Vous êtes sur la page 1sur 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Pajak yang berjudul “Persediaan”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pajak dengan tepat waktu.

Harapan kami selaku penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penyusun sendiri dan para pembaca
mengenai materi akuntansi perpajakan

Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat kesalahan atau kekurangan.Oleh karenaitu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.

Mataram, 6 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HalamanJudul
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3 RumusanMasalah ............................................................................................ 2
BAB II STANDAR AKUNTANSI (PSAk) DAN PERATURAN PERPAJAKAN
...............................................................................................................................
2.1 Definisi Persediaan ......................................................................................... 3
............................................................................................................................... 2.2 Jenis-jenis
PersediaanFungsi Persediaan ................................................................................ 3
............................................................................................................................... 2.3Fungsi
Persediaan ............................................................................................................. 4
............................................................................................................................... 2.4 Sistem
Pencatatan persediaan ........................................................................................... 6
............................................................................................................................... 2.5 Sistem
Penilaian Persedian ............................................................................................... 7
............................................................................................................................... 2.6 Teknik
Menghitung Nilai Persediaan Akhir ..................................................................... 11
............................................................................................................................... 2.7 Perpajakan
............................................................................................................................... 12
BAB III KASUS DAN PENERAPAN
3.1Penerapan PT. Gudang Garam Tbk. Beserta Analisisnya .......................... 14
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva
lancer.Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan
biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang lebih
besar.Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat
mengakibatkan biaya – biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai
tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi (
Handoko, 1997: hal 333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan.Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di
satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat
persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya
habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan
tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan.Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas fungsi, jenis, dan
pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan mengenai metode Economic Order
Quantity serta Analisis ABC yang digunakan dalam manajemen persediaan.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah tentang “Persediaan” ini adalah guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Akuntansi Pajak. Selain itu untuk memperluas wawasan kami dan para
pembacanya mengenai Perbandingan fiskal dengan komersial, serta dengan adanya makalah
akan membantu para pembaca dalam memahaminya dan menjadi pedoman dalam penerapan
akuntansi pajak di dunia perekonomian dengan baik dan benar.
BAB II
Standar Akuntansi (PSAK) & Peraturan Perpajakan

2.1 Definisi Persediaan (PSAK 14)


Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan untuk
usaha perdagangan maupun barang jadi untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang
dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam bentuk
bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.

(Kieso dan Weygandt ; 1995,491)

“Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau
barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual.”

PSAK 14 Persediaan adalah aset:


 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
 Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
 Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa

2.2 Jenis-jenis Persediaan


Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan
pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a) Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini
bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang
tersebut.
b) Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain,
yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c) Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu
kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d) Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih
lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e) Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk
disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

Adapun jenis-jenis Persediaan antara antara lain :

• Biaya pembelian
Meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali
kepada kantor pajak
• Biaya konversi
Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead
produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis.
• Biaya lain
Biayayang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
atau dipakai (present location and condition)

2.3 Fungsi – fungsi Persediaan


Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan
dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan
terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang
Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu :
1. Fungsi Decoupling.
2. Fungsi Economic Lot Sizing.
3. Fungsi Antisipasi.
Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting
persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada
berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian
barang jadi. Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:
1. Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan internal dan
eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses
diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual perusahaan terjaga
kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak
pasti dari para langganan.Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebutfluctuation stock.

2. Fungsi “Economic Lot Sizing”


Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber
daya – sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan “Lot
Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya pengangkutan per
unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa
gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).

3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman.Dalam
hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada
kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang telah
diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting
yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan
sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan

2.4 Sistem Pencatatan persediaan

1. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan penjualan dicatat dalam akun
“penjualan”. Persh menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dng rumus:

Persedian Awal + Pembelian (neto) – Persedian Akhir =


Harga Pokok Penjualan

Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir periode.Dengan
sistem ini perhitungan persediaan dpt dilakukan dng akurat dan benar. Kelemahannya jika
jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal. Sistem ini tdk bertentangan dbg
perpajakan karena berdasarkan perhitungan yg benar.
2. Sistem Perpetual

Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap pembelian dan
penjualan barang dagangan dicatat dalam akun “Persediaan”. Persh mencatat secara detail harga
pokok dari setiap persedian barang dagangan yg dijual dan dibeli.
Perbedaan sistem periodik dan perpetual :
Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan sebesar Rp 1.200.000 secara kredit dng
syarat 2/10, n/30.

PERIODIK PERPETUAL

Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000

Utang 1.200.000 Utang 1.200.000


Dagang Dagang

PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X Rp 1.200.000)

PERIODIK PERPETUAL

Pembelian 1.200.000 24.000 Utang Dagang 1.200.000 24.000


Dis. pembelian 1.176.000 Persedian 1.176.000
Kas kas

2.5 Sistem Penilaian Persedian:


1. Berdasarkan harga Perolehan

a. Metode Identifikasi Khusus

Metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya, sehingga setiap kelompok
brg diberi identifikasi dan dibuat kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri
atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .Metode ini digunakan untk persh yg
mempunyai persedian relatif sedikit ttp harga per unitnya besar.Karena itu HPP dan HP
Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual) dari persedian.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO)

Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama akan dikeluarkan
pertama.

c. Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )

Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus pembebanan ke Harga Pokok
Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.

d. Metode Rata-rata (Average)

Dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg dijual atau untk
persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dng cara menjumlahkan
harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan
setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.

Contoh rata-rata sederhana:


• 2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000

• 10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000

• 18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000

• 24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000

• Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.

Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp 2.300.000

Contoh rata-rata bergerak:

TGL URAIAN PEMBELIA PEMAKAINAN/HPP SALDO


N

unit Rp Unit Rp Juml unit Rp Juml

2/1 Saldo 400 11.500 300 11.00 3.300.00 200 10.00 2.000.00
10/1 Beli 100 12.500 400 0 0 600 0 0
15/1 Pakai 200 12.000 11.58 4.633.33 300 11.00 6.600.00
18/1 Beli 3 3 400 0 0
24/1 Beli 600 11.00 3.300.00
30/1 Pakai 200 0 0
11.37 4.550.00
5 0
11.58 6.950.00
3 0
11.58 2.316.66
3 6

2. Berdasarkan Estimasi

Penetapan besarnya nilai persedian akhir dpt dilakukan dng mendasarkan estimasi pada:

a. Metode laba Kotor


Pada metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dlm jeadaan
khusus. Con : persh dlm keadaan terbakar, sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persedian
akhir.
Contoh:
Data yg diperoleh dari buku perusahaan:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Pembelian Rp 10.000.000
Pers.Awal Barang Rp 16.000.000
Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual
Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sbb:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Laba Kotor (40% X 20 jt) Rp 8.000.000
HPP Rp 12.000.000
Barang tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000
Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 – Rp 12.000.000 )

b. Metode Eceran (Ritel)

Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pd hrg pasar (market value).


Contoh:

HARGA POKOK HARGA JUAL

Persedian Awal 30.000.000 50.000.000


Pembelian 390.000.000 550.000.000
Barang Tersedia Dijual 420.000.000 600.000.000

Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) :


( 420.000.000 / 600.000.000 ) X 100% = 70 %

Taksiran Persedian Barang Akhir dpt dihitung sbb:


Brg Tersedia Dijual Rp 600.000.000
Penjualan Rp 520.000.000
Pers. Brg Akhir (Dsr Harg Jual) Rp 80.000.000
Taksiran Pers. Brg Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Pers. Awal Rp 30.000.000
Pembelian Rp 390.000.000
Brg Tewrsedia Dijual Rp 420.000.000
Pers. Akhir Rp 56.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000
Metode Penilaian Lainnya:

a. Harga Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or Market
whichever is Lower –LOCOM)

Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tdk
lagi sepadan dng harga pokok atau akibat lainnya.Seperti perubahan tingkat harga. Oleh krn itu
pd umumnya persedian dinyatakan sebesar Harga Terendah antara Harga Perolehan dan Harga
Pasar nya. Selisih penurunan tsb diakui sebagai kerugian pd saat terjadinya. Contoh:

Jenis Juml HP Per HP Total LOCOM


Brg (unit) Unit Pasar
Per HP H Pasar
Unit

1 A 500 10.000 9.000 5.000.000 4.500.000 4.500.000


2 400 15.000 20.000 6.000.000 8.000.000 6.000.000
3 B 200 8.000 9.000 1.600.000 1.800.000 1.600.000
4 300 12.000 7.000 3.600.000 2.100.000 2.100.000
C 16.200.000 16.400.000 14.200.000

b. Nilai Jual

terhadap produk yg harga jual dapat ditentukan secara pasti, ttp harga perolehannya sulit
ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya
penjualan yg dpt terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian
atau logam mulia.

2.6 Teknik menghitung nilai persediaan akhir

1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabila
inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak
dilaksanakan

2. Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan oleh
pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna
penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008
dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar
dan bukan berdasarkan penaksiran.

2.7Perpajakan
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
• Sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual.

• Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan HPP ada dua yaitu metode rata-rata
(average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas, artinya
sekali WP memlilih salah satu cara penilaian pemakaian persedian untk perhitunga
HPP, maka untk selanjutnya harus digunakan cara yg sama.

Contoh:

• Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng harga Rp 5.000.000 (harga
belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31
Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.

• Jurnal untk transaksi tsb:


Tanggal Keterangan Debet Kredit

03/03/12 Persedian barang dagangan 5.000.000 5.500.000


Pajak Masukan 500.000
Kas/Bank

Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000

Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara tunai dng harga jual
per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31/03/12 Kas/bank 2.310.000 210.000


Pajak Keluaran 1.500.000 2.100.000
Penjualan 1.500.000
Harga Pokok Penjualan
Persedian Barang dagangan
(30 unit X Rp 50.000)

Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31
Maret 2012 adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000

Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian brg
dagangan sbb:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


03/03/12 Persedian barang dagangan 5.500.000 5.500.000
Kas/ Bank

PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan
sebagai harga perolehan brg dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp
5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.
Jurnal transaksi penjualan:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31/03/12 Kas/Bank 2.100.000 2.100.000


Penjualan 1.650.000 1.650.000
Harga Pokok Penjulan
Persedian brg dagangan
(30 unit X Rp 55.000)

Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluarn.


BAB III
Kasus Penerapan dan Aplikasinya

3.1 PT. Gudang Garam Tbk

Pada bab ini kami selaku penulis akan membahas kasus penerapan akuntansi
pajak mengenai persediaan pada laporan keuangan yang telah dibuat oleh PT Gudang
Garam, Tbk tahun 2014.

Dapat dilihat dari CALK PT Gudang Garam, Tbk tahun 2014, bahwa persediaan
dinilai berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan barang dagangan sendiri dihitung
dengan metode FIFO. Secara keseluruhan, hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
terkait persediaan pada PT Gudang Garam, Tbk telah sesuai dengan ketentuan
perpajakan UU PPh 10 ayat 6 yang menganut metode FIFO dan metode rata-rata.
Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan
barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan.
Hal tersebut juga nampak telah diterapkan oleh PT Gudang Garam, Tbk, melihat
adanya PPN dalam kelompok persediaan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat
tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan.
Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk
dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk
perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu: 1.
Bahan baku (direct material) 2. Barang dalam proses (work in proses) 3. Barang jadi (finished
goods). Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada
dua, yaitu: 1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik) 2. Metode Perpetual. Masalah
kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari perjanjian yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob
Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik
perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan
dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi
(consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang
sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik
(periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan
menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik.
Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu
prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory
procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan
keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang
kedua, sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan
selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang
atau bertambahnya persediaan. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow
approach) terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual
yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu: 1. FIFO (First in First Out), masuk
pertama keluar pertama (MPKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai
perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan
akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). 2. LIFO (Last In
First Out), masuk terakhir keluar pertama (MTKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan
dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal
(pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang
rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. 3. Metode Rata-rata (average
method), dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara
nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada
nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Dalam penilaian persediaan selain arus harga pokok
ada tiga metode yang digunakan, yaitu: 1. Lower Cost of Market, yaitu metode harga terendah
antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak
normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. 2. Gross Profit Method, metode laba kotor ini
bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan
dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir.
3. Retail Method, metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih
dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran.

Daftar Pustaka

Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarata: Salemba Empat.


2007
DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang- Undang Pajak
Baru. Jakarta : Grasindo 1997
Dimyati. Tjutju, Operations Research Model – model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru
Algensindo, Bandung, 2003.
Handoko, Dasar – dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. BPFE, Yogyakarta, 1997.
Hamdy Taha, Operation Research An Introduction, Edisi 4, Macmillan, New York

Richard Bronson, Theory and Problem of Operation Research , McGraw-Hill, Singapore.

Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Operation Research,
Yogyakarta: PT. BPFE-Yogyakarta, 2000.

Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Erlangga, 2005

Yulian Zamit, Manajemen Kuantitatif, BPFE, Yogyakarta


Eddy Herjanto, 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua Grasindo. Jakarta
Indrio Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi. BPFE-Yogyakarta
Heizer. J & Render B, 2004. Operations Management, Seventh Edition (IE) Prentice Hall. USA.
Munjiati Munawaraoh, dkk,. 2004. Manajemen Operasi. Unit Penerbiatan Fakultas Ekonomi.
(UPFE-UMY) Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi