Vous êtes sur la page 1sur 103

NILAI MORAL DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA

KARYA AHMAD FUADI DAN


RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN
PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XI
SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Gilar Ika Kurniasari
NIM 092110017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PIRWOREJO 2014

i
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Gilar Ika Kurniasari;


NIM : 092110017;
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan
plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia
bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah
Purworejo.

Purworejo, 14 Maret 2014


Yang membuat pernyataan,

Gilar Ika Kurniasari

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain (Q.S. Al Insyiroh: 6-7).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan

dorongan moral dan material serta limpahan

kasih sayangnya.

2. Kedua adikku yang selalu memberikan semangat

dan doa.

3. Karsanto Setio Adi yang selalu setia menemani

disetiap langkahku.

v
PRAKATA

Alhamdulilah, pujisyukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt.

karena rahmat, hidayah, dan 1inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi

dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”. Skripsi

ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari di dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami

kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai

pihak. Akhirnya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

kesempatan menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin

untuk meyusun skripsi ini;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini;

4. Drs. H. Khabib Sholeh, M. Pd., selaku dosen pembimbing I dan Umi Faizah,

M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing,

mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran, dan tidak mengenal lelah,

vi
serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini;

5. Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini;

6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi dan semangat

sehingga skrispsi ini dapat terselesaikan.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang

berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Purworejo, 14 Maret 4014

Peneliti,

Gilar Ika Kurniasari

vii
ABSTRAK

Kurniasari, Gilar Ika. Nilai Moral Dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad
Fuadi dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA.
Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah
Purworejo. 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan unsur intrinsik novel
Rantau 1 Muara (2) mendeskripsikan nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara
karya Ahmad Fuadi (3) mendeskripsikan relevansi nilai moral novel Rantau 1
Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian
ini adalah nilai moral novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi dan
pembelajarannya di kelas XI SMA. Data yang digunakan adalah narasi dan
percakapan yang berwujud kutipan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah studi pustaka dan observasi. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri
sebagai peneliti, kartu data, dan alat tulis. Analisis data dilakukan dengan metode
analisis isi. Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik penyajian informal.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) tema novel ini adalah
perjuangan untuk menggapai impian dan cita-cita. Tokoh utamanya adalah Alif
Fikri dan tokoh tambahannya adalah Randai, Pasus, Dinara, dan Garuda. Latar
dalam novel ini terdiri dari latar tempat di antaranya di Bandung, Washington DC,
New York. Latar waktu yang digunakan adalah pagi hari, siang hari, dan malam
hari yang merupakan rutinitas Alif sehari-hari. Latar sosial melukiskan pandangan
hidup Alif tentang perjuangan dan pencarian tujuan hidup. Sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur intrinsik yang
terdapat dalam novel Rantau 1 Muara tersebut saling berhubungan dan terpadu
membangun sebuah cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik ini
menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur yang terjalin sangat erat dan
bernilai estetik, (2) nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya
Ahmad Fuadi meliputi empat wujud nilai moral. Nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun
kepada Allah. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia meliputi sikap
tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, memuji (menyanjung
orang lain), dan menasihati. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri
meliputi niat baik, ramah, sabar, kasih sayang, dan pantang menyerah. Nilai moral
hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji
keindahan alam. Nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara disajikan melalui
susunan cerita sehingga tidak bersifat menggurui dan bernilai estetik, (3)
kesesuaian nilai moral novel Rantau 1 Muara sebagai bahan pembelajaran di
kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.
Ketiga aspek tersebut mendukung novel Rantau 1 Muara disesuaikan sebagai
bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Kata Kunci : Unsur Intrinsik, Nilai Moral, dan Relevansinya Sebagai Bahan
Pembelajaran Sastra

viii
DAFTAR ISI

halaman
JUDUL...................................................................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................................ii
PENGESAHAN................................................................................................................................iii
PERNYATAAN.................................................................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................................................v
PRAKATA..........................................................................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Penegasan Istilah.....................................................................................................5
C. Rumusan Masalah...................................................................................................6
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
E. Kegunaan Penelitian...............................................................................................7
F. Sistematika Skripsi..................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS.......................................10


A. Tinjauan Pustaka...................................................................................................10
B. Kajian Teoretis.......................................................................................................12
1. Struktur Karya Sastra....................................................................................12
a. Tema...........................................................................................................12
b. Tokoh..........................................................................................................13
c. Alur.............................................................................................................14
d. Latar............................................................................................................15
e. Sudut Pandang.........................................................................................16
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra................................................................17
3. Jenis Moral dalam Karya Sastra................................................................19
4. Kesesuaian Nilai Moral sebagai Bahan Pembelajaran Sastra .. 21
a. Pengertian Pembelajaran Sastra.........................................................21
b. Tujuan Pembelajaran Sastra................................................................22
c. Fungsi Pembelajaran Sastra.................................................................23
d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra.............................................24
e. Sumber Belajar........................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................29


A. Objek Penelitian....................................................................................................29
B. Jenis Penelitian......................................................................................................29
C. Fokus Penelitian....................................................................................................29

ix
D. Data dan Sumber Data30
E.Teknik Pengumpulan Data 30
F. Instrumen Penelitian 31
G. Teknik Analisis Data 32
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis 33

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN.........................35


A. Penyajian Data 35
B. Pembahasan Data 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................82


A. Simpulan 82
B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................86
LAMPIRAN......................................................................................................................................88

x
DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara...................................................................35
Table 2. Pengelompokan Wujud Nilai Moral..........................................................................36
Table 3. Data Aspek-aspek Bahan Pembelajaran...................................................................38

xi
DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1. Silabus........................................................................................................................89
Lampiran 2. Sinopsis Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi.............................................90
Lampiran 3. Biografi Pengarang.................................................................................................91
Lampiran 4. Kartu Bimbingan.....................................................................................................92

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah karya imajinatif ( rekaan ) bermedium bahasa

yang fungsi estetiknya dominan selanjutnya, (Pradopo dalam Wellek

Warren, 2002: 81). Setiap karya sastra selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan

kerap menyajikan banyak hal yang apa bila dihayati benar-benar akan

semakin menambah pengetahuan orang yang menghayati

(Rahmanto,1988: 17). Karya sastra merupakan struktur yang tersusun dari

lapis-lapis norma yang saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra juga

merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Karya sastra pada

hakikatnya penjelmaan angan serta pengalaman pengarang dengan

kekuatan imajinasinya. Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan

hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan juga karya

sastra itu dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia

pada umumnya yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan,

moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi karena karya sastra bersifat

multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi kehidupan, contohnya

jenis karya sastra novel.

1
2

Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia

(dalam jangka yang lebih panjang). Dalam novel terjadi konflik-konflik

yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup para

pelakunya (Nurhayati, 2012: 7). Novel biasanya mengandung nilai-nilai

positif yang dapat dimanfaatkan pembaca setelah membaca. Namun, tidak

jarang novel yang beredar mengandung unsur-unsur negatif, seperti unsur

seksualitas dan kekerasan.

Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian

pembaca dengan nilai-nilai yang terkandung dalam novelnya adalah

Ahmad Fuadi. Ahmad Fuadi mampu membuat tiga novel yang tergabung

dalam trilogi Negeri 5 Menara yaitu Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna,

dan Rantau 1 Muara.

Novel Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus

berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan

tempat bermuara. Muara segala muara. Novel ini bertemakan tentang

semangat hidup menggapai cita-cita, yaitu Alif, lahir di pinggir Danau

Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar rimba Bukit Barisan.

Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Dia telah mengelilingi separuh dunia.

Tulisannya tersebar di banyak media dan diwisuda dengan nilai terbaik.

Dia yakin perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba merekrutnya.

Namun, Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi

mencekik Indonesia dan Negara bergolak di Negara reformasi. Satu per

satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya


3

goyah. Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di

sebuah majalah terkenal. Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih

beasiswa ke Washington DC, mendapat pekerjaan yang baik. Bagi Alif,

hidup pada hakikatnya adalah perantauan.

Pada novel Rantau 1 Muara, pengarang mampu membawa

pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan dalam novel tersebut.

Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan tokoh utama ( Alif ) yang

berjuang menggapai mimpinya. Novel Rantau 1 Muara ini secara tidak

langsung mengandung nilai-nilai kemasyarakatan yang dapat

dimanfaatkan bagi pembacanya. Nilai-nilai yang dapat kita ambil

manfaatnya yakni nilai-nilai moral yang terkandung pada novel tersebut.

Moral merupakan ajaran baik dan buruknya yang berkaitan dengan

sikap, perbuatan, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Pemilihan moral

terdiri dari moral yang baik dan moral yang tidak baik (Koentjaraningrat,

1995: 18). Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini merupakan

salah satu novel yang mengandung nilai moral dan sangat bagus untuk

penanaman nilai-nilai moral bagi pelajar.

Pendidikan moral mempunyai peranan penting di sekolah, yaitu

untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
4

dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuriah,

2007: 9).

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mendidik

siswa. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Sekolah merupakan

sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.

Sekolah dijadikan sebagai sarana pendidikan formal untuk memberikan

pembinaan nilai moral dan kemanusiaan di lingkungan pelajar. Salah

satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di SMA.

Pembelajaran sastra terhadap dunia pendidikan mempunyai hubungan

yang erat. Pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran bahasa di

samping tata bahasa dan kemampuan bahasa. Pembelajaran sastra adalah

pembinaan apresiasi sastra yang berusaha mendekatkan anak kepada

sastra, berusaha menambahkan rasa peka dan cinta anak kepada sastra

sebagai cipta seni.

Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia dan sejarah, tidaklah

menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan erat

dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Sastra

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi

empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan

pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan nenunjang

pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-17).


5

Novel merupakan salah satu media yang digunakan dalam

penanaman nilai-nilai moral melalui mata pelajaran bahasa Indonesia

khususnya pembelajaran sastra di lingkungan sekolah. Nilai-nilai yang

terkandung dalam sebuah novel tidak terlepas dari nilai-nilai realitas yang

terjadi di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, melalui pembelajaran

sastra ini diharapkan dapat membantu para pendidik di dalam pendidikan

menanamkan kembali nilai-nilai moral yang ada pada novel Rantau 1

Muara kepada siswa terutama siswa SMA. Maka, nilai-nilai moral yang

terkandung dalam sebuah novel Rantau 1 Muara dapat dijadikan media

alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA. Dalam silabus SMA,

pengajaran novel diajarkan pada kelas XI semester 1. Berdasarkan uraian

di atas, penulis memilih judul “Nilai Moral Dalam Novel Rantau 1 Muara

Karya Ahmad Fuadi dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra

Di Kelas XI SMA”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini,

penulis merasa perlu menjelaskan kembali istilah-istilah yang terdapat

dalam judul penelititan sebagai berikut ini.

1. Nilai moral merupakan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat

istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi

perilaku, tata krama yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila

(Ginanjar, 2012: 59).


6

2. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(Depdiknas, 2003: 7).

3. Bahan pembelajaran sastra adalah materi yang dipilih untuk diajarkan

kepada siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra

diharapkan mampu meraih dalam tujuan pendidikan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, makna dari judul

“Nilai Moral Dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi dan

Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di Kelas XI SMA”

adalah pembelajaran sastra yang bertujuan untuk memahami dan

memanfaatkan nilai-nilai moral yang ada pada novel Rantau 1 Muara

dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Pembelajaran nilai moral pada novel Rantau 1 Muara ini juga

merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman tentang moral pada siswa kelas XI SMA.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini dipaparkan di bawah ini.

1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi?

2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara

karya Ahmad Fuadi?


7

3. Bagaimanakah relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra nilai

moral novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi di kelas XI SMA?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut :

a. mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rantau

1 Muara karya Ahmad Fuadi;

b. mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi;

c. mendeskripsikan relevansi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan, memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam

hal pemilihan bahan ajar dan penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan dalam mengkaji nilai moral yang terdapat pada karya

sastra, khususnya novel.

b. Segi Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi

manfaat baik bagi guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama
8

dalam pembelajaran sastra. Bagi guru diharapkan dapat menambah

alternatif-alternatif bahan pembelajaran sastra dalam menanamkan

akan nilai-nilai moral kepada siswa.

Bagi siswa diharapkan mampu menjadi sebuah wawasan

untuk merangsang kepekaan siswa terhadap ajaran moral yang

terdapat dalam karya sastra khususnya novel.

E. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini penulis susun dalam bentuk bab-bab

kemudian setiap bab penulis rinci dalam sub bab.

Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari

halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan, kata

pengantar, daftar isi, moto dan persembahan, dan abstrak.

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan tentang alasan

pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di dalam

tinjauan pustaka, penulis mengemukakan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Sulakso (2010) dan Falma (2012). Dalam kajian teori,

penulis paparkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam

penulisan skripsi ini meliputi (1) unsur intrinsik novel, (2) nilai moral

dalam karya sastra, (3) jenis moral dalam karya sastra, dan (4)
9

kesesuaian nilai karya sastra sebagai bahan pembelajaran sastra di

kelas XI SMA.

Bab III berisi metode penelitian yang meliputi objek

penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan

teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV berisi tentang penyajian dan pembahasan data hasil

penelitian. Penelitian menyajikan data yang telah penulis peroleh,

selanjutnya data tersebut penulis analisis sehingga pada akhirnya

penulis dapatkan jawaban dari permasalahan.

Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bab ini dipaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan

pustaka berisi paparan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan

kajian teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu

hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang

akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral tersebut berbentuk skripsi

antara yang dilakukan oleh Sulakso (2010) dan Falma (2012).

Sulakso (2010) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan Moral

Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang Karya

Wisnu Sri Widodo”. Masalah yang disajikan pada penelitian ini antara lain

pendeskripsian nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia dengan

Tuhan, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan dirinya sendiri,

dan nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia dengan manusia.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sulakso mempunyai kesamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya,

keduanya membahas nilai moral hubungan manusia denganTuhan, hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Perbedaannya, Sulakso hanya menganalisis nilai pendidikan moral yang meliputi

hubungan manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral hubungan manusia

10
11

dengan manusia, dan nilai pendidikan moral hubungan manusia dengan dirinya

sendiri tanpa memberikan gambaran tentang pembelajarannya di SMA, sedangkan

penulis menganalisis nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral

hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia dengan

dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar, dan pembelajarannya

di SMA. Perbedaan yang lain terdapat pada subjek penelitian, penelitian Sulakso

mengambil subjek Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko

Lodang karya Wisnu Sri Widodo dalam bahasa Jawa, sedangkan penulis pada

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi dalam bahasa Indonesia.

Falma (2012) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas

XI SMA”. Masalah yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian

nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang

dilakukan oleh Falma mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis.

Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral dalam novel meliputi nilai

moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan

manusia, nilai moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan nilai moral

hubungan manusia dengan alam sekitar, serta memberikan gambaran

pembelajarannya di SMA. Perbedaannya, Falma dalam permasalahan

mendeskripsikan cara pengarang dalam menyampaikan wujud nilai moral dalam

karya sastra, sedangkan penulis mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik pada novel

yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Perbedaan yang lain
12

terdapat pada subjek penelitian, penelitian Falma bersubjek novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata, sedangkan penulis pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi.

B. Kajian Teoretis

1. Struktur Karya Sastra

Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel merupakan

serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi juga merupakan

struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Berikut ini

disajikan pendapat Abrams yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012:36), bahwa

struktur karya sastra merupakan susunan, penegasan, dan gambaran semua

bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk

kebulatan yang indah.

Struktur karya sastra juga menyarankan pada hubungan antar unsure

(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi

yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Baribin

(1985:85), unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut

pandang.

a. Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67)

adalah makna yang mendasari sebuah cerita.Tema merupakan suatu gagasan

sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karyafiksi.

Dalam pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat) pengarang
13

kepada pembaca. Jadi, tema dalam novel adalah suatu gagasan sentral yang

menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari

karangan tersebut (Baribin, 1985:59). Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa.

Istilah “tokoh” digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita,

sedangkan istilah “penokohan” digunakan untuk melukiskan gambaran yang

jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Aminuddin (1987:79) menyatakan tokoh merupakan pelaku-pelaku yang

mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita. Tokoh sebagai pelaku dalam cerita sangat berkaitan

dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang. Dalam

cerita ada tokoh yang banyak dimunculkan dan ada pula yang jarang

dimunculkan. Tokoh yang paling banyak muncul dalam cerita biasanya

mempunyai peranan penting dalam cerita.

Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita

tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (central character,

maincharacter) dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama

adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga

terasa mendominasi sebagian cerita dan sebaliknya, sedangkan tokoh tambahan

adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita
14

dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek

(Nurgiyantoro, 2012:176).

c. Alur (Plot)

Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-

tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para

pelaku dalam cerita (Aminuddin, 1987: 83). Tahapan-tahapan peristiwa yang

ada didalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.

Dibawah ini disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur menjadi lima

bagian yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 149) sebagai berikut:

1) Tahap penyituasian (situation)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh

cerita.Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi

awal dan lain-lain.

2) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut

terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action)

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya

semakin berkembang.

4) Tahap klimak (climax)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita

mencapai titik puncak.


15

5) Tahap penyelesaian (denouement)

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi. Berdasarkan

kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur sebagai berikut:

a) Alur maju

Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis, artinya

peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritanya umum

dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.

b) Alur sorot balik

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak

runtut ceritanya).

c) Alur campuran

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif dan regresif. Dari

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian

dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam

keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam

cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.

Oleh karena itu, alur merupakan perpaduan unsur-unsuryang membangun

cerita sehingga membentuk kerangka utama cerita yang

dimulai dari pengenalan hingga pemecahan konflik.

d. Latar (Setting)

Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi

(Baribin,1985:63). Latar cerita itu berkaitan dengan di mana, kapan, dan

bagaimana suasana peristiwa itu berlangsung. Latar yang berkaitan dengan di


16

mana disebut latar tempat. Latar cerita yang berhubungan dengan kapan

dikenal latar waktu. Selain itu, latar yang menggambarkan bagaimana suasana

peristiwa dalam cerita berlangsung disebut latar sosial.

Nurgiyantoro (2012:227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur

pokok, yaitu:

1) latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan

sebagainya;

2) latar waktu menyaran pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam, dan jam;

3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berpikir, dan bersikap.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar

merupakan tempat, waktu dan sosial saat peristiwa itu berlangsung. Latar

tempat mengacu pada tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita. Latar waktu

mengacu pada kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi, sedangkan latar sosial

mengacu padahal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam cerita. Berikut ini

disajikan pendapat Abrams mengenai pengertian sudut pandang yang disarikan

oleh Nurgiyantoro (2012:246), bahwa sudut pandang adalah cara yang


17

digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan sebagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama

tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. “Aku” berkemungkinan

pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2)

metode orang kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau

mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu.

Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula

sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sudut

pandang merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam

cerita, dan posisi narator dalam cerita.

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Berdasarkan pengamatan dari penulis, karya sastra berfungsi bukan

hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya,

melainkan juga dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia pada

umumnya. Karya sastra dijadikan sebagai media komunikasi oleh pengarang

dalam menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu itu dapat berupa

pandangan, pendapat, petuah, dan penilaian terhadap sesuatu kejadian,

peristiwa dalam karya sastra. Sesuatu yang disampaikan pengarang kepada

pembaca bersifat positif dan mengajarkan suatu hal yang dikenal dengan istilah

moral.
18

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Karya sastra fiksi

senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur

kemanusiaan. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat

universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh

manusia (Nurgiyantoro, 2012: 321).

Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda dengan

pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang

diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral

dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang

bersifat praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini,

Nurgiyantoro (2012:321) menyatakan bahwa moral pada cerita biasanya

dimaksudkan sebagai suatu saran atau ajaran moral yang bersifat praktis dan

dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita. Moral dalam cerita merupakan

petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang yang berhubungan dengan

tingkah laku dan sopan santun dalam pergaulan.

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Ajaran moral tersebut

pada hakikatnya merupakan saran atau petunjuk agar pembaca memberikan

respon atau mengikut pandangan pengarang. Ajaran moral yang dapat diterima

pembaca biasanya bersifat universal, dalam arti menyimpang dari kebenaran

dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih mendasarkan pada kodrati manusia
19

yang hakiki, bukan pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia

( Nurgiyantoro, 2012: 321).

Untuk menemukan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bukan

lahhal yang mudah karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis

terhadap karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan moral yang terdapat

dalam karya sastra tidak secara langsung digambarkan oleh pengarang. Dengan

menganalisis karya sastra tersebut, pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang

terdapat pada sebuah karya sastra, termasuk nilai moral. Nilai-nilai moral atau

pesan moral yang terkandung dalam karya satra ini dapat memberikan dampak

dan perubahan yang baik kepada pembaca.

3. Jenis Moral dalam Karya Sastra

Karya fiksi yang mengadung nilai-nilai moral atau pesan moral,

tentunya banyak sekali jenis dan wujudnya. Sebuah karya fiksi yang panjang

pasti terdapat lebih dari satu pesan moral. Jenis moral dalam karya sastra

sangat bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya baik itu mengenai persoalan

hidup maupun persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang

dapat diangkat sebagai ajaran moral dalam karya sastra. Persoalan hidup

manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan

diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial

termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia

dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 2012:323).


20

Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat

baik,ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab,

sikap sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang

menyerah, dan berpendirian. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia

lain meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban,

kerjasama, memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat,

persaudaraan, menasehati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan

manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji

keindahan alam. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi

beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah.

Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

Sang Pencipta. Manusia yang beragama selalu mengingat Allah dengan

melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Hal itu dilakukan sebagai

kewajiban manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-

Nya.

Persoalan hidup manusia dalam hubungan dengan manusia lain,

Nurgiyantoro (2012:325) menyatakan bahwa masalah yang berupa

kemasyarakatan, persahabatan, dan kesetiaan, hubungan kekeluargaan; cinta

kasih antara orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, kakak terhadap

adik dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri menurut Nurgiyantoro

(2012:324) dapat berupa eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, dan lain-

lain yang lebih bersifat melibat diri dan kejiwaan seorang individu. Persoalan
21

yang bersifat melibatkan ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu dapat

berupa tanggung jawab, bersikap sabar, dan sadar akan perbuatan salah.

4. Kesesuaian Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi sebagai


Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara pendidik

dan peserta didik di suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar

biasanya dilakukan di sekolah dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran

adalah suatu kesatuan yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2011:57).

Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru,

dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-

buku, papan tulis, kapur, fotografi, side, film, audio, dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio

visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian

informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran sastra di

samping berisi tentang sejarah sastra dan teori sastra, perlu terutama

diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya

pemberian kesempatan untuk berekreasi, mencoba sendiri menciptakan

karya sastra.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra

adalah suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasikan untuk menyusun


22

dan menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya

proses belajar pada diri siswa.

a. Tujuan Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi

sastra peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami,

menikmati,dan menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran

sastra diadakan disekolah mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan

pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Pembelajaran tersebut dapat dilihat dalam GBPP sebagai berikut :

Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran


Kompetensi
Membaca
7.Memahami 7.2 Menganalisis Novel Indonesia dan
berbagai hikayat, unsur-unsur novel terjemahan
novel Indonesia/ intrinsik dan  unsur-unsur
novel terjemahan ekstrinsik novel intrinsik (alur, tema,
Indonesia/ penokohan, sudut
Terjemahan pandang, latar, dan
amanat)
 unsur ekstrinsik
dalam novel
terjemahan (nilai
budaya, sosial,
moral, dll)
23

b. Fungsi Pembelajaran Sastra

Menurut Rahmanto (1988: 16) pembelajaran sastra dapat

membantu pendidikan yang cakupannya meliputi empat manfaat, sebagai

berikut ini.

1) Membantu keterampilan berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada pembelajaran sastra,

siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu

karya yang dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat

melatih keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.

Siswa juga dapatmeningkatkan keterampilan membaca dengan

membacakan puisi atau prosa. Siswa dapat meningkatkan kemampuan

menulis dengan sebuah karya sastra seperti cerpen atau puisi.

2) Meningkatkan pengetahuan budaya

Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan

banyak hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan

orang yang menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para

siswa untuk mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat.

Hal tersebut akan menambah pengetahuan siswa akan kebudayaan yang

ada di sekitarnya. Kemudian siswa akan lebih menghargai kebudayaan-

kebudayaan yang ada dibangsanya sendiri.


24

3) Menciptakan cipta dan rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan

yang bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran

sastra akan membantu siswa berlatih memecahkan masalah dan berpikir

logis. Selain itu, pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai

problem atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional

yang memungkinkan siswa tergerak untuk mengembangkan perasaannya

sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Sastra juga dapat digunakan untuk

menumbuhkan kesadaran pemahaman kesadaran orang lain yaitu dengan

menumbuhkan rasa simpati pelajar terhadap masalah yang dihadapi

seseorang.

4) Menunjang pembentukan watak

Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar

siswa mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti

kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan.

Pembelajaran sastradapat memberikan bantuan dalam mengembangkan

berbagai kualitas kepribadian siswa.

c. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa haruslah

sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan

pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang tepat

sesuai dengan perkembangan siswanya. Menurut Rahmanto (1988: 27)

untuk menentukan bahan pembelajaran sastra, harus diperhatikan dari


25

sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan

siswa.

1) Bahasa

Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan

pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkatan sekolah siswa.

Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa,

pengertian isi wacana, ungkapan, danreferensi yang ada. Kejelian dalam

menentukan criteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak

pada pemahaman siswa terhadap karya sastrayang sedang diajarkan.

2) Psikologi

Perkembangan psikologi masing-masing anak tentu berbeda.

Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan

psiokologi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan

keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis

ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan

mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman

situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, karya

sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu

mewakili tingkat psikologis anak, sehingga anak didik akan lebih mudah

memahami isi karya sastra tersebut. Rahmanto (1992:30) membagi

tahapan psikologis anak menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut.


26

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahapan ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata,

tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan

mengarah kerealitas. Meski pandangan tentang dunia ini masih sangat

sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita

kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia

fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

Mereka harus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-

fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan seanjutnya)

Pada tahap ini anak-anak tidak lagi hanya berminat pada hal-hal

praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak

dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena,

mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena

itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan

keputusan moral.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya karya sastra meliputi hampir semua factor

kehidupan manusia dan lingkungannya seperti geografi, sejarah, topografi,


27

iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, seni,

olahraga, hiburan, moral, dan etika (Rahmanto, 1992:31). Menurutnya,

siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang

erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan

demikian, ketepatan pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai

dengan latar belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru

hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswanya

sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya

sastra yang dipilih untuk diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap

psikologi pada umumnya dalam suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan

karya sastra yang dapat menarik minat siswa dalam kelas itu. Pada latar

belakang kebudayaan siswa, biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya-

karya sastra dengan latar belakang budaya yang sudah diketahuinya dan

erat hubungannya dengan kehidupan siswa.

d. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya

tentang berbagai pengetahuan.Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber

belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran

juga dapat sebagai sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah

dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna

dengan menggunakan bantuan berbagai alat. Sumber belajar dapat berupa:


28

1) buku-buku referensi

a) buku pelajaran yang diwajibkan;

b) buku pelengkap, artinya buku yang menunjang (buku acuan) bahan ajar

atau materi pelajaran selain buku wajib atau utama;

2) media cetak (surat kabar dan majalah);

media cetak sebagai sumber belajar harus mempertimbangkan segi bahasa,

estetika, psikologi, materi dan tujuan belajar. Contohnya cerpen, puisi yang

ada di surat kabar.


29

BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai moral yang terdapat dalam

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini merupakan penelitian

kepustakaan yang berupa novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, bukan

merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif artinya data

yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang berakar pada latar alamiah

sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian (Arikunto,

2006:20). Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi berdasarkan nilai moral beserta pembelajarannya di

kelas XI SMA.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut. Penelitian

ini difokuskan pada kajian nilai moral pada novel Rantau 1 Muara

29
30

karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia

dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan

manusia dengan alam sekitar dan pembelajarannya di kelas XI SMA.

D. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan yang digunakan untuk menyusun suatu informasi

berupa fakta dan angka (Arikunto, 2006: 95). Data-data yang digunakan pada

penelitian ini adalah kutipan langsung maupun tidak langsung yang berupa

percakapan dan narasi dari teks novel tersebut. Selain itu, data tambahan

(sekunder) diperoleh dari referensi-referensi lain yang berkaitan dengan objek

penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data utama (primer) diperoleh dari objek

penelitian, yakni novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi memiliki tebal ix +

407 halaman dengan ukuran 19,5 cm, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama

tahun 2013.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data dalam penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi

pustaka artinya teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan

terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam teknik studi pustaka,


31

penulis membaca seluruh teks novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi secara

teliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik observasi

dengan bertumpu pada teori struktural dan ekstrinsik sastra terutama pada nilai

moral. Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data

adalah sebagai berikut ini.

1. Membaca keseluruhan secara intensif

Setelah menemukan objek penelitian, kemudian objek tersebut dibaca secara

intensif dan berulang-ulang secara keseluruhan. Objek tersebut dapat berupa

novel atau buku-buku pedamping lainnya.

2. Mengelompokkan aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau

1 Muara karya Ahmad Fuadi

Dari objek novel tersebut kemudian ditentukan kutipan-kutipan yang

merupakan aspek-aspek moral, dan mencari hubungan aspek-aspek nilai moral

yang terdapat pada novel tersebut.

3. Mencatat data-data yang diperoleh dalam kartu pencatat data

Setelah kita mendapatkan data-data yang benar-benar lengkap, penulis

memindahkannya dalam kartu pencatat data-data yang kemudian data tersebut

akan dibahas lebih mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian.

Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih
32

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis

sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai

peneliti, kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan

untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata

yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian yang penulis lakukan dalam novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan

teknik contect analysis atau metode analisis isi. Metode analisis isi adalah sebuah

strategi penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal (Gazalli,

2009:94). Artinya, penulis membahas dan mengkaji novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi berdasarkan aspek nilai moral.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penulisan

sebagai berikut ini.

1. Mencatat data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan mnusia

dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan

dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

2. Menafsirkan data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan manusia

dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan


33

dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar secara pragmatis

dan semantik.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara pragmatis sebagai berikut ini.

“Nan pantiang, bantu saja ambo jo doa agar terus di jalan lurus,” kataku.
(R1M:175)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Alif meminta doa agar dia

selalu berada di jalan lurus dan selalu di lindungan-Nya.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara semantik sebagai berikut ini.

“Pagi besoknya aku raih tangan Amak lalu aku cium dan letakkan di
kening. “Mohon doa Amak selalu agar sukses di rantau urang.” Tangan
Amak mengusap kepalaku seperti dulu, dan belaian tangan itu sudah
cukup membuat aku tenang. Doa Amak aku bayangkan sedang terbang
melesat melintas langit dan diikuti doa Safya dan Laily. Aku yakin, doa
mereka adalah kombinasi doa terbaok dan termujarab.” (R1M:175)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Alif adalah anak yang

berbakti kepada orang tua. Sebelum dia pergi untuk bekerja di rantau orang, dia

selalu meminta doa kepada ibunya dan mencium tangan ibunya. Ibu Alif juga

sosok orang tua yang sayang kepada anaknya. Terlihat bahwa sebelum Alif

pergi, beliau tidak henti-hentinya mendoakan anaknya.

3. Menganalisis data yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi sesuai atau tidak sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

4. Mengambil simpulan berdasarkan komponen-komponen hasil analisis tersebut.

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan data


34

dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka,

menekankan pada deskripsi (Arikunto, 2006:12). Teknik yang digunakan untuk

menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian

informal adalah perumusan hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa

tanpa menggunakan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993:145). Jadi, teknik

penyajian hasil analisis data yang berupa unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, alur,

dan sudut pandang), nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral

hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia dengan diri

sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar, serta kesesuaian nilai moral

sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA dalam penelitian ini

dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang.


BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil

penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai moral dan kesesuaian sebagai

bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Sebelum melakukan analisis nilai moral sastra, penulis menyajikan

data-data tentang unsur intrisik dan nilai moral sastra yang berupa kutipan-

kutipan langsung dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari

penelitian.

1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara

Data hasil penelitian novel Rantau 1 Muara selanjutnya disingkat R1T,

disajikan dalam bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.

Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara

No. Unsur-unsur intrinsik Novel Penyediaan data


1. Tema dan masalahnya
a. Masalah Impian dan cita-cita 3, 10
b. Masalah social 17
c. Masalah keluarga 108, 112
2. Tokoh
a. Tokoh utama 10, 13
b. Tokoh tambahan 28, 77, 214, 262
3. Alur
a. Tahap penyituasian 5
b. Tahap pemunculan konflik 17
c. Tahap peningkatan konflik 69
d. Tahap klimaks 186
e. Tahap penyelesaian 394
4. Latar

35
36

a. Latar tempat 14, 196-197, 353


b. Latar waktu 21, 37, 80, 171
c. Latar social 12,17
5. Sudut Pandang 167

2. Wujud nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

Data hasil penelitian novel Rantau 1 Muara disajikan dalam bentuk tabel.

Berikut data hasil penelitian.

Tabel 2
Pengelompokan Wujud Nilai Moral

No Wujud Nilai Moral Penyajian data


1. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan
a. Beribadah 148
b. Berdoa 154
c. Bersyukur 108
d. Mohon ampun 94
2. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan
Manusia
a. Sikap tolong-menolong 100
b. Berbakti kepada orang tua 174
c. Keakraban 101
d. Memuji 100
e. Menasihati 357
3. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan dirinya
Sendiri
a. Niat baik 144
b. Ramah 122
c. Sabar 115
d. Kasih saying 245
e. Pantang menyerah 112
4. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam
Sekitar
a. Sayang binatang 100
b. Memuji keindahan alam 174
37

3. Kesesuaian nilai moral sastra novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

Pembelajaran novel di SMA dapat dikatakan sama dengan jenis prosa

lainnya. Belajar sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan

strategi belajar.

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar, yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan

sastra. Pada hal ini bahan pembelajaran yang akan diajarkan dengan kegiatan

pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yakni silabus.

b. Bahan Pembelajaran

Pembelajaran novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini bertujuan

melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai

moral yang terdapat dalam novel tersebut. Kriteria novel Rantau 1 Muara

karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA

dilihat dari segi bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

1) Segi bahasa

Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran

sastra disusun menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan kata-

kata dari bahasa Asing yang mudah dipahami oleh para siswa.

2) Segi psikologi SMA adalah jenjang pendidikan atas yang tahap generalisasi

(umur 16 tahun dan selanjutnya). Novel Rantau 1 Muara ini sudah sesuai

apabila diberikan untuk anak pada tahap ini anak sudah tidak hanya berminat
38

pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-

konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya yang ada dalam novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi adalah campuran budaya Belitung dengan budaya Tionghoa.

Tabel 3
Data Aspek-Aspek Bahan Pembelajaran

No. Data Aspek-aspek Bahan Penyajian data


Pembelajaran
1. Segi Bahasa 192
2. Segi Psikologis 17
3. Segi Latar Belakang Budaya 186

c. Sumber belajar

Sumber belajar adalah buku-buku pelajaran yang diwajibkan dan

masih sesuai dengan yang digunakan dalam pembelajaran.

B. Pembahasan Data

1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi

a. Tema dan Masalah

Tema merupakan gagasan makna pokok yang mendasari sebuah cerita.

Dalam tema terdapat suatu unsur yang membangun yakni masalah. Novel

Rantau 1 Muara terdapat beberapa masalah yang membangun tema yaitu

masalah impian, cita-cita dan masalah sosial.


39

1) Masalah impian dan cita-cita

Alif Fikri adalah seorang pekerja keras. Dia mempunyai impian untuk

belajar di Amerika. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Senyumku terbit begitu menatap dinding kamarku. Di sana


terpampang coretan-coretan impian gilaku di atas sebuah peta dunia.
Satu coretan besar dengan spidol merah berbunyi: “Aku ingin ke
Amerika”
(R1T:3)

Selama di Kanada, Alif banyak berkirim tulisan ke beberapa koran di

Bandung. Menjadi seorang Jurnalis nerupakan salah satu dari cita-citanaya. Dia

selalu berjuang untuk meraih apa yang dia impikan. Hari-harinya selalu dia

habiskan untuk mengasah kemampuannya, belajar, membaca, menulis, dan

berlatih tanpa henti. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan


bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk
bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan
sampai dini hari untuk mengasah kemampuan, belajar, membaca,
menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan uasaha di atas rata-rata
orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku”.
(R1T:8)

Kutipan-kutipan di atas menjelaskan bahwa Alif berusaha keras untuk

meraih apa yang dia impikan. Mulai dari berkeinginan untuk belajar ke

Amerika, dan menjadi seorang jurnalis dengan menulis untuk dikirim ke

beberapa Koran di Bandung. Dia berusaha mencari, bukan lagi berupa

pencarian jati diri, tapi pencarian tujuan akhir.

2) Masalah Sosial

Pada novel Rantau 1 Muara terdapat masalah sosial yakni dalam

kehidupan bermasyarakat merupakan tempat hubungan manusia dengan


40

lingkungan di sekitarnya yang banyak mengalami konflik, masalah, dan lain-

lain yang menjadi objek penceritaan tema. Masalah perjuangan hidup untuk

meraih impian seorang pemuda yang harus tersendat karena krisis moneter

yang melanda Negara. Pekerjaan yang sebelumnya telah dia tekuni yaitu

menjadi seorang penulis yang bermutu di koran Suara Bandung, dan hasil dari

menulis itu bisa untuk menghidupinya, kini harus terhenti sementara waktu

sampai waktu yang tidak ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Jadi Lif, karena mulai minggu depan kita akan menyusutkan


halaman, saya mohon pengertianmu. Untuk sementara waktu, kami
tidak akam bisa memuat tulisan dari penulis luar lagi. Karena itu,
kontrakmu untuk menulis teratur untuk sementara kami tangguhkan.
Sekali lagi, untuk sementara aja, sampai situasi kembali normal.”
(R1T:17)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa untuk sementara waktu, Alif harus

berhenti menjadi penulis teratur yang bermutu di koran Suara Bandung. Hal itu

di karenakan kondisi Negara yang sedang mengalami krisis moneter dan

berdampak pada kantor redaksi yang harus mengurangi kertas untuk

penerbitkan sebuah koran.

3) Masalah Keluarga

Selain menghidupi dirinya sendiri, Alif juga mempunyai tanggung jawab

terhadap keluarganya. Separuh dari gaji yang dia dapatkan, dia kirim untuk

Amaknya yang berada di kampung. Uang itu digunakan untuk biaya sekolah

adik-adiknya dan juga untuk menyicil hutang Amaknya. Hal tersebut dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.


41

“Aku memang single, tapi ada tanggungan keluarga. Makanya gak


cukup sus.”
(R1T: 108)

“Tapi kenyataannya, aku kini perlu penghasilan yang lebih baik.


Gajiku sekarang cukup buat aku hidup sendiri dan sedikit
membantu Amak dan adik-adik. Tapi belum cukup untuk
membebaskan Amak dari belitan utang yang ditumpiknya diam-
diam demi sekolah adik-adikku. Soal utang ini aku memang baru
tahu dari surat Amak yang datang minggu lalu.”
(R1T:112)

Berdasarkan uraian masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam

novel Rantau 1 Muara tersebut dapat dirumuskan menjadi perjuangan seorang

pemuda untuk meraih impian dan cita-cita. Masalah-masalah yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara saling berhubungan dan membentuk sebuah tema

sehingga tema tersebut bernilai estetik. Tema ini secara tidak langsung

memberikan petunjuk kepada pembaca untuk mengambil hikmah atau pesan-

pesan moral dari sikap dan perbuatan tokoh-tokoh menghadapi berbagai

masalah kehidupan yang ada.

b. Tokoh dan Penokohan

Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.

1) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan

diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan. Berdasarkan

hal tersebut, di dalam novel Rantau 1 Muara ini tokoh utamanya adalah Alif.

Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan tokoh ini

merupakan penggerak konflik cerita.


42

Alif Fikri dalah seorang pekerja keras. Setelah kenyang menempuh

kehidupan pesantren dan jatuh bangun selama perkuliahan, sekarang menjalani

antiklimaks berupa penyelesaian diri seluruh perjuangannya, peluh, air mata

dan waktu-waktu yang dihabiskan dengan kerja keras. Hal ini dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Inilah aku, seorang anak kampung, yang telah melanglang separuh


dunia dengan tanpa membayar sepeser pun. Inilah aku, mahasiswa
yang jadi kolumnis tetap di media dan telah sukses membiayai hidup
dan kuliah sendiri.”
(R1T:10)

Selain itu, Alif juga mempunyai semangat yang luar biasa. Semangat

untuk meraih segala impian dan cita-citanya. Dia dapat membuktikan bahwa

apa yang dia impikan selalu tercapai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Ada rasa bangga menjalar dari dasar hatiku. Apa yang aku impikan
akhirnya selalu tercapai.”
(R1T:3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alif adalah seorang yang

pekerja keras. Walaupun dia seorang anak kampung, tetapi dia mempunyai

semangat dan kepandaian yang luar biasa. Dia dapat membuktikan bahwa

dirinya bisa sukses membiayai hidup dan kuliah sendiri dan apa yang dia

impikan selalu tercapai.

2) Tokoh tambahan

Tokoh tambahan dalam novel ini, lebih banyak dibanding dengan tokoh

utama. Beberapa diantaranya adalah Randai, Pasus, Dinara, dan Garuda.


43

Tokoh-tokoh tersebut hanya sesekali saja muncul dalam cerita. Namun,

perannya tidak dapat dianggap enteng karena kehadirannya akan mendukung

cerita dan menonjolkan peran tokoh-tokoh utama.

a) Randai

Randai adalah sahabat Alif. Mereka selalu bersaing, berlomba untuk saling

membuktikan diri, berlomba mencapai muara tujuan masing-masing. Dalam

setiap pertemuan mereka seperti dua orang yang sedang berada dalam pacuan

lari. Saling mengukur kemampuan masing-masing, saling menantang, saling

mengolok, berebut untuk menjadi yang terbaik diantara mereka. Bagi Alif,

Randai adalah kawan, sekaligus lawan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Ingatlah baik-baik,wa’ang kini sudah ketinggalan beberapa langkah


dari aden. Yakin bisa mengejar?” Seringai Randai berkelebat lagi.
(R1T:28)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Randai adalah seorang

sahabat sekaligus lawan bagi Alif. Lawan untuk bersaing dan berlomba untuk

mencapai muara tujuan masing-masing.

b) Pasus

Pasus, manusia kurus yang ia temukan ketika masa magang menjadi kuli

tinta. Teman se’doktor’ alias mondok di kantor akibat tidak adanya kosan layak

yang sesuai dengan kantong mereka. Sahabat yang nyentrik, lucu, pecinta dangdut

dan rock, lahir di Medan sehingga logat bataknya masih terasa dan tidak pernah

ragu dengan pilihannya sebagai wartawan karena itulah jalan yang


44

telah dipilihnya untuk mencapai tujuan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Kasian deh kita, gajian segitu-gitu aja. Little-little to me, salary not
up up,” senandung Pasus dengan irama lagu Ike Nurjanah berjudul
“Terlena”
(R1T:77)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Pasus adalah sahabat

seperjuangan Alif ketika magang sebagai wartawan dan dia sahabat yang lucu

dan suka sekali dengan musik dangdut.

c) Dinara

Dinara, seperti takdir dia muncul dalam kehidupan Alif. Teman dari

seorang teman yang berkarya sama dengannya. Dinara adalah sparing

partner terbaik Alif selama mereka masih di ‘Derap’ Jakarta dan ‘ABN’

Washington. Perbedaan latar belakang yang sempat membuat Alif merasa

kalau mereka berada dalam dua dunia yang berbeda, terbukti tidak bersalah

setelah mereka terjebak dalam piket jaga malam di kantor. Alif menemukan

banyak karakter yang beririsan diantara mereka, memberi kesempatan dan

keberanian baginya untuk menemukan pelabuhan hatinya. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Ah, aku merasa bersalah telah berprasangka buruk kepada Dinara.


Ternyata dia telah memutuskan pilihannya. Kekhawatiranku kini
tiba-tiba hilang, dan kepala serta dadaku terasa enteng. Aku akan
bisa fokus pada ujian dan mengurus rencana pernikahan. Mungkin
ini janjinya bahwa dia selalu mencarikan jalan keluar dari tempat
yang tidak terduga.” (R1T:262)
45

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Dinara adalah teman dari

seorang teman yang berkarya sama seperti Alif. Dan akhirnya Dia dijadikan

seorang istri oleh Alif.

d) Garuda

Garuda, tokoh yang muncul dalam kehidupan Alif di negeri orang.

Seorang pekerja keras mencintai keju akibat dendam masa kecilnya, suka

membantu, suka berbagi dan yang menjadikan dirinya sebagai kakak yang

tidak pernah Alif milki. Dengan profesinya sebagai TKI dia telah melewati

banyak negara dan benua, dan dengan itu pula banyak kearifan hidup.

Impiannya adalah pulang kembali ke kampung halaman membayar hutang

orangtuanya, membeli sawah, membangun ruko dan melamar bidadari yang

telah menunggunya dikampung. Namun sebuah peristiwa menggubah jalan

yang telah dia rencanakan bertahun-tahun. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Hidup saya di atas roda hampir 24 jam tiap hari, Lif. Demi tabungan
saya pulang nanti,” katanya. Energi kerja Mas Garuda membikin aku
geleng-geleng. Hampir tidak ada istirahat dan libur. Seperti kerja
rodi.”
(R1T:214)

c. Alur

Alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu

cerita. Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi terdapat berbagai

tahapan peristiwa sebagai berikut ini.


46

1) Tahap penyituasian (Situation)

Pada bagian awal menggambarkan dialog antara Alif dengan Ibu

kosnya di Bandung setelah kepulangan Alif dari Quebec, Kanada. Alif

menghadiahkan daster macan kepada Ibu kos (Ibu Odah) yang telah berbaik

hati tidak menyewakan kamar untuk penghuni lain selama Alif berada di

Kanada. Namun semua euforia itu musnah seketika saat ada surat peringatan

dari kampus tempatnya berkuliah (Unpad) untuk segera mendaftar ulang dan

peringatan dari Ibu kos untuk segera membayar uang kos. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Bagus! Hanya dalam beberapa hela nafas, dua masalah muncul.


Uang kuliah dan bayar kos. Kedua-duanya sudah terlambat.” (R1T:5)

2) Tahap pemunculan konflik (Generating circumstances)

Dalam subklimaks ini menceritakan bahwa melegalisir ijazah adalah

kegiatan yang populer di kalangan mahasiswa yang baru di wisuda. Alif Fikri

pun melakukannya dan mulai berangan-angan untuk bisa bekerja di WHO,

Unicef, ataupun media asing. Saat itu, dia lulus pada waktu krisis moneter.

Jawabannya pun sama. Menolak!

Alif pun juga harus berhenti menulis kolom tetap di Suara Bandung

akibat krismon. Puncaknya, Alif menarik tunai di ATM dari kartu kredit yang

merupakan kesalahan elementer dan salah satu dosa terbesar seorang

pemegang kartu kredit. Alif terjajah oleh utang. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Jadi Lif, karena mulai minggu depan kita akan menyusutkan


halaman, saya mohon pengertianmu. Untuk sementara waktu, kami
47

tidak akan bisa memuat tulisan dari penulis luar lagi. Karena itu,
kontrakmu menulis teratur untuk sementara kami tangguhkan. Sekali
lagi, untuk sementara aja, sampai situasi kembali normal.” (R1T:17)

3) Tahap peningkatan konflik (Rising Action)

Pada peristiwa ini, setelah Alif sempat diterima dan kemudian tidak jadi

diterima oleh sebuah perusahaan multinasional akibat krismon, Alif segera

mendapat pekerjaan sebagai wartawan di sebuah majalah nasional ternama di

Indonesia “Derap” yang membawanya meliput rapat kontraktor proyek

pemerintah dan kemungkinan adanya korupsi, bertemu dengan wartawan asing

dari Associated Press, mewawancarai Jenderal yang terlibat kasus HAM di

Irian Jaya, meliput korban kerusuhan 1998 dan akhirnya menjadi journalist of

the week.

Di sini Alif pun segera bergelar Doktor bersama Pasus Warta, sahabat

karibnya di “Derap” karena sering mondok di kantor (Doktor). Niat hati ingin

segera mencari kos di Jakarta, namun keinginan itu tinggallah keinginan.

Kebiasaan di Pondok Madani pun terbawa di Jakarta. Tidur beralas sajadah.

Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Kau ini tidak mengerti, kau sudah jadi doktor. Kependekan dari
“mondok di kantor”. Kau doctor kedua setelah aku,” katanya
mengakak keras lagi.
(R1T:69)

Ini merupakan dunia Alif dulu ketika dia berada di Pondok Madani. Tidur

hanya berkalang sajadah dan sarung. Tidak dinyana, Alif merantau di Jakarta

pun akan begini.


48

4) Tahap Klimaks (Climax)

Tak disangka, piket Sabtu sore mempertemukan Alif Fikri dengan Dinara

Larasati. Hubungan mereka yang semula biasa saja akhirnya ‘mencair’ juga.

Mulai dari ngobrol mengenai makna hidup, sekolah, dan TOEFL. Akhirnya,

Dinara setuju jadi partner Alif untuk belajar TOEFL.

Pernah suatu kali Alif dan Dinara mendapat tugas meliput Pramoedya

Ananta Toer di Bojong. Di sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Bogor itu,

mereka ngobrol ngalur-ngidul mulai dari cita-cita Alif untuk kuliah di Amerika,

cita-cita Dinara untuk kuliah di Westminster University di London, makna

keluarga bagi Dinara, dan cara menjadi manusia terbaik versi Alif. Konyolnya,

karena keasyikan ngobrol, mereka sampai stasiun Bogor, padahal mereka harus

turun di stasiun Bojong. Semenjak kejadian itu, mereka semakin dekat.

Singkatnya, Alif Fikri memenuhi beasiswa Fullbright di School

of Media and Public Affair George Washington University. Hal tersebut dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Keajaiban injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari


ini aku mendapat e-mail resmi dari dua fakultas komunikasi yang
bagus di East Coast. Boston University dan George Washington
university di Washington DC. Mereka telah menyetujui aplikasi S-2
ku.”
(R1T:186)

Impian besar itu tercapai juga akhirnya. Apa yang diperjuangkan

Alif dengan sepenuh hati dan raga, lambat laun akan sampai. Inilah impian Alif

sejak bersama Sahibul Menara di bawah menara Pondok Madani.


49

5) Tahap penyelesaian (Denouement)

Setelah Alif berhasil lulus kuliah S2 di George Washington University

kemudian bekerja di ABN (American Broadcasting Network) dan pernah

mewawancarai Menteri Pertahanan USA di Pentagon. Hidup hakikatnya adalah

perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang satu, ke yang awal.

Muara segala muara. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Hidupku kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup.


Selamanya akan naik turun dilamun gelombang dan ditampar badai.
Tapi aku tidak akan merengek pada air, pada angin, dan pada tanah.
Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu ke mana tujuan akhirku di
ujung cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana, ada
Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu. Di
sampingku ada Dinara. Temanku merengkuh dayung menuju muara.
Muara di atas muara. Muara segala muara.”
(R1T:394)

Dari uraian tahap-tahap alur di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

Rantau 1 Muara tergolong alur yang progresif (alur maju). Hal ini terbukti

dari peristiwa-peristiwa yang berlangsung dan terjadi tersusun secara runtut

dari awal sampai akhir yaitu dari pengenalan, pemunculan masalah, konflik

memuncak, klimaks sampai akhir atau penyelesaian.. tahap-tahap tersebut

membentuk sebuah alur. Alur dalam novel Rantau 1 Muara membentuk

sebuah keindahan karena peristiwa-peristiwa tersebut diceritakan secara

beruntut dan terdapat peningkatan emosi tokoh dalam tiap tahapan alur. Selain

itu, cerita novel ini menimbulkan dugaan-dugaan dari pembaca terhadap

kelanjutan ceritanya. Hal itu dapat dilihat pada saat Alif merasa ragu ketika dia

harus memaknai hidup. Tetap tinggal di Amerika atau tinggal di London

sebagai senior editor di EBC (European Broadcasting Corporation) atau malah


50

kembali ke tanah air. Pembaca akan mengira bahwa Alif akan tetap tinggal di

Amerika atau Di London, tetapi ternyata tidak, dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Aku kuakkan syal batik peninggalan Mas Garuda yang dari tadi aku
genggam. Aku peluk bahu Dinara erat-erat. Aku bisikkan,”Terima
kasih sudah menjadi kawan merengkuh dayung yang tangguh.”
(R1T:395)

Washington DC makin lama makin menjauh dari pandangan Alif. Di

ujung jendela dia menangkap pucuk Washington Monument yang mengerlip

disiram sinar matahari. Menara impiannya telah dia pagut, saatnya sekarang

mencarin menara lain, menuntut ilmu yang lain.

d. Latar

Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad fuadi memiliki tiga latar, yaitu

latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

1) Latar tempat

Latar tempat yang terdapat pada novel ini lebih cenderung

menceritakan perjalanan hidup Alif di Bandung, Washington DC dan New

York City.

Banyak latar tempat yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara. Namun,

tidak semua latar tempat penulis sebutkan satu persatu. Peristiwa dalam novel

Rantau 1 Muara menunjukkan tempat yang berlainan sesuai dengan perjalanan

tokoh cerita.

a) Bandung

“Hari ini aku mampir ke koran Suara Bandung untuk mengambil


honor dari tulisan bulan lalu”
(R1T:14)
51

b) Washington DC

“Ketika kakiku mencecah di Washington DC, hanya dua orang


yang ada di kepalaku. Yaitu menelepon Amak dan Dinara. Untuk
bertanya apa arti “call me” itu.”
(R1T:196-197)

c) New York City

“Hampir tiga bulan berlalu sejak Selasa Hitam membekap New


York.”
(R1T:353)

Dari beberapa kutipan di atas, Bandung, Washington DC, dan New

York City merupakan tempat di mana Alif beradu nasib, mencari tujuan

hidup dari muara segala muara.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwaperistiwa dalam suatu cerita. Rangkaian peristiwa tidak mungkin

terjadi jika dilepaskan dari perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari,

tanggal dan sebagainya yang mendukung jalannya cerita. Latar waktu dalam

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi terdapat pada pagi hari. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Pagi itu aku ikut duduk di depan TV bersama Ibu Kos yang tidak
henti-hentinya ngemil kacang.”
(R1T:21)

“Sore itu aku merasa terhina karena membiarkan diriku terancam secara
psikologis dan fisik oleh tamu-tamu tak diundang ini.” (R1T:37)

“Sedetik kemudian, kami mendengar suara mengguntur, bagai hukuman


dari langit: ITU JUGA SOGOKAN! Tidak hanya amplop dan duit.”
(R1T:80)
52

“Dua minggu kemudian, walau rasanya mata sudah perih, tapi aku
susah memicingkan mata malam ini.”
(R1T:171)

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar waktu yang terjadi

merupakan kegiatan-kegiatan Alif sehari-hari.

3) Latar sosial

Latar sosial dalm novel Rantau 1 Muara yaitu pandangan hidup Alif

tentang perjuangan, dan pencarian tujuan hidup. Dengan mantra terakhir yang

dibawa dari Pondok Madani man saara darbi washala, siapa yang berjalan

dijalannya akan mencapai tujuan, Alif menetapkan hatinya apabila menemukan

persimpangan di jalan yang ditempuhnya mencapai tujuan. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Jadi Lif, karena mulai minggu depan kita akan menyusutkan


halaman, saya mohon pengertianmu. Untuk sementara waktu, kami
tidak akam bisa memuat tulisan dari penulis luar lagi. Karena itu,
kontrakmu untuk menulis teratur untuk sementara kami tangguhkan.
Sekali lagi, untuk sementara aja, sampai situasi kembali normal.”
(R1T:17)

“Aku ingat pesan Kiai Rais, “Berusahalah untuk mencapai sesuatu


yang luar biasa dalam hidup kalian setiap tiga lima tahun.
Konsistenlah selama itu, maka insya Allah akan ada terobosan prestasi
yang tercapai.”Jadi aku harus konsisten selama lima tahun.
(R1T:29)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alif harus berhenti menjadi

penulis teratur yang bermutu di koran Suara Bandung. Hal itu di karenakan

kondisi Negara yang sedang mengalami krisis moneter dan berdampak pada

kantor redaksi yang harus mengurangi kertas untuk penerbitkan sebuah koran.
53

Alif ingat dengan pesan Kiai Rais waktu dia tinggal di Pondok Madani,

untuk mencapai tujuan hidup harus berusaha dan konsisten dengan apa yang

ingin dicapai.

e. Sudut pandang

Sudut pandang dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

menggunakan sudut pandang orang pertama. Berikut disajikan pendapat

Meredith Fitszgerald yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 262), sudut

pandang pesona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal dan

jangkauannya terbatasi. Dalam sudut pandang “aku”, narator hanya bersifat

maha tahu bagi diri sendiri dan tidak terhadap orang (tokoh) lain yang terlibat

dalam cerita. Kutipan berikut adalah contoh yang terdapat di dalam novel

Rantau 1 Muara yang menunjukkan bahwa pengarang menggunakan sudut

pendang pesona pertama. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Jari-jariku yang sedang mengetik berhenti ketika aku melihat logo


di amplop itu. Dari Aminef dan Fulbright. Jantungku berdebar-debar.
Sejak aku mengantarkan sendiri formulir ini ke Gunung Sahari, aku
selalu menunggu jawaban. Saking lamanya menunggu, aku khawatir
aplikasiku gagal.”
(R1T:167)

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi ini menggunakan sudut pandang orang pertama

atau “akuan”. Pengarang menggunakan kata ganti “aku” dalam bercerita.

Keberadaan pengarang dalam novel Rantau 1 Muara yaitu sebagai tokoh

utama.

Berdasarkan analisis unsur intrinsik tampak adanya kesatuan yang utuh

antarunsur pembangun sastra pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi.
54

Dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang ada jalinan yang erat atau

koherensi. Di bawah ini penulis mengurai hubungan antarunsur dalam novel

Rantau 1 Muara.

a. Hubungan Tema dengan Alur

Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan

pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan,

pengarang harus menggunakan sebuah media, yakni pengarang harus

menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam

hubungan sebab-akibat (alur).

Tema cerita ada yang diwujudkan pada akhir cerita sebagai penegasan

atau kesimpulan cerita. Misalnya, novel Rantau 1 Muara peristiwa dimulai dari

kepulangan Alif dari Kanada untuk studi di sana, kemudian Alif harus berusaha

mencari kerja setelah dia diberhentikan untuk menulis di Suara Bandung

karena kondisi Negara yang sedang mengalami krisis moneter. Beberapa

peristiwa mulai bermunculan menyertai kehidupan tokoh utama. Permasalahan

berakhir ketika Alif berhasil lulus kuliah S2 di George Washington University

kemudian bekerja di ABN (American Broadcasting Network) dan pernah

mewawancarai Menteri Pertahanan USA di Pentagon. Hidup hakikatnya adalah

perantauan. Suatu masa akan kembali ke akar, ke yang satu, ke yang awal.

Muara segala muara. Tema novel Rantau 1 Muara sangat baik dan menarik,

karena mengungkapkan berbagai konflik yang terjadi antara perjuangan

pemuda untuk kmeraih impian dan cita-citanya. Dilihat dari urutan

peristiwanya, novel tersebut memiliki alur maju (progresif).


55

Jadi, tema dan alur mempunyai hubungan erat, karena alur dapat

membantu menentukan tema dan begitu sebaliknya tema dapat memberi

gambaran pada alur.

b. Hubungan Tema dan Tokoh

Tokoh utama (Alif) seorang pekerja keras. Setelah kenyang menempuh

kehidupan pesantren dan jatuh bangun selama perkuliahan, sekarang menjalani

antiklimaks berupa penyelesaian diri seluruh perjuangannya, peluh, air mata

dan waktu-waktu yang dihabiskan dengan kerja keras.

Tema tersebut akan sampai kepada pembaca, jika tokoh yang ditugasi

pengarang untuk menyampaikan tema sesuai dengan situasi dan kondisi tokoh

dalam novel tersebut. Pengarang memilih dirinya sendiri untuk menyampaikan

temanya, karena pengarang mempunyai sifat berkembang di antara tokoh-

tokoh lainnya. Hal ini dilihat dari semangat pengarang untuk meraih apa yang

dia impikan dan cita-citakan. Segala perjuangan dia lakukan demi impiannya

itu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa antara tema dengan

tokoh dalam novel Rantau 1 Muara memiliki hubungan yang erat, yaitu saling

mendukung dan melengkapi unsur satu dengan yang lainnya.

c. Hubungan Tema dengan Latar

Keterkaitan antara tema dengan latar dalam novel Rantau 1 Muara

dilatarbelakangi oleh latar tempat, waktu, dan sosial. Ketiga latar tersebut

dapat menambah kelangsungan cerita dalam novel tersebut. Latar tempat ini

menggambarkan lingkungan tempat di mana Alif menjalani kehidupannya

disaat dia berjuang untuk meraih impian yaitu di Washington DC dan New
56

York City. Latar waktu novel ini menggambarkan kegiatan-kegiatan Alif dalam

beraktifitas. Latar sosialnya menggambarkan status kehidupan menengah atas.

Berdasarkan latar tempat, waktu, dan sosial di atas dapat mendukung

tema dengan baik sehingga dapat dirumuskan tema adalah perjuangan seorang

pemuda untuk meraih mimpi dan cita-citanya. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa antara tema dengan latar cerita mempunyai hubungan yang

erat dengan peristiwa yang terjadi pada tokoh-tokohnya sehingga dapat

membentuk tema yang sesuai dengan latar cerita.

d. Hubungan Alur dengan Tokoh

Dalam novel Rantau 1 Muara hubungan antara alur dengan tokoh ini

dapat dilihat secara jelas. Kisah-kisah dalam novel Rantau 1 Muara mengalir

dalam alur sederhana. Akan tetapi, dibalik alur yang sederhana ada hikmah dan

pelajaran yang besar yang akan selalu didapatkan pembaca. Misalnya,

bagaimana perjuangan Alif dalam berjuang meraih impian. Dia tidak pernah

putus asa dengan segala sesuatu yang menghalangi dia untuk terus melangkah

sampai tujuan hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan

tokoh mempunyai hubungan erat. Alur cerita dalam novel Rantau 1 Muara

memberikan kesan yang mendalam pada tokoh. Alur dapat menggambarkan

bagaimana watak tokoh dalam menghadapi masalah yang terjadi dan

sebaliknya, dengan adanya tokoh alur cerita itu menjadi berkembang. Oleh
57

karena itu, hubungan antara alur dengan tokoh mempunyai hubungan yang erat

dalam hal penggambaran watak tokoh.

e. Hubungan Alur dengan Latar

Hubungan antara alur dengan latar saling berkaitan. Alur akan

menceritakan suatu kejadian yang terjadi dalam suatu latar, yaitu latar tempat,

waktu, dan sosial. Latar tempat, waktu, dan sosial akan menjadi sebuah

rangkaian cerita yang membentuk suatu alur. Dalam novel Rantau 1 Muara

menampilkan cerita perjuangan seorang pemuda dalam meraih impian dalam

hidupnya.

Cerita ini dimulai dari Alif yang telah lulus dengan menyadang CV

yang baik akibat segudang pengalaman, harus tercekik dalam jeratan krisis

moneter yang melanda Indonesia . Setelah hampir berputus asa ia menemukan

jalan di kantor berita impiannya, sebuah jalan yang harus ia tempuh untuk

mencapai tujuan. Dunia jurnalistik mempertemukannya dengan orang-orang

berpengaruh di negara ini, dibimbing oleh Mas Aji dan Mas Malaka, Alif,

Pasus, Dinara dan rekan-rekan lainnya belajar dan bekerja untuk menghasilkan

karya yang layak. Dengan latar belakang berupa tantangan dari sahabatnya

Randai, Alif mati-matian mengejar beasiswa ke negara impiannya, Amerika.

Sukses dengan beasiswa, Alif mulai mencari tujuan berlabuh hatinya, seorang

yang sudah lama menghantuinya sejak pertemuan mereka yang kedua kalinya.

Bersama mereka belajar saling ikhlas menerima dan memaafkan, saling

menguatkan saat sebuah kejadian besar sempat merenggut semangat. Bersama


58

mereka mendayung kano kehidupan, mencari muara yang hendak mereka

labuhi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan latar

mempunyai hubungan yang erat. Alur cerita mempengaruhi perubahan latar

tempat dan waktu. Begitupun dengan latar sosial yang terdapat dalam novel ini

berkaitan dengan alur cerita.

f. Hubungan Latar dengan Tokoh

Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memerlukan tempat, waktu, dan

keadaan sosial tempat mereka melakukan atau mengalami sebuah peristiwa.

Tempat, waktu, dan keadaan sosial tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh

dan penokohan.

Tokoh-tokoh di dalam novel Rantau 1 Muara memiliki semangat yang

luar biasa. Semangat di mana mereka harus berjuang untuk meraih cita-cita.

Hal tersebut membuat Alif semakin menggebu-gebu untuk terus berjuang. Dia

tidak pernah putus asa dengan segala sesuatu yang menghalangi dia untuk terus

melangkah sampai tujuan hidupnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Rantau 1

Muara, latar dalam cerita mempunyai hubungan dengan tokoh dan penokohan.

Lingkungan tempat di mana tokoh utama menjalani kehidupannya membentuk

watak tokoh utama.

Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur intrinsik di atas dapat

disimpulkan bahwa unsur-unsur yang membangun dalam novel Rantau 1

Muara saling berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan


59

antarberbagai unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur

yang terjalin sangat erat dan bernilai estetik. Hal itu dapat dilihat pada salah

satu unsur yang paling menonjol dalam novel Rantau 1 Muara ini yaitu tema.

Tema novel ini adalah perjuangan Alif untuk meraih impian dan cita-cita. Tema

ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada pembaca untuk

mengambil hikmah dari pesan-pesan moral dari sikap dan perbuatan tokoh-

tokoh dalam novel.

2. Wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya
Ahmad Fuadi

Wujud nilai moral yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara antara

lain: (1) nilai moral hubungan manusia dengan dengan Tuhan, (2) wujud nilai

moral hubungan manusia dengan manusia, (3) wujud nilai moral hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan (4) wujud nilai moral hubungan manusia

dengan alam sekitar.

a. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan pada novel Rantau

1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah hubungan tokoh-tokoh dalam novel ini

dengan Tuhan, wujud nilai moral yang meliputi beribadah, berdoa, bersyukur,

dan memohon ampun.

1) Beribadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban untuk

beribadah. Kewajiban itu dapat dilakukan dengan cara melaksanakan perintah-


60

Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibadah adalah perbuatan bakti kepada

Tuhan, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya. Ibadah dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai

keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individu. Tujuan

beribadah yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk mencapai kebahagiaan

dunia akhirat.

Ibadah yang dilakukan oleh tokoh dalam novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi adalah ketika Alif mengambil air wudu untuk melaksanakan

salat berjamaah bersama Dinara.

“Enggak, mau wudu.” Dia tersenyum manis. Sebenarnya sudah


beberapa kali aku lihat dia menuju musala. Tapi baru kali ini kami
benar-benar bertemu pas waktu salat.”
(R1T:148)

“Tungguin ntar, kita berjamaah salat Magribnya ya.”


(R1T:148)

Kemudian setelah salat, Alif membaca Al Quran dan membaca yasin

untuk Ayahnya. Pada umumnya, manusia sulit sekali melakukan ibadah,

mereka cenderung sibuk dengan kesibukan yang mereka jalani sehingga

kegiatan ibadah tertunda dan ditinggalkan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Selain mengatupkan kedua tanganku di wajah sebagai penutup doa,


aku ambil Al Quran kecilku di rak musala. Hari kamis malam Jumat
biasanya jadwalku membaca yasin. Aku niatkan mengirimi kebaikan
bacaan mulia ini untuk almarhum Ayah dan keluargaku yang telah
mendahului kami.”
(R1T:149)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wujud nilai moral seperti

beribadah dalam novel Rantau 1 Muara adalah mengajarkan kepada kita


61

bahwa dalam keadaan apapun kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka harus

melaksanakan kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Tuhan sesuai dengan

kepercayaan yang dianut. Beribadah merupakan bakti kita terhadap Tuhan agar

diberi kebaahagiaan dunia dan akhirat.

2) Berdoa

Berdoa yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

adalah permohonan (harapan, permintaan, dan pujian) kepada Tuhan yang

dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel. Manusia diciptakan dengan

kelebihan dan kelemahan. Meskipun manusia diberi kelebihan, terkadang

manusia lemah dan mempunyai kekurangan dalam memecahkan persoalan dan

masalahmasalah yang dihadapinya. Manusia berdoa untuk memohon bantuan

agar bias menyelesaikan persoalan dan masalah-masalah yang dihadapinya.

Doa yang dilakukan tokoh dalam novel untuk memohon pertolongan atau

meminta suatu yang baik kepada Allah Swt. berupa riski dan keteguhan iman.

Berdoa yang dilakukan Alif ketika dia ingin sekali mendapatkan beasiswa

S-2 dari kampus ternama di Amerika. Segala usaha dia lakukan. Alif yakin

bahwa setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya. Hal

ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tuhan ini Maha Melihat, siapa yang paling bekerja keras. Dan Dia
adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah dia menyia-nyiakan
usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan
balasan sebaik-baiknya.
(R1T:154)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang terkandung

adalah manusia yang sedang menghadapi sebuah masalah, ia tidak lupa untuk
62

berdoa kepada Tuhan agar diberi kemudahan dan keberhasilan dalam

menghadapi masalah tersebut.

3) Bersyukur

Bersyukur yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi adalah ucapan terima kasih kepada Allah Swt. Perbuatan yang dilakukan

oleh tokoh dalam novel ini merupakan wujud perilaku tokoh untuk

mengekspresikan diri atas segala kebaikan yang telah diterimanya. Bersyukur

wajib dilakukan manusia sebagai makhluk yang beragama, agar kita tidak lupa

akan sebuah karunia, rahmat, nikmat, dan keselamatan yang telah diberikan.

Pasus mengajak Alif untuk bersyukur atas apa yang diraihnya saat ini. Yaitu

menjadi seorang wartawan di Derap. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Bersyukur dong. Kita orang yang terpilih dan beruntung bisa kerja
di Derap. Jurnalistik yang berpihak yang berpihak kepada keadilan,
kepada yang dikalahkan kekuasaan yang jumawa. Ini perjuangan,
Kawan. Itu kalau memang niat kau mau jadi wartawan.” (R1T:108)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral bersyukur adalah segala

kebaikan yang telah kita dapatkan, tidak semestinya kita lupa untuk bersyukur

sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas segala kebaikan

dan keselamatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

4) Mohon ampun

Memohon ampun sama artinya dengan istighfar yang berarti memohon

ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya dan tidak ada seorang pun yang

luput dari dosa dan kesalahan. Selain berdoa untuk meminta sebuah harapan,
63

manusia dianjurkan untuk memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa dan

kesalahan yang telah diperbuatnya. Terkadang manusia lupa akan

kesalahankesalahan yang telah diperbuatnya. Hal yang terbaik adalah meminta

pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

Permohonan ampun yang dilakukan Alif yaitu ketika Alif mendapat tugas

dari kantor untuk menghitung mayat korban kerusuhan dan harus melihat agar

bisa mendeskripsikan kondisi mayat. Dia pun merasa kaget ketika melihat

sebuah badan tidur menghadapnya. Mukanya baret-baret dan matanya

mencelat ke luar seperti nanar menatapnya. Kemudian dia beristigfar. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sebuah badan tidur menghadapku. Mukanya baret-baret, matanya


mencelat ke luar seperti nanar menatapku. Aku beristigfar.” (R1T:94)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa nilai moral memohon ampun

adalah kesadaran akan kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukan baik

disadari maupun tidak disadari. Manusia diharapkan memohon ampun kepada

Allah dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan wujud nilai moral hubungan

manusia dengan Tuhan, bahwa kita sebagai manusia dan sebagai makhluk

Tuhan hendaknya selalu menjalankan perintah-perintah Tuhan dan selalu

menjadi manusia yang beriman.

b. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah hubungan antara
64

tokoh yang satu dengan tokoh-tokoh lainnya meliputi sikap tolong menolong,

berbakti kepada orang tua, keakraban, memuji (menyanjung orang lain), dan

menasihati.

1) Sikap tolong-menolong

Tolong-menolong dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

menceritakan tentang pertemuan Alif dengan Mas Garuda di Washington DC. Mas

Garuda adalah seorang transmigran dari Indonesia. Setelah mereka berkenalan dan

banyak mengobrol, Alif pun segera menceritakan kepada Mas Garuda bahwa

dirinya sedang mencari apartemen untuk tinggal selama dia berada di Washington

DC untuk melanjutkan S-2nya. Tanpa berfikir panjang, Mas Garuda pun langsung

memberi pertolongan untuk Alif dengan menawarkan tempat tinggal sementara

sampai dia menemukan apartemen. Alif pun menerima tawaran tersebut. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tinggal saja bersama saya dulu. Sambil kamu mencari tempat. Asal
mau tidur di tempat tidur serep. Mau lebih sebulan juga gak apa-apa,”
katanya enteng dengan senyum lebar.”
(R1T:203)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai moral tolong-menolong

memberikan pelajaran pada pembaca tentang kepedulian untuk menolong

sesama, bukan untuk membiarkan atau meninggalkan begitu saja. Manusia

dalam menghadapi situasi seperti itu diharapkan mampu membantu apa saja

yang bisa dilakukan. Sikap menolong dapat meringankan pekerjaan orang lain

atau membantu orang lain dalam musibah sebagai bentuk kepedulian manusia

membantu sesama.
65

2) Berbakti kepada Orang tua

Anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tuanya. Orang tuanya telah

melahirkannya dan membesarkannya sehingga menjadi manusia yang

mempunyai akal dan pikiran. Berbakti kepada orang tua dapat diwujudkan

dalam berbagai macam bentuk, salah satunya dengan berbuat baik kepada

orang tuanya. Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak, bukan

hanya anak meminta hak-haknya, melainkan juga anak juga harus selalu taat

pada setiap kewajibannya kepada orang tua.

Sikap berbakti kepada orang tua yang ditunjukkan Alif yaitu ketika dia

pulang ke kampung halamannya dengan tujuan untuk meminta doa restu untuk

belajar S-2 di Washington DC. Alif perlu waktu 1 jam untuk memberikan

penjelasan dan alasan-alasan merantau jauh ke Amerika Serikat. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Pagi besoknya aku raih tangan Amak lalu aku cium dan letakkan di
kening. “Mohon doa restu Amak selalu agar sukses di rantau urang.”
Tangan Amak mengusap kepalaku seperti dulu, dan belaian tangan itu
sudah cukup membuat aku tenang. Doa Amak aku bayangkan sedang
terbang melesat melintas langit dan diikuti doa Safya dan Laily. Aku
yakin, doa mereka adalah kombinasi doa terbaik dan termujarab.”
(R1T:175)

Nilai moral yang diajarkan pada uraian di atas adalah kesadaran anak

untuk selalu meminta doa restu orang tua. Hal ini jarang dijumpai di dalam

masa sekarang ini. Anak-anak pada masa sekarang ini cenderung acuh tak acuh

terhadap kewajibannya berbakti kepada orang tua. Sikap berbakti yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara ini dapat dijadikan teladan bagi pembaca untuk

berbakti kepada orang tuanya.


66

3) Keakraban

Keakraban dalam novel Rantau 1 Muara ditunjukkan pada kedekatan Alif

dengan Belle dan Sapta yaitu teman satu profesi dengannya, tetapi berbeda

kantor karena Belle dan Sapta adalah jurnalis Luar Negeri. Suatu hari Alif

ditelepon Belle untuk mengobrol santai dengannya. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Yuk, kita luaskan pergaulan. Penasaran juga aku apa sih yang
dibicarakan wartawan-wartawan bule ini. Dan siapa tahu kau dapat
jodoh bule,” ajakku.
(R1T:101)

Dari uraian di atas nilai moral yang diajarkan adalah keakraban atau

kedekatan kita dengan manusia yang lain hendaklah saling menjaga. Jangan

sampai hubungan yang awalnya baik menjadi berubah akibat kedekatan kita

yang tidak terkontrol. Nilai moral keakraban ini dapat dijadikan contoh dalam

kehidupan sehari-hari

4) Memuji (Menyanjung Orang Lain)

Memuji dalam novel Rantau merupakan salah satu sifat menyanjung

orang lain terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Memuji dengan

maksud mengagumi hasil karya orang lain atau mengagumi apa yang telah

diperbuat orang lain termasuk kegiatan yang terpuji.

Mas Aji yang mengakui dan memuji keberhasilan Alif saat melaksanakan

tugas untuk mewawancarai Jendral Broto. Sikap yang dilakukan Mas Aji ini

termasuk sikap memuji orang lain karena kehebatannya. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.


67

“Alif berhasil memaksa Jendral Broto untuk diwawancarai di atas


mobil dinas selama satu jam lebih. Pertanyaan-pertanyaan sulit
juga berhasil memancing jawaban yang bagus. Ini adalah
cerminan reportase yang tidak pernah menyerah apalagi untuk
tokoh sulit seperti ini. Kamu juga akan kita sebut di “Surat dan
Redaksi” dan dapat bonus akhir bulan,” kata Mas Aji.
(R1T:126)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang diajarkan dalam hal

ini adalah sikap yang mau mengakui kelebihan orang lain, tanpa harus mencari

kejelekan dari orang lain. Nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1

Muara dilakukan oleh Mas Aji adalah sikap mengakui dan mengagumi

kelebihan Alif dalam melakukan sesuatu. Sikap mengakui dan mengagumi

tersebut diwujudkan dalam bentuk ucapan.

5) Menasihati

Menasihati dalam novel Rantau 1 Muara digambarkan tentang pemberian

nasihat yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih

muda, untuk meluruskan dan memberikan pemikiran yang diharapkan agar

nantinya orang yang lebih muda itu dapat mencapai suatu yang diinginkannya.

Pemberian nasihat ini dilakukan oleh tokoh Ustad fariz menasehati Alif ketika

Alif merasa kehilangan Mas garuda. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Kehilangan memang memilukan. Tapi kehilangan hanya ada ketika


kita sudah merasa memiliki. Bagaimana kalau kit tidak pernah
merasa memiliki? Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa
memiliki. Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki oleh
Sang Maha Pemilik.”
(R1T:357)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemberian nasihat dalam novel

Rantau 1 Muara terdapat tiga macam pemberian nasihat yaitu pemberian


68

nasihat orang tua kepada anaknya, paman dan bibi kepada kemenakan dan

pemberian nasihat terhadap sesama teman.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan wujud nilai moral hubungan

manusia dengan manusia, bahwa kita hendaknya selalu berbuat baik kepada

sesama, menjalin huhungan persaudaraan sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

c. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

Wujud nilai moral konteks hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang

terdapat pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah hubungan

tokoh dalam novel terhadap dirinya sendiri yang meliputi sikap niat baik,

ramah, sabar, kasih sayang, dan pantang menyerah.

1) Niat baik

Niat baik yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara adalah sikap yang

mempunyai maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan suatu

kebaikan kepada orang lain. Niat berasal dari hati dan semua perbuatan yang

hendak dilakukan berasal dari hati. Niat baik mempunyai tiga aspek yaitu

diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan amal

perbuatan.

Dinara berniat baik akan membantu Alif untuk latihan TOEFL. Karena

Dinara merasa dirinya telah menguasai bahasa Inggris, maka tidak ada

salahnya dia membantu Alif. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Besoknya dia membawa banyak soal TOEFL yang kami bahas


sambil makan siang. Aku senang sekali mendapat teman yang
menyemangati proyek beasiswaku. Tawarannya untuk membantukku
bukan basa-basi. Rasanya aku tidak berjuang sendiri lagi.”
(R1T:144)
69

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa niat baik yang terdapat

pada novel Rantau 1 Muara adalah tindakan seperti yang dilakukan oleh

Dinara itu merupakan suatu kebaikan yang patut diteladani.

2) Ramah

Ramah berarti baik hati yang merupakan perwujudan sikap sopan terhadap

orang lain. Sikap ramah yang terdapat dalam novel ini adalah sikap ramah

yang ditunjukkan setiap tokoh. Sikap ramah itu dilakukan oleh Dinara waktu

pertama kali bertemu dengan Alif di kantor. Dinara merupakan jurnalis baru di

kantor “Derap”. Saat pertemuan itu Alif berusaha menyapa Dinara. Tanpa

disangka ternyata Dinara membalas sapaan Alif dengan penuh ramah. Hal ini

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Kenalkan, aku Alif, reporter juga, angkatan pertama.”

“Saya Dinara,” katanya singkat.


(R1T:122)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap ramah dalam novel Rantau 1

Muara adalah wujud menghormati dan menghargai orang lain sebagai wujud

sopan terhadap sesama manusia.

3) Sabar

Sikap sabar yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara adalah sikap sabar

yang dimiliki oleh setiap tokoh. Banyak makna sabar yang dapat diwujudkan

ke dalam beberapa sikap, seperti sikap sabar yang dilakukan oleh Alif ketika

dia menunggu Jendral Broto yang sedang rapat Negara untuk meminta

wawancara. Dia harus bisa melaksanakan tugasnya, karena tugas ini


70

menentukan nasib Alif di “Derap”. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

“Saya orang penyabar, Pak,” aku mencoba tersenyum.


(R1T:115)

Dari uraian di atas, kesabaran yang terdapat dalam novel Rantau 1

Muara adalah sikap sabar yang ditunjukkan Alif dalam menjalankan tugas

kantornya untuk mewawancarai Jendral. Karena kesabarannya, maka dia

mendapatkan hasil kerja yang memuaskan. Nilai moral ini dapat dijadikan

sebagai teladan bagi pembaca dalam menghadapi suatu masalah.

4) Kasih Sayang

Kasih sayang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

adalah ungkapan perasaan sayang kepada orang lain. Kasih sayang yang

dilakukan oleh Alif kepada Dinara. Alif merasa bahwa Dinara lah perempuan

yang dia cari selama ini. Perempuan yang akan mendam pinginya. Perempuan

yang selalu memberi semangat untuknya. Alif akan mempersunting Dinara,

untuk menjadikannya istri. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Karena itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin melamar


Dinara untuk menjadi pendamping hidup saya. Saya berjanji akan
menjadi pendamping yang baik untuk Dinara, pembela utamanya,
temannya di kala suka dan duka. Semoga niat baik saya ini bisa
direstui oleh Bapak dan Ibu. Mohon maaf karena saat ini saya hanya
bisa menyampaikan hal penting ini melalui surat. Saya belum bisa
untuk pulang ke Indonesia saat ini karena masih di tengah semester.”
(R1T:245)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasih sayang yang terdapat

dalam novel Rantau 1 Muara adalah kasih sayang seorang laki-laki kepada

perempuan. Kemudian akan mempersuntingnya untuk dijadikan pendamping


71

hidup. Wujud nilai moral tersebut memberikan contoh bahwa sikap kasih

sayang dapat dilakukan pada siapa saja.

5) Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan upaya keras untuk terus berusaha mencapai

sesuatu. Pantang menyerah dilakukan seseorang apabila mempunyai misi atau

tujuan tertentu guna mendapatkan yang diinginkan. Sikap pantang menyerah

dalam novel ini adalah sikap yang dimiliki oleh Alif yang berusaha keras

mencari jalan untuk mencapai impiannya. Alif berusaha keras mencari

beasiswa S-2, segala sesuatu dia lakukan demi cita-citanya itu. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Mungkin saatnya aku berburu beasiswa lagi. Kali ini untuk gelar S-
2. Mungkin pekerjaan yang aku cintai itu sebetulnya menuntut ilmu.
Mungkin tujuan yang ingin aku tuju itu adalah ilmu, dan jalan yang
aku lalui adalah belajar. Belajar dari buaian sampai liang lahat. Itu
doktrin yang aku dapatkan di pondok Madani.” (R1T:112)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap pantang menyerah adalah

usaha keras yang dilakukan Alif untuk terus berusaha mencoba hingga apa

yang diinginkan tercapai. Sikap pantang menyerah sangat baik untuk dilakukan

dalam hal mencapai sesuatu yang diinginkan. Wujud nilai moral ini dapat

memberikan contoh kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan wujud nilai moral hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, bahwa kita sebagai manusia harus bisa

menjadi seseorang yang mempunyai kepribadian baik dan selalu bisa menjaga

diri sendiri.
72

d. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar dalam novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah merupakan wujud kepedulian

manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Wujud nilai moral yang terdapat pada

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah sayang binatang dan memuji

keindahan alam.

1) Sayang Binatang

Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sikap sayang

binatang adalah perpaduan perasaan suka dan cinta terhadap makhluk yang lain

(binatang), dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti memuji, kagum

dan sebagainya. Tokoh Pasus yang senang memelihara burung waktu di

kampungnya. Dia juga sangat mengerti sekali kualitas dan cara mengurus

burung. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Di kampungku dulu, bapakku punya beberapa burung kicau


juara kecamatan dan aku yang mengurus mereka. Jadi aku
mengeti sekali kualitas dan cara mengurus burung.” (R1T:100)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa sayang binatang dalam

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini adalah rasa kepedulian tokoh

Pasus menyayangi binatang dengan cara memelihara burung milik bapaknya

waktu di kampung.

2) Memuji Keindahan Alam

Memuji merupakan sanjungan terhadap sesuatu yang dikagumi,

kekaguman yang diungkapkan melalui pujian sebagai perasaan takjub akan

suatu keindahan yang dilihatnya. Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad
73

Fuadi memuji keindahan alam adalah sanjungan terhadap alam yang

diungkapkan oleh tokoh dalam novel terhadap alam di sekitarnya. alif memuji

keindahan kampung halamannya ketika dia tiba di kampungnya. Ungkapan

dengan pujian keindahan yang dilihatnya, cerminan kekaguman Alif terhadap

keindahan alam. Ia sangat takjub dengan keindahan pemandangan yang

dilihatnya itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Di depan mataku, gelombang Bukit Barisan yang hijau gagah


berpadu dengan biru danau yang berlikat-kilat diterpa matahari sore.
Di langit yang lapang beberapa ekor elang mengulik berputar-putar
mengintai anak ayam yang lengah. Di sisi bukit, gumpal awan
seperti menggantung sejengkal dari ubun-ubun. Sungai kecil dan
banda yang ratusan, mungkin ribuan jumlahnya mengalir air gunung
melintasi ngari-ngari untuk bersatu menuju danau. Kecipak dan
gemercik air dari segala arah ini bagai orkestra alam yang selalu
membuat hatiku tentram. Karena ini aku selalu rindu untuk pulang
kampung.”
(R1T:174)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan memuji keindahan alam yang

terdapat dalam novel Rantau 1 Muara adalah ungkapan dengan pujian terhadap

keindahan alam yang diungkapkan oleh tokoh Alif dalam memuji keindahan

pemandangan kampung halamannya.

Adapun kesimpulan dari keseluruhan wujud nilai moral hubungan manusia

dengan alam sekitar, bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai rasa peduli

terhadap alam dan binatang, karena alam dan binatang juga termasuk makhluk

ciptaan Tuhan. Kita diberi tugas untuk selalu menjaga dan melestraikannya.
74

3. Kesesuaian Nilai Moral dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi
sebagai Bahan Pembelajaran di kelas XI SMA

Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang dilakukan

antara pendidik dan peserta didik dalam suatu pembelajaran untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran sastra sangat perlu diajarkan di

sekolah, karena dapat membantu meningkatkan keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan dan dapat mengembangkan cipta dan rasa serta

menunjang pembentukan kepribadian siswa dalam mengapresiasikan karya

sastra dan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal (imajinasi), serta

kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pembelajaran prosa dengan materi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi di sekolah, khususnya di kelas XI SMA hampir sama dengan

pembelajaran jenis prosa lainnya, yaitu menemukan unsur-unsur pembangun

yang terdapat dalam karya sastra meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Pembelajaran sastra ini difokuskan pada nilai moral dalam novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi, tetapi terlebih dahulu membahas unsur intrinsik

yang terdapat dalam novel tersebut.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan umum pembelajaran sastra di kelas XI SMA adalah siswa mampu

menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk

pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan dan kemampuan

berbahasa. Tujuan pembelajaran sastra yang ingin dicapai dalam pembelajaran

sastra ini disesuaikan dengan silabus.


75

1) Standar kompetensi

Standar kompetensi yang dicapai adalah 7. memahami berbagai novel

Indonesia/ terjemahan. Novel yang akan digunakan dalam pembelajaran sastra

ini sesuai dengan standar kompetensi yakni novel Indonesia yang berjudul

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi.

2) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra ini adalah 7.2

menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan.

Hal itu sesuai dengan yang diteliti oleh penulis yaitu menganalisis unsur

intrinsik dalam novel Rantau 1 Muara yang meliputi tema, tokoh, alur, latar,

dan sudut pandang. Kemudian nilai moral yang penulis analisis, juga

merupakan unsur ekstrinsik pada novel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil

analisis penulis dengan kompetensi dasar sesuai untuk pembelajaran sastra di

kelas XI SMA.

3) Indikator

Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sastra ini ialah

menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia. Sesuai dengan

indikator yang ingin dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar,

pembelajaran sastra dengan materi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsiknya dilanjutkan dengan

menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut.

Pembelajaran novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini bertujuan

melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai
76

moral yang terdapat dalam novel tersebut. Selain itu, sesuai dengan indikator

yang ingin dicapai dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik dalam

menemukan unsur intrinsik dan nilai moral yang ada dalam novel serta

mengambil nilai-nilai yang baik untuk dijadikan sebagai teladan.

Contoh nilai moral yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi peserta didik

sebagai berikut.

“Pagi besoknya aku raih tangan Amak lalu aku cium dan letakkan di
kening. “Mohon doa restu Amak selalu agar sukses di rantau
urang.” Tangan Amak mengusap kepalaku seperti dulu, dan belaian
tangan itu sudah cukup membuat aku tenang. Doa Amak aku
bayangkan sedang terbang melesat melintas langit dan diikuti doa
Safya dan Laily. Aku yakin, doa mereka adalah kombinasi doa
terbaik dan termujarab.”
(R1T:175)

Kutipan di atas menggambarkan nilai moral dapat dijadikan sebagai

teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Sikap

berbakti kepada orang tua yang harus dilakukan oleh anak karena mereka yang

telah melahirkan dan membesarkan kita. Sesuai dengan kutipan di atas, novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sesuai dengan indikator yang akan

dicapai pada pembelajaran sastra ini.

b. Bahan Pembelajaran Sastra

Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra. Pemilihan novel Rantau 1 Muara sebagai bahan

pembelajaran sastra di kelas XI SMA dapat dilihat dari segi yaitu segi bahasa,

segi psikologi, dan latar belakang budaya.


77

1) Segi Bahasa

Novel sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA, novel tersebut

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Dari segi bahasa,

novel Rantau 1 Muara disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

sederhana sehingga mudah dipahami oleh peserta didik, hanya saja dalam

novel tersebut terdapat kata-kata yang menggunakan bahasa Inggris. Namun,

kata-kata bahasa Inggris dalam novel Rantau 1 Muara itu selanjutnya diartikan

oleh pengarang sendiri sehingga mempermudah siswa untuk memahami isi

novel tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Wahai para perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan


kami para lelaki? Kami makhluk yang lemah dan bodoh dalam
membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan jelas. We are not
mind readers. Kami bukan cenayang.”
(R1T:192)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam novel tersebut terdapat bahasa

Inggris, tetapi kosakata yang digunakan tersebut dijelaskan oleh pengarang itu

sendiri. Misalnya kata we are not mind readers dalam novel itu diterjemahkan

pengarang itu sendiri melalui dialog tokoh. Pemunculan kosakata baru dalam

novel menambah pembedaharaan kosakata baru bagi siswa. Keberadaan kata-

kata bahasa Inggris dalam novel Rantau 1 Muara ini menambah keberagaman

bahasa yang berguna untuk menarik para pembaca. Kata-kata tersebut juga

tidak menganggu pembaca dalam memahami isi cerita novel tersebut. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA karena

novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami.


78

2) Segi Psikologis

Bahan pembelajaran sastra hendaknya memperhatikan tahap-tahap

perkembangan psikologi peserta didik. Tahap perkembangan psikologi ini

sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir dan kemungkinan

pemahaman dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, bahan pembelajaran

prosa melalui novel Rantau 1 Muara sudah dapat diterima kehadirannya pada

usia anak kelas XI SMA.

Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA mengandung permasalahan hidup dan persoalan nilai-

nilai kehidupan. Siswa dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan

mencari penyelesaian tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, misalnya Alif sebagai tokoh utama

dalam novel mempunyai kontribusi yang penting dalam cerita, permasalahan-

permasalahan dalam cerita tokoh Alif mempunyai sikap yang baik dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Alif yang telah lulus

dengan menyadang CV yang baik akibat segudang pengalaman, harus tercekik

dalam jeratan krisis moneter yang melanda Indonesia . Setelah hampir berputus

asa ia menemukan jalan di kantor berita impiannya, sebuah jalan yang harus ia

tempuh untuk mencapai tujuan. Dunia jurnalistik mempertemukannya dengan

orang-orang berpengaruh di negara ini, dibimbing oleh Mas Aji dan Mas

Malaka, Alif, Pasus, Dinara dan rekan-rekan lainnya belajar dan bekerja untuk

menghasilkan karya yang layak. Dengan latar belakang berupa tantangan dari

sahabatnya Randai, Alif mati-matian mengejar beasiswa ke negara impiannya,


79

Amerika. Sukses dengan beasiswa, Alif mulai mencari tujuan berlabuh hatinya,

seorang yang sudah lama menghantuinya sejak pertemuan mereka yang kedua

kalinya. Bersama mereka belajar saling ikhlas menerima dan memaafkan,

saling menguatkan saat sebuah kejadian besar sempat merenggut semangat.

Bersama mereka mendayung kano kehidupan, mencari muara yang hendak

mereka labuhi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Jadi Lif, karena mulai minggu depan kita akan menyusutkan


halaman, saya mohon pengertianmu. Untuk sementara waktu, kami
tidak akan bisa memuat tulisan dari penulis luar lagi. Karena itu,
kontrakmu menulis teratur untuk sementara kami tangguhkan. Sekali
lagi, untuk sementara aja, sampai situasi kembali normal.” (R1T:17)

Berdasarkan uraian di atas, siswa dapat memberikan rasa empati dalam

setiap permasalahan dalam novel itu sehingga siswa menemukan falsafah yang

dipetik dalam cerita, keberagaman unsur yang terdapat dalam novel dapat

memberikan pengaruh khusus terutama aspek psikologis pembacanya dan

dapat dijadikan gambaran jika suatu saat mengalami permasalahan yang

serupa. Tingkat perkembangan jiwa siswa dapat mempengaruhi proses belajar

bagi siswa di kelas. Melalui tahap realistik yang dialami siswa, peserta didik

dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan mencari penyelesaian

tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara

karya Ahmad Fuadi ini.

3) Segi Latar Belakang Budaya

Para siswa akan mudah tertarik pada karya sastra dengan latar belakang yang

erat hubungannya dengan latar belakang yang berasal dari lingkungannya. Seorang

guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswanya sehingga


80

dapat menyajikan sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar

jangkauan pembayangan yang dimiliki oleh siswa. Novel Rantau 1 Muara

menghadirkan cerita dengan latar belakang di Indonesia, lebih tepatnya di

Minanjau, Sumatra Barat. Selain itu, latar belakang cerita dalam novel ini

sejajar dengan latar belakang kehidupan peserta didik yaitu sebagai seorang

anak dalam taraf belajar yang berjuang keras menggapai cita-citanya.

Konflik yang ditampilkan dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari yang berlatar budaya di Indonesia dengan masalah-masalah

kehidupan yang sering terlihat pada umumnya. Novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi menghadirkan cerita yang di dalamnya terdapat nilai moral yang

sangat kental sehingga peserta didik diharapkan dapat mencontoh nilai-nilai

moral yang dapat dijadikan teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Salah satu contohnya ialah perjuangan tokoh Alif dalam mengejar impiannya.

“Keajaiban injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari


ini aku mendapat e-mail resmi dari dua fakultas komunikasi yang
bagus di East Coast. Boston University dan George Washington
university di Washington DC. Mereka telah menyetujui aplikasi S-2
ku.”
(R1T:186)

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI

SMA karena latar belakang budaya novel tersebut berasal dari budaya bangsa

sendiri dan sesuai dengan latar belakang budaya siswa sebagai seorang peserta

didik.
81

c. Sumber Belajar

Pada kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari

guru saja. Namun, buku pelajaran juga dapat sebagai sumber belajar. Pelajaran

akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil

belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat.

Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra (novel), pribadi

guru, dan buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hasil karya sastra

misalnya novel, siswa dapat secara langsung mengidentifikasi novel secara

keseluruhan, baik unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel yang dianalisis

diutamakan novel yang mempunyai nilai estetik (keindahan) artinya novel

tersebut adalah novel sastra. Adapun novel yang dianalisis adalah novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Buku yang digunakan sebagai sumber

yaitu buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI karya Muhammad

Rohmadi dan Yuli Kusumawati, dan LKS Bahasa Indonesia kelas XI karya

Drs. Sahid Yudha, penerbit Citra Pustaka, 2013, Surakarta.


BAB V
PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran. Pada simpulan ini disajikan pokok

temuan penelitian sebagai penjawab masalah yang dirumuskan sebelumnya. Saran

memuat usulan peneliti terhadap pembaca, khususnya pihak yang diandaikan

dapat memanfaatkan temuan penelitian ini.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi sebagaimana telah disajikan dalam bab IV, dapat

ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

berikut ini.

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

meliputi lima unsur, yaitu (a) tema dalam novel ini adalah perjuangan untuk

menggapai impian dan cita-cita (b) tokoh dalam novel ini dibagi menjadi dua,

yaitu tokoh utama adalah Alif Fikri dan tokoh tambahan adalah Randai, Pasus,

Dinara, dan Garuda, (c) alur yang digunakan dalam novel Rantau 1 Muara

adalah alur maju atau progresif, (d) latar dalam novel ini terdiri dari latar

tempat di antaranya di Bandung, Washington DC, New York, latar waktu yang

digunakan adalah pagi hari, siang hari, dan malam hari yang merupakan

rutinitas Alif sehari-hari, sedangkan latar sosial dalam novel ini melukiskan

pandangan hidup Alif tentang perjuangan dan pencarian tujuan hidup, (d) sudut

pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara tersebut saling

82
83

berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan antarberbagai

unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur yang terjalin

sangat erat.

2. Nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

meliputi empat wujud nilai moral yaitu 1) Nilai moral hubungan manusia

dengan Tuhan meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun

kepada Allah, 2) Nilai moral hubungan manusia dengan manusia meliputi

sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, memuji

(menyanjung orang lain), dan menasihati, 3) Nilai moral hubungan manusia

dengan diri sendiri meliputi niat baik, ramah, sabar, kasih sayang, dan pantang

menyerah, 4) Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti

sayang binatang dan memuji keindahan alam. Nilai moral dalam novel Rantau

1 Muara ini disajikan melalui susunan cerita. Pengarang dalam menyampaikan

nilai moral tidak secara langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu

menceritakan kehidupan yang baik, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan

kejenuhan dan memberikan kesan menggurui atau lebih tepatnya untuk

kepentingan keindahan, sehingga dengan hadirnya nilai-nilai moral yang

terkandung dalam karya sastra dapat dijadikan sebagai pendidikan moral bagi

siswa.

3. Kesesuaian nilai moral novel Rantau 1 Muara sebagai bahan pembelajaran di

kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang

budaya. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel Rantau 1

Muara adalah sederhana dan mudah dipahami oleh siswa, dari segi psikologis
84

permasalahan yang ada dalam novel Rantau 1 Muara sesuai dengan usia siswa

kelas XI SMA (tahap realistik), dan dari segi latar belakang budaya, budaya

yang ada dalam novel Rantau 1 Muara berasal dari budaya Indonesia sehingga

siswa akan mudah untuk memahaminya. Ketiga aspek tersebut mendukung

novel Rantau 1 Muara disesuaikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas

XI SMA. Pemanfaatan novel Rantau 1 Muara sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA semester 1 terdapat dalam standar kompetensi

membaca: memahami berbagai hikayat, novel terjemahan dengan kompetensi

dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan.

B. Saran

1. Bagi Guru

Pengajar sastra diharapkan, agar novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra sekaligus melestarikan

khasanah kesusastraan Indonesia. Selanjutnya, nilai moral yang terkandung

dalam novel Rantau 1 Muara dapat diterapkan oleh siswa didik di dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat menjadikan nilai moral yang tedapat dalam novel

Rantau 1 Muara ini sebagai perenungan dalam menjalani hidup sehingga

nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap dan perilaku

dalam kehidupan bermasyarakat.


85

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi penelitian

yang serupa dan mampu menemukan nilai-nilai moral yang lain dalam sebuah

novel, agar nantinya dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan dalam

menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar


Baru.

Alwi, Hasan. et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

__________. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri


Semarang.

Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi teori dan praktik.


Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:


Gramedia.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.
Novita Falma, Depi. 2012. “Nilai Moral Dalam Novel Padang Bulan Karya
Andrea Hirata Sebagai Bahan pembelajaran Sastra Di Kelas XI
SMA”. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah
Purworejo, Purworejo.

86
Pradopo, Rachmat Djoko, 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gama media.
__________. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Sulakso, Joko. 2010. “Nilai Pendidikan Moral Cerita Bersambung Harjuna
Kawiwaha dalam Majalah Joko Lodang Karya Wisnu Sri
Widodo”. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah
Purworejo, Purworejo.

Tim. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Purworejo: Universitas


Muhammadiyah Purworejo.
Tischer, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

87
LAMPIRAN
SILABUS

Nama Sekolah : SMA


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester :1

Standar Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber/


Kompetensi Dasar Pembelajaran Pembelajaran Waktu Bahan/ Alat
Membaca
7.Memahami 7.2Menganalisis Novel Indonesia dan  Membaca novel  Menganalisis unsur- Jenis tagihan: 4x45  Novel
berbagai hikayat, unsur-unsur novel terjemahan Indonesia dan novel unsur intrinsik dan  Tugas menit Indonesia
novel Indonesia/ intrinsik dan  Unsur-unsur terjemahan ekstrinsik novel kelompok  Novel
novel terjemahan ekstrinsik novel intrinsik (alur,  Menganali-sis unsur- Indonesia  Ulangan terjemahan
Indonesia/ tema, penokohan, unsur intrinsik dan  Menganalisis unsur-
terjemahan sudut pandang, ekstrinsik unsur intrinsik dan Bentuk
latar, amanat)  Membandingkan ekstrinsik novel Instrumen:
 Unsur-unsur unsur intrinsik dan terjemahan  Uraian bebas
ekstrinsik dalam ekstrinsik novel  Membandingkan  Pilihan
novel terjemahan terjemahan dengan unsur-unsur intrinsik ganda
(nilai budaya, novel Indonesia dan ekstrinsik novel  Jawaban
sosial, moral, dll) terjemahan dengan singkat
novel Indonesia
Sinopsis Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi

Rantau 1 Muara

Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Dia telah mengelilingi separuh dunia,

tulisannya tersebar di banyak media, dan diwisuda dengan nilai terbaik. Dia yakin

perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba merekrutnya.

Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi

mencekik Indonesia dan negara bergolak di masa reformasi. Satu per satu, surat

penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya goyah.

Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah

majalah terkenal. Di sana, hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu pernah

dia curigai. Ke mana arah hubungan mereka? Dari Jakarta, terbuka cakrawala

baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapatkan pekerjaan yang baik

dan memiliki teman-teman baru di Amerika. Hidupnya berkecukupan dan tujuan

ingin membantu adik-adik dan Amak pun tercapai.

Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade

Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus

hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan

ke mana dia akhirnya akan bermuara? Mantra ketiga “man saara ala darbi

washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun

perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.


BIOGRAFI PENGARANG

Ahmad Fuadi, lahir di Minanjau, Sumatra Barat, 30 Desember 1972. Dia

adalah seorang Praktisi konversi, novelis dan wartawan dari Indonesia. Novel

pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari

trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk

berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam

jajaran best seller tahun 2009.

Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah

Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi

wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas

reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia

mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public

Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama

Yayi, istrinya yang juga wartawan Tempo adalah mimpi masa kecilnya yang

menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan

wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan

mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan

beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London

untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur

Komunikasi disebuah NGO Konservasi: The Nature Conservancy.

Vous aimerez peut-être aussi