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit,
tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.
Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai
dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk.
1. Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang
dominan.
2. Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di
sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-
otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema
dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ),
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam
tubuh sudah habis.
3. Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang
meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
b) Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi
yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992),
obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika
ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis
yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak
dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan
bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan
menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis
sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua
harus sabar saat memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya
semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan
bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis
makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat
anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat
memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi
maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur
disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak
tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan
dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA DENGAN BALITA BGM
PADA AN. LAILATUS SYIFA UMUR 1,5 TAHUN
DI DUSUN KALITEJO RT.01 BANYUSARI
2011

I. PENGKAJIAN ( tanggal : 4 Februari 2011, pukul : 09.30 WIB)


A. Data Umum
1) Nama KK : Bp. Juhari
2) Umur : 24 tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SD
5) Pekerjaan : Petani
6) Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
7) Alamat : Dusun Kalitejo Rt.01, desa Banyusari
kecamatan Grabag Kabupaten Magelang
8) Komposisi Keluarga
STATUS
NO NAMA L/P UMUR HUB.DG.KK PENDIDIKAN PEKERJAAN
KESEHATAN
1 Juhari L 24 th KK/Suami SD Petani Sehat
Friska
2 P 20 th Istri SMP IRT Sehat
Dyah
Lailatus Belum Tidak
3 P 1,5 th Anak BGM
Syifa Sekolah Bekerja
GENOGRAM
2009
32 46
40 50
DM

20 34
8 32 29 25 23

1,5

Keterangan Genogram :

: Laki-laki

: Perempuan

: Anggota keluarga Perempuan yang sudah meninggal

: Tinggal dalam satu rumah


: Hubungan pernikahan dan keluarga kandung
9) Tipe Keluarga
Termasuk kelurga inti (nuclear family) yang terdiri dari KK, istri, dan 1
anak kandung
10) Tipe bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku Jawa
11) Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan taat dalam
menjalankan ibadah
12) Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga rata-rata 1 bulan ± Rp 600.000 - 1.000.000. Menurut
istri, penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
13) Aktivitas rekreasi keluarga
Semua anggota keluarga menonton TV setiap hari untuk hiburan. Mereka
jarang keluar rumah hanya untuk sekedar rekreasi.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga mempunyai 1 orang anak, berusia 1,5 tahun, maka tahap
perkembangan keluarga Bp. Juhari saat ini memasuki tahap keluarga
mengasuh anak (child bearing).

2) Tugas perkembangan yang belum terpenuhi :


Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar dan yang sudah
terpenuhi adalah membentuk keluarga inti dengan 1 anak prasekolah.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti dan yang tinggal dalam satu rumah :
Bp. Juhari, istri, dan anak menyatakan tidak menderita penyakit menular
maupun kronis termasuk anggota keluarga/keturunan mereka seperti
bapak kandung dan ibu kandung. Namun anak mereka (Lailatus Syifa)
yang masih berusia 1,5 tahun selama 3 bulan ini tidak mengalami
kenaikan berat badan dan cenderung sama yaitu di bawah garis merah
(BGM).
4) Riwayat keluarga lainnya
 Dari pihak keluarga asal KK : tidak ada yang menderita
penyakit
menular atau kronis dan dalam
keadaan sehat
 Dari pihak keluarga asal istri : tidak ada yang menderita
penyakit
menular atau kronis dan dalam
keadaan sehat
C. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah :
 Luas rumah 90 m2
 Tipe rumah permanen dengan lantai keramik
 Jumlah ruang 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 2 ruang dapur,
memiliki kamar mandi dan WC
 Jumlah jendela rumah ada 7 dan 4 jendela bagian depan tidak
pernah dibuka sehingga pencahayaan kurang
 Tidak ada ruangan yang tidak dimanfaatkan
 Ruangan secara umum tampak bersih dan rapi
 Perletakan perabotan tertata rapi
 Sumber air menggunakan sumur gali. Air digunakan untuk
memasak dan kegiatan sehari-hari

1
Denah Rumah:

2 33

4 5

6 7

8
9

Keterangan :
1. Teras 6. Kamar mandi dan WC
2. Ruang tamu 7. Dapur
3. Kamar 1 8. Dapur tungku
4. Kamar 2 9. Kandang
5. Ruang TV
2) Karakteristik tetangga dan komunitas :
Keluarga tinggal di desa dengan jarak rumah cukup dekat. Sebagian besar
penduduk merupakan penduduk asli setempat. Mayoritas penduduk
bekerja sebagai buruh dan petani. Kegiatan rutin di desa yaitu pengajian
hari jum’at.
3) Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga Bp. Juhari sejak menikah sudah tinggal di rumah sendiri.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat:
Keluarga aktif mengikuti kegiatan di desa, baik kegiatan kemasyarakatan
maupun kegiatan keagamaan. Setiap hari seluruh anggota keluarga
berkumpul di sore hari karena Bp. Juhari bekerja dan baru pulang siang
hari. Tidak ada perkumpulan keluarga besar hanya saling kunjung setiap
hari karena jarak yang begitu dekat.
5) Sistem Pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga termasuk KK 3 orang, terdapat seorang balita
yang berumur 1,5 tahun dengan riwayat BGM yaitu selama 3 bulan tidak
ada peningkatan berat badan yang berarti dan cenderung sama sehingga
berada di bawah garis merah. Fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan yaitu uang tabungan keluarga. Tempat berobat
keluarga di Bidan dan Puskesmas yang jaraknya ±2 kilo meter. Alat
transportasi yang dimiliki 1 buah sepeda motor.
D. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga :
Keluarga menggunakan bahasa jawa, komunikasi terjadi setiap saat.
Bentuk komunikasi langsung Jika ada masalah dalam keluarga
diselesaikan dengan musyawarah.
2) Struktur kekuatan keluarga :
Pengambil keputusan utama suami dan setiap keputusan dibicarakan
berdua suami dan. Keluarga jarang sekali berselisih pendapat sehingga
hampir tidak pernah meminta pendapat dari kelurga besarnya.
3) Struktur Peran :
 Bp. Juhari sebagai kepala rumah tangga, untuk saat ini sebagai
sumber penghasilan utama dalam keluarga dengan bekerja sebagai
petani dan menjadi pengambil keputusan utama dalam keluarga.
 Ny.Friska Dyah sebagai istri yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga sehari-hari, selain itu hanya mengurus anak di rumah.
 Lailatus Syifa adalah anak pertama dengan riwayat BGM.
Beberapa faktor yang menyebabkan anak tersebut BGM adalah tidak
diberikan ASI eksklusif dan adanya kandang sehingga memicu
timbulnya beberapa penyakit pada anak sehingga mempengaruhi
pertumbuhan anak.
4) Nilai dan norma keluarga yang berhubungan dengan kesehatan :
Keluarga meyakini bahwa sehat itu penting, maka ketika anggota keluarga
sakit segera berobat ke Bidan atau ke Puskesmas. Serta menjaga
kesehatannya dengan makan makanan bergizi. Mengenai kondisi An.
Lailatus Syifa yang berat badannya di bawah garis merah, ibu hanya
memberikan ASI, nasi, sayur, dan lauk. Dalam hal pemeriksaan kehamilan
dan persalinan, keluarga memilih tenaga dukun tetapi mulai An.Syifa lahir
dan memiliki riwayat BGM, keluarga memeriksakan kesehatan di tenaga
kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga memandang diri mereka sebagai keluarga menengah yang dapat
mencukupi kebutuhan keluarga, bahagia dengan kehidupan rumah
tangganya, tidak ada kekerasan dalam rumah tangganya karena keluarga
saling menyayangi satu dengan lainnya.
2) Fungsi sosial :
Interaksi dalam keluarga berjalan baik dan belum pernah terjadi konflik
keluraga maupun konflik dengan tetangga. Keluarga selalu berusaha
membina hubungan baik dengan tetangga, terlibat dalam setiap kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan terutama karena tetangga sekitar adalah
keluarga.
3) Fungsi perawatan kesehatan:
 Keluarga mengenal masalah kesehatan yang ada dalam
keluarga yaitu balita BGM yang dialami oleh An. Syifa. Keluarga
selalu memperhatikan kesehatannya, memeriksakan ke tenaga
kesehatan terdekat jika ada yang sakit dan selalu melakukan posyandu.
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan ini dikarenakan
adanya informasi dari tenaga kesehatan saat dilakukan pengkajian
karena awalnya ibu tidak menyadari dan menganggap tidakada
masalah.
 Keluarga menunjukkan ketidakmampuan dalam merawat balita
(anak satu-satunya) dan mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat untuk masalah kesehatan yang dialami An. Syifa. Makanan
yang diberikan An.Syifa memang sangat terbatas karena An. Syifa
susah makan selain itu keluarga juga termasuk dalam sosial ekonomi
yang rendah.
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit tidak dapat
ditunjukkan oleh keluarga karena kurangnya pengetahuan yang
dimiliki.
 Keluarga kurang mampu memelihara lingkungan rumah yang
sehat, ditunjukkan dengan adanya kandang di dalam rumah yang
jarang dibersihkan dan tidak sesuai dengan syarat kesehatan.
4) Fungsi reproduksi :
Ny. Friska Dyah sedang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan
setelah melahirkan anak pertamanya dikarenakan ingin mengatur jarak
kehamilannya dan diijinkan suami untuk ber-KB.
5) Fungsi Ekonomi :
Keluarga merasa mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan
yang dapat dilihat dari perabotan serta sarana komunikasi yang dimiliki
oleh keluarga meskipun pas-pasan.
Penyajian makanan sehari-hari sangat sederhana apalagi penyajian
makanan untuk anak. Anak sering diberikan makanan yang kurang
bernutrisi misalnya hanya diberikan nasi dan sayur tanpa lauk atau hanya
nasi dan sayur saja. Keluarga kurang memperhatikan nutrisi pada anak.
F. Stres dan koping keluarga:
1) Stressor jangka pendek berupa kecemasaan akan kesehatan dan berat
badan anak terakhir. Selain itu upaya untuk peningkatan berat badan
An.Syifa yang selama 3 bulan ini tidak mengalami peningkatan dan
berada di bawah garis merah. An.Syifa juga susah makan sehingga tidak
terpenuhi kebutuhan gizinya. Keluarga berulang kali meminta saran
tentang apa saja yang mungkin dibutuhkan untuk meningkatkan nerat
badan. Stresor jangka panjang belum bisa diidentifikasikan.
2) Respon keluarga terhadap stressor berupa kecemasan yang
diungkapkan oleh keluarga dengan berulangkali meminta saran kepada
bidan dan dokter terdekat untuk dapat menaikkan berat badan balita
dengan cepat.
3) Strategi koping yang digunakan yaitu dengan rajin memeriksakan
kesehatan ke bidan terdekat dan konsultasi secara rutin mengenai berat
badan An.Syifa.
4) Strategi adaptasi disfungsional : tidak ditemukan strategi negatif
dalam menghadapi stressor.
G. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah tenaga kesehatan dapat
melayani dengan baik dan membantu menyelesaikan msalah dengan baik.
H. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Fisik Bp. Juhari Ny. Friska Dyah
Umum:
Tekanan darah 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Suhu Badan 36,7 0C 36,6 0C
Denyut Nadi 78 x/mnt 80 x/mnt
Respirasi 18 x/mnt 18x/mnt
Status Present :
Kepala :
Rambut dan kulit Bersih,tidak mudah Bersih, tidak mudah
kepala rontok rontok
Simetris, konjungtiva tak
Simetris, konjungtiva tak
Mata pucat, sklera tidak
pucat, sklera tidak ikterik
ikterik
Sekret(-), massa(-), Sekret (-), massa(-),
Hidung
edema(-) edema(-)
Mulut dan Tak ada lesi, tanda Tak ada lesi, tanda radang
tenggorokan radang (-) (-)
Bersih,tak ada Bersih,tak ada
Telinga
radang,pendengaran baik radang,pendengaran baik
Leher :
Kelenjar tyroid Tak teraba Tak teraba
Vena Jugularis Tak ada bendungan Tak ada bendungan
Dada :
Paru-paru Bunyi vesikuler Bunyi vesikuler
Denyut teratur,tak ada Denyut teratur, tak ada
Jantung
suara tambahan suara tambahan
simetris, tak ada benjolan
Payudara simetris
abnormal
Tak ada luka bekas
Tak ada luka bekas
operasi,tak ada nyeri
Abdomen : operasi,tak ada nyeri tekan
tekan area hati dan
area hati dan ginjal
ginjal
Ekstremitas :
Pucat (-),sianosis(-), Pucat (-),sianosis (-),
Atas Capillary refill <2mnt, Capillary refill <2mnt,
fungsi normal fungsi normal
Pucat (-),sianosis (-), Pucat (-),sianosis (-),
Bawah Capillary refill <2mnt, Capillary refill <2mnt,
fungsi normal fungsi normal

Lanjutan Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik An. Lailatus Syifa
Umum:
Tekanan darah -
Suhu Badan 36,5 0C
Denyut Nadi 80 x/menit
Respirasi 20 x/menit
BB RIWAYAT BB
1. Juli 2010 : 3000 gram
2. Agustus 2010 : 4100 gram
3. September 2010 : 4700 gram
4. Oktober 2010 : 5000 gram
5. November 2010 : 5100 gram
6. Desember 2010 : 6100 gram
7. Januari 2010 : 6200 gram
8. Februari 2010 : 6300 gram
9. Maret 2010 : 6300 gram
10. April 2010 : 6700 gram
11. Mei 2010 : 6600 gram
12. Juni 2010 : 7000 gram
13. Juli 2010 : 7100 gram
14. Agustus 2010 : 7300 gram
15. September 2010 : 7500 gram
16. Oktober 2010 : 7200 gram
17. November 2010 : 7400 gram
18. Desember 2010 : 8000 gram
19. Januari 2010 : 8000 gram
20. Februari 2010 : 8000 gram
TB 74 cm
LILA 15 cm
LK 50 cm
LD 46 cm

Status Present : Kepala berbentuk mesochepal, rambut bersih


Kepala : dan ikal, rambut jarang, ukuran kecil, dan
Rambut dan kulit kepala mudah putus
Mata Simetris,konjungtiva tak pucat,sklera putih
Tidak ada kelainan, tidak ada polip, tidak ada
Hidung
sekret
Tidak ada kelainan,tidak stomatiis,tidak
Mulut dan tenggorokan
sumbingreflek menelan baik
Telinga Bersih,simetris,tidak ada sekret berlebih
Leher :
Kelenjar tyroid Tak ada pembesaran
Vena Jugularis Tak ada pembesaran
Dada Dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada
yang abnormal, tidak terdengar suara ronchi
maupun whezing
Abdomen Perut terlihat membuncit
Jenis kelamin perempuan,tidak ada
Anogenital
kelainan,anus normal
Ekstremitas :
Atas Tidak ada kelainan,tidak ada polidaktili
maupun sindaktili atau tidak ada kelainan
kongenital,fungsi gerak baik
Tidak ada kelainan,tidak ada polidaktili
Bawah maupun sindaktili atau tidak ada kelainan
kongenital,fungsi gerak baik
Status kesehatan balita Imunisasi yang telah dilakukan :
1. HB0 tanggal 28 Juli 2009
2. BCG dan polio 1 tanggal 19 Agustus 2009
3. DPT/HB 1 dan polio 2 tanggal 19
September 2009
4. DP T/HB 2 dan polio 3 tanggal 19
Oktober 2009
5. DPT/HB 3 dan polio 4 tanggal 19
November 2009
6. Campak tanggal 19 April 2009
Riwayat kesehatan balita Balita pernah mengalami sakit batuk dan flue,
biasanya dari kelurga hanya diberikan obat dari
warung. Tidak pernah sakit serius yang
memerlukan pengobatan secara intensif.

II. DIAGNOSA KEBIDANAN


a. Analisa data
Data ( S & O ) Penyebab Masalah
DS :
 Keluarga Kurang pengetahuan  Ketidakmampuan
menyatakan tahu dalam merawat balita keluarga dalam
bahwa hasil yaitu dalam pemantauan merawat balita yang
penimbangan tidak berat badan anak dan BGM dalam hal
pernah naik bahkan susahnya An. Syifa untuk memberikan nutrisi
sama dengan bulan makan sehingga ibu juga yang seimbang pada
sebelumnya yang merasa bingung dan tidak anak
terjadi sejak bulan tahu jenis dan cara
Desember 2010 dan pemberian makanan yang
berada di bawah harus diberikan kepada
garis merah dan ibu anaknya.
juga tahu masalah
lain yang diderita
anaknya yaitu
masalah kurangnya
nafsu makan atau
anak yang susah
makan. Ibu merasa
cemas dengan
kondisi anaknya
namun kadang
menganggap itu
tidak berarti karna
keadaan ekonomi
yang pas-pasan.
 Ny. Friska berusaha
memberi makanan
yang cukup
bervariasiagar
anaknya mau makan
tetapi tetap tidak
meningkatkan nafsu
makan anak.
DO :
 Menurut data dari
KMS pada setiap
penimbangan
diketahui bahwa
selama 3 bulan berat
badan mengalami
penurunan dan
cenderung sama
dengan bulan
sebelumnya dan
berada di bawah
garis merah dengan
rincian sebagai
berikut :
1. HB0 tanggal 28
Juli 2009
2. BCG dan polio 1
tanggal 19
Agustus 2009
3. DPT/HB 1 dan
polio 2 tanggal 19
September 2009
4. DP T/HB 2 dan
polio 3 tanggal 19
Oktober 2009
5. DPT/HB 3 dan
polio 4 tanggal 19
November 2009
6. Campak tanggal
19 April 2009
Keluarga berulang
kali meminta saran
tentang apa saja yang
harus dilakukan agar
berat badan anaknya
naik
DS :
 Keluarga
menyatakan bahwa
di dalam rumah
terdapat kandang
ayam dan kambing Kurangnya pengetahuan Ketidakmampuan
yang letaknya keluarga tentang keluarga menjaga
bersebelahan dengan pentingnya PHBS kebersihan lingkungan
dapur. rumah
 Bp. Juhari sangat
jarang sekali
membersihkan
kandang dan kelurga
kurang
memperhatikan
kebersihan rumah
dan lingkungan
DO :
 Kandang terlihat
kotor dan bau busuk
dari kotoran ayam
dan kambing yang
tidak dibersihkan
setiap harinya.
DS :
 Keluarga
menyatakan
memiliki 7 jendela
dan 4 jendela
diantaranya tidak
pernah dibuka. Ketidakmampuan
DO : keluarga dalam merawat
 Ruangan rumah lingkungan rumah dan
terhilat gelap dan sekitarnya
pengap karena 4
jendela bagian depan
tidak dibuka
sehingga tidak ada
Kurangnya pengetahuan
pertukaran udara dan
keluarga tentang
pencahayaan kurang.
karakteristik rumah sehat

b. Perumusan diagnosa
 Ketidakmampuan keluarga dalam merawat balita yang BGM dalam
hal memberikan nutrisi yang seimbang pada anak.
 Ketidakmampuan keluarga menjaga kebersihan lingkungan rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
PHBS.
 Ketidakmampuan keluarga dalam merawat lingkungan rumah dan
sekitarnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
karakteristik rumah sehat.
c. Penentuan Prioritas
1. Diagnosa : Ketidakmampuan keluarga dalam merawat balita yang
BGM dalam hal memberikan nutrisi yang seimbang pada anak.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 BGM merupakan
Skala : tidak sehat keadaan tidak sehat dan
jika tidak dilakukan
penanganan yang tepat
maka akan berkembang
menjadi gizi buruk yang
akan menghambat
pertumbuhan anak pada
masa kini maupun yang
akan datang
2 Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 = 1 Meskipun sudah
diatasi mendapatkan bantuan
Skala : sebagian dari pihak sosial namun
bantuan tidak seterusnya
akan didapat dan efek
perbaikan akan terlihat
dalam beberapa bulan
kedepan
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 = 1/3 Karena faktor susah
dicegah makan pada An.Syifa
Skala : Rendah sehingga sulit untuk
memenuhi asupan
gizinya
4 Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 2 Jika BGM tidak segera
Skala :Masalah berat harus ditangani dan ditindak
segera ditangani lanjut akan berisiko
terjadinya gizi buruk
pada balita
Total Skor 4 1/3

2. Diagnosa : Ketidakmampuan keluarga menjaga kebersihan lingkungan


rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya PHBS.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Perilaku Hidup Bersih
Skala : kurang sehat dan Sehat (PHBS) adalah
upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau
menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan
membuka jalur
komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan
edukasi
untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui
pendekatan
pimpinan (advocacy),
bina suasana (social
support) dan
pemberdayaan
masyarakat
(empowerment) sebagai
suatu upaya untuk
membantu
masyarakat mengenali
dan mengetahui
masalahnya sendiri,
dalam tatanan
rumah tangga, agar dapat
menerapkan cara-cara
hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan
meningkatkan
kesehatannya.
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2 Cara yang dilakukan
diatasi untuk mengatasi masalah
Skala : Mudah ini hanya dengan
merawat dan
membersihkan kandang
setiap harinya agar
kesehatan lingkungan
rumah lebih terjaga
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 = 1/3 Karena faktor kebiasaan
dicegah berperilaku hidup kurang
Skala : Rendah bersih sehingga
lingkungan rumah kurang
terawat
4 Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa keadaan
Skala : Masala tidak terebut tidak bermasalah
dirasakan tetapi dari lingkungan
yang kurang bersih dapat
menyebabkan timbulnya
kuman-kuman penyakit.
Total Skor 3 1/3

3. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat lingkungan rumah dan


sekitarnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
karakteristik rumah sehat.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Dengan adanya jendela
Skala : Ancaman kesehatan yang tidak pernah dibuka
akan menyebabkan
daerah lembab, kurang
pencahayaan dan
timbulnya penyakit
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2 Permasalahan ini dapat
diatasi ditemukan solusi yaitu
Skala : Mudah dengan membuka jendela
agar pencahayaan cukup
dan berkurangnya kuman
penyakit di sekitar rumah
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 = 1/3 Masalah pencahayaan
dicegah rumah dapat segera
Skala : Tinggi teratasi dengan membuka
jendela rumah secara
keseluruhan
4 Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa keadaan
Skala : Masalah tidak tersebut telah
dirasakan berlangsung lama dan
tidak ada kejadian
penyakit yang serius
dalam keluarga tersebut
Total Skor 3 1/3

Berdasarkan rumusan prioritas diatas maka prioritas diagnosa keluarga Bp.Juhari


adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat balita yang BGM dalam
hal memberikan nutrisi yang seimbang pada anak.
2. - Ketidakmampuan keluarga menjaga kebersihan lingkungan rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
PHBS.
- Ketidakmampuan keluarga dalam merawat lingkungan rumah dan
sekitarnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
karakteristik rumah sehat.

III. PERENCANAAN TINDAKAN


1) Diagnosa : Ketidakmampuan keluarga dalam merawat balita yang
BGM dalam hal memberikan nutrisi yang seimbang pada anak.
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Keluarga Bp.Juhari mampu merawat
balita dan memenuhi kebutuhan
nutrisinya sehingga pertumbuhan anak
sesuai dengan umurnya.
1. Diskusikan dengan keluarga
Kriteria :
tentang pengertian BGM dan
1. Keluarga mengerti mengenai
akibatnya jika tidak segera diatasi
masalah BGM dan akibatnya jika 2. Diskusikan tentang tindakan
tidak segera diatasi bagaimana cara memberikan
2. Keluarga dapat mengatasi susah
asupan nutrisi yang bergizi pada
makan pada anak dengan cara
balita
memberikan makanan pada anak
sedikit-sedikit tapi sering dengan
3. Diskusikan tentang tindakan
jenis makanan yang lebih
bagaimana merawat balita
bervariasi 4. Memberikan pendidikan kesehatan
3. Keluarga dapat merawat bayinya
tentang nutrisi yang baik pada
dengan baik
balita
4. Keluarga mampu mencukupi
kebutuhan nutrisi bagi bayinya
2) - Ketidakmampuan keluarga menjaga kebersihan lingkungan rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
PHBS.
- Ketidakmampuan keluarga dalam merawat lingkungan rumah dan
sekitarnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
karakteristik rumah sehat.
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Keluarga Bp.Juhari mampu dalam menjaga
kebersihan lingkungan rumah dan
sekitarnya.
Kriteria :
1. Keluarga dapat mengenaltentang 1. Diskusikan tentang:
 pengertian PHBS
PHBS (pengertian PHBS, pengertian
 pengertian rumah tangga
rumah tangga sehat, dan pesan pokok
sehat
kesehatan lingkungan).  Pesan pokok kesehatan
lingkungan
2. Diskusikan tentang tindakan
2. Keluarga dapat menjelaskan tentang untuk menjaga, meningkatkan
tindakan untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan
dan melindungi kesehatan anggotanya anggotanya dari gangguan
dari gangguan ancaman penyakit dan ancaman penyakit dan
lingkungan yang kurang kondusif untuk lingkungan yang kurang
hidup sehat. kondusif untuk hidup sehat
(gunakan air bersih dan juga
untuk diminum, buang sampah
pada tempatnya dan berantas
sarang nyamuk, dan
membersihkan kandang setiap
hari agar terhindar dari sarang
kuman).
3. Diskusikan tentang 7 indikator
PHBS, yaitu Persalinan oleh
3. Keluarga mampu menjelaskan tentang
tenaga kesehatan, pemberian
7 indikator PHBS.
ASI Eksklusif, penimbangan
balita, cuci tangan sebelum
makan, menggunakan air
bersih, menggunakan jamban
sehat, rumah bebas jentik.

IV. IMPLEMENTASI
Tanggal
Diagnosa Implementasi Evaluasi respon
& Waktu
Tanggal : Ketidakmampuan 1. Mendiskusikan 1. Ibu dapat
9 Maret keluarga dalam dengan keluarga mengulangi apa
2011 merawat balita tentang pengertian yang dijelaskan
Pukul : dengan BGM BGM dan terhadapnya
09.00 akibatnya jika
WIB tidak segera
ditangani yaitu
terjadi kurang gizi
pada anak yang
akan mengganggu
2. Ibu dapat
pertumbuhan dan
mengulangi apa
perkembangan
yang dijelaskan
anak
2. Mendiskusikan terhadapnya dan
tentang cara akan berusaha
memberikan untuk mengatasi
asupan nutrisi yang susah makan
bergizi pada balita pada anak
dengan cara dengan cara
mengajarkan memberikan
memberikan nutrisi makanan pada
pada balita dengan anak sedikit-
porsi 1/3 porsi sedikit tapi
makanan dewasa sering dengan
diberikan 3x sehari jenis makanan
yang terdiri dari yang lebih
nasi, sayur, lauk bervariasi
dan buah juga
memberikan
makanan selingan
2x sehari diantara 3. Ibu mengerti
waktu makan tentang tindakan
bubur kacang bagaimana
hijau, pisang, merawat balita
biskuit, dsb.
3. Mendiskusikan
tentang tindakan
bagaimana
merawat balita
diantaranya
merawat rambut
4. Ibu mengerti
balita dengan
tentang
mencuci rambut
informasi yang
dengan sampo 2-3
kali dalam disampaikan
seminggu, oleh tenaga
menggunting kuku kesehatan
tangan dan kaki tentang nutrisi
anak jika panjang yang baik pada
4. Memberikan
balita
pendidikan
kesehatan tentang
nutrisi yang baik
pada balita
Tanggal : Ketidakmampuan 1. Mendiskusikan 1. Keluarga
9 Maret keluarga menjaga tentang: dapat
 pengertian
2011 kebersihan menjelaskan
PHBS
Pukul : lingkungan rumah kembali tentang
 pengertian
9.30 berhubungan pengertian PHBS,
rumah tangga
dengan kurangnya pengertian rumah
sehat
WIB pengetahuan  Pesan pokok tangga sehat, dan
keluarga tentang kesehatan pesan pokok
pentingnya lingkungan kesehatan
2. Mendiskusikan
PHBS. lingkungan
tentang tindakan 2. Keluarga
Ketidakmampu
untuk menjaga, menyatakan akan
an keluarga dalam
meningkatkan dan melakukan
merawat
melindungi tindakan untuk
lingkungan rumah
kesehatan menjaga,
dan sekitarnya
anggotanya dari meningkatkan
berhubungan
gangguan ancaman dan melindungi
dengan kurangnya
penyakit dan kesehatan
pengetahuan
lingkungan yang anggotanya dari
keluarga tentang
karakteristik kurang kondusif gangguan
rumah sehat. untuk hidup sehat ancaman
(menggunakan air penyakit dan
bersih dan juga lingkungan yang
untuk diminum, kurang kondusif
membuang sampah untuk hidup
pada tempatnya sehat, yaitu:
dan berantas menggunakan air
sarang nyamuk, bersih dan juga
dan membersihkan untuk diminum,
kandang setiap hari membuang
agar terhindar dari sampah pada
sarang kuman). tempatnya dan
berantas sarang
nyamuk, dan
membersihkan
kandang setiap
hari agar
terhindar dari
sarang kuman.
3. Mendiskusikan
tentang 7 indikator 3. Keluarga
PHBS, yaitu dapat
Persalinan oleh menjelaskan
tenaga kesehatan, kembali
pemberian ASI mengenai 7
Eksklusif, indikator PHBS,
penimbangan yaitu Persalinan
balita, cuci tangan oleh tenaga
sebelum makan, kesehatan,
menggunakan air pemberian ASI
bersih, Eksklusif,
menggunakan penimbangan
jamban sehat, balita, cuci
rumah bebas tangan sebelum
jentik. makan,
menggunakan air
bersih,
menggunakan
jamban sehat,
rumah bebas
jentik.

V. EVALUASI / KUNJUNGAN ULANG


Tanggal & Waktu Diagnosa Evaluasi
Tanggal : Ketidakmampuan keluarga 1) Subjektif :
13 Maret 2010  Keluarga menyatakan
dalam merawat balita
Pukul :
sudah tidak cemas lagi
13.00 WIB dengan BGM
karena sudah mengerti
tentang bagaimana cara
merawat balita BGM
 Ibu telah berusaha
memenuhi nutrisi An.
Davit dengan
membelikan susu balita
meskipun ada
hambatan faktor
ekonomi.
 Ibu mengugkapkan
bahwa nafsu makan
anaknya bertambah.
2) Objektif :
TD : -
N : 80 x/memit
R : 36,60C
T : 20 x/menit
An. Syifa makan nasi
dengan sayur bayam, tempe
goreng porsi satu mangkok
kecil.
3) Assasment :
Kemampuan dalam
merawat anggota
keluarga yang BGM
mengalami peningkatan.
4) Planning :
 Diskusikan dengan
keluarga tentang
pengertian BGM dan
akibatnya jika tidak
segera ditangani
 Diskusikan tentang
cara memberikan
asupan nutrisi yang
bergizi pada balita
 Diskusikan tentang
tindakan bagaimana
merawat balita
 Berikan pendidikan
kesehatan tentang
nutrisi yang baik pada
balita
- Ketidakmampuan 1) Subjektif :
keluarga menjaga Keluarga menyatakan
kebersihan lingkungan sudah menerapkan
rumah berhubungan Perilaku Hidup Bersih
dengan kurangnya dan Sehat (PHBS)
pengetahuan keluarga sehari-hari.
tentang pentingnya 2) Objektif :
Lingkungan rumah
PHBS.
- Ketidakmampuan tampak bersih terlihat
keluarga dalam dari keadaan kandang
merawat lingkungan yang bersih juga 4
rumah dan sekitarnya jendela bagian depan
berhubungan dengan terbuka sehingga
kurangnya pengetahuan pencahayaan cukup.
3) Assasment :
keluarga tentang
Keluarga menunjukkan
karakteristik rumah
kemampuan dalam menjaga
sehat.
dan melindungi kesehatan.
4) Planning :
 Pantau kemajuan
PHBS yang dicapai
dengan melakukan
kunjungan rumah
setiap ke dusun
Kalitejo
 Pastikan anggota
keluarga tidak ada yang
terserang penyakit
karena faktor
lingkungan yang
kurang bersih

Lampiran
Gb.1 : An. Lailatus Syifa Gb.2 : Keadaan dapur Bp. Juhari

Gb.3 : Keadaan WC dan KM Gb.4 : Daur tungku tanpa cerobong asap


Gb.4 : Keadaan kandang kambing yang jarang dibersihkan

Gb.5 : kotoran kambing berceceran Gb. 6 : Bp.Juhari memberi makan ayam


hingga dapur
Gb.7 : saat pengkajian keluarga Bp.Juhari

Vous aimerez peut-être aussi