Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
PARAPLEGIA
A. PENGERTIAN
Paraplegia adalah kondisi di mana bagian bawah tubuh (ekstermitas bawah) mengalami
kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada medulla spinalis.
(Bimaariotejo. 2010)
Lesi total transversal medula spinalis segmen thorako lumbal adalah lesi yang mengenai
seluruh medula spinalis pada segmen thorakolumbal yang bermanifestasi dengan
kelumpuhan anggota gerak bawah.
Paraplegia merupakan paralysis permanen dari tubuh yang disebabkan oleh luka atau
penyakit yang dipengaruhi oleh medulla spinalis. (Sudoyo, 2012).
B.ETIOLOGI
a. Gangguan motorik di tingkat lesi:. Karena lesi total juga merusak kornu anterior
medula spinalis dapat terjadi kelumpuhan LMN pada otot-otot yang dipersyarafi
oleh kelompok motoneuron yang terkena lesi dan menyebabkan nyeri punggung
yang terjadi secara tiba-tiba.
b. Gangguan motorik di bawah lesi: dapat terjadi kelumpuhan UMN karena jaras
kortikospinal lateral segmen thorakal terputus.
Gerakan refleks tertentu yang tidak dikendalikan oleh otak akan tetap utuh atau
bahkan meningkat.
Contohnya, refleks lutut tetap ada dan bahkan meningkat. Meningkatnya refleks ini
menyebabkan kejang tungkai. Refleks yang tetap dipertahankan menyebabkan otot
yang terkena menjadi memendek, sehingga terjadi kelumpuhan jenis spastik. Otot
yang spastik teraba kencang dan keras dan sering mengalami kedutan.
2. Gangguan fungsi sensorik : karena lesi total juga merusak kornu posterior medula
spinalis maka akan terjadi penurunan atau hilang fungsi sensibilitas dibawah lesi.
Sehingga klien tidak dapat merasakan adanya rangsang taktil, rangsang nyeri,
rangsang thermal, rangsang discrim dan rangsang lokalis1.
3. Gangguan fungsi autonom: karena terputusnya jaras ascenden spinothalamicus maka
klien akan terjadi kehilangan perasaan akan kencing dan alvi1.
D. PEMERIKSAAN
1. Laboratorium:
a. Hematology:
Hemoglobin dapat menurun karena destruksi sumsum tulang vertebra atau
perdarahan. Peningkatan Leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik
ataupun terjadi kematian jaringan.
b. Kimia klinik:
PT / PTT untuk melihat fungsi pembekuan darah sebelum pemberian terapi
antikoagulan.
Dapat terjadi gangguan elektrolit karena terjadi gangguan dalam fungsi perkemihan,
dan fungsi gastrointerstinal.
2. Radiodiagnostik:
1. CT Scan: untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark
2. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, infark, hemoragik.
3. Rontgen: menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, dan kelainan tulang,
gambaran infeksi TB paru.telah terjadi kerusakan jaras ascenden spinotalamikus
dimana klien sudah tidak bisa merasakan sensasi ingin kencing dan BAB.
4. Nyeri yang diraskan dapat dilakukan dengan tehnik masase atau dengan distraksi.
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatanalaksanaan Medis
a. Obat
Metyl prednisolon 30 mg/kb BB, 45 menit setelah bolus selama 23 jam. Hasil
optimal bila pemberian dilakukan <8 jam onset.
b. Operasi
2. Penatanalaksanaan Keperawatan
Disebut dengan Range of Motion (ROM) untuk mengetahui luas gerak sendi.
d. Refleksi Ganda
e. Refleksi Bing
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan laporan kelemahan dan kelumpuhan ekstrimitas, inkontinensia
defekasi dan berkemih
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi riwayat trauma, pengkajian yang didapat meliputi hilanya
sensibilitas, paralisis, ieus paralitik, retensi urine, hilangnya refleks.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat infeksi, tumor, cedera tulang belakang, DM, jantung, anemia, obat
antikoagulan, alkohol.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Mengkaji adanya generasi dahulu yang menderita hipertensi atau DM.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Aktifitas /Istirahat
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan umum
/kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).
2) Sirkulasi
Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.
3) Eliminasi
Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna
seperti kopi tanah /hematemesis.
4) Integritas Ego
Takut, cemas, gelisah, menarik diri.
5) Makanan /cairan
Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik)
6) Higiene
Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)
7) Neurosensori
Kesadaran: GCS
Fungsi motorik: Kelumpuhan, kelemahan
Fungsi sensorik: Kehilangan sensasi / sensibilitas.
Refleks fisiologis: Kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon dalam.
Kehilangan tonus otot /vasomotor,
Refleks patologis: munculnya refleks patologis,
Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena karena
pengaruh trauma spinal.
8) Nyeri /kenyamanan
Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.
9) Pernapasan
Pernapasan dangkal, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.
10) Keamanan
Suhu yang berfluktasi, jatuh.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuron fungsi
motorik dan sesorik.
2. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas, penurunan sensorik.
3. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara
spontan, terputusnya jaras spinothalamikus.
4. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni usus sebagai akibat gangguan
autonomik, terputusnya jaras spinothalamikus.
5. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan, immobilitas lama, cedera psikis.
3. Intervensi
Rasional
1. Salah satunya yaitu immobilisasi, hilangnya sensasi, Inkontinensia bladder
/bowel.
2. Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus.
3. Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
4. Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia, perubahan posisi
meningkatkan sirkulasi darah.
5. Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan
kulit
6. R/ Meningkatkan sirkulasi darah
7. Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
8. Mempercepat proses penyembuhan
Rasional
1. Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
2. Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder.
3. Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih
sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine
4. Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya infeksi
5. Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
6. Mengetahui adanya infeksi
7. Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi.
Rasional
Rasional
1. Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada / punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
2. Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan, selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan.
3. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
4. Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat.