Vous êtes sur la page 1sur 52

ANALISIS JURNAL INTERVENSI KEPERAWATAN PALIATIF

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QURAN TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI POLI KLINIK HEMODIALISA RSD DR. SOEBANDI
JEMBER
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Ajal dan Paliatif
Dosen Pembimbing : Triana ,S.Kp.,M.Kep

Disusun oleh :
Kelas A Kelompok 3
1. Agus Ramdani Azzaki AK.1.16.005
2. Dapid Arian AK.1.16.011
3. Fitri Suhaebah AK.1.16.021
4. M. Irsal Fadhila AK.1.16.033
5. Madaniawati Nurul Fitri AK.1.16.034
6. N. Aneu Nuraeni AK.1.16.040
7. Sandra Pebriani AK.1.16.045
8. Yuni Saputri AK.1.16.053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS JURNAL
INTERVENSI KEPERAWATAN PALIATIF PENGARUH TERAPI MUROTTAL
AL-QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL YANG MENJALANI HEMODIALISA DI POLI KLINIK HEMODIALISA
RSD DR. SOEBANDI JEMBER” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan paliatif dan ajal, serta untuk mengetahui dan memahami tentang Analisis
jurnal intervensi keperawatan pada pasien paliatif dengan kecemasan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada makalah ini.

Bandung, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II Tinjauan Teori

2.1 Konsep Teori Keperawatan Paliatif .................................................................. 3


2.2 Konsep Teori Gagal Ginjal ............................................................................... 7
2.3 Konsep Teori Kecemasan ................................................................................ 11
2.4 Konsep Teori Murottal Al-Quran ..................................................................... 18

BAB III Pembahasan

3.1 Analisis Jurnal ................................................................................................. 22


3.2 Lampiran Jurnal ............................................................................................... 36

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 47


4.2 Saran ................................................................................................................. 48

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 49

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau
produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu
sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa,
terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
(acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure =
CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil
pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen
dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan
fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah
jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada
penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori tentang keperawatan paliatif ?
2. Bagaimana konsep teori gagal ginjal ?
3. Bagaimana konsep teori kecemasan ?
4. Bagaimana konsep teori Murottal Al-Qur’an ?

1
5. Bagaimana murottal Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
pasien gagal ginjal yang menjalani Hemodialisa ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap tingkat


kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani Hemodialisa di poli klinik
Hemodialisa di RS Dr. Soebandi jember dan untuk mengetahui penerapan
intervensi untuk klien dengan penyakit palliatif.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Keperawatan Paliative


2.1.1 Definisi Palliative Care
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah
setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada
pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit
itu sendiri atau memberikan menyembuhkan.
Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan
meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit
yang kompleks. Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa
evolusi. Menurut WHO pada 1990 Palliative Care adalah perawatan total
dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya tidak lagi responsive
terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas
Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya
sudah tidak respossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak
dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisi
Palliative Care menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.
Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005
bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan
pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak

3
Palliative Care harus diberikan kepada penderita itu. Palliative Care tidak
berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Palliative
Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani,
tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual. Titik pusat
dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien
secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk
itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan
terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan
demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbulah
pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup
pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-
medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi
bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
2.1.2 Klasifikasi Palliative Care
Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa
macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi
religious sangat penting dalam memberikan palliative care.

4
Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah
pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama
sangat membantu dalam mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan
terapi paliatif religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada
pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami
ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain
meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu
agama. Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan
adalah :
a) Doa dan dzikir
b) Optimisme
c) Sedekah
d) Shalat Tahajud
e) Puasa
2. Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan
dengan menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker
yang akan membantu pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan.
Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama dengan
menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi.
Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi
berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin
yang mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker.
Brakiterapi adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi
diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut.
Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk
mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor
local.

5
3. Terapi Paliatif Kemoterapi
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk
memperkecil masa tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri,
terutama pada tumor yang kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang
sensitive terhadap kemoterapi dan mampu menghilangkan nyeri pada
lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan
pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar dipertimbangkan
dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh
akibat desakan massa tumor / metastasis. Pada umumnya
pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk
mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan
pada stadium paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis /
fraktur limpeding / tulang panjang.
5. Terapi Musika
Alunan maausik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke,
demikian hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke
yang rajin mendengarkan music setiap hari, menurut hasil riset itu
ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya dan
memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak
menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai
salah satu terapi kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat
dalam Jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan
efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama bahwa
mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat
meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negative.

6
6. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan
citra fisik, harga diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan
sebagainya dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan penanganan
antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
7. Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi
banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria, stress, fobia
(ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu),
gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.

2.2 Konsep Teori Gagal ginjal


2.2.1 Definisi Gagal Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium didalam darah atau produksi urine.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak
langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur
akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
(Brunner & Suddarth, 2002: 1443).
Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan,

7
ginjal secara relatif mendadak tidak dapat lagi memproduksi cairan urine
yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah tidak
diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal
akut biasanya disertai oliguria (pengeluaran kemih <400ml/ hari). (Price
and Wilson, 1995 : 885).
Acute renal failure (ARF) is the rapid deterioration of renal
function associated with an accumulation of nitrogenous wastes in the
body (azotemia). (Ignatavicius et all, 1995: 2147).
Secara umum, penyakit gagal ginjal adalah penyakit akhir dari
serangkaian penyakit yang menyerang traktus urinarius.
2.2.2 Etiologi
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius
yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak
pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/struktur.
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.
 Menderita penyakit kanker (cancer)
 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada
organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh
infeksi atau dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya
disebut sebagai glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan


fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan
carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta

8
penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis,
Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

Menurut Brunner & Suddarth (2002),menyatakan tiga kategori utama


penyebab gagal ginjal akut antara lain:

a. Prarenal (hipoperfusi ginjal).


Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
misalnya karena kekurangan cairan mendadak (dehidrasi) seperti
pada pasien muntaber yang berat atau kehilangan darah yang banyak
(Lumenta & Nefro, 2004 :65), vasodilatasi (sepsi dan anafilaksis),
gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik).
b. Intrarenal.
Penyebabnya adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, infeksi, agen nefrotoksik, adanya hemoglobin dan
mioglobin akibat cedera terbakar mengakibatkan toksik renal/
iskemia atau keduanya, transfusi terus menerus dan pemakaian obat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
c. Pasca renal
Yang termasuk kondisi penyebab pascarenal antara lain :
Obstruksi traktus urinarius, batu, tumor, BPH, striktur uretra dan
bekuan darah. (Brunner & Suddarth, 2002: 1444).
2.2.3 Tanda dan gejala
 Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.
 Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk
kencing.
 Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain
karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.

9
 Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh
ginjal.
 Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering
disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.
 Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga
mulut.
 Rasa pegal di punggung.
 Gatal-gatal, utamanya di kaki.
 Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami


penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah
/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel
Darah Putih / Lekosit, Bakteri.

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal
ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual,
muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi.
Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan
Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.

2.2.4 Komplikasi
a. Gagal Ginjal Akut
 Edema Paru-Paru
Edema paru-paru terjadi akibat terjadinya penimbunan cairan
serosa atau serosanguinosa yang berlebihan di dalam ruang
interstisial dan alveolus paru-paru. Hal ini timbul karena ginjal
tidak dapat mensekresi urine dan garam dalam jumlah cukup.
Sering kali edema paru-paru menyebabkan kematian.

10
 Hiperkalemia
Komplikasi kedua adalah hiperkalemia (kadar kalium darah yang
tinggi).yaitu suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih
dari 5 mEq/l darah. Perlu diketahui konsentrasi kalium yang tinggi
justru berbahaya daripada kondisi sebaliknya ( konsentrasi kalium
rendah ). Konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5,5
mEq/l dapat mempengaruhi system konduksi listrik jantung.
Apabila hal ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal
dan jantung pun berhenti berdenyut.
b. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi .
Pertama, hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan
ekskresi asidosis metabolic. Kedua, perikardistis efusi pericardial dan
temponade jantung.Ketiga, hipertensi yang disebabkan oleh retensi
cairan dan natrium, serta mal fungsi system rennin angioaldosteron.
Keempat, anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein,
rentang usia sel darah merah, an pendarahan gastrointestinal akibat
iritasi. Kelima, penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat
kadar kalium serum yang rendah, metabolisme vitamin D, abnormal,
dan peningkatan kadar aluminium.

2.3 Konsep Teori Kecemasan


2.3.1 Definisi Ansietas
Ansietas atau kecemasan adalah respons individu terhadap suatu
keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk
hidup. Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada
objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was
(khawatir) seolah-olah sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada
umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa
waktu (Stuart dan Laraia, 1998).

11
Ansietas merupakan istilah yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, yakni menggambarkan keadaan kekhawatiran,
kegelisahan yang tidak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak
tenteram yang terkadang disertai berbagai keluhan fisik. Ansietas
merupakan respons emosional dan penilaian individu yang subjektif yang
dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus
faktor penyebabnya (Zan Pieter dkk, 2011).
2.3.2 Faktor Penyebab Ansietas
Faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang merasa cemas
dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar (faktor
eksternal). Menurut Stuart, yang mempengaruhi kecemasan pasien pre
operasi adalah:
a. Faktor eksternal :
1. Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik,
pembedahan yang akan dilakukan).
2. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri,
harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran.
3. Pemberian informed consent.
b. Faktor internal antara lain :
1. Usia : Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata
lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya.
2. Jenis kelamin : Gangguan panik merupakan gangguan cemas
yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik,
gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita dari pada pria.
3. Pendidikan dan status ekonomi : tingkat pendidikan dan status
ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang

12
tersebut mudah mengalami kecemasan, tingkat pendidikan
seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah
berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru.
4. Potensi stressor : stressor psikososial merupakan setiap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga itu terpaksa mengadakan adaptasi.
5. Maturitas : individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih
sukar mengalami gangguan kecemasan, karena individu yang
matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan.
6. Keadaan fisik : seseorang mengalami gangguan fisik seperti
cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga
lebih mudah mengalami kecemasan (Saputri Handayani, 2012).
2.3.3 Mekanisme Koping Terhadap Ansietas
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan,
maka secara otomatis muncul upaya ntuk mengatasinya dengan berbagai
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila
didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang
bersangkutan bahwa mekanisme koping merupakan modal kemampuan
yang dimiliki individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu diatasi
untuk mencapai keadaan homeostasis dalam diri individu, baik secara
fisiologis maupun psikologis. Apabila individu tidak mampu mengatasi
ansietas secara konstruktif, maka ketidakmampuan tersebut tidak dapat
menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang patologis.
Secara umum, mekanisme koping terhadap ansietas
diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah
(problem solving strategic) dan mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism)

13
a. Strategi Pemecahan Masalah (problem solving strategic)
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulagi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis. Beberapa contoh strategi pemecahan
masalah yang dapat digunakan antara lain :
1.Meminta bantuan kepada orang lain.
2.Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan
status yang ada.
3.Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang
dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
4.Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
5.Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya
bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh
yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai diri
sendiri maupun bayangan pikiran mengenai apa yang dilakukan.
Sebab, segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi
langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
b. Mekanisme Pertahanan Diri (defence mechanism)
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian
ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat.
Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain :
1. Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk
melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan
dan secara tidak langsung mengatasi masalah.
2. Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu
tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut
sedang terjadi.
3. Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2009).

14
2.3.4 Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon cemas dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Respon adaptif
Adalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan bila individu
mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan
menghasilkan sesuatu yang positif.
b. Respon maladaptif
Merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan
perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan
sehingga individu mengalami kecemasan secara bertahap.
2.3.5 Tingkatan Kecemasan
Menurut Stuart (2007) tingkat kecemasan terdiri atas :
a. Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi
melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk
dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Cemas Sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah menurun.
Individu lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,
gelisah, lapang pandang menyempit, ransangan luar tidak mampu
diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan
tidak enak.

15
c. Cemas Berat
Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang
cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan
hal yang penting. Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntunan. Respons
kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan
ancaman meningkat.
d. Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa, walaupun telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas
pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi,
mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kendali, dan persepsi kacau (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
2.3.6 Manifestasi Kecemasan
Menurut Hawari, instrumen lain yang dapat digunakan untuk
mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif yang meliputi :
a. Perasaan cemas yang ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut
akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Ketegangan yang ditandai dengan : merasa tegang, lesu, tidak dapat
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah,
mudah terkejut.
c. Ketakutan yang ditandai dengan : ketakutan pada gelap, ketakutan
ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada

16
binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada
kerumunan orang banyak.
d. Gangguan tidur yang ditandai dengan : sukar masuk tidur, terbangun
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk,
mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan yang ditandai dengan : sukar konsentrasi, daya
ingat buruk, daya ingat menurun.
f. Perasaan depresi yang ditandai dengan : kehilangan minat, sedih,
bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah
sepanjang hari,
g. Gejala somatik yang ditandai dengan : nyeri pada otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik yang ditandai dengan : tinitus, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler yang ditandai dengan : takikardia, berdebar-
debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau
pingsan, detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan yang ditandai dengan : rasa tertekan atau sempit di
dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik
nafas panjang.
k. Gejala gastrointestinal yang ditandai dengan : sulit menelan, mual,
perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau
sesudah makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau
penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi
(sukar buang air besar).
l. Gejala urogenital yang ditandai dengan : sering kencing, tidak dapat
menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid
berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, frigiditas, ejakulasi prekok, ereksi melemah, ereksi hilang,
impoten

17
m. Gejala otonom yang ditandai dengan : mulut kering, muka merah
kering, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat,
bulu- bulu berdiri.
n. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah (Dadang Hawari,
2001).

2.4 Konsep Teori Murotal Alquran


2.4.1 Definisi Alquran
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat
bagi Rasulullah Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi setiap
Muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab
Allah yang sebelumnya, dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an
telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab
di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting
pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan pada masa-masa yang
akan datang (Andi, 2012).
Al-Qur‟an merupakan kalam Allah, dzat yang menggenggam
alam semesta. Al-Qur‟an diturunkan kepada manusia dengan berbagai
kemukjizatan dan kebahagiaan. Al-Qur‟an merupakan obat mujarab bagi
yang sedang mengalami kegundahan hati, kegalauan, keputusasaan,
kekecewaan, kegelisahan, dan kesedihan dalam hidupnya. Al-Qur‟an
hadir dalam kehidupan manusia dengan pesan-pesan spiritual yang akan
menguatkan hati manusia bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Seperti firman Allah yang disebutkan dalam Q.S. Al-Insyirah/94 : 5-6
Terjemahnya : “karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S.
Yunus/94: 5-6) (Al-Qur‟an Digital, 2004 Al-Qur‟an sendiri sudah
menjelaskan pengertian obat/penyembuh yang disebutkan secara mutlak

18
dalam beberapa ayat dan kemudian diikat dalam ayat yang lain, seperti
firman Allah dalam Q.S. Yunus/10: 57 Terjemahnya : “Hai manusia,
Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Yunus/10:
57) (Al-Qur‟an Digital, 2004). Menurut Tafsir Al-Mishbah, ayat ini
menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam
dada. Penyebutan kata dada, yang diartikan dengan hati, menunjukkan
bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-
penyakit ruhani seperti ragu, dengki, takabur, dan semacamnya.
Memang, oleh al-Qur‟an, hati ditunjuknya sebagai wadah yang
menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan,
hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga mampu
melahirkan ketenangan dan kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik
dan terpuji (Quraish Shihab, 2002).
Ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi Al-Qur‟an yaitu
pengajaran, obat, petunjuk, serta rahmat. Kalau kita menerapkan secara
berturut keempat fungsi Al-Qur‟an tersebut, dapat dikatakan bahwa
pengajaran Al-Qur‟an pertama kali menyentuk hati yang masih
diselubungi oleh kabut keraguan dan kelengahan serta aneka sifat
kekurangan. Dengan sentuhan pengajaran itu, keraguan berangsur. Ayat
tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur‟an adalah penyembuh bagi penyakit
hati, seperti keraguan, kebingungan, kebutaan mata hati, kegelisahan
(kecemasan), kesedihan, ketakutan, dan kegoncangan jiwa (Yusuf
Qaradhawi, 2002).
Al-Qur‟an sebagai penyembuh (obat) juga dijelaskan pada Q.S.
Al- Isra/17 : 82 Terjemahannya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (Q.S. Al-Isra/17 : 82) (Al-Qur‟an Digital, 2004).

19
Berdasarkan dalam tafsir al-Mishbah, Thabathaba‟i menjadikan ayat
diatas sebagai awal kelompok baru, yang berhubungan dengan uraian
surah ini tentang keistimewaan al-Qur‟an dan fungsinya sebagai
sebagai obat penawar penyakit-penyakit jiwa.
Kata (‫ )شفاء‬syifa’ biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan
digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan atau
ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat dan kata rahmat adalah
kepedihan di dalam hati karena melihat ketidakberdayaan pihak lain
sehingga mendorong yang pedih hatinya itu untuk membantu
menghilangkan atau mengurangi ketidakberdayaan tersebut. Ini adalah
rahmat manusia/makhluk. Rahmat Allah dipahami dalam arti bantuan-
Nya sehingga ketidakberdayaan itu tertanggulangi. Bahkan, seperti yang
ditulis oleh Thabathaba‟i, rahmat-Nya adalah limpahan karunia-Nya
terhadap wujud dan sarana kesinambungan hidup dalam berbagai
aspeknya, seperti pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, akhlak
yang luhur, amal-amal kebajikan, kehidupan berkualitas di dunia dan di
akhrat, termasuk perolehan syurga dan ridha-Nya. Karena itu jika al-
Qur;an disifati sebagai rahmat untk oranorang mukmin, maknanya
adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkahan yang disediakan
Allah bagi mereka yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang
diamanatkan al-Qur‟an.
Ayat ini membatasi rahmat al-Qur‟an untuk orang-orang mukmin
karena merekalah yang paling berhak menerimanya sekaligus paling
banyak memerolehnya. Akan tetapi, ini bukan berarti bahwa selain
mereka tidak memeroleh walau secercah dari rahmat akibat kehadiran al-
Qur‟an. Perolehan mereka yang sekadar beriman tanpa kemantapan jelas
lebih sedikit dari perolehan orang mukmin, dan perolehan orang kafir
atas kehadirannya lebih sedikit dibanding orang-orang yang sekadar
beriman (Quraish Shihab, 2002).

20
2.4.2 Pengertian Murotal Alquran
Definisi Al-Murattal berasal dari kata Ratlu As-syaghiri
(tumbuhan yang bagus dengan masaknya dan merekah). Sedangkan
menurut istilah adalah bacaan yang tenang, keluarnya huruf dari makhroj
sesuai dengan semestinya yang disertai dengan renungan makna. Jadi Al-
Murattal yaitu pelestarian Al-Qur'an dengan cara merekam dalam pita
suara dengan memperhatikan hukum-hukum bacaan, menjaga keluarnya
huruf-huruf serta memperhatikan waqaf-waqaf (tanda berhenti).
Al-Murattal yang dimaksud adalah pengumpulan bacaan ayat-
ayat Al-Qur‟an lewat rekaman bacaan Al-Qur‟an yang bertujuan untuk
melestarikan Al-Qur‟an dengan cara merekam bacaan Al-Qur‟an. Sudah
diketahui bahwa terdapat hukum-hukum bacaan (tajwid) yang harus
diperhatikan dalam pembacaan Al-Qur‟an. Oleh karena itu, untuk
menguatkan kelestarian Al-Qur‟an digunakan media rekaman.
Pada masa sekarang, media dan alat perekam suara telah
ditemukan sehingga media tersebut bisa dimanfaatkan untuk merekam
bacaan Al-Qur‟an dan rekaman bacaan tersebut bisa diulang kembali.
Hal ini juga sangat berguna dalam rangka menyebarkan Al-Qur‟an dan
mengembangkannya di dunia Islam teurtama di negeri-negeri yang
kekurangan pakar (Ahmad, 2002).

21
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Jurnal


A. Kekurangan dan kelebihan jurnal
 Kekurangan :
1. Dalam pemberian terapi murottal Al-Quran membutuhkan konsentrasi dan keyakinan dari responden sehingga
akan memberikan efek relaksasi pada responden, dalam hal ini peneliti tidak dapat mengukur tingkat
konsentrasi dan keyakinan responden saat pemberian terapi murottal Al-Quran.
2. Jarak antar pasien satu dengan yang lain pada ruang hemodialisa cukup dekat sehingga terdapat kemungkinan
terjadi interaksi antar pasien saat mendengarkan terapi murottal Al-Quran.
 Kelebihan
1. Tidak memerlukan biaya yang besar.
2. Bisa dilakukan kapan saja.

B. Keterangan Jurnal
Kelompok kami mengabil satu jurnal intervensi keperawatan psikospiritual pada klien gagal ginjal yang sedang
menjalani hemodialisa yaitu klien dengan kecemasan dimana intervensi yang digunakan adalah dengan murottal al-
quran. Jurnal ini dipublikasikan pada tahun 2014, adapun analisa jurnalnya seperti dibawah ini :

22
Author and title Aim Study design Participants Methods Main result Publicat
ion

Siti Choiriyah, Penelitian ini Desain penelitian Sampel dalam Desain penelitian ini adalah 1. Analisa Univariat 2014
bertujuan ini adalah Quasy penelitian ini Quasy Eksperiment dengan Berdasarkan data hasil
Pengaruh terapi untuk Eksperiment adalah pasien gagal rancangan pretes-post testwith penelitian yang telah dilakukan
murottal Al- mengalisa dengan rancangan ginjal yang control. Ciri penelitian ini adalah di poli klinik hemodialisa RSD
Quran terhadap pengaruh pretes-post menjalani dengan membagi 2 kelompok yaitu dr. Soebandi Jember pada
tingkat terapi murottal testwith control. hemodialisa. kelompok kontrol dan kelompok tanggal 2-7 juni 2014 dengan 24
kecemasan pada Al-Quran Ciri penelitian ini Pengambilan sampel perlakuan, pada kelompok perlakuan responden didapatkan bahwa
pasien gagal terhadap adalah dengan menggunakan diberi intervensi sedangkan pada responden jumlah terbanyak
ginjal yang tingkat membagi 2 consecutive kelompok kontrol tidak diberi pada kelompok jenis kelamin
menjalani kecemasan kelompok yaitu sampling sebanyak intervensi, setelah itu sama-sama adalah laki-laki sebanyak 14
hemodialisa di pasien gagal kelompok kontrol 24 orang. diukur kembali untuk dilihat responden (58,3%). jumlah
poli klinik ginjal yang dan kelompok hasilnya. Dengan demikian hasil responden terbanyak pada
hemodialisa menjalani perlakuan, pada penelitian dapat dilihat lebih akurat kelompok usia 45-49 tahun
RSD dr. hemodialisa di kelompok karena dapat dilihat perbedaan hasil dengan jumlah 7 responden
Soebandi Jember poli klinik perlakuan diberi dari kelompok kontrol dan hasil dari (29,9%). Jumlah responden
hemodialisa intervensi kelompok perlakuan. terbanyak pada tingkat

23
RSD dr. sedangkan pada Sampel yang diambil dalam pendidikan adalah tingkat SD
Soebandi kelompok kontrol penelitian ini adalah 24 pasien baru yaitu 11 responden (45,8%).
Jember. tidak diberi yang menjalani terapi hemodialisa di Jumlah responden terbanyak
intervensi, setelah RSD dr. Soebandi Jember. Dalam pada kelompok pekerjaan adalah
itu sama-sama mengumpulkan data peneliti karyawan swasta dan
diukur kembali menggunakan 2 alat pengumpulan wiraswasta yaitu masing-masing
untuk dilihat data yaitu kuesioner demografi dan 5 responden (20,8%). Jumlah
hasilnya. kuesioner skala HARS. Kuesioner responden terbanyak pada
digunakan untuk mengumpulkan kelompok pendapatan adalah
data demografi dari responden yang responden berpenghasilan
berisi tentang identitas responden 1.000.000-1.700.000 per bulan
meliputi: nama, usia, jenis kelamin, sebanyak 11 responden (45,5%).
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, 2. Analisa bivariat
agama. Sedangkan alat atau Didapatkan hasil p value pada
instrumen pengumpulan data untuk kelompok kontrol 0.317 artinya
mengetahui tingkat kecemasan tidak ada perubahan tingkat
menggunakan kuesioner skala kecemasan pada kelompok
HARS. kontrol saat diberikan pre test
Analisis data dalam penelitian ini dan pengukuran kecemasan saat
menggunakan analisis univariat dan post test. Sedangkan pada

24
bivariat. Analisis univariat bertujuan kelompok perlakuan didapatkan
untuk menjelaskan atau hasil p value 0.007 (≤0.05) yang
mendeskripsikan karakteristik setiap artinya H1 diterima yaitu ada
variabel penelitian. Menganalisa pengaruh terapi murottal Al-
variabel dependen yaitu tingkat Quran terhadap tingkat
kecemasan. Pada penelitian ini kecemasan pasien gagal ginjal
variabel dependen disajikan dalam yng menjalani hemodialisa di
bentuk tabel distribusi prosentase. poli klinik hemodialisa RSD dr.
Analisa ini dilakukan untuk Soebandi Jember.
mengetahui adanya pengaruh terapi
murottal terhadap tingkat kecemasan Setelah dilakukan uji homogenitas
pada pasien gagal ginjal yang dengan menggunakan analisis Two
menjalani hemodialisa. Untuk Independent Samples Test (Two-
mengetahui hipotesis diterima atau Sample Kolmogorov- Smirnov
ditolak adalah dengan uji peringkat Test) didapatkan hasil sebagai
bertanda Wilcoxon. Uji wilcoxon berikut : berdasarkan usia
digunakan untuk membandingkan responden didapatkan hasil p value
dua variabel pada sampel yang sama. sebesar 0.847, berdasarkan tingkat
Penggunaaan uji wilcoxon ini pendidikan responden didapatkan
digunakan untuk mengetahui nilai hasil p value sebesar0.249,

25
sebelum pemberian terapi murottal berdasarkan jenis pekerjaan
(pre test) dan nilai rata-rata setelah responden didapatkan hasil p value
pemberian terapi murottal (post test) sebesar 0.847, berdasarkan
dari suatu sampel dengan tingkat pendapatan responden didapatkan
hasil p value sebesar 0.996. dari
apabila p value ≤ 0,05, maka H1 hasil tersebut dapat dilihat bahwa
diterima yang artinya ada pengaruh dari masing-masing kategori
terapi murottal Al-Quran terhadap didapatkan hasil p value memiliki
tingkat kecemasan pasien gagal nilai ≥0.05 maka dapat disimpulkan
ginjal yang menjalani hemodialisa. bahwa kategori responden
berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan
jumlah pendapatan per bulan adalah
homogen atau sama sehingga
tingkat kecemasan masing-masing
responden jika dilihat dari ke 4
kategori adalah sama sehingga
kecemasan responden saat
dilakukan pengukuran setelah
perlakuaan dipengaruhi oleh terapi

26
murottal Al-Quran yang telah
diberikan.

1. Tingkat kecemasan pasien


gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa pada kelompok
perlakuan.
Berdasarkan data hasil
penelitian didapatkan hasil dari
12 responden yang dilakukan
pengukuran tingkat kecemasan
sebelum diberikan terapi
murottal terdapat 3 responden
(25%) mengalami cemas ringan,
6 responden (50%) mengalami
cemas sedang dan 3 responden
(25%) mengalami cemas berat.
Setelah diberikan terapi
murottal dan diukur tingkat
kecemasannya didapatkan hasil

27
1 responden (8,3%) tidak ada
kecemasan, 7 responden
(58,3%) cemas ringan dan 4
responden (33,3%) mengalami
cemas sedang.
Tingkat kecemasan ringan
sampai berat yang dirasakan
responden saat menjalani
hemodialisa sebelum diberikan
terapi murottal Al-Quran
disebabkan karena mekanisme
koping dalam diri individu itu
sendiri yang kurang baik, pasien
yang sedang menjalani
hemodialisa sebagian dari
mereka mengalami takut akan
fikirannya sendiri, mereka
berfikir macam-macam. Dan
karena mereka berfikir bahwa
mereka harus rutin menjalani

28
hemodialisa seumur hidupnya
sebanyak 2 kali dalam satu
minggu. Kurangnya penerimaan
diri terhadap kondisi tersebutlah
yang dapat memicu timbulnya
kecemasan.
Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa pasien gagal
ginjal yang menjalani
hemodialisa belum lama mereka
akan mengalami kondisi cemas.
Namun kondisi cemas pasien
gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa dapat berkurang
apabila pasien tersebut memiliki
mekanisme koping yang baik
dan mendapat dukungan
emosional dan spiritual dalam
manajemen kecemasan.
Penurunan tingkat kecemasan

29
pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa dapat
disebabkan karena
meningkatnya mekanisme
koping individu yang
merupakan dampak dari
peningkatan spiritual pasien
setelah pemberian terapi
murottal Al-Quran. Lantunan
ayat Al-Quran yang dibacakan
oleh seorang qori’ akan
mengaktifkan hormon endorfin
alami sehingga dapat
menimbulkan peningkatan rasa
nyaman. Mendengarkan
lantunan ayat suci Al- Quran
pada surat Ar-Rahman
mengandung arti bahwa setiap
manusia hendaknya senantiasa
selalu bersyukur atas nikmat

30
yang telah diberikan Allah SWT
kepada kita umatnya sehingga
jika didengarkan dengan
seksama maka dapat
mengingatkan kepada pasien
agar selalu bersyukur sehingga
dapat ikhlas dalam menjalani
terapi hemodialisa sehingga
dapat menurun tingkat
kecemasannya.

2. Tingkat Kecemasan Pasien


Gagal Ginjal Yang Menjalani
Hemodialisa pada kelompok
kontrol
Dari hasil penelitian
didapatkan hasil tingkat
kecemasan responden saat pre
test adalah 4 responden (33,3%)
mengalami cemas ringan, 2

31
responden (16,7%) mengalami
cemas sedang, dan 6 responden
(50%) mengalami cemas berat.
Adapun tingkat kecemasan
pasien pada kelompok kontrol
setelah dilakukan post test
didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden tidak
mengalami perubahan tingkat
kecemasan, hanya ada 1
responden (8,3%) responden
mengalami penurunan tingkat
kecemasan dan 1 responden
(8,3%) mengalami peningkatan
tingkat kecemasan, 10
responden lainnya tidak
mengalami perubahan tingkat
kecemasan/ tetap.
Kecemasan adalah suatu
keadaan dimana individu atau

32
kelompok mengalami perasaan
yang sulit (ketakutan) akibat
aktivitas sistem syaraf otonom
dalam berespon terhadap
ketidakjelasan (Capernito,1998).
Cemas timbul akibat adanya
respon terhadap kondisi stres
atau konflik. Rangsangan
berupa konflik, baik yang
datang dari luar maupun dalam
diri sendiri, akan menimbulkan
respon dari sistem syaraf yang
mengatur pelepasan hormon
tertentu. Akibat pelepasan
hormon tersebut, maka muncul
perangsangan organ-organ
seperti lambung, jantung,
pembuluh darah maupun alat-
alat gerak (Stuart and Sundeen,
2007). Dilihat dari data yang

33
telah diperoleh dapat dijelaskan
bahwa tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa pada kelompok
kontrol tidak mengalami
perubahan yang berarti.
Responden dalam kelompok
kontrol tidak mendapat
perlakuan murottal Al-Quran
dan sebagian besar dari mereka
tidak mengalami penurunan
tingkat kecemasan artinya
tingkat kecemasan dari hasil pre
test dan post test menunjukkan
hasil yang sama. Hal ini
disebabkan karena tidak ada
rangsangan dari luar yang dapat
mengalihkan perhatian
responden sehingga responden
tetap merasa cemas.

34
35
3.2 Lampiran Jurnal
PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QURAN TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI POLI KLINIK HEMODIALISA RSD
dr. SOEBANDI JEMBER
Siti Choiriyah1, Ns. Komarudin, M. Kep., Sp. Kep. J.2,
Sasmiyanto, S.Kep., Ners. M.Kes3.
Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember
Rieea1526@gmail.com
Dosen Fakultas Ilmu Kesesahan Universitas Muhammadiyah Jember
Komarudincahyo@yahoo.com
Dosen Fakultas Ilmu Kesesahan Universitas Muhammadiyah Jember
Sasmiyanto@yahoo.co.id

Abstrak
Gagal ginjal (renal atau kidney failure) merupakan kasus penurunan fungsi
ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).Indonesia
termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.
Menurut data dari Perneftri ( Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan
terdapat 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi
menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci
darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu sampai 5 ribu saja. Penelitian ini
bertujuan untuk mengalisa pengaruh terapi murottal Al-Quran terhadap tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di poli klinik
hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember. Desain penelitian ini menggunakan
Quasy Eksperiment. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa. Pengambilan sampel menggunakan consecutive
sampling sebanyak 24 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
skala HARS. Analisa data dengan uji Wilcoxon.Hasil uji Wilcoxondiperoleh p
value sebesar 0.025 berarti ada pengaruh terapi murottal Al-Quran terhadap

36
tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di poli klinik
hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember. Terapi murottal Al-Quran sebaiknya
dijadikan sebagai salah satu terapi yang digunakan untuk mengurangi tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa.
Kata Kunci : Gagal Ginjal, Kecemasan, Terapi Murottal Al-Quran
Daftar Pustaka: 27 (2003-2013)

PENDAHULUAN
Gagal ginjal (renal atau kidney failure) adalah kasus penurunan fungsi
ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).
Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal failure) bila penurunan fungsi ginjal
berlangsung secara tiba-tiba, tetapi kemudian dapat kembali normal setelah
penyebabnya segera dapat diatasi. Sedangkan gagal ginjal kronis (chronic renal
failure) gejalanya muncul secara bertahap biasanya tidak menimbulkan gejala
awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut sering tidak
dirasakan, kemudian pasien mengetahui sudah pada tahap parah yang sulit
diobati. Gagal ginjal kronis sama dengan hipertensi, penyakit yang saling
berkaitan, termasuk silent killer, yaitupenyakit mematikan yang tidak
menunjukkan gejala peringatan sebelumnya, sebagaimana umumnya yang
terjadi pada penyakit berbahaya lainnya (Alam & Hadibroto, 2007).
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang
cukup tinggi. Menurut data dari Perneftri ( Persatuan Nefrologi Indonesia),
diperkirakan terdapat 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang
terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari mereka yang
menjalani cuci darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu sampai 5 ribu saja.
(Pikiran Rakyat, 10 Agustus 2004, dalam Alam & Hadibroto, 2007).
Data yang diperoleh dari poli klinik hemodialisa RSD dr. Soebandi
Jember, jumlah kunjungan di poli klinik hemodialisa pada tahun 2014 tepatnya
bulan januari dan februari sebanyak 498 pasien lama dan 154 pasien baru. Hal

37
yang sering terjadi pada pasien yang akan menjalani hemodialisa di RSD dr.
Soebandi Jember adalah perasaan takut dan cemas.
Tingkat adaptasi pada gagal ginjal kronik dengan dialisis biasanya pasien
merasa lelah, emosi tidak stabil, tidak dapat konsentrasi karena tingginya kadar
urea dan kreatinin. Peningkatan waktu dialisis juga meningkatkan kesehatan
pasien. Adaptasi selanjutnya menimbulkan reaksi sangat berduka, sedih dan
marah lebih sering terlihat. Adaptasi selanjutnya tergantung dari kepribadian
atau pola koping sebelum dialisis, misalnya sebelum dialisis pasien sangat pasif
dan tergantung orang lain, mungkin akan lebih mudah menerima keadaan ini,
tetapi pasien yang biasa mandiri mungkin sulit untuk menerima dialisis (RS PGI
Cikini, 2007 dalam Siswantinah 2012).
Tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan pasien
dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi dan distraksi
(Potter, 2005). Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan pada pasien adalah dengan mendengarkan musik atau murottal
(mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an). Tehnik distraksi merupakan
tindakan untuk mengalihkan perhatian contohnya dengan mendengarkan musik
dan murottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al- Qur’an) (Siswantina ,
2012). Murottal adalah suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’
(pembaca Al- Qur’an). Lantunan Al-Qur’an secara fisik menggandung unsur
suara manusia. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan
hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih
dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menurunkan ketegangan, kendali
emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. Biasanya
jika kita mendengarkan murottal, gelombang otak berada dalam fase theta
(Luthfi, 2012).

38
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan
pretes-post testwith control. Ciri penelitian ini adalah dengan membagi 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, pada kelompok
perlakuan diberi intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi
intervensi, setelah itu sama-sama diukur kembali untuk dilihat hasilnya. Dengan
demikian hasil penelitian dapat dilihat lebih akurat karena dapat dilihat
perbedaan hasil dari kelompok kontrol dan hasil dari kelompok perlakuan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 24 pasien baru yang
menjalani terapi hemodialisa di RSD dr. Soebandi Jember. Dalam
mengumpulkan data peneliti menggunakan 2 alat pengumpulan data yaitu
kuesioner demografi dan kuesioner skala HARS. Kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data demografi dari responden yang berisi tentang identitas
responden meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, agama. Sedangkan alat atau instrumen pengumpulan data untuk
mengetahui tingkat kecemasan menggunakan kuesioner skala HARS.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Menganalisa variabel dependen yaitu
tingkat kecemasan. Pada penelitian ini variabel dependen disajikan dalam bentuk
tabel distribusi prosentase. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui adanya
pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisa. Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak
adalah dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Uji wilcoxon digunakan untuk
membandingkan dua variabel pada sampel yang sama. Penggunaaan uji
wilcoxon ini digunakan untuk mengetahui nilai sebelum pemberian terapi
murottal (pre test) dan nilai rata-rata setelah pemberian terapi murottal (post
test) dari suatu sampel Artinya apabila p
value ≤ 0,05, maka H1 diterima yang artinya ada pengaruh terapi murottal Al-

39
Quran terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa.

HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan di poli klinik
hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember pada tanggal 2-7 juni 2014 dengan 24
responden didapatkan bahwa responden jumlah terbanyak pada kelompok
jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 14 responden (58,3%). jumlah
responden terbanyak pada kelompok usia 45-49 tahun dengan jumlah 7
responden (29,9%). Jumlah responden terbanyak pada tingkat pendidikan
adalah tingkat SD yaitu 11 responden (45,8%). Jumlah responden terbanyak
pada kelompok pekerjaan adalah karyawan swasta dan wiraswasta yaitu
masing-masing 5 responden (20,8%). Jumlah responden terbanyak pada
kelompok pendapatan adalah responden berpenghasilan 1.000.000-1.700.000
per bulan sebanyak 11 responden (45,5%).
2. Analisa bivariat
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil
sebagai berikut:
Pre-post perlakuan Pre-post control

Z -2.714 -1,000
Asymp. 0,007 0,317
Sig.(2-tailed)

Kecemasan post
perlakuan – post
control
Z -2,235

40
Asymp 0,025
Sig.(2-tailed)

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil p value pada kelompok kontrol 0.317
artinya tidak ada perubahan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol saat
diberikan pre test dan pengukuran kecemasan saat post test. Sedangkan pada
kelompok perlakuan didapatkan hasil p value 0.007 (≤0.05) yang artinya H1
diterima yaitu ada pengaruh terapi murottal Al-Quran terhadap tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal yng menjalani hemodialisa di poli klinik
hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember.

PEMBAHASAN
Setelah dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan analisis Two
Independent Samples Test (Two-Sample Kolmogorov- Smirnov Test)
didapatkan hasil sebagai berikut : berdasarkan usia responden didapatkan hasil
p value sebesar 0.847, berdasarkan tingkat pendidikan responden didapatkan
hasil p value sebesar0.249, berdasarkan jenis pekerjaan responden didapatkan
hasil p value sebesar0.847, berdasarkan pendapatan responden didapatkan hasil
p value sebesar 0.996. dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dari masing-
masing kategori didapatkan hasil p value memiliki nilai ≥0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa kategori responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, dan jumlah pendapatan per bulan adalah homogen atau sama
sehingga tingkat kecemasan masing-masing responden jika dilihat dari ke 4
kategori adalah sama sehingga kecemasan responden saat dilakukan
pengukuran setelah perlakuaan dipengaruhi oleh terapi murottal Al-Quran yang
telah diberikan.
1. Tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa pada
kelompok perlakuan.
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan hasil dari 12 responden
yang dilakukan pengukuran tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi

41
murottal terdapat 3 responden (25%) mengalami cemas ringan, 6 responden
(50%) mengalami cemas sedang dan 3 responden (25%) mengalami cemas
berat. Setelah diberikan terapi murottal dan diukur tingkat kecemasannya
didapatkan hasil 1 responden (8,3%) tidak ada kecemasan, 7 responden
(58,3%) cemas ringan dan 4 responden (33,3%) mengalami cemas sedang.
Tingkat kecemasan ringan sampai berat yang dirasakan responden saat
menjalani hemodialisa sebelum diberikan terapi murottal Al-Quran
disebabkan karena mekanisme koping dalam diri individu itu sendiri yang
kurang baik, pasien yang sedang menjalani hemodialisa sebagian dari
mereka mengalami takut akan fikirannya sendiri, mereka berfikir macam-
macam. Dan karena mereka berfikir bahwa mereka harus rutin menjalani
hemodialisa seumur hidupnya sebanyak 2 kali dalam satu minggu.
Kurangnya penerimaan diri terhadap kondisi tersebutlah yang dapat memicu
timbulnya kecemasan.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa belum lama mereka akan mengalami kondisi cemas.
Namun kondisi cemas pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dapat
berkurang apabila pasien tersebut memiliki mekanisme koping yang baik
dan mendapat dukungan emosional dan spiritual dalam manajemen
kecemasan. Penurunan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa dapat disebabkan karena meningkatnya mekanisme
koping individu yang merupakan dampak dari peningkatan spiritual pasien
setelah pemberian terapi murottal Al-Quran. Lantunan ayat Al-Quran yang
dibacakan oleh seorang qori’ akan mengaktifkan hormon endorfin alami
sehingga dapat menimbulkan peningkatan rasa nyaman. Mendengarkan
lantunan ayat suci Al- Quran pada surat Ar-Rahman mengandung arti bahwa
setiap manusia hendaknya senantiasa selalu bersyukur atas nikmat yang
telah diberikan Allah SWT kepada kita umatnya sehingga jika didengarkan
dengan seksama maka dapat mengingatkan kepada pasien agar selalu

42
bersyukur sehingga dapat ikhlas dalam menjalani terapi hemodialisa
sehingga dapat menurun tingkat kecemasannya.
2. Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa pada
kelompok kontrol
Dari hasil penelitian didapatkan hasil tingkat kecemasan responden saat
pre test adalah 4 responden (33,3%) mengalami cemas ringan, 2 responden
(16,7%) mengalami cemas sedang, dan 6 responden (50%) mengalami
cemas berat. Adapun tingkat kecemasan pasien pada kelompok kontrol
setelah dilakukan post test didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan, hanya ada 1 responden
(8,3%) responden mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 1 responden
(8,3%) mengalami peningkatan tingkat kecemasan, 10 responden lainnya
tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan/ tetap.
Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) akibat aktivitas sistem syaraf
otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan (Capernito,1998). Cemas
timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan
berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, akan
menimbulkan respon dari sistem syaraf yang mengatur pelepasan hormon
tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan
organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun alat-alat
gerak (Stuart and Sundeen, 2007). Dilihat dari data yang telah diperoleh
dapat dijelaskan bahwa tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan
yang berarti. Responden dalam kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan
murottal Al-Quran dan sebagian besar dari mereka tidak mengalami
penurunan tingkat kecemasan artinya tingkat kecemasan dari hasil pre test
dan post test menunjukkan hasil yang sama. Hal ini disebabkan karena tidak
ada rangsangan dari luar yang dapat mengalihkan perhatian responden
sehingga responden tetap merasa cemas.

43
Keterbatasan Penelitian
1. Dalam pemberian terapi murottal Al-Quran membutuhkan konsentrasi
dan keyakinan dari responden sehingga akan memberikan efek relaksasi
pada responden, dalam hal ini peneliti tidak dapat mengukur tingkat
konsentrasi dan keyakinan responden saat pemberian terapi murottal Al-
Quran.
2. Jarak antar pasien satu dengan yang lain pada ruang hemodialisa cukup
dekat sehingga terdapat kemungkinan terjadi interaksi antar pasien saat
mendengarkan terapi murottal Al-Quran.

Implikasi Dalam Bidang Keperawatan


Pelayanan kesehatan yang diberikan saat ini masih mengutamakan aspek
klinis dan belum memperhatikan aspek psikologis, padahal aspek psikologis
juga penting diberikan untuk memberikan kenyamanan pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisa. Tekhnik distraksi relaksasi adalah salah satu
terapi yang dapat diberikan kepada pasien untuk memberikan kenyamanan
pada pasien.
Terapi murottal Al-Quran merupakan salah satu terapi distraksi relaksasi
yang sangat efektif untuk mengurangi kecemasan pasien saat menjalani
hemodialisa. Terapi murottal Al- Quran yang bersifat rileks dengan frekuensi
nada yang sesuai akan menciptakan ketenangan jiwa pasien dan
meningkatkan spiritialitas pasien. Peneliti berharap agar pemberian terapi
murottal Al-Quran dirumah sakit-rumah sakit terutama di RSD dr. Soebandi
Jember perlu diaktifkan kembali untuk meningkatkan kenyamanan pasien
sehingga meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Pada kelompok kontrol menunjukkan hasil dari pengukuran tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSD Dr.

44
Soebandi Jember yaitu dari 12 responden setelah dilakukan pengukuran
tingkat kecemasan sebanyak dua kali pengukuran (prepost) didapatkan hasil
1 responden (8,3%) mengalami peningkatan tingkat kecemasan, 1 responden
(8,3%) mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 10 responden (83,3%)
tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan (tetap). Dari data tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa masih mengalami kecemasan walaupun mereka
sudah pernah menjalani hemodialisa sebelumnya.
2. Klien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSD Dr. Soebandi Jember
yang termasuk dalam kelompok perlakuan sebanyak 12 responden, setelah
diberikan perlakuan berupa terapi murottal Al-Qur’an hasil 1 responden
(8,3%) mengalami peningkatan tingkat kecemasan, 8 responden (66,7%)
mengalami penurunan tingkat kecemasan dan 3 responden (24,9%) tidak
mengalami perubahan tingkat kecemasan (tetap). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil antara sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan, maka dapat dikatakan bahwa salah satu terapi untuk
mengatasi kecemasan yaitu dengan murottal Al- Quran.
3. Ada pengaruh terapi murottal Al-Quran terhadap tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSD Dr. Soebandi Jember.

Saran
1. Pasien dan keluarga Setelah mengetahui manfaat dari penelitian ini yang
dapat dilihat dari hasil penelitian, harusnya pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa di poli hemodialisa RSD Dr. Soebandi Jember dapat
menerapkan terapi murottal ini untuk mengatasi kecemasan yang mungkin
timbul saat menjalani hemodialisa.
2. Institusi Kesehatan Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
terutama bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, maka hasil
penelitian ini dapat dijadikan pandangan agar RSD Dr. Soebandi dapat
memberikan fasilitas terapi murottal Al-Quran sebagai sebuah terapi

45
komplementer bagi pasien gagal ginjal yang sedang menjalani hemodialisa
sehingga akan tercipta suatu kenyamanan dan kepuasan atas pelayanan yang
telah diberikan.
3. Peneliti lebih lanjut Penelitian ini masih banyak kekurangan, maka sebagai
masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini
diharapkan untuk menambah sampel penelitian sehingga hasil yang didapat
lebih valid. Serta perlu menambah variabel penelitian yang termasuk dalam
faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap kecemasan. Bagi peneliti
selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan judul pengaruh tingkat
pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang mnenjalani
hemodialisa.

Daftar Pustaka
Alam, S & Hadibroto, I. (2007). Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Luthfi, M. (2012). Pengaruh Murottal Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan
Seseorang. http://www.scribd.com. Diperoleh 14 Januari 2014
Potter, P & Perry, A. (2005). Fundamental of nursing: Concepts,Process, and
Practice. Asih Yasmin et al (Penerjemah). Edisi 4.Jakarta: EGC
Siswantina (2012) Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kecemasan Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa Di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-siswantina-6072-2.pdf
diakses tanggal 20 januari 2014
Stuart,G.W.,&Sunnden, S.J.(2005). Buku saku keperawatan jiwa edisi 3.
Jakarta:EGC

46
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit
serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri .
Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih
pada kaum lanjut usia .
Secara umum, penyakit gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian
penyakit yang menyerang traktus urinarius. Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh
beberapa penyakit serius yang didedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan
berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
 Menderita penyakit kanker (cancer)
 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu
sendiri (polycystic kidney disease)
 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau
dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.

47
4.2 Saran
1. Dapat diterapkan terapi murottal ini untuk mengatasi kecemasan yang mungkin
timbul saat menjalani hemodialisa pada pasien dengan gagal ginjal.
2. Intervensi murottal al-quran ini dapat dijadikan sebagai teapi komplementer
terhadap pasien paliatif lain dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan psiko
spiritual klien.
3. Peneliti lebih lanjut Penelitian ini masih banyak kekurangan, maka sebagai
masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini
diharapkan untuk menambah sampel penelitian sehingga hasil yang didapat lebih
valid. Serta perlu menambah variabel penelitian yang termasuk dalam faktor-
faktor yang dapat berpengaruh terhadap kecemasan. Bagi peneliti selanjutnya
dapat dilakukan penelitian dengan judul pengaruh tingkat pendidikan dengan
tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang mnenjalani hemodialisa.

48
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
praktek Ed. 4. Jakarta : EGC

Asmadi. 2009. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika

Andi. 2012. Manfaat mendengarkan al-quran.


http://andiwahyudi999.blogspot.com/2012/06/manfaat -mendengarkan-al-quran.html

Faradisi, Firman. 2012. Efektivitas Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra-Operasi di Pekalongan : STIKes
Muhammadiyah Pekajangan

Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Ed 4.
Jakarta : Salemba Medika

Pieter, Herri Zan dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta :
Kencana

Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta
: Kanisius

Qaradhawi, Yusuf. 2002. Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 3. Jakarta : Guna Insani Press

Hawari, Dadang. 2001. Psikiater Manajemen stress, cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI

49

Vous aimerez peut-être aussi