Vous êtes sur la page 1sur 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS KESEHATAN

IGD TERHADAP TINDAKAN TRIAGE BERDASARKAN PRIORITAS

Yanty Gurning1, Darwin Karim2, Misrawati3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: yantygurning81@gmail.com

Abstract

The purpose of this research was to find out relationship of knowledge and attitude of emergency room workers towards triage
actions based on priority. M e th o d o lo g y o n th i s re se a rc h wa s a descriptive correlative with cross sectional approach.
The study conducted in emergency room of Eka Hospital Pekanbaru with 32 respondents as the sample, which were doctors
and nurses. The sampling method used was total sampling technique. The measuring instrument used was
questionnaire that has been tested for validity and reliability, and also using the observation sheet. The analysis used are
univariate and bivariate analysis by Chi-squared test. The result of this research indicates that majority of respondent’s
knowledge of triage actions with priority was high based on 17 people (53,1%), majority of respondents attitude towards
triage action with priority was positive based on 19 people (59,4%) and majority of the respondents implement triage actions
with priority accordance with the procedure were 18 people (56,3%). The result showed that there was a relationship between
knowledge and attitude of emergency room workers towards triage actions based on priority for the P value < 0,05 which is
(0.036 < 0,05) and ( 0,006 < 0,05). Based on the result of this research, emergency room workers are expected to be able to
conduct triage action based on priority to prevent further death and disability.

Keywords: Attitude, knowledge, triage

PENDAHULUAN Kegagalan dalam penanganan kasus


Kemampuan suatu fasilitas kesehatan kegawatdaruratan umumnya disebabkan oleh
secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan kegagalan mengenal risiko, keterlambatan
perannya sebagai pusat rujukan penderita dari rujukan, kurangnya sarana yang memadai
pra rumah sakit tercermin dari kemampuan maupun pengetahuan dan keterampilan tenaga
instalasi gawat darurat (Hardianti, 2008). medis, paramedis dalam mengenal keadaan
Instalasi gawat darurat (IGD) memiliki peran risiko tinggi secara dini, masalah dalam
sebagai gerbang utama masuknya penderita pelayanan kegawatdaruratan, maupun kondisi
gawat darurat. Keadaan gawat darurat ekonomi (Ritonga, 2007). Menurut Departemen
merupakan suatu keadaan klinis dimana pasien Kesehatan Republik Indonesia (2006), petugas
membutuhkan tindakan medis segera guna kesehatan IGD pada suatu rumah sakit terdiri
menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih dari dokter ahli, dokter umum, dan tenaga
lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia keperawatan yang dibantu oleh perwakilan unit-
nomor 44 tentang rumah sakit, 2009). unit lain. Mengingat banyaknya kasus gawat
Rumah sakit khususnya IGD mempunyai darurat yang paling sering ditemukan di IGD
tujuan agar tercapai pelayanan kesehatan yang seperti trauma, jantung, stroke, anak dan korban
optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta masal, maka untuk memenuhi standar pelayanan
terpadu dalam penanganan tingkat 24 jam/hari petugas kesehatan IGD harus
kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah mendapat pelatihan Advance Trauma Life
resiko kecacatan dan kematian (to save life and Support (ATLS), Basic Trauma Cardiac Life
limb) dengan respon time selama 5 menit dan Support (BT&CLS), Advance Cardiac Life
waktu definitif ≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2008). Support (ACLS), Penanggulangan Penderita
Kematian dan kesakitan pasien sebenarnya dapat Gawat Darurat (PPGD), Advance Neonatus Life
dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha Support (ANLS), Advance Pediatric Life
perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan, Support (APLS), Resusitasi neonatus dan
dimana salah satunya adalah dengan Disaster Management (BT&CLS, 2011)
meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan.

1
Seorang petugas kesehatan IGD harus sebesar 96%. Kegiatan tindakan triage sesuai
mampu bekerja di IGD dalam menanggulangi prosedur dengan kriteria cukup sebesar 66%.
semua kasus gawat darurat, maka dari itu dengan Provinsi Riau khususnya di Kota
adanya pelatihan kegawatdaruratan diharapkan Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit negeri
setiap petugas kesehatan IGD selalu maupun swasta. Salah satu rumah sakit swasta
mengupayakan efisiensi dan efektifitas dalam yang telah lulus akreditasi paripurna dan
memberikan pelayanan. Petugas kesehatan IGD memiliki fasilitas yang lengkap dalam
sedapat mungkin berupaya menyelamatkan memberikan pelayanan pada pasien IGD
pasien sebanyak-banyaknya dalam waktu berdasarkan sistem triage adalah Rumah Sakit
sesingkat-singkatnya bila ada kondisi pasien Eka Hospital. Triage di IGD Rumah Sakit Eka
gawat darurat yang datang berobat ke IGD. Hopital dapat dilakukan oleh dokter umum dan
Pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas tenaga keperawatan (Pelayanan Medis Eka
kesehatan IGD sangat dibutuhkan dalam Hospital, 2012)
pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi Triage yang dilakukan di Rumah Sakit
kesalahan dalam melakukan pemilahan saat Eka Hospital memakai kombinasi antara kategori
triage sehingga dalam penanganan pasien bisa warna dan Patient Acuity Categoriy Scale
lebih optimal dan terarah (Oman, 2008). (PACS) yang terdiri dari 4 kategori yaitu kategori
Triage diambil dari bahasa Perancis merah atau P1 (gawat darurat) dengan respon
“Trier” artinya mengelompokkan atau memilih time 0-5 menit, kategori kuning atau P2 (gawat
(Ignatavicius, 2006 dalam Krisanty, 2009). tidak darurat/ darurat tidak gawat) dengan respon
Triage mempunyai tujuan untuk memilih atau time 5-15 menit, kategori hijau atau P3 (tidak
menggolongkan semua pasien yang memerlukan gawat dan tidak darurat) dengan respon time 30-
pertolongan dan menetapkan prioritas 45 menit, kategori hitam atau P0 (meninggal
penanganannya (Oman, 2008). Triage memiliki sebelum sampai di IGD/ DOA atau Dath of
fungsi penting di IGD terutama apabila banyak Arrival) dengan respon time 30-60 menit
pasien datang pada saat yang bersamaan. Hal ini (Depkes, 2004). Khusus untuk pasien kategori
bertujuan untuk memastikan agar pasien merah atau P1 (gawat darurat) triage dapat
ditangani berdasarkan urutan kegawatannya dilakukan pada saat pasien masih didalam
untuk keperluan intervensi. Triage juga kendaraan atau di depan pintu IGD.
diperlukan untuk penempatan pasien ke area Berdasarkan data dari Medical Record
penilaian dan penanganan yang tepat serta Eka Hospital, kunjungan pasien pada pelayanan
membantu untuk menggambarkan keragaman IGD Rumah Sakit Eka Hospital dari Januari
kasus di IGD (Gilboy, 2005). sampai Desember 2012 sebanyak 11.725 pasien
Petugas kesehatan IGD dalam melakukan dengan rata-rata kunjungan per bulan sebanyak
triage harus berdasarkan standar ABCDE 977 atau sekitar 33 pasien per hari dan total
(Airway: jalan nafas, breathing: pernapasan, pasien yang meninggal sebanyak 64 pasien.
Circulation: sirkulasi, Disability: Kunjungan pasien IGD dari Januari sampai Juni
ketidakmampuan, Exposure: paparan) 2013 sekitar 5.327 pasien dengan rata-rata
(Ignatavicius, 2006 dalam Krisanty, 2009). kunjungan per bulan sebanyak 887 atau sekitar
Triage dapat dilakukan oleh dokter ahli, dokter 29 pasien per hari dan total pasien yang
umum ataupun tenaga keperawatan sesuai meninggal sebanyak 34 pasien.
dengan kelas atau kebijaksanaan rumah sakit Berdasarkan data di atas dapat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, disimpulkan bahwasanya terjadi peningkatan
2004). jumlah kunjungan pasien dan terjadi peningkatan
Penelitian deskriptif yang dilakukan oleh jumlah pasien yang meninggal dari tahun 2012
Sunaryo (2010) tentang beberapa hasil sampai 2013. Hasil observasi awal ditemukan 5
pelaksanaan Triage oleh Perawat di IGD Rumah dari 10 orang petugas kesehatan IGD melakukan
Sakit Immanuel Bandung antara lain kesalahan dalam penempatan pasien. Penempatan
memperlihatkan kegiatan survei primer sesuai pasien yang dilakukan tidak sesuai dengan hasil
dengan standar prosedur dengan kriteria baik triage. Observasi selanjutnya, peneliti
sebesar 0%. Prinsip seleksi sesuai prosedur menemukan bahwa terdapat sebagian petugas
dengan kriteria baik sebesar 0%. Penilaian kesehatan IGD tidak melakukan triage pada saat
prioritas sesuai prosedur dengan kriteria baik menerima pasien baru, sebagian petugas juga
2
melakukan triage pada saat pasien masih berada HASIL PENELITIAN
di depan pintu IGD atau pada saat pasien turun A. Analisa Univariat
dari kendaraan padahal pasien yang mereka
terima tidak dalam kondisi gawat darurat. Tabel 1
Petugas kesehatan IGD langsung menempatkan Distribusi responden berdasarkan umur, jenis
pasien berdasarkan hasil triage yang mereka kelamin, pendidikan, lama bekerja serta
lakukan di depan pintu IGD secara kasat mata pelatihan yang diikuti
dan tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu
di tempat tidur triage. No Variabel Frekuensi Persentase
Saat dilakukan wawancara, sebagian 1 Umur
21-34 28 87,5 %
petugas tidak melakukan triage oleh karena
35-64 4 12,5 %
beberapa alasan, antara lain: tempat tidur triage 2 Jenis kelamin
tidak terpasang tirai sehingga sulit untuk Laki-laki 19 59,4 %
melakukan triage, sebagian pasien tidak sabar Perempuan 13 40,6 %
menunggu untuk segera dilakukan pemeriksaan 3 Pendidikan
dan penanganan pada dirinya sementara pada D III 18 56,3 %
saat yang sama kondisi ruangan IGD sedang S1 14 43,7 %
ramai oleh pasien lainnya ditambah lagi terdapat 4 Lama bekerja
pasien dalam kondisi gawat darurat. Keadaan ≤ 5 tahun 14 43,7 %
tersebut yang menyebabkan pasien mengajukan > 5 tahun 18 56,3 %
keberatan karena merasa tidak ditangani dan 5 Pelatihan yang diikuti
dilayani dengan baik dan segera. Petugas BHD 5 15,6 %
BTCLS 5 15,6 %
kesehatan IGD juga mengatakan bahwa tidak ACLS 4 12,5 %
dilakukannya triage karena pasien bisa berjalan ATLS dan ACLS 4 12,5 %
sehingga disimpulkan bahwa pasien berada pada ACLS dan PPGD 6 18,8 %
kondisi tidak gawat tidak darurat. BTCLS dan PPGD 3 9,4 %
Berdasarkan fenomena di atas peneliti ATLS, ACLS dan PPGD 2 6,3 %
ATLS, ACLS dan 3 9,4 %
tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat
Resusitasi Neonatus
pengetahuan dan sikap petugas kesehatan IGD
terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas
Berdasarkan tabel 1 di atas, mayoritas umur
responden antara umur 21-34 tahun berjumlah 28
TUJUAN PENELITIAN
orang (87,5%). Mayoritas responden berjenis
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelamin laki-laki berjumlah 19 orang (59,4%),
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas
mayoritas tingkat pendidikan responden adalah D
kesehatan IGD terhadap tindakan triage
III berjumlah 18 orang (56,3%), mayoritas lama
berdasarkan prioritas.
bekerja responden adalah > 5 tahun berjumlah 18
orang (56,3%), mayoritas pelatihan yang diikuti
METODOLOGI PENELITIAN
responden adalah ACLS dan PPGD berjumlah 6
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
orang (18,3%).
korelatif, yaitu untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan
Tabel 2
IGD terhadap tindakan triage berdasarkan
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan petugas
prioritas. Sampel penelitian berjumlah 32 orang
kesehatan IGD terhadap tindakan triage
yang terdiri dari 8 orang dokter dan 24 orang
berdasarkan prioritas
perawat di IGD Rumah Sakit Eka Hospital
dengan menggunakan teknik total sampling. Alat
No Tingkat Frekuensi Persentase
pengumpul data yang digunakan adalah lembar Pengetahuan (%)
kuesioner dan lembar observasi. Analisa data
yang digunakan yaitu analisa univariat dan 1 Tinggi 17 53,1
2 Sedang 15 46,9
analisa bivariat menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kemaknaan (α = 0.05) (Hastono, Total 32 100
2007).

3
Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa dari Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihat bahwa dari
32 orang responden yang diteliti, mayoritas 17 orang responden yang memiliki pengetahuan
berpengetahuan tinggi dengan jumlah 17 orang yang tinggi terdapat 13 orang responden (76,5%)
(53,1%). yang telah sesuai prosedur melaksanakan
tindakan triage berdasarkan prioritas dan 4 orang
Tabel 3 responden (23,5%) yang tidak sesuai prosedur
Distribusi frekuensi responden berdasarkan melaksanakan tindakan triage berdasarkan
sikap petugas kesehatan IGD terhadap tindakan prioritas. Berdasarkan uji statistik didapatkan
triage berdasarkan prioritas odds ratio untuk variabel tingkat pengetahuan
adalah sebesar 6,500. Hal ini menunjukkan
No Sikap Frekuensi Persentase bahwa responden yang memiliki tingkat
(%) pengetahuan yang sedang beresiko 6,500 kali
1 Positif 19 59,4 untuk tidak sesuai dengan prosedur dalam
2 Negatif 13 40,6
melaksanakan tindakan triage berdasarkan
Total 32 100 prioritas dibanding dengan responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi.
Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan mayoritas Berdasarkan uji statistik Chi-square
responden memiliki sikap positif terhadap menunjukkan P value < α (0,036 < 0,05) jadi
tindakan triage berdasarkan prioritas dengan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
jumlah 19 orang (59,4%). bermakna antara tingkat pengetahuan petugas
kesehatan IGD terhadap tindakan triage
Tabel 4 berdasarkan prioritas.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
tindakan triage petugas kesehatan IGD Tabel 6
Distribusi hubungan sikap petugas kesehatan
No Tindakan Frekuensi Persentase IGD terhadap tindakan triage berdasarkan
(%) prioritas.
1 Sesuai 18 56,3
2 Tidak sesuai 14 43,7
Tindakan triage
Total 32 100 Variabel Berdasarkan OR
Sikap prioritas Total (95 P
Sesuai Tidak %
Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan gambaran CI)
sesuai
mayoritas responden telah sesuai melaksanakan
15 4 19
tindakan triage berdasarkan prioritas dengan Positif (78,9%) (21,1%) (100%)
jumlah 18 orang (56,3%). 12, 0,006
3 10 13
Negatif (23,1%) (76,9%) (100%) 500
A. Analisa Bivariat
18 14 32
Total (56,3%) (43,7%) (100%)
Tabel 5
Distribusi hubungan pengetahuan petugas
kesehatan IGD terhadap tindakan triage Berdasarkan tabel 6 di atas, terlihat bahwa dari
berdasarkan prioritas 19 orang responden yang memiliki sikap yang
positif terdapat 15 orang responden (78,9%) yang
Variabel Tindakan triage telah sesuai prosedur melaksanakan tindakan
Penge- Berdasarkan OR
triage berdasarkan prioritas dan 4 orang
tahuan prioritas Total (95 P
Sesuai Tidak % responden (21,1%) yang tidak sesuai prosedur
sesuai CI) melaksanakan tindakan triage. Berdasarkan uji
Tinggi 13 4 17 statistik didapatkan odds ratio untuk variabel
(76,5%) (23,5%) (100%) sikap adalah sebesar 12,500. Hal ini
Sedang 5 10 15 6,50 0,036 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
(33,3%) (66,7%) (100%) 0
sikap negatif beresiko 12,500 kali untuk tidak
Total 18 14 32
(56,3%) (43,7%) (100%)
sesuai dengan prosedur dalam melaksanakan
tindakan triage berdasarkan prioritas dibanding
4
dengan responden yang memiliki sikap positif. Pendidikan
Berdasarkan uji statistik Chi-square Latar belakang pendidikan petugas
menunjukkan P value < α (0,006 < 0,05) jadi kesehatan IGD Rumah Sakit Eka Hospital adalah
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang DIII, S1 keperawatan dan kedokteran. Hasil
bermakna antara sikap petugas kesehatan IGD penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas. responden memiliki pendidikan terakhir pada
jenjang DIII, yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).
Menurut U.S Departement of labor (2005),
PEMBAHASAN lulusan sarjana muda dan diploma atau setingkat
1. Analisa Univariat merupakan sumber daya yang tumbuh paling
a. Karakteristik Responden signifikan dalam dunia kerja (Potter & Perry,
2009). Menurut Notoatmodjo (2005),
Umur mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang
Umur responden dikategorikan berdasarkan akan mempengaruhi pengetahuannya. Petugas
teori yang dikemukakan oleh Wong, dkk (2008) kesehatan IGD yang dapat melakukan tindakan
yang digolongkan kedalam usia dewasa awal tindakan triage minimal berpendidikan DIII.
(21-34 tahun), dewasa tengah (35-64 tahun) dan
dewasa akhir (> 65 tahun). Pada penelitian ini Lama kerja
diketahui bahwa mayoritas responden berada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada rentang umur 21-34 yaitu sebanyak 28 responden terbanyak adalah yang telah bekerja >
orang. Menurut Notoatmodjo (2005) usia 5 tahun sebanyak 18 orang (56,3%). Lama
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola bekerja seseorang akan menentukan banyak
pikir seseorang, semakin bertambah usia akan pengalaman yang didapatkannya. Sunaryo,
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola (2004) mengemukakan bahwa tingkat
pikirnya sehingga pengetahuan yang kematangan dalam berpikir dan berperilaku
diperolehnya semakin membaik. Pada usia dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan sehari-
dewasa awal petugas kesehatan yang sudah hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
terlatih dapat melakukan tindakan triage karena masa kerja akan semakin tinggi tingkat
usia dewasa adalah waktu pada saat seseorang kematangan seseorang dalam berpikir sehingga
mencapai puncak dari kemampuan intelektualnya lebih meningkatkan pengetahuan yang dimiliki.
(King, 2010). Kemampuan berpikir kritis pun Lama bekerja seorang petugas kesehatan IGD
meningkat secara teratur selama usia dewasa dapat melakukan triage minimal memiliki masa
(Potter & Perry, 2009). kerja > 2 tahun.
Jenis Kelamin Pelatihan yang diikuti
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan
bahwa mayoritas responden berjenis kelamin bahwa mayoritas petugas kesehatan IGD telah
laki-laki yaitu sebanyak 19 orang responden mengikuti pelatihan ACLS dan PPGD sebanyak 6
(59,4%). Hal ini menunjukkan bahwa petugas orang responden (18,8%). Pelatihan didapatkan
kesehatan IGD lebih banyak di butuhkan seseorang akan menambah pengetahuan dan skill
tenaganya untuk menangani beberapa kasus yang seseorang dalam membantu pasien yang dalam
cukup serius dibandingkan petugas kesehatan keadaan gawat darurat. Hal ini sejalan dengan yang
perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh Joeharno (2008) bahwa
Siagian (2004) yang menyatakan bahwa petugas pelatihan yang diselenggarakan kepada petugas
kesehatan IGD berjenis kelamin laki-laki secara kesehatan IGD memberi pengaruh terhadap
fisik lebih kuat dibandingkan perempuan tetapi peningkatan pengetahuan dalam memberikan
dalam hal ketanggapan memilah pasien tidak ada pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Petugas
perbedaan dengan petugas kesehatan yang kesehatan IGD yang dapat melakukan tindakan
berjenis kelamin perempuan. triage minimal pernah mengikuti pelatihan
kegawatdaruratan.

5
b. Pengetahuan Terhadap Tindakan Triage pengalaman, intelegensi dan bertambahnya
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa umur. Sikap negatif petugas kesehatan terhadap
mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tindakan triage dipengaruhi oleh beberapa faktor
tinggi sebanyak 17 orang (53,1%) dari 32 orang yaitu karena situasi pasien yang sedang ramai,
responden yang diteliti. Hal ini dapat dihubungkan tempat tidur triage yang kurang mencukupi bila
dengan tingkat pendidikan petugas kesehatan IGD pasien yang datang saat bersamaan
sebagian besar adalah DIII keperawatan. Menurut
Iqbal, Chayatin, Rozikin dan Supradi (2007) d. Tindakan triage
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin Hasil penelitian memperlihatkan mayoritas
mudah pula mereka menerima informasi dan responden melaksanakan tindakan triage
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. berdasarkan prioritas yang sesuai prosedur
Pengetahuan tidak hanya diperoleh dibangku sebanyak 18 orang (56,3%) dari 32 orang
pendidikan tetapi dapat juga diperoleh dari responden. Menurut Yusuf (2004) perilaku
informasi yang baik secara langsung maupun tidak seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
langsung. Lingkungan pekerjaan juga dapat yang dimilikinya, jika individu memiliki
mempengaruhi pengetahuan seseorang, dimana pengetahuan yang tinggi maka mereka akan
seringnya dilakukan pelatihan internal maupun cenderung melaksanakan tindakan yang sesuai,
eksternal di Rumah Sakit Eka Hospital yang dengan demikian pengetahuan sangat berperan
sangat mempengaruhi pengetahuan petugas penting dalam perilaku seseorang. Pelatihan-
kesehatan IGD dalam melakukan tindakan triage. pelatihan serta simulasi tentang triage pada
korban disaster yang sering dilakukan di Rumah
Pengetahuan tentang triage yang dimiliki Sakit Eka sangat mempengaruhi pengetahuan
oleh petugas kesehatan IGD akan sangat petugas kesehatan IGD karena tindakan yang
membantu petugas dalam mengenal kasus-kasus didasari pengetahuan akan lebih langgeng bila
kegawatan dan selain berguna untuk kualitas dibandingkan yang tidak didasari pengetahuan.
pelayanan juga dapat mencegah kematian dan
kecacatan lebih lanjut.. Hasil penelitian ini 2. Analisa Bivariat
sejalan dengan penelitian Lusiana (2011) Hubungan tingkat pengetahuan petugas
tentang pelaksanaan triage di IGD Rumah Sakit kesehatan IGD terhadap tindakan triage
Puri Indah Jakarta bahwasanya hubungan antara berdasarkan prioritas
pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam pelaksanaan triage. dari 17 orang responden yang berpengetahuan
tinggi yang melaksanakan tindakan triage
c. Sikap Terhadap Tindakan Triage berdasarkan prioritas yang sesuai prosedur
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 13 orang responden (76,5%). Hasil
mayoritas responden memiliki sikap yang positif statistic uji Chi-Square didapatkan P value < α
yaitu sebanyak 19 orang (59,4%) dari 32 orang (0,036 < 0,05) maka Ho ditolak sehingga
responden. Sikap adalah reaksi atau respon yang terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage
atau objek (Fitriani, 2011). Sikap merupakan berdasarkan prioritas.
kecenderungan merespon (secara positif atau Hasil penelitian ini didukung dengan teori
negatif) terhadadap situasi atau objek tertentu. dimana pengetahuan atau kognitif merupakan
Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari domain yang sangat penting untuk terbentuknya
dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan suatu tindakan. Perilaku yang didasari
latihan sepanjang perkembangan individu. pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang
Azwar (2008), mengatakan pembentukan tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang triage maka tindakan terhadap triage berdasarkan
dianggap penting, media massa, institusi atau prioritas juga tidak akan sesuai.
lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan Pengetahuan dapat berkembang setiap saat
faktor emosi dalam diri individu. Perubahan sikap dimana proses belajar memegang peranan
petugas kesehatan terhadap tindakan triage penting dalam perkembangan. Menurut Hari
dikarenakan petugas telah memliki pengetahuan, (2009) belajar adalah suatu kegiatan menambah
6
dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, negatif terkadang akan memberikan pemahaman
dengan belajar akan diperoleh tingkah laku baru, informasi yang salah. Hasil penelitian ini sejalan
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu sehingga dengan penelitian Lusiana (2011) tentang
timbullah pengertian baru yang diikuti dengan pelaksanaan triage di IGD Rumah Sakit Puri
perkembangan sifat-sifat sosial dan emosional. Indah Jakarta bahwasanya sikap sangat
Selain itu penelitian Roger (1974) yang dikutip mempengaruhi dalam pelaksanaan triage.
Notoatmodjo (2005) mengemukakan bahwa Sikap itu dapat terbentuk dari beberapa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru faktor yang mempengaruhi, salah satunya orang
didalam diri orang tersebut terjadi beberapa lain yang dianggap penting atau orang yang
proses berurutan yaitu: kesadaran, merasa dihormati atau disegani. Hal yang mendukung
tertarik, menimbang-menimbang, mencoba dan sikap positif petugas kesehatan IGD terhadap
beradaptasi dimana subjek berperilaku baru tindakan triage berdasarkan analisa peneliti yaitu
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan adanya supervisi yang dilakukan oleh pihak
sikapnya terhadap stimulus. managemen pada saat bekerja, sering dilakukan
Sunaryo, (2004) mengatakan bahwa tracer oleh AT Corporate (Assessment Team
pengetahuan merupakan hal yang sangat Corporate) dalam rangka persiapan JCI dan
mempengaruhi petugas kesehatan dalam adanya pengaruh koordinator dan kepala IGD
menerapkan dan menggunakan materi sesuai yang selalu memantau kerja bawahannya.
dengan yang situasi dan kondisi nyata. Pemantauan yang dilakukan orang yang dianggap
Berdasarkan analisa peneliti selama melakukan penting di lingkungan pekerjaan sangat
penelitian, pengetahuan petugas kesehatan di mempengaruhi tindakan triage yang dilakukan
EKA Hospital meningkat karena didukung oleh petugas kesehatan IGD.
dengan seringnya diadakan pelatihan-pelatihan
internal maupun eksternal, desiminasi ilmu,
pembekalan ilmu yang diberikan untuk persiapan KESIMPULAN
JCI (Joint Comission International), simulasi Setelah dilakukan penelitian tentang
langsung tentang tindakan triage pada korban hubungan tingkat pengetahuan dan sikap petugas
disaster yang diadakan oleh pihak rumah sakit kesehatan IGD terhadap tindakan triage
kepada karyawan. berdasarkan prioritas maka diketahui bahwa
petugas kesehatan IGD mayoritas memiliki
Hubungan sikap petugas kesehatan IGD pengetahuan yang tinggi terhadap tindakan
terhadap tindakan triage berdasarkan triage berdasarkan prioritas sebanyak 17 orang
prioritas responden (53,1%). Mayoritas petugas kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IGD memiliki sikap yang positif terhadap
dari 19 orang responden yang memiliki sikap tindakan triage berdasarkan prioritas sebanyak
positif yang melaksanakan tindakan triage 19 orang responden (59,4%), dan sebagian besar
berdasarkan prioritas yang sesuai prosedur petugas kesehatan IGD melaksanakan tindakan
sebanyak 15 orang responden (78,9%). Hasil triage berdasarkan prioritas sesuai prosedur
statistik uji Chi-Square didapatkan P value < α sebanyak 18 orang responden (56,3%).
(0,006 < 0,05) maka Ho ditolak sehingga Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
terdapat hubungan antara sikap petugas hubungan yang bermakna antara tingkat
kesehatan IGD terhadap tindakan triage pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap
berdasarkan prioritas. tindakan triage berdasarkan prioritas dengan P
Notoatmodjo (2007), mengemukakan value < α (0,036 < 0,05) dan ada hubungan antara
bahwa tindakan yang dilakukan individu sikap petugas kesehatan IGD terhadap tindakan
cenderung dipengaruhi oleh informasi dan triage berdasarkan prioritas dengan P value < α
pengetahuan yang dimilikinya. Sikap yang (0,006 < 0,05).
positif terhadap suatu informasi yang diterima
seseorang dapat mempengaruhi setiap tindakan SARAN
yang akan dilakukannya. Seseorang yang 1. Bagi pengembangan ilmu keperawatan Bidang
bersikap positif akan cenderung untuk ilmu keperawatan diharapkan
memahami dengan benar setiap informasi atau setiap perawat diharuskan mengikuti
pengetahuan yang ada, sebaliknya sikap yang pelatihan-pelatihan kegawatdaruratan untuk
7
mengembangkan keilmuannya terkait dengan DAFTAR PUSTAKA
tindakan triage agar mampu memilah pasien Azwar,S. (2008). Sikap manusia: teori dan
berdasarkan prioritas untuk mencegah pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
terjadinya kematian dan kecacatan yang lebih pelajar.
lanjut.
2. Bagi rumah sakit Basoeki, A.P., Koeshartono, Rahardjo. E., &
Bagi rumah sakit hasil penelitian ini dapat Wirjoatmodjo. (2008). Penanggulangan
menjadi masukan agar merevisi kembali penderita gawat darurat anestesiologi &
standart prosedur tentang triage yang ada di reanimasi. Surabaya: FK. Unair.
Eka Hospital. Petugas kesehatan IGD Departemen Kesehatan RI. (2004). Sistem
diharapkan melakukan tindakan triage pada penanggulangan gawat darurat terpadu.
saat pertama kali kontak dengan pasien dan Jakarta: Bakti Husada.
tidak perlu meletakkan pasien ditempat
Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman
tidurtriage lagi untuk melakukan triage sesuai
pelayanan gawat darurat. Jakarta:
dengan konsep triage.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
3. Bagi petugas kesehatan Rumah Sakit Khusus dan Swasta.
Bagi petugas kesehatan hasil penelitian
ini diharapkan dapat memotivasi agar tetap (2006). Sistem penanggulangan
melakukan triage pada saat menerima pasien gawat darurat (SPGD). Jakarta:
baru sesuai dengan standar prosedur yang Departement Kesehatan.
berlaku serta mengikuti semua pelatihan yang Departement Kesehatan RI. (2009). Petunjuk
berkaitan dengan kegawatdaruratan. teknis penggunaan DAK bidang
4. Bagi peneliti lain kesehatan. Jakarta: Departement
Hasil penelitian ini menjadi dasar bagi Kesehatan.
penelitian selanjutnya dan hendaknya
menambah jumlah sampel penelitian dan Fitriani, S. (2011). Promosi kesehatan.
menambah lokasi penelitian.Penelitian Yogyakarta: Graha Ilmu.
selanjutnya diharapkan tidak hanya Gilboy,N. (2005).Australasian triage
menghubungkan pengetahuan dan sikap saja scale.
tetapi bisa menghubungkan dengan Australia: Emergency Department.
respontime dalam melakukan triage.
Hardianti. (2008). Gambaran kerja perawat
pelaksana unit instalasi gawat darurat.
UCAPAN TERIMAKASIH Jakarta: Trans Info Media
Ucapan terima kasih kepada semua pihak Hastono. (2007). Analisis data. Jakarta: FKM UI.
yang telah membantu dalam penelitian ini Iyer, P. (2004). Dokumentasi keperawatan: suatu
terutama untuk pembimbing I, II dan penguji dan pendekatan proses keperawatan. Jakarta:
seluruh responden dalam penelitian ini. EGC.
Iqbal, Chayatin, Rozikin, & Supradi. (2007).
Promosi kesehatan: Sebuah pengantar
1
Yanty Gurning: Mahasiswa Program Studi promosi belajar mengajar dalam
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu.
2
Ns. Darwin Karim, S.Kep., M.Biomed: Dosen Joeharno, N. (2008). Kinerja perawat dalam
Kelompok Keilmuan Keperawatan Medikal melaksanakan asuhan keperawatan di
Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan rumah sakit dan faktor yang
Universitas Riau, Indonesia mempengaruhi. Diperoleh tanggal 6
3 Januari 2014 dari
Misrawati, M.Kep. Sp.Maternitas: Dosen
Kelompok Keilmuan Keperawatan Maternitas repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas /22397/2/Reference.pdf
Riau, Indonesia Krisanty, P. (2009). Asuhan keperawatan.
Jakarta: Trans Info Media.
King, L.A. (2010). Psikologi umum. Jakarta:
Salemba Humanika.
8
Lusiana, Linda. (2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan
triage di UGD RS Puri Indah Jakarta.
Diperoleh tanggal 07 Januari 2014 dari:
digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Undergraduate-1647-ABSTRAK.pdf
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2005). Promosi kesehatan
teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
. (2007). Promosi kesehatan &
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Oman, Kathleen S. (2008). Panduan belajar
keperawatan emergensi. Jakarta : EGC
Pelayanan Medis Eka Hospital. (2012). Standar
operasional prosedur. Buku panduan
tidak dipublikasikan.
Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental
keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC.
Ritonga. (2007). Manajemen unit gawat darurat
pada penanganan kasus
kegawatdaruratan obstetri. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Sunaryo, Y.E. (2010). Pelaksanaan triage oleh
perawat di instalasi gawat darurat rumah
sakit Immanuel Bandung. Diperoleh
tanggal 11 Agustus 2013 dari:
www.rsimmanuel.com/index.php?option=
com_content&view...
Siagian, S. (2004). Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sunaryo, (2004). Psikologi untuk keperawatan.
Jakarta: EGC.
Undang-undang No.44 (2009). Peraturan rumah
sakit. Diperoleh tanggal 10 Mei 2013
dari:
www.kemendagri.go.id/media/document/
2009/...UU-No.44-2009.doc.
Wong, dkk. (2008). Buku ajar keperawatan
pediatric. Jakarta: EGC.
Yani, A. & Hamid. (2008). Buku ajar riset
keperawatan 2. Jakarta: EGC.
Yusuf, (2004). Pengantar perilaku manusia.
Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi