Vous êtes sur la page 1sur 8

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No.

1, 2015 : 1 - 8

Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk di Daerah


Endemis Filariasis Limfatik, Kota Pekalongan
Diversity and Mosquito Dominance in Endemic Areas
of Lymphatic Filariasis, Pekalongan City
Tri Ramadhani*, Bondan Fajar Wahyudi
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Jl. Selamanik No. 16A, Banjarnegara, Jawa Tengah Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRACT/ABSTRAK

Article History: Lymphatic filariasis is a communicable disease caused by infection of filaria worm which
Received: 26 Jan. 2015 is transmitted by various mosquitoe species. Pabean Village in Pekalongan City, Central
Revised: 24 Jun. 2015 Java, was an endemic area of filariasis with microfilariae rate > 1%. The objective of this
Accepted: 26 Jun. 2015 research was to identify and reconfirm the potential vector mosquito species of filariasis
and its breeding places. This was an observational study employing cross-sectional design
which collected mosquitoes from indoor, outdoor, and livestock cages, larvae dipper, and
Keywords: breeding sites . The mosquitoes were collected twice a week by using landing collection
diversity, and ligth trap with dry ice method. This survey found 13 mosquito species, which were
dominance, four spesies of Culex (Cx. quinquefasciatus, Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus,
endemic, Cx.vishnui), five spesies of Anopheles (An. subpictus, An. vagus, An. indifinitus, An.
lymphatic filariasis barbirostris, An. vecan), three spesies of Aedes (Ae. aegypt, Ae. albopictus, Ae. anandeli),
and one Malaya spp. Among these species, Cx. Quinquefasciatus was the dominant
mosquito with highest relative abundance. Water sewages polluted by industrial
wastewater (painting and “batik”) accross the population residence was the breading
places of these mosquitoes . Cx. quinquefasciatus was the potential mosquito vector of
filariasis.

Kata Kunci: Filariasis limfatik adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
keanekaragaman, cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk. Kelurahan Pabean
dominansi , di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, adalah salah satu daerah endemis dengan angka
endemis, mikrofilaria > 1 % . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengonfirmasi
filasiasis limfatik ulang spesies nyamuk vektor potensial filariasis dan tempat perkembangbiakannya.
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan cross-sectional
dengan menangkap nyamuk dalam rumah, luar rumah, dan kandang
ternak.Penangkapan nyamuk dilakukan dua kali setiap minggu dengan umpan orang
dan light trap yang dilengkapi es kering. Hasilnya, ditemukan 13 spesies nyamuk, yaitu
4 spesies dari genus Culex (Cx. quinquefasciatus, Cx. bitaeniorhynchus, Cx.
tritaeniorhynchus, Cx.vishnui), 5 spesies dari genus Anopheles (An.subpict us, An. vagus,
An. indifinitus, An. barbirostris, An.vecan), 3 spesies dari genus Aedes (Ae.aegypt,
Ae.albopictus, Ae.anandeli), dan satu spesies Malaya spp. Di antara spesies-spesies itu,
Cx. quinquefasciatus adalah nyamuk yang dominan dengan kelimpahan nisbi paling
tinggi. Saluran pembuangan air limbah yang tercemari oleh limbah cair industri (cat
dan batik) sepanjang permukiman penduduk merupakan tempat perkembangbiakan
nyamuk. Nyamuk Cx. quinquefasciatus merupakan spesies nyamuk vektor potensial
penyakit filariasis.

© 2015 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved

Alamat Korespondensi : email : 3rdhani@gmail.com

1
Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk ..................... (Tri Ramadhani, et al)

PENDAHULUAN tipe pedesaan, sedangkan Culex


Filariasis, atau lebih dikenal dengan quinquifasciatus merupakan vektor W.
penyakit kaki gajah, adalah penyakit menular bancrofti tipe perkotaan. Nyamuk-nyamuk itu
menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing berkembangbiak di air keruh dan kotor dekat
filarial limfatik dan ditularkan oleh berbagai rumah, serta mempunyai kebiasaan menggigit
jenis nyamuk. Cacing ini termasuk dalam pad malam hari. Untuk melaksanakan
family Filaridae, bertubuh langsing, dan hidup pemberantasan vektor filariasis, bionomik
dalam tubuh manusia terutama di saluran dan (tata hidup) vektor perlu diketahui, mencakup
kelenjar getah bening, otot, dan jaringan ikat. tempat perkembangbiakan, perilaku
Pada vetebrata, cacing ini dapat hidup di menggigit (mencari darah), dan tempat
5
rongga serosa yang dapat menimbulkan istirahat.
1
manifestasi klinik akut dan kronis. Dalam Kelurahan Pabean di Kota Pekalongan
saluran limfe, cacing ini dapat menimbulkan merupakan salah satu daerah endemis
pelebaran saluran dan kelenjar limfe berupa filariasis tipe perkotaan, dengan angka
iritasi dan peradangan (limfangitis dan mikrofilaria pada tahun 2007 sebesar 3,4%.6
limfadenitis) serta gangguan aliran limfe S e c a ra g e o g ra f i s Ke l u ra h a n Pa b e a n
sehinga memudahkan terjadinya edema.2 merupakan daerah pantai dengan ketinggian
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi 3 meter di atas permukaan air laut, dengan
cacing filaria yang hidup di saluran dan luas wilayah Kelurahan 86,76 ha dengan
kelenjar getah bening ini memperlihatkan batas-batas: sebelah Utara dengan Kelurahan
gejala demam berulang, peradangan saluran Jeruksari dan Kelurahan Kraton Lor, sebelah
getah bening yang retrograd, dan peradangan Selatan dengan Kelurahan Kramatsari dan
kelenjarnya.3 Walaupun tidak mengakibatkan Kelurahan Pasirsari, sebelah Barat dengan
kematian, pada stadium lanjut penyakit ini Kelurahan Tegaldowo dan Kelurahan
dapat menyebabkan cacat fisik permanen dan Mulyorejo, dan sebelah timur dengan
mempunyai dampak sosial ekonomi besar, Kelurahan Dukuh. Selain berupa permukiman
khususnya penduduk dengan sosial ekonomi yang dihuni oleh 3.435 jiwa, sebagian lahan
rendah yang tinggal di negara-negara merupakan persawah dan ladang dengan
berkembang di daerah tropis maupun irigasi tehnis dan irigasi tadah hujan.
4
subtropis. Sampai saat ini di Indonesia telah Kelurahan Pabean merupakan daerah pantai
ditemukan tiga spesies cacing filaria yang dan beriklim tropis dengan kisaran suhu
menginfeksi manusia, yaitu Wuchereria udara antara 29 – 31 ºC. Sebagian besar mata
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. 2 pencaharian penduduknya adalah petani dan
7
perajin batik.
Filariasis limfatik dapat ditularkan ke
seseorang yang sehat dengan perantaraan Di Kelurahan Pabean nyamuk yang
nyamuk. Di dunia terdapat sekitar 3000 berperan sebagai vektor filariasis limfatik
spesies nyamuk, di antaranya 100 spesies belum diketahui, namun berdasarkan
merupakan vektor penyakit pada manusia. berbagai literatur telah dikonfirmasikan
Fauna nyamuk di Indonesia sendiri di bahwa nyamuk Culex quinquefasciatus dikenal
laporkan ada 457 spesies yang terdiri dari 80 sebagai vektor filariasis yang disebabkan W.
2
spesies Anopheles, 125 spesies Aedes, 82 bancrofti tipe perkotaan. Berdasarkan data
spesies Culex, dan 8 spesies Mansonia yang mengenai tingginya angka mikrofilaria (mf
penting dalam menularkan penyakit. Ada 23 rate) di Kelurahan Pabean, maka perlu
spesies nyamuk dari genus Culex, Anopheles, diketahui fauna nyamuk dan spesies nyamuk
Aedes, Mansonia dan Armigeres yang dapat yang potensial menjadi vektor filaraisis serta
berperan sebagai vektor penular penyakit tempat perkembangbiakannya. Tujuan
kaki gajah. Setiap daerah endemis umumnya penelitian ini adalah untuk menginventarisasi
mempunyai satu spesies nyamuk yang jenis nyamuk dan mengetahui kelimpahan
menjadi vektor utama dan spesies nyamuk nisbi, frekuensi, dan angka dominansi.
lainnya tidak menjadi vektor atau bersifat
vektor potensial. Sepuluh spesies Anopheles
telah diidentifikasi sebagai vektor W. bancrofti

2
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 1 - 8

BAHAN DAN METODE dari berbagai spesies yang tertangkap,


Pe n e l i t i a n i n i m e r u p a k a n s t u d i dinyatakan dalam persen.
observasional dengan rancangan cross- Kelimpahan Nisbi =
jumlah spesies nyamuk tertentu
x 100%
jumlah berbagai spesies nyamuk yang ditangkap
sectional menurut waktu. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Pabean Kecamatan Angka frekuensi nyamuk tertangkap
Pekalongan Utara dengan pertimbangan dihitung dengan membandingkan banyaknya
hampir semua kelurahan di kecamatan ini suatu spesies nyamuk yang ditemukan dalam
mempunyai masalah filariasis limfatik dengan satu metode penangkapan dengan banyaknya
8
mf rate > 1%. Penangkapan nyamuk penangkapan yang dilakukan. Angka
dilakukan bulan Agustus sampai Desember dominansi spesies nyamuk dihitung dari hasil
2007 dengan interval waktu 2 minggu sekali. perkalian kelimpahan nisbi dengan frekuensi
Survei entomologi dilakukan dengan nyamuk tertangkap spesies tertentu. Untuk
menggunakan cara landing collection tiap cara penangkapan, dominansi spesies
technique oleh 6 orang kolektor. Penangkapan dihitung sendiri. Angka dominansi nyamuk
nyamuk dewasa dilakukan di suatu stasiun diperoleh dengan menghitung frekuensi jenis
penangkapan yang terdiri dari 3 unit rumah nyamuk tertangkap dikalikan dengan
untuk penangkapan dan sebuah rumah untuk kelimpahan nisbi. Selain itu, dilakukan juga
stasiun identifikasi. Kegiatan penangkapan pencidukan larva dan pupa untuk
nyamuk dewasa dilakukan oleh 6 kolektor menentukan keberadaan spesies nyamuk
nyamuk yang telah dilatih. Di setiap rumah dalam berbagai reservoir air di permukiman.
ditempatkan satu orang penangkap dalam Umur nyamuk dihitung dengan menggunakan
rumah dan satu orang penangkap di luar rumus Davidson.
10

rumah. Saat menangkap nyamuk dalam atau


luar rumah, penangkap juga berfungsi sebagai 1
umpan; mereka duduk dengan celana Umur Nyamuk =
log l P
digulung dan tidak merokok menunggu
nyamuk hinggap. Apabila ada yang hinggap dimana l adalah logaritma natural dari
nyamuk ditangkap dengan aspirator dan konstanta 2,7183 dan P adalah angka peluang
dimasukkan ke dalam paper cup. Tiga orang hidup nyamuk (probabilitas) vektor bertahan
penangkap menjadi pengumpan dalam rumah selama 1 hari. P dihitung dari rumus berikut:
rumah selama 40 menit, 10 menit menangkap
nyamuk yang sedang istirahat di dinding, dan gc
P = √PR
10 menit untuk mengganti paper cup tempat
nyamuk, sekaligus waktu untuk beristirahat. dimana gc adalah gonotrophic siklus: waktu
Tiga orang lainnya melakukan penangkapan (hari) yang dibutuhkan oleh nyamuk betina
umpan orang di luar rumah atau outdoor untuk menyelesaikan proses pematangan
selama 40 menit, 10 menit menangkap nymuk telur dalam ovarium dari makan darah sampai
sekitar kandang, dan 10 menit untuk telur pertama kali diletakkan . Dalam studi ini,
mengganti paper cup dan sekaligus waktu gc adalah 3 hari, berdasarkan studi tentang
untuk beristirahat. Kegiatan tersebut pentingnya An. leucosphyrus kelompok
dilakukan setiap jam dari pukul 18.00 sampai nyamuk sebagai vektor malaria dan filariasis
pukul 06.00. di Indonesia. PR adalah proporsi nyamuk
11
S e m u a nya m u k ya n g te r t a n g k a p parous yang didapat dari rumus :
diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi
Culex jentik dan dewasa di Jawa dari Ditjen PR =
jumlah nyamuk per spesies parous
PPM & PLP Departemen Kesehatan RI. Data
9
jumlah nyamuk per spesies dibedah
dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya Nyamuk parous (P) dan nulli parous (NP)
dihitung angka kelimpahan nisbi, frekuensi didapatkan dengan melakukan pembedahan
tertangkap, dan angka dominansi masing- nyamuk setiap spesiesnya berdasarkan
masing spesies. Kelimpahan nisbi adalah kondisi ovariumnya (sudah pernah bertelur
perbandingan antara banyaknya nyamuk atau belum)
suatu spesies dengan jumlah semua nyamuk

3
Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk ..................... (Tri Ramadhani, et al)

HASIL frekuensi, dan dominasi 13 spesies nyamuk


Nyamuk yang ditemukan selama tertangkap dengan umpan orang selama studi
penelitian teercantum dalam Tabel 1. Tabel ini dilakukan.
menampilkan angka-angka kelimpahan nisbi ,

Tabel 1. Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi nyamuk Culex, Anopheles, Aedes,
dan Malaya spp tertangkap di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara,
Kota Pekalongan.

a
Cx.quinquefasciatus, bCx bitaeniorhynchus, cCx.tritaeniorhynchus, dCx .vishnui, eAn.subpictus, KN : Kelimpahan Nisbi
f
An.vagus, gAn.indifinitus, hAn.barbirostris, iAn.vecan, jAe.aegypt, k Ae.albopictus, l Ae.anadeli. Frek : frekuensi
Dom : dominansi

Selanjutnya, angka pernah bertelur (parity rate, PR) setiap spesies dari 13 spesies yang
tertangkap dengan umpan orang dihitung dari angka pernah bertelur (parous, P) dan belum
pernah bertelur (nulli parous, NP).
Tabel 2. Angka pernah bertelur, nyamuk Culex , Anopheles, Aedes, dan Malaya spp
yang tertangkap dengan umpan orang di Kelurahan Pabean
Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.

Keterangan :
P : Porous NP : Nully Porous PR : Parity rate

4
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 1 - 8

Tabel 3 menampilkan data mengenai diketahui berdasarkan angka nyamuk pernah


prakiraan umur nyamuk 13 spesies yang yang bertelur (PR) dan angka peluang hidup
tertangkap. Prakiraan umur nyamuk dapat nyamuk per hari.

Tabel 3. Prakiraan umur nyamuk Culex per spesies yang tertangkap


dengan umpan orang di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.

PEMBAHASAN juga beberapa genangan air, baik genangan air


Fauna nyamuk yang ditemukan di daerah hujan maupun tempat penampungan air
endemias filariasis Kelurahan Pabean rumah tangga yang tidak tertutup yang
13
sebanyak 13 spesies, keragaman fauna merupakan faktor risiko kejadian filariasis.
nyamuk sangat tergantung dari kondisi Angka dominasi dapat menggambarkan
geografis setempat. Kelurahan Pabean kepadatan populasi yang sebenarnya di suatu
termasuk daerah perkotaan sehingga spesies daerah dibandingkan parameter kepadatan
nyamuk yang dominan diperoleh dari genus yang lain. Nyamuk Cx.quinquefasciatus
Culex, hal ini akan berbeda dengan daerah mempunyai angka dominansi tertinggi
endemis filariasis di daerah adonara yang dibandingkan dengan spesies lainnya, yang
termasuk pedesaan spesies tersangka vektor menunjukkan nyamuk tersebut lebih
dari genus Anopheles. 12 Tabel 1 menunjukkan memiliki kesesuaian sebagai vektor potensial
bahwa spesies nyamuk yang dominan dari 13 penular filariasis di Kelurahan Pabean. Hal ini
spesies yang ditemukan di Kelurahan Pabean didukung juga oleh perilaku nyamuk ini yang
Ke c a m a t a n Pe k a l o n g a n U t a ra , Ko t a lebih senang menghisap darah dan istirahat di
Pekalongan, adalah Cx. Quinquefasciatus. dalam rumah, selain itu juga bersifat
Nyamuk ini ditemukan pada semua lokasi antropofilik. Hasil ini sesuai dengan penelitian
penangkapan. Upiek Ngesti et al bahwa Cx. quinquefasciatus
Perilaku menggigit nyamuk spesies menyukai istirahat di dalam rumah yang gelap
Cx.quinquefasciatus ini lebih dominan di (kurang cahaya) pakaian menggantung,
dalam rumah dibandingkan dengan di luar p l a f o n d a n p e ra b o t a n r u m a h . 1 4 C x .
rumah. Demikian juga dengan kesenangan quinquefasciatus memiliki kebiasaan yang
istirahat, nyamuk ini lebih suka beristirahat di berbeda dengan Aedes Aegepty. Jika Ae.
dinding rumah daripada di kandang ternak. aegepty suka hidup pada air bersih maka Cx.
Kelimpahan Nisbi (KN) dan frekuensi quinquefasciatus lebih menyukai air yang
ditemukannya nyamuk Cx. quinquefasciatus kotor seperti air yang tergenangan, air limbah
juga tertinggi apabila dibandingkan dengan kamar mandi, got ( selokan ) dan sungai yang
KN dan frekuensi genus dan spesies lainnya. penuh sampah.
Kondisi ini sama dengan distribusi nyamuk Lebih lanjut, Tabel 2 menunjukkan bahwa
yang ada didaerah Mojokerto, nyamuk Cx. quinquefasciatus yang menggigit
Cx.quinquefasciatus merupakan spesies yang orang di dalam rumah lebih banyak yang
dominan dikarenakan kondisi rumah yang parous (pernah bertelur) dibandingkan
berdekatan dengan pekarangan yang terdapat dengan proporsi parous di luar rumah.
pepohonan dan rerumputan. Di sekitar lokasi Dengan demikian, angka pernah bertelur
juga terdapat selokan air menggenang dan (parity rate, PR) Cx. quinquefasciatus juga
kotor yang merupakan tempat potensial paling tinggi di antara spesies-spesies lainnya.
u n t u k b e r ke m b a n g b i a k nya m u k C x . Dari PR ini dapat diperkirakan umur nyamuk
quinquefasciatus (tabel 4) . Selain itu, terdapat dan angka peluang hidup per hari seperti

5
Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk ..................... (Tri Ramadhani, et al)

ditunjukkan Tabel 3. Angka PR menunjukkan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


jumlah nyamuk yang pernah bertelur dari Cx. quinquefasciatus berpotensi menjadi
semua nyamuk yang diperiksa, sedangkan vektor filariasis limfatik di Kelurahan Pabean,
peluang hidup nyamuk per hari karena sebagian besar nyamuk yang
menggambarkan besarnya peluang nyamuk menggigit merupakan nyamuk tua (sudah
untuk hidup dimasa mendatang. Tabel 3 pernah bertelur). Ini memungkinkan cacing
menunjukkan bahwa Cx. Quinquefasciatus filaria melanjutkan siklus hidupnya di dalam
yang mempunyai persentase peluang hidup tubuh nyamuk. Nyamuk dapat berperan
terbesar dan umur hidup terlama di sebagai vektor penyakit harus memenuhi
bandingkan dengan spesies lainnya. beberapa persyaratan tertentu antara lain
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa umur nyamuk, kepadatan, ada kontak dengan
aktivitas menggigit Cx. quinquefasciatus di manusia, tahan terhadap parasit, dan ada
11
dalam rumah dan di luar rumah relatif tidak sumber penularan. Kepadatan jentik Cx.
berbeda. Nyamuk culex pola aktivitas quinquefasciatus yang relatif tinggi memenuhi
menggigit di dalam rumah dimulai sejak sore syarat unsur kepadatan untuk potensi
dan terus ditemukan sepanjang malam hingga sebagai vektor filariasis, karena semakin
pagi hari, sementara pada siang hari padat populasi nyamuk semakin besar pula
digunakan untuk istirahat di sekitar tempat kemungkinkan untuk kontak dengan manusia
perkembangbiakan menunggu pematangan sehingga peluang untuk menularankan
telurnya. Puncak kepadatan nyamuk Cx. parasit relatif besar. Kondisi lingkungan di
quinquefasciatus terjadi sekitar pukul 20.00 – Kelurahan Pabean dengan keberadaan
21.00, pukul 22.00 – 23.00 dan lewat tengah genangan air yang terus ada sepanjang tahun,
malam (sekitar pukul 02.00 – 03.00) Demikian sangat mendukung nyamuk Cx.
juga dengan aktivitas di luar rumah, quinquefasciatus untuk melangsungkan siklus
keberadaan Cx. quinquefasciatus terus ada hidupnya sepanjang masa. Hasil penelitian ike
7
sepanjang malam. Hal ini dimungkinkan menunjukkan keberadaan breeding place
karena aktivitas orang di luar rumah merupakan salah satu faktor lingkungan yang
18
dilakukan sepanjang malam hingga pagi hari. berisiko dalam penularan filariasis.
Aktivitas keluar rumah yang banyak dilakukan Survei nyamuk dewasa dalam penelitian
pada malam hari membuka peluang yang ini, yaitu untuk menentukan jenis nyamuk dan
lebih besar untuk kontak dengan nyamuk keberadaan jentik atau larva di tempat
vektor sehingga berisiko tertular filariasis. perkembangbiakannya serta data terkait
Selain itu, tempat perkembangbiakan jentik lainnya, dapat mendukung Program eliminasi
Cx. quinquefasciatus terletak di sekitar filariasis yang telah ditetapkan pemerintah
permukiman penduduk. Kondisi ini terjadi untuk mencapai Indonesia Bebas Filariasis
akibat interaksi manusia dengan lingkungan tahun 2020. Program ini memerlukan kajian
fisik (iklim, keadaan geografis, struktur tentang nyamuk vektor filariasis dengan
geologi), lingkungan biologi dan kondisi m e m p e l a j a r i b i o n o m i k b e rd a s a r k a n
lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.15 pertimbangan entomologi dan epidemiologi.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa Upaya ini dapat membantu pencegahan dan
proporsi filariasis pada orang-orang yang penularan filariasis di daerah endemik. kajian
rumahnya memiliki atau dekat dengan habitat tentang nyamuk vektor filariasis dengan
16
nyamuk dapat mencapai 8 kali. Hubungan m e m p e l a j a r i b i o n o m i k b e rd a s a r k a n
ini terjadi karena genangan air dapat menjadi pertimbangan entomologi dan epidemiologi.
breeding places (tempat perindukan) Cx. Upaya ini dapat membantu pencegahan dan
quinquefasciatus untuk melangsungkan siklus penularan filariasis di daerah endemik.
hidupnya, meskipun volume airnya sedikit. Kelurahan Pabean merupakan salah satu dari
Selain itu, jarak terbang nyamuk ini pada 5 Kelurahan yang ada di Kota Pekalongan yang
17
umumnya berkisar 1 sampai 2 km. Sehingga memiliki permasalahan filariasis. Di
dengan keberadaan tempat kelurahan ini masih ditemukan penderita
perkembangbiakan tersebut mendekatkan positif mikrofilaria dalam darahnya > 1%,
manusia dengan nyamuk vektor filariasis. hasil penelitian Bondan (2013) menunjukkan

6
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 1 - 8

dari 519 sampel darah ditemukan 7 pengendalian vektor yang lebih tepat dengan
responden dengan mikrofilaria (mf rate melihat perilaku masyarakat setempat.
19
1,35%). Keberadaan vektor dan penderita Selain faktor tersebut di atas, sifat
dengan mikrofilaria positif menunjukkan perioditas mikrofilaria dan perilaku
masih berlangsungnya penularan penyakit menghisap darah nyamuk vektor juga
kaki gajah di wilayah tersebut. berpengaruh terhadap risiko penularan.
Untuk dapat menjadi vektor filariasis, Pengetahuan bionomik, kepadatan, dan umur
umur nyamuk harus cukup lama sehingga nyamuk vektor sangat penting untuk
parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya mengetahui musim penularan dan dapat
di dalam tubuh nyamuk. Semakin panjang digunakan sebagai parameter menilai
umur nyamuk semakin besar kemungkinan keberhasilan dari upaya pengendalian vektor
untuk menjadi penular atau vektor. Misalnya, yang telah dilaksanakan.
waktu untuk perkembangan filaria W.
bancrofti stadium L1 menjadi L3 berkisar KESIMPULAN
antara 10 sampai 14 hari. Pada nyamuk An.
Fauna nyamuk yang ditemukan di
vagus, prakiraan lamanya pertumbuhan W.
Kelurahan Pabean terdiri dari 13 spesies
bancrofti adalah 12 hari. 11 Selain itu nyamuk
nyamuk yaitu 4 spesies dari genus Culex (Cx.
harus mempunyai umur relatif lebih panjang
quinquefasciatus, Cx. bitaeniorhynchus, Cx.
dari masa inkubasi ekstrinsik.20 Masa inkubasi
tritaeniorhynchus, Cx.vishnui), 5 spesies dari
ekstrinsik filariasis W. bancrofti adalah 6 – 12
genus Anopheles (An.subpict us, An. vagus, An.
hari sedangkan filariasis B.malayi paling
indifinitus, An. barbirostris, An.vecan), 3
cepat 6 – 6,5 hari, dan filariasis B. timori 7 –
20 spesies dari genus Aedes (Ae.aegypt,
10 hari. Maka, berdasarkan prakiraan umur Ae.albopictus, Ae.anandeli), dan satu spesies
nyamuk ini, yang memenuhi syarat sebagai Malaya spp. Nyamuk Cx.quinquefasciatus
vektor filariasis W. bancrofti adalah mempunyai angka dominansi dan kelimpahan
Cx.quinquefasciatus. Namun demikian untuk nisbi yang paling tinggi dibandingkan spesies
Cx. tritaeniorhynchus, Cx. bitaeniorhynchus lainnya, sehingga dapat diduga sebagai vektor
dan Cx. vishnui, karena belum pernah potensial filariasis.
dibuktikan dan dikonfirmasi sebagai vektor
filariasis di tempat lain, maka kemungkinan
untuk menjadi vektor filariasis di daerah ini SARAN
masih sangat kecil. Ini didukung angka Perlu studi lanjut untuk mengkonfirmasi
kelimpahan nisbi dan dominansi ketiga genus apakah Cx. tritaeniorhynchus, Cx.
ini yang masih sangat rendah. bitaeniorhynchus dan Cx. vishnui, Cx.
Proses penularan filariasis limfatik di tritaeniorhynchus, Cx. bitaeniorhynchus dan
Kelurahan Pabean sangat memungkinkan Cx. vishnui juga merupakan vektor potensial
terus berlangsung, selain ditemukan nyamuk penularan filariasis. Pengendalian vektor
potensial vektor filariasis dan tempat potensial filariasis dapat dilakukan dengan
p e r ke m b a n g b i a k a n nya , j u g a k a re n a cara membunuh larva (larviciding) di tempat-
kebiasaan penduduk yang sering beraktivitas tempat yang positif ditemukan jentik nyamuk,
di luar rumah pada malam hari tanpa proteksi diri dari gigitan nyamuk (tidur
perlindungan diri dari gigitan nyamuk. memakai kelambu berinsektisida,
Kondisi geografis yang relatif panas menjadi menggunakan lotion pengusir nyamuk).
alasan sendiri bagi masyarakat, terutama
penduduk laki-lakinya, untuk keluar rumah UCAPAN TERIMA KASIH
tanpa menggunakan baju lengan panjang Penulis ucapkan terima kasih yang tulus
bahkan, tidak jarang ada yang tidur di luar ke p a d a Ke p a l a B a l a i L i t b a n g P 2 B 2
rumah tanpa penutup. Perilaku tersebut Banjrnegara atas kepercayaan dan dukungan
didukung hasil penelitian Puji et al kebiasaan dananya, Kepala Dinas Kesehatan Kota
keluar rumah pada malam hari memiliki Pekalongan khususnya Seksi P2P beserta
peluang 5,4 kali lebih besar untuk tertular seluruh staf, Kepala Kelurahan Pabean, kader
21
filariasis. Kondisi ini dibutuhkan upaya dan masyarakat yang telah membantu

7
Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk ..................... (Tri Ramadhani, et al)

pelaksanaan penelitian sehingga dapat 12. Barodji, Bagus Febrianto, Kusno Barudin,Tri
berjalan lancar. Suwarjono, Sapto Prihasto, Situasi dan
Penyebaran Filariasis serta Nyamuk
Penularanya di Pulau Adonara, Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Flores Timur NTT, Jurnal Medika Kedokteran
1. Dep.Kes.RI. 2004, Pedoman Promosi Indonesia Edisi No 12 Vol XXXVI Tahun 2010
Kesehatan Dalam Eliminasi Penyakit Kaki 13. Madaniatul Islamiyah, Amin Setyo Leksono,
Gajah (Eliminasi), Dirjen PPM&PL, Jakarta Zulfaidah Penata Gama, Distribusi dan
2. Dep.Kes.RI, 2005 Epidemiologi Filariasis, Komposisi Nyamuk di Wilayah Mojokerto,
Ditjend. PP&PL Jakarta Jurnal Biotropika Edisi 1 No. 2, 2013
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 14. Upiek Ngesti WA, Suwarno H dan Ika Yunita S,
Epidemiologi Filariasis. Jakarta. Dalam : Periodisitas Nyamuk Culex quinquefasciatus
Setiawan B, 2008. Faktor Risiko Yang Say 1823 Dalam Hubungannya dengan
Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis Potensi Transmisi Filariasis di Kelurahan
Malayi di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Ngampilan dan Notoprajan Kecamatan
Mulia Kabupaten Kotawaringin Timur ngampilan Yogyakarta, Seminar Nasional
Propinsi Kalimantan Tengah. Halaman 2-4 Biologi UGM Yogyakarta 2010.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan 15. S. Zaenul, Santi Martini , Ririh Yudhastuti , A.
Teknologi II 2008 Universitas Lampung 17-18 Hasan Huda, 2004. Studi Populasi Nyamuk
November 2008, ISBN 978-979-1165-74-7 Dewasa di Daerah Endemis Filariasis di Desa
4. Kementerian Kesehatan RI, 2012 Pedoman Empat Kecamatan Eimpang Jurnal Kesehatan
Program Eliminasi Filariasis di Indonesia, Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 : 85 - 96
Ditjen PP&PL Jakarta 16. Anshari, R. Analisis Faktor Risiko Kejadian
5. Kementerian Kesehatan RI, 2010 Rencana Filariasis di Dusun Tanjung Bayur Desa Sungai
Nasional Program Akselerasi Eliminasi Raya Kabupaten Pontianak, Program Magister
Filariasis di Indonesia 2010-2014, Subdit Kesehatan Lingkungan Universitas
Filariasis dan Schistosomiasis Direktorat Diponegoro Semarang,Tesis 2004.
P2B2, Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan 17. Sucipto CD , Vektor Penyakit Tropis.
RI Jakarta Yogyakarta : Gosyen Publishing: 2011
6. Tri Wijayanti, Dyah Widiastuti, Bondan Fajar 18. Ike Ani Windiastuti, Suhartono, Nurjazuli,
W, Novia Tri Astuti, 2007 Studi Epidemiologi Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah, Sosial
Filariasis di Kota Pekalongan Laporan Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat dengan
penelitian yang tidak dipublikasikan. Kejadian Filariasis di Kecamatan Pekalongan
7. Kelurahan Pabean, 2006 Monografi Kelurahan Selatan Kota Pekalongan, Jurnal Kesehatan
Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1 / April
8. Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. 2006 Profil 2013
Dinas Kesehatan. Pekalongan: Dinkes Kota 19. Bondan FW, Nova Pramestuti, Anggun
Pekalongan Paramita, Ulfah FT, Evaluasi Filariasis Pasca
9. Departemen Kesehatan RI,1989 Kunci Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kota
Identifikasi Culex Jentik dan Dewasa di Jawa, Pekalongan, 2013, Laporan akhir penelitian
Ditjen PPM dan PLP Jakarta Risbinkes Badan Litbangkes Kemenkes RI
10. Ermi Ndoen, Clyde Wild, Pat Dale, Neil (tidak dipubilkasikan)
Sipe,Mike Dale, 2012 Mosquito Longevity, 20. WHO, Global Programme to Eliminate
Vector Capacity, and Malaria Incidence in West Lymphatic Filariasis, A Handbook For
Timor and Central Java, Indonesia ISRN Public National Elimination Programmer, 2013,
Health Volume 2012 (2012), Article ID Printed in Italy
143863, 5 pages 21. Puji Juriastuti, Maya Kartika, I Made Djaja,
http://dx.doi.org/10.5402/2012/143863 Dewi Susanna,2010 Faktor Risiko Kejadian
11. Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Filariasis di Kelurahan Jati Sampurna, Jurnal
Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Ditjen Makara Kesehatan Vol 14 No 1 Juni 2010: 31 –
P2MPL Jakarta 36

Vous aimerez peut-être aussi