Vous êtes sur la page 1sur 18

1.

1 Pengertian Penilaian Saham

Penilaian saham dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam

memberikan opini tertulis mengenai nilai ekonomi suatu bisnis atau ekuitas pada saat

tertentu. Penilaian saham adalah suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel

ekonomi/ variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham

misalnya laba perusahaan dan deviden yang dibagikan, maksudnya suatu metode untuk

mencari nilai-nilai saham yang menjadi ukuran dalam investasi surat berharga.

1.2 Tujuan Penilaian Saham

a. Penilaian saham dilakukan untuk menentukan apakah saham yang akan dibeli atau

dijual akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

diharapkan.

b. Untuk memberikan gambaran pada manajemen atas estimasi nilai saham suatu

perusahaan yang akan digunakan untuk rujukan manajemen sebagai pertimbangan

kebijakan atas saham perusahaan bersangkutan.

c. Berguna untuk mencari harga wajar suatu saham.

d. Digunakan untuk membedakan nilai saham menjadi nilai buku, nilai pasar, dan nilai

intrinsik.

e. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan.

1.3 Tiga Jenis Penilaian Saham

1) Nilai Buku : Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban

perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan

atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.

2) Nilai Pasar : Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan

penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder.
Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga

boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.

3) Nilai Intrinsik : Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar

suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya

sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai

sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen

maupun capital gain.

2.1 Pengertian Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah suatu jenis analisis yang selalu berorientasi kepada harga

(pembukaan, penutupan, tertinggi dan terendah) dari suatu instrument investasi

pada timeframe tertentu (price oriented). Analisis ini mempelajari tentang perilaku pasar

yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk memprediksi harga

dimasa yang akan datang. Harga yang tercermin didalam grafik merupakan harga

kesepakatan transaksi dantara supply dan demand.

Teori Dow atau The Dow Theory adalah teori analisis teknikal yang paling terkenal

dalam memprediksi apa trend yang sedang terjadi di bursa. Prinsip dasar di dalam teori ini

disusun oleh Charles H. Dow pada sekitar abad ke-19. Teori Dow mengatakan bahwa

sebagian besar saham bergerak sejalan dengan bergeraknya bursa keseluruhan atau index

dalam artian bila index bergerak naik, maka harga sebagian besar komponen saham yang ada

ddalamnya juga bergerak naik. Para analisis teknikal berpendapat bahwa segala sesuatu yang

terjadi di pasar baik itu kondisi ekonomi, social, politik, budaya dan lain-lain itu sudah

tercermin pada harga yang terbentuk dari transaksi antara permintaan (demand) dan

penawaran (supply), selain itu harga juga selalu bergerak didalam trend (naik, turun atau

sideways) dan selalu berulang dari waktu ke waktu.

Terdapat pula asumsi dasar dalam analisis teknikal yang meliputi :


a. Harga pasar ditentukan penawaran dan permintaan

b. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik rasional maupun

tidak.

c. Harga saham bergerak dalam tren terus menerus dan berlangsung cukup lama,

meskipun ada flukuasi kecil di pasar.

d. Perubahan tren disebabkan permintaan dan penawaran.

e. Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa terjadi, dapat

dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.

2.2 Istilah dalam Analisis Teknikal

Analisis teknikal dalam perdagangan saham memiliki beberapa istilah yang lazim untuk

dipergunakan. Istilah-istilah tersebut meliputi :

a. Trendline yaitu garis yang dibentuk secara imajinatif guna menunjukan suatu pola

kecenderungan (trend) pergerakan arah market atau harga saham. Kecenderungan

pergerakan tersebut terdiri dari trend naik (uptrend), trend turun (downtrend) atau

trend mendatar (sideways).

b. Trend naik (uptrend) yaitu garis trend yang menunjukan arah market sedang dalam

kondisi baik dan kecenderungan yang ke area positif. Sedangkan Downtrend adalah

sebaliknya. Untuk Sideways menunjukan pergerakan cenderung mendatar.

c. Bullish adalah suatu keadaan dimana kepercayaan investor meningkat sehingga

terjadi peningkatan investasi dalam mengantisipasi kenaikan harga di masa

mendatang sehingga biasanya harga pun cenderung meningkat.

d. Bearish yaitu suatu keadaan dimana kepercayaan investor berubah menjadi rasa takut

dan pesimisme, dan market pengalami penurunan dalam suatu periode.

e. Overbough yaitu suatu area dimana kekuatan beli lebih kecil dari kekuatan jual,

biasanya akan terjadi koreksi harga.


f. Oversold: Suatu area dimana kekuatan beli lebih besar dari kekuatan jual, sehingga

nanti akan terjadi rebound saham

g. Rebound saham adalah kenaikan harga saham yang sifatnya sementara akibat efek

dari panic selling.

2.3 Prinsip Dasar Analisis Teknikal

Prinsip dasar analisis teknikal sangat penting untuk memahami hal-hal mendasar dalam

analisis ini. Ada tiga prinsip penting yaitu (Susanto dan Sabardi, 2002):

a. Segalanya didiskontokan dan digambarkan dalam harga-harga pasar.

Prinsip ini mengungkapkan tentang diskonto dan harga pasar. Sebagai contoh harga saham

PT (Astra Internationl . Tbk ASID selama tahun 2008 antara Rp 10.550 hingga Rp 26.600,

jauh lebih besar dari nilai bukunya Rp 475. Perbedaan yang besar antara nilai 'buku (nilai

intrinsik) dengan harga pasar merupakan hal yang biasa. Pergerakan harga pasar

merupakan gambaran sederhana dari perubahan dalam penawaran dan permintaan. Para

analis teknikal tidak peduli pada kekuatan pokok perubahan dalam permintaan dan

penawaran tersebut, namun mereka lebih tertarik pada apa yang terjadi. Apabila

permintaan lebih besar dari penawaran maka harga akan naik. Sebaliknya, apabila

permintaan lebih kecil dari penawaran maka harga akan turun.

b. Harga-harga bergerak dalam suatu kecenderungan yang terus berlangsung.

Prinsip ini mengungkapkan kecenderungan bahwa harga saham bergerak dalam suatu

pola. Suatu pergerakan adalah suatu kecenderungan yang tetap utuh sampai

kecenderungan tersebut berhenti. Artinya, apabila suatu harga saham naik, maka kenaikan

ini akan berlangsung hingga terjadi pembalikan yangjelas. Demikian pula, jika harga

saham bergerak turun maka penurunannya akan berlanjut sampai terjadi pembalikan.

c. Kejadian pasar selalu berulang kembali.


Prinsip ini mengungkapkan tentang kejadian pasar akan selalu berulang. Grafik harga

pasar saham dari waktu ke waktu menunj ukkan suatu pola tertentu yang dapat

diidentifikasikan. Pola-pola tersebut mempunyai arti yang dapat dibaca untuk

kemungkinan pergerakan harga di waktu mendatang. Meskipun tidak mutlak namun

tingkat ketepatannya sangat tinggi

2.4 Elemen-Elemen Dalam Analisis Teknikal

Analisis teknikal didasarkan sepenuhnya pada analisis harga dan volume. Elemen-elemen

yang mendefinisikan harga dan volume adalah open, high, low, close, volume, open interest,

bid, dan ask (Salim, 2003). Berikut ini merupakan pengertian dari elemen-elemen tersebut :

a. Harga pembukaan (open) adalah harga perdagangan pertama untuk suatu periode. Ketika

kita melakukan analisis data harian, open khususnya penting karena ini adalah harga

konsensus setelah semua partisipan melampaui satu malam bersamanya.

b. Harga tertinggi (high) adalah harga perdagangan tertinggi untuk suatu periode. Ini adalah

titik di mana ada lebih banyak penjual daripada pembeli. High juga mencerminkan harga

tertinggi.

c. Harga terendah (low) adalah harga perdagangan terendah untuk suatu periode. Ini adaiah

titik di mana ada lebih banyak pembeli daripada penjual.Low juga mencerminkan harga

terendah di mana penjual bersedia menerima.

d. Harga penutupan (close) adalah harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Harga

penutupan adalah harga yang paling sering digunakan untuk analisis. Hubungan antara

harga pembukaan dengan harga penutupan dianggap cukup penting oleh sebagian besar

pemakai analisis teknikal. Hubungan ini ditekankan dalam candlestick chart.

e. Volume adalah jumlah saham yang diperdagangkan untuk suatu periode. Hubungan antara

harga dengan volume sangat penting dalam analisis teknikal. Volume aktivitas

perdagangan saham setiap periode akan ditunjukkan pada dasar (bagian bawah) suatu
grafik barang yang standar. Setiap periode (hari, minggu, bulan dan tahun) volume

perdagangannya dicatat dengan bar vertikal secara langsung di bawah bar harga periode

tersebut. Semakin tinggi bar volume berarti semakin besar volume perdagangannya pada

periode tersebut. Skala vertikal dapat digunakan sepanjang dasar suatu grafik untuk

membentuk plot datanya.

f. Open interest adalah total jumlah kontrak yang outstanding dari futures atauoptions (yaitu

kontrak yang belum ditutup atau kadaluwarsa). Open interestadalah indikator yang sering

digunakan.

g. Bid adalah harga di mana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.

Sedangkan Ask adalah harga di mana penjual bersedia menerima untuk suatu saham.

Elemen-elemen ini digunakan untuk menciptakan alat-alat yang berfungsi untuk

mempelajari gerakan harga, trend, pola dan lain sebagainya.

2.5 Pedoman Menetapkan Analisis Teknikal

Banyaknya alat analisa teknikal memuat kita sulit memutuskan alat mana yang akan

digunakan. Berikut ini adalah beberapa Pedoman yang dapat digunakan (Salim, 2003).

1. Periksa kondisi pasar secara menyeluruh : Periksalah tren suku bunga, tren di pasar saham

dan sentimen investor. Misalnya: dari berita, surat kabar dan majalah. Tujuannya adalah

memeriksa tren pasar secara menyeluruh.

2. Pilih saham yang ingin diperdagangkan : Pilihlah saham dari bisnis atau industri yang

dikenal.

3. Periksa tren saham secara menyeluruh :

Gunakan moving average untuk 200 hari (atau 39 minggu). Kita akan menemukan

kesempatan membeli yang terbaik ketika saham baru bergerak naik di atas moving

average jangka panjang ini.


1. Pilih entry point (titik masuk) : Dengan menggunakan indikator favorit, kita dapat

memutuskan untuk membeli atau menjual. Ingat, kita sebaiknya mengambil posisi jika

keputusan tersebut cocok dengan kondisi pasar secara menyeluruh.

2.6 Kelemahan dan Kekuatan Analisis Teknikal

Pada dasarnya, setiap cara dalam melakukan analisis perdagangan saham memiliki

kelemahan dan kekuatan masing-masing. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kekuatan

analisis teknikal terlebih dahulu :

a. Analisis teknikal dapat digunakan secara luas hampir di semua pasar modal di seluruh

dunia.Grafik dapat digunakan untuk menganalisis dalam satuan waktu: jam, hari, minggu,

bulan bahkan tahun.

b. Banyak terdapat alat-alat analisis teknikal dan teknik-teknik yang tersedia untuk

digunakan sesuai kebutuhan di berbagai sektor pasar yang berbeda.

c. Prinsip dasar analisis teknikal mudah dipahami dan lebih memperhatikan pada kejadiaan

sesungguhnya di pasar.

d. Analisis teknikal dapat menggunakan data secara akurat dan setiap saat tersedia di

RTI (Real Time Information) dan IMQ (Information Market Quote).

Secara aplikatif, kelebihan analisis teknikal adalah untuk membantu mengetahui seberapa

besar kekuatan suatu permintaan dan penawaran saham melalui data harga pernbukaan,

tertinggi, terendah dan penutupan secara mudah. Kita juga bisa menentukan saat yang

tepat untuk masuk dan keluar dari pasar. Analisis teknikal membantu untuk memutuskan

kapan saat yang tepat untuk membeli.

Selain kelebihan dari analisis teknikal, terdapat pula kelemahannya yang meliputi

(Susanto dan Sabardi, 2002):


a. Analisis teknikal menganggap bahwa sifat manusia adalah konstan sehingga pola

kecenderungan akan selalu berulang. Bagaimana pun juga terdapat batasan bahwa masa

yang akan datang merupakan cerminan masa lalu.

b. Analisis teknikal memperhatikan tingkat kernungkinan suatu kejadian akan terjadi, bukan

kepastian dari kejadian tersebut.

c. Beberapa analisis teknikal modern berdasarkan pada konsep matematik dan statistik yang

cukup kompleks sehingga menganalisis dengan perangkat lunak komputer sulit dihitung

dan tidak mudah untuk memahami hasil keseluruhannya.

d. Untuk keberhasilan analisis teknikal, maka informasi yang dipakai harus akurat dan tepat

waktu.

Kelemahan analisa teknikal terjadi karena harga saham mencerminkan sebuah persetujuan

atau konsensus yaitu harga di mana pembeli setuju untuk membelinya dan penjual setuju

untuk menjualnya. Harga di mana investor bersedia untuk membeli atau menjual bergantung

pada apa harapannya. Jika mereka mengharapkan saham akan turun, mereka akan

menjualnya. Situasi sederhana merupakan tantangan dalam memperkirakan gerakan harga

saham karena mengacu pada harapan manusia. Fakta ini membuat tidak ada sistem

perdagangan saham yang dapat bekerja secara konsisten. Luasnya para pelaku pasar modal

menyebabkan ketidakpastian tetapi sekaligus menjadi faktor pemikat dalam perdagangan

saham.

2.7 Jenis-jenis Grafik dalam Analisis Teknikal

Dalam dunia trading, yang menjadi ciri khas dalam analisis teknikal adalah grafik (chart).

Para technician biasanya memang menggunakan grafik karena memang merupakan cara yang

paling mudah untuk memvisualkan data pergerakan harga dari masa ke masa. Ada tiga jenis

chart dalam analisis teknikal yang meliputi :


a. Line chart : Line chart adalah grafik yang paling sederhana yang digambarkan sebagai

garis yang menghubungkan harga-harga penutupan. Misalnya: dalam beberapa hari

berturut-turut perdagangan ditutup pada harga 100, 200, 150, 250… maka level-level

harga tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Dengan grafik ini kita bisa melihat

pergerakan harga secara umum dalam satu periode waktu tertentu.

b. Bar chart : Bar chart sedikit lebih rumit daripada line chart. Chart jenis ini memberikan

informasi mengenai harga pembukaan, penutupan, harga tertinggi dan terendah dalam satu

periode waktu tertentu. Karena memiliki informasi tersebut, chart ini juga disebut dengan

OHLC chart (Open-High-Low-Close).

Berikut ini adalah bentuk dasar dari bar chart: bar chart Ujung bawah dari chart ini adalah

harga terendah yang pernah diperdagangkan dalam periode waktu tertentu, sedangkan ujung

atasnya adalah harga tertingginya. Garis vertikalnya mewakili range (rentang) harga dalam

periode waktu tersebut. Garis horizontal kecil yang berada di sebelah kiri adalah harga

pembukaan sedangkan yang berada di sebelah kanan merupakan harga penutupannya. Pada

contoh di atas, harga pembukaan berada lebih rendah daripada harga penutupan. Namun

harga pembukaan bisa saja berada lebih tinggi daripada harga penutupan.

c. Candlestick : Candlestick berdasarkan suku katanya terdiri dari dua kata yaitu candle dan

stick. Candle berarti lilin ,sedangkan stick berarti batang. Sehingga arti Candlestick adalah

jenis grafik menyerupai batang lilin yang digunakan untuk melakukan analisa secara

teknikal. Candlestick terdiri dari badan (body) dan ekor (shadow). Analisis candlestick

menggunakan data Harga Pembukaan (open),Teringgi (high),Terendah(low)& Penutupan

(close) .

Candlestick : Jika harga penutupan diatas pembukaan maka body candle biasanya berwarna

terang atau putih . Jika harga penutupan dibawah pembukaan maka body candle biasanya

berwarna gelap atau hitam. Sedangkan garis yang berada diatas body disebut upper shadow
.Pada Body berwarna putih ,upper shadow mewakili ketamakan pembeli sedangkan pada

body berwarna gelap ,upper shadow menunjukan ketakuatan pembeli. Garis yang berada

dibawah body disebut lower shadow ,pada body berwarna putih lower shadow mewakili

ketakutan penjual,sedangkan pada body hitam lower shadow menunjukan ketamakan penjual.

Pada intinya candlestick digunakan untuk mengetahui tekanan yang dilakukan oleh pembeli

atau penjual.Pada akhir periode adu kekutan tekanan itu akan terlihat pada panjang body &

shadownya. Body putih panjang menunjukan bahwa dari awal periode sampai akhir periode

dikuasai oleh pembeli tanpa perlawanan berarti dari penjual. Body hitam panjang

menunjukan bahwa dari awal sampai akhir periode dikuasai penjual tanpa perlawanan berarti

dari pembeli. Shadow panjang dibawah body menunjukan bahwa pada awalnya penjual

mendominasi ,namun dalam perjalanannya sampai akhir periode pembeli memberikan

perlawanan lebih kuat sehingga harga balik arah. Shadow panjang diatas body menunjukan

bahwa pada awalnya pembeli mendominasi pasar, kemudian penjual melakukan perlawanan

lebih kuat sehingga harga bisa ditekan kebawah & balik arah.

2.8 Analisis Fundamental

Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap instrument investasi mempunyai

landasan yang kuat yaitu nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu anlisis yang

sangat hati- hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan

datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja

perusahaan (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:1). Analisis fundamental merupakan suatu

metode yang mengukur nilai asset pada saat ini dan waktu yang akan datang berdasarkan

kondisi internal asset, ekonomi, politik dan lingkungan lainnya yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran atas asset tersebut (Ahmad Rodoni, 2005:2).

Analisis fundamental, analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsic

(nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsic suatu
saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah

mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Abdul Halim, 2005:21). Analisis fundamental

mempraktikan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-

faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan

menerapkan hubungan variabel- variabel tersebut (Martalena dan Maya, 2011:47). Menurut

Suad Husnan (2001:315), analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa

yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan

variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Sedangkan menurut

Sunariyah (2006:169) menyatakan bahwa analisis ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa

tiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal

atau analis. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang

sekarang (current market price). Terdapat dua pendekatan fundamental yang umumnya

digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan nilai sekarang dan

pendekatan laba atau Price Earning Ratio (PER).

2.8.1 Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach)

Pendekatan nilai sekarang menganalisis harga saham berdasarkan harga saham saat ini

adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemegang

saham (Sharpe, 2006). Melalui pendekatan ini perhitungan nilai saham dilakukan dengan

menghitung nilai sekarang (present value) semua aliran kas saham yang diharapkan di masa

datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat pengembalian yang dipersyaratkan investor.

Aliran kas yang dimaksud ialah berupa dividen. Secara sistematis, pendekatan ini ditulis

sebagai berikut:
CF
V (Value)  
1 K

Dimana :

V = Nilai suatu saham

CF = Cash Flow

K = Tingkat return yang di harapkan (risk free rate of return + risk premium )

Pendekatan Nilai Sekarang yang menggunakan dividen ini dalam penggunaannya perlu

melihat kondisi dari kepemilikan saham tersebut. Maksudnya ialah apakah saham akan

dipegang selamanya oleh investor atau investor hanya memegang saham tersebut dalam suatu

periode kemudian menjualnya kembali.

2.8.2 Dividend Discount Model (DDM)

Pertumbuhan Konstan (Constant Growth) Asumsi dividen bertumbuh secara konstan

ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan

(Kodrat dan Indonanjaya, 2010:275). DDM pertumbuhan konstan merupakan metode

penilaian harga saham yang mengasumsikan harga saham setara dengan jumlah seluruh

pembayaran dividen masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang. Formula penilaian

harga saham menggunakan DDM pertumbuhan konstan yaitu:

Nilai intrinsik = D1/r-g

Keterangan:

D1 = Dividen pada tahun 2013

r = Required return on equite

g = Pertumbuhan

Beberapa perusahaan memilih kebijakan dividen yang meningkat secara tetap, dengan

demikian dividen yang dibagikan akan meningkat setiap periodenya dengan tingkat
kenaikkan yang sama. Dalam keadaan demikian rumus penilaian saham yang dipakai adalah:

(Dewi Astuti, 2004:93)

P0 = D1/ks – g

Rumus penilaian saham untuk constant growth cukup terkenal dan dikenal sebagai

rumus Gordon Model. Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke

waktu, maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut (Atmaja, 2008:101). Jika g adalah

konstan, dan Ks > g, maka:

Dimana:

Po = Nilai/ harga saham biasa pada t = 0

D0 = Dividen terakhir yang dibagikan (dividen yang telah berlaku, tidak akan kita

terima jika kita membeli saham sekarang/ pada t = 0).

g = growth atau tingkat pertumbuhan dividen.

ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tersebut.

Asumsi dividen bertumbuh secara konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan

yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan. Jika dividen diasumsikan bertumbuh

secara konstan dari waktu ke waktu, maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut: (David

dan Kurniawan, 210:275).

Asumsi-asumsi Dividen Discounted Model (DDM) (Husnan, 2001,293)


a. Tidak semua laba dibagi, tetapi ada sebagian ditahan. Proporsi laba yang ditahan (diberi

notasi b) diasumsikan konstan.

b. Laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat

keuntungan, disebut Return On Equity, sebesar R.

c. Sebagai akibat dari asumsi-asumsi tersebut, maka laba per lembar saham (=E) dan juga

dividen (=D) meningkat sebesar bR. Peningkatan ini kita beri notasi g. Dengan kata lain

g=bR.

Dengan menggunakan asumsi tersebut maka, P0 = D1/(r-g)

Model peretumbuhan kontan (constant growth model) karena diasumsikan pertumbuhan

laba (dan juga dividen) meningkat secara konstan. Bagi perusahaan yang beroperasi pada

industri yang telah berada pada tahap maturity (kedewasaan) pada siklus kehidupan produk,

penggunaan model ini mungkin cukup memadai untuk menaksir nilai intrinsik saham

(Husnan, 2001:294).

2.9 Short Selling dalam Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia mendefinisikan short selling sebagai transaksi penjualan efek

dimana efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. Short

selling menjual saham yang bukan milik sendiri. Berarti investor yang melakukan short

selling mengambil posisi negative terhadap suatu saham. Contohnya anda sekarang berada

pada tanggal 15 November 2015. Anda memperkirakan bahwa harga saham PT X yang saat

ini sebesar Rp 6.950 per lembar akan turun menjadi sekitar Rp 6.500 pada tanggal 31

Desember 2015. Terlepas dari analisis yang melatarbelakangi penurunan harga saham

tersebut, selanjutnya anda meminjam saham PT X tersebut kepada broker sebanyak 100

lembar untuk dijual dengan janji akan mengembalikan sebulan kemudian. Pada waktu anda

menjual tersebut memperoleh uang Rp 6.950.000. uang tersebut selanjutnya dibelikan pada

saham-saham lain yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga. Jika pada akhir bulan
harga saham PT X ternyata benar turun menjadi Rp 6.500 per lembar, maka anda akan

membeli saham tersebut untuk dikembalikan kepada broker senilai Rp 6.500.000, sehingga

anda akan memperoleh keuntungan Rp 450.000, namun jika kondisi sebaliknya, dimana

harga saham PT X naik menjadi Rp 7.500 per lembar, maka anda akan mengalami kerugian.

Dalam perjalanan pasar modal di Indonesia, pertama kali aturan mengenai short selling ini

diatur melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-09/PM/1997 tanggal 30 April

1997tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah

(“PeraturanV.D.6”).

Bapepam-LK kemudian merevisi aturan yang diberi Peraturan V.D.6 itu. Revisi itu seiring

terjadinya krisis finansial yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Gara-gara krisis, Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mengalami kejatuhan yang sangat

dalam. Untuk mengantisipasi transaksi yang bisa membuat IHSG makin jatuh, Bapepam

menerbitkan sejumlah aturan termasuk revisi aturan short selling. Transaksi short selling ini

kemudian diatur antara lain dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK No. 258/BL/2008 yang

kemudian diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK No. 556/BL/2008.

Sehingga, pada dasarnya transaksi short selling di Indonesia diperbolehkan. Namun,

Bapepam-LK tetap menentukan rambu-rambu transaksi short selling seperti apa yang

dibolehkan. Tujuannya, tentu saja mengamankan pasar modal dalam negeri selain untuk

kepentingan investor minoritas.

3.1 Pengertian Moving Average (Rata-rata Bergerak)

Moving Average – Moving Average atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rata-

rata Bergerak adalah salah satu metode peramalan bisnis yang sederhana dan sering

digunakan untuk memperkirakan kondisi pada masa yang akan datang dengan menggunakan

kumpulan data-data masa lalu (data-data historis). Dalam Manajemen Operasi dan Produksi,

kumpulan data disini dapat berupa volume penjualan dari historis perusahaan. Periode waktu
kumpulan data tersebut dapat berupa Tahunan, Bulanan, Mingguan bahkan Harian. Metode

Peramalan Moving Average ini sering digunakan dalam peramalan bisnis seperti peramalan

permintaan pasar (demand forecasting), analisis teknikal pergerakan saham dan forex serta

memperkirakan tren-tren bisnis di masa yang akan datang.

Pada dasarnya, Pengertian Moving Average atau Rata-rata bergerak adalah metode

peramalan yang menghitung rata-rata suatu nilai runtut waktu dan kemudian digunakan untuk

memperkirakan nilai pada periode selanjutnya. Moving Average atau Rata-rata Bergerak

diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu,

kemudian menghilangkan nilai terlamanya dan menambah nilai baru.

Metode Moving Average ini lebih baik digunakan untuk menghitung data yang bersifat

stabil atau data yang tidak berfluktuasi dengan tajam (data yang perubahan naik dan turunnya

sangat drastis). Hal ini dikarenakan data pada setiap periode diberikan bobot yang sama

sehingga tidak dapat mewakilkan periode-periode tertentu yang bersifat khusus ataupun data

periode terakhir yang biasanya dinilai sebagai data yang terbaik dalam mengambarkan

kondisi terkini. Oleh karena itu, munculah Metode-metode Moving Average yang lain untuk

mencoba mengatasinya, metode moving average yang lain diantaranya adalah Metode

Weighted Moving Average (Rata-rata Bergerak Berbobot) atau disingkat dengan WMA dan

Metode Exponential Smoothing (Metode Penghalusan Bertingkat). Sedangkan Metode

Moving Average yang sederhana ini sering disebut dengan Simple Moving Average atau

disingkat dengan SMA.

3.2 Rumus Moving Average (Rumus Rata-rata Bergerak)

Rumus Moving Average atau Rata-rata Bergerak adalah sebagai berikut :

MA = ΣX / Jumlah Periode
Keterangan :
MA = Moving Average
ΣX = Keseluruhan Penjumlahan dari semua data periode waktu yang diperhitungkan
Jumlah Periode = Jumlah Periode Rata-rata bergerak

atau dapat ditulis dengan :

MA = (n1 + n2 + n3 + …) / n

Keterangan :
MA = Moving Average
n1 = data periode pertama
n2 = data periode kedua
n3 = data periode ketiga dan seterusnya
n = Jumlah Periode Rata-rata bergerak.
Sumber Pustaka:

David Sukardi Kodrat, Kurniawan Indonanjaya. 2010. Manajemen Investasi: Pendekatan


Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio : Edisi Pertama.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Widoatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus.
Bogor : Ghalia Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi