Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Pajak yang berjudul “Persediaan”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pajak dengan tepat waktu.
Harapan kami selaku penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penyusun sendiri dan para pembaca
mengenai materi akuntansi perpajakan
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat kesalahan atau kekurangan.Oleh karenaitu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
HalamanJudul
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3 RumusanMasalah ............................................................................................ 2
BAB II STANDAR AKUNTANSI (PSAk) DAN PERATURAN PERPAJAKAN
...............................................................................................................................
2.1 Definisi Persediaan ......................................................................................... 3
............................................................................................................................... 2.2 Jenis-jenis
PersediaanFungsi Persediaan ................................................................................ 3
............................................................................................................................... 2.3Fungsi
Persediaan ............................................................................................................. 4
............................................................................................................................... 2.4 Sistem
Pencatatan persediaan ........................................................................................... 6
............................................................................................................................... 2.5 Sistem
Penilaian Persedian ............................................................................................... 7
............................................................................................................................... 2.6 Teknik
Menghitung Nilai Persediaan Akhir ..................................................................... 11
............................................................................................................................... 2.7 Perpajakan
............................................................................................................................... 12
BAB III KASUS DAN PENERAPAN
3.1Penerapan PT. Gudang Garam Tbk. Beserta Analisisnya .......................... 14
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah tentang “Persediaan” ini adalah guna memenuhi tugas
dalam mata kuliah Akuntansi Pajak. Selain itu untuk memperluas wawasan kami dan para
pembacanya mengenai Perbandingan fiskal dengan komersial, serta dengan adanya makalah
akan membantu para pembaca dalam memahaminya dan menjadi pedoman dalam penerapan
akuntansi pajak di dunia perekonomian dengan baik dan benar.
BAB II
Standar Akuntansi (PSAK) & Peraturan Perpajakan
“Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau
barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual.”
• Biaya pembelian
Meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali
kepada kantor pajak
• Biaya konversi
Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead
produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis.
• Biaya lain
Biayayang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
atau dipakai (present location and condition)
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman.Dalam
hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada
kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang telah
diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting
yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan
sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan
1. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan penjualan dicatat dalam akun
“penjualan”. Persh menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dng rumus:
Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir periode.Dengan
sistem ini perhitungan persediaan dpt dilakukan dng akurat dan benar. Kelemahannya jika
jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal. Sistem ini tdk bertentangan dbg
perpajakan karena berdasarkan perhitungan yg benar.
2. Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap pembelian dan
penjualan barang dagangan dicatat dalam akun “Persediaan”. Persh mencatat secara detail harga
pokok dari setiap persedian barang dagangan yg dijual dan dibeli.
Perbedaan sistem periodik dan perpetual :
Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan sebesar Rp 1.200.000 secara kredit dng
syarat 2/10, n/30.
PERIODIK PERPETUAL
PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon Rp 1.176.000 ( 98%X Rp 1.200.000)
PERIODIK PERPETUAL
Metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya, sehingga setiap kelompok
brg diberi identifikasi dan dibuat kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri
atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .Metode ini digunakan untk persh yg
mempunyai persedian relatif sedikit ttp harga per unitnya besar.Karena itu HPP dan HP
Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual) dari persedian.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO)
Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama akan dikeluarkan
pertama.
Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus pembebanan ke Harga Pokok
Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.
Dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg dijual atau untk
persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dng cara menjumlahkan
harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan
setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.
Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp 2.300.000
2/1 Saldo 400 11.500 300 11.00 3.300.00 200 10.00 2.000.00
10/1 Beli 100 12.500 400 0 0 600 0 0
15/1 Pakai 200 12.000 11.58 4.633.33 300 11.00 6.600.00
18/1 Beli 3 3 400 0 0
24/1 Beli 600 11.00 3.300.00
30/1 Pakai 200 0 0
11.37 4.550.00
5 0
11.58 6.950.00
3 0
11.58 2.316.66
3 6
2. Berdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persedian akhir dpt dilakukan dng mendasarkan estimasi pada:
a. Harga Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or Market
whichever is Lower –LOCOM)
Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tdk
lagi sepadan dng harga pokok atau akibat lainnya.Seperti perubahan tingkat harga. Oleh krn itu
pd umumnya persedian dinyatakan sebesar Harga Terendah antara Harga Perolehan dan Harga
Pasar nya. Selisih penurunan tsb diakui sebagai kerugian pd saat terjadinya. Contoh:
b. Nilai Jual
terhadap produk yg harga jual dapat ditentukan secara pasti, ttp harga perolehannya sulit
ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya
penjualan yg dpt terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian
atau logam mulia.
1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabila
inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak
dilaksanakan
2. Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan oleh
pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna
penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008
dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar
dan bukan berdasarkan penaksiran.
2.7Perpajakan
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
• Sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual.
• Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan HPP ada dua yaitu metode rata-rata
(average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas, artinya
sekali WP memlilih salah satu cara penilaian pemakaian persedian untk perhitunga
HPP, maka untk selanjutnya harus digunakan cara yg sama.
Contoh:
• Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng harga Rp 5.000.000 (harga
belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31
Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000
Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara tunai dng harga jual
per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31
Maret 2012 adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian brg
dagangan sbb:
PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan
sebagai harga perolehan brg dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp
5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000.
Jurnal transaksi penjualan:
Pada bab ini kami selaku penulis akan membahas kasus penerapan akuntansi
pajak mengenai persediaan pada laporan keuangan yang telah dibuat oleh PT Gudang
Garam, Tbk tahun 2014.
Dapat dilihat dari CALK PT Gudang Garam, Tbk tahun 2014, bahwa persediaan
dinilai berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan barang dagangan sendiri dihitung
dengan metode FIFO. Secara keseluruhan, hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
terkait persediaan pada PT Gudang Garam, Tbk telah sesuai dengan ketentuan
perpajakan UU PPh 10 ayat 6 yang menganut metode FIFO dan metode rata-rata.
Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan
barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan.
Hal tersebut juga nampak telah diterapkan oleh PT Gudang Garam, Tbk, melihat
adanya PPN dalam kelompok persediaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat
tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan.
Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk
dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk
perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu: 1.
Bahan baku (direct material) 2. Barang dalam proses (work in proses) 3. Barang jadi (finished
goods). Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada
dua, yaitu: 1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik) 2. Metode Perpetual. Masalah
kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari perjanjian yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob
Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik
perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan
dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi
(consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang
sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik
(periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan
menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik.
Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu
prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory
procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan
keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang
kedua, sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan
selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang
atau bertambahnya persediaan. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow
approach) terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual
yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu: 1. FIFO (First in First Out), masuk
pertama keluar pertama (MPKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai
perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan
akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). 2. LIFO (Last In
First Out), masuk terakhir keluar pertama (MTKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan
dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal
(pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang
rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. 3. Metode Rata-rata (average
method), dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara
nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada
nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Dalam penilaian persediaan selain arus harga pokok
ada tiga metode yang digunakan, yaitu: 1. Lower Cost of Market, yaitu metode harga terendah
antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak
normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. 2. Gross Profit Method, metode laba kotor ini
bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan
dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir.
3. Retail Method, metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih
dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran.
Daftar Pustaka
Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Operation Research,
Yogyakarta: PT. BPFE-Yogyakarta, 2000.