Vous êtes sur la page 1sur 39

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA

KIM 1263

DISKUSI SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN

OLEH :

Ni Putu Yudawati NIM 1513031003

Alista Lusia Viana NIM 1513031011

Iftitahur Rohmah NIM 1513031016

III A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

TAHUN 2016/2017
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan makalah strategi belajar mengajar
kimia.
Makalah ini penulis buat bertujuan untuk menjelaskan diskusi sebagai
strategi pembelajaran. Makalah ini penulis buat dengan semaksimal mungkin,
walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus penulis
perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini penulis mengharapkan
saran dari teman-teman semua.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok penulis untuk
menyampaikan materi ini.

Singaraja, 01 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


i
PRAKATA .................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
ABSTRAK ................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
2
1.3 Tujuan.......................................................................................................
2
1.4 Manfaat ...................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran..................................
5
2.2 Pengunaan Strategi Pembelajaran............................................................
7......................................................................................................................
2.3 Keterbatasan Strategi Pembelajaran.........................................................
10
2.4 Langkah-langkah Perencanaan Pembelajaran..........................................
11
2.5 Penilaian Keefektifan Strategi Pembelajaran...........................................
22
2.6 Aplikasi Strategi Pembelajaran diskusi dalam Pembelajaran Kimia ......
25
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
34
3.2 Saran.........................................................................................................
34....................................................................................................................
Daftar Pustaka
ABSTRAK

Diskusi kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat


diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Startegi diskusi ini dipercaya
adanya proses bertukar pikiran antara siswa dengan siswa yang lain atau antara
guru dengan siswa dengan aturan-aturan tertentu dan mengikat secara bersama-
sama. Strategi pembelajaran ini bersifat interaktif dan kolaboratif sehingga
mampu secara efektif memberdayakan potensi-potensi kognisi dan afeksi siswa
menjadi pribadi-pribadi yang kritis, demokratis, toleran dan dewasa menghadapi
persoalan-persoalan yang dihadapi. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dapat
meningkatkan tingkat kreatifitas dan inovasi dirinya. Karena seorang guru yang
menggunakan strategi pembelajaran ini dituntut mengelola jalannya diskusi secara
berdialog sehingga dibutuhkan rencana dan persiapan yang detil dan matang.
Strategi pembelajaran ini memiliki kelebihan namun juga bukan nyata kelemahan.
Kelebihan strategi pembelajaran ini antara lain: Mendorong siswa untuk berpikir
kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong
siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan lain
sebagainya. Kelemahan strategi pembelajaran ini antara lain: Jalannya diskusi
seringkali didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga mengurangi peluang
siswa yang lain untuk berpartisipasi. Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh
pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga
pembahasan melebar kemana-mana, dan beberapa kelemahan lainnya. Namun,
dibanding kelemahannya, strategi pembelajaran ini lebih banyak mengandung
kelebihan sehingga sangat tepat untuk dipergunakan dalam mengelola
pembelajaran di kelas untuk menghindari cara-cara konvensional dan ketinggalan.

Kata kunci : strategi pembelajaran, diskusi, kelebihan diskusi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan pembelajaran sering dirasakan membosankan bagi siswa,
karena guru hanya memberikan pelajaran dengan menggunakan satu cara dan
tidak heran apabila sering didapati siswa sedang mengantuk dan kadang
berbicara sendiri dengan teman lain. Sedangkan, guru sedang menerangkan
materi, untuk itu diperlukan strategi pembelajaran agar proses kegiatan belajar
mengajar dapat berhasil. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh
kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities designed to activis a particuler educational goal. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
tertentu. (Wina Sanjaya, 2006;126)
Strategi pembelajaran merupakan rencana tidakan atau rangkaian kegiatan
termasuk penggunaan strategi dan pemanfaatan sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dewasa ini
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah semakin dikembangkan
oleh para pelaku pendidikan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan
sebuah kegiatan pembelajaran yang lebih berkualitas. Salah satu diantaranya
yang menarik untuk dikembangkan saat ini adalah strategi pembelajaran
diskusi. Apabila diinginkan adanya interaksi antara siswa dan guru, antara
siswa dengan siswa, yang mana interaksi tersebut juga bersifat
mengembangkan meteri, keterampilan, sifat atau keterampilan berproses,
maka strategi diskusi adalah yang paling tepat. Tetapi yang perlu dipahami,
bahwa diskusi merupakan titik sentral dalam semua aspek pembelajaran, maka
diskusi merupakan strategi yang berbeda dalam suatu pembelajaran. Atas
alasan demikian, diskusi merupakan salah satu bagian penting dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain, interaksi antara guru-siswa, siswa-siswa
dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana proses diskusi
di optimalisasi. (Wina Sanjaya, 2006)

1
Sebelum menggunakan strategi ini, dalam strategi mengajar, guru harus
mengetahui dan menguasai pengertian diskusi, ciri-ciri dan karakteristik
diskusi, peran guru dan peran siswa dalam strategi diskusi, dan langkah-
langkah penerapan strategi diskusi dalam proses pembelajaran, serta kelebihan
dan kelemahan startegi ini. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, guru dapat
menerapkan strategi diskusi dengan lebih baik dan mantap dalam
pembelajaran dikelas. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berfikir
dan bekerjasama antar siswa. (Wina Sanjaya, 2006;126)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan diskusi sebagai stretegi pembelajaran ?
2. Bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan dalam
diskusi sebagai strategi pembelajaran ?
3. Apa sajakah keterbatasan diskusi sebagai strategi pembelajaran ?
4. Bagaimanakah langkah-langkah perencanaan pembelajaran pada diskusi
sebagai strategi pembelajaran ?
5. Bagaimanakah cara menilai keefektifaan diskusi sebagai strategi
pembelajaran ?
6. Bagaimanakah bentuk aplikasi diskusi sebagai strategi pembelajaran
dalam pembelajaran kimia ?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan diskusi sebagai strategi pembelajaran
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan diskusi sebagai strategi
pembelajaran
3. Mendeskripsikan dan menjelaskan keterbatasan pada diskusi sebagai
strategi pembelajaran
4. Mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah perencanaan
pembelajaran pada diskusi sebagai strategi pembelajaran
5. Mendeskripsikan dan menjelaskan penilaian keefektifaan diskusi sebagai
strategi pembelajaran
6. Mendeskripsikan aplikasi diskusi sebagai strategi pembelajaran dalam
pembelajaran kimia

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bagi Lembaga Pendidikan :
Secara teoritis manfaat makalah ini diharapkan dapat berguna
sebagai referensi apabila lembaga pendidikan merekomendasikan

2
penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran kepada tenaga pengajar
dalam proses pembelajaran.
Bagi Pembaca :
Manfaat teoritis yang dapat diperoleh oleh pembaca yaitu dapat
menambah wawasan pembaca mengenai penggunaan diskusi sebagai
strategi pembelajaran.
Bagi Penulis :
Manfaat teoritis yang dapat diperoleh oleh penulis yaitu dapat
menambah pemahaman penulis dalam mendeskripsikan dan menjelaskan
penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis


Bagi Lembaga Pendidikan :
Manfaat praktis yang dapat diperoleh oleh lembaga pendidikan
adalah dapat mengaplikasikan diskusi sebagai salah satu strategi
pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Bagi Pembaca :
Manfaat praktis yang didapatkan pembaca adalah dapat memahami
bahwa penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran dapat membuat
siswa berpikir realistis dalam memikirkan isu-isu terbaru dan sering
diperdebatkan. Ini membantu siswa untuk melihat teori sebagai
seperangkat alat untuk memecahkan kasus-kasus yang telah ditentukan
sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
metakognitifnya.
Bagi Penulis :
Manfaat praktis yang diperoleh penulis adalah menambah
pengalaman menulis makalah mengenai penggunaan diskusi sebagai
strategi pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diskusi


Diskusi adalah proses interaksi tatap muka yang teratur dalam kelompok
untuk bertukar pikiran. Tujuan dari diskusi adalah untuk memecahkan
masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan pelajar atau
mencapai keputusan. Diskusi adalah strategi belajar mengajar yang dapat
disesuaikan untuk memenuhi setiap subjek pada setiap tingkat pendidikan.
Diskusi dapat melibatkan seluruh kelas atau dapat digunakan dengan
kelompok-kelompok kecil. Diskusi seperti strategi pengajaran berpusat pada
peserta didik lainnya, sering digunakan sebagai pelengkap teknik lain dari
pengajaran kelas. (Roestiyah NK. 1991)
 Ciri-ciri Diskusi
Adapun ciri-ciri diskusi adalah sebagai berikut :
1. Terdiri dari beberapa orang atau lebih.
2. Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
3. Ada yang menjadi pemimpin.
4. Ada proses tukar pendapat atau informasi.
5. Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang
dibahas. (Roestiyah NK. 1991)
 Perencanaan Diskusi
Diskusi yang direncanakan dengan buruk bisa menjadi tidak bermakna
dan buang-buang waktu. Membuat perencanaan untuk diskusi melibatkan
empat langkah-langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi topik
Diskusi yang paling efektif saat topiknya kontroversial atau
membuka ruang bagi perbedaan interprestasi. Sebagai contoh, Sue
merencanakan untuk meminta siswanya membahas apa yang menurut
mereka sedang dipikirkan Dimmesdele saat menyampaikan ceramah dan
apa ada dibenak Hester saat mendengarkan ceramah itu. Ini adalah topic
diskusi ideal karena jawabannya tidak jelas dan berbagai interprestasi
bias ditawarkan. (Pompam. 2003)
2. Menentukan Tujuan Belajar

4
Guru akan memiliki tiga tujuan saat guru melibatkan siswa ke dalam
diskusi, yaitu: Pertama, guru ingin murid memikirkan suatu topik secara
mendalam dan lebih analitis dibandingkan jika mereka hanya
membacanya. Membahas karakter dan mendengarkan berbagai sudut
pandang memperdalam pemahaman siswa. (Pompam. 2003)
Kedua, diskusi memberi siswa latihan berpikir kritis. Saat mereka
menawarkan intepretasi mereka, guru bisa meminta mereka memberikan
bukti bagi opini mereka. Dengan pengalaman, mereka diharapkan belajar
untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum memberikan opini atau
inerprestasi yang tak berdasar, suatu kecenderungan akan berguna bagi
mereka dalam dunia diluar sekolah. (Pompam. 2003)
Ketiga, diskusi dapat berkontribusi banyak pada perkembangan
sosial siswa. Siswa mempelajari keterampilan-keterampilan sosial penting,
seperti:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
b. Menunggu giliran
c. Mengekspresikan ide dengan jeernih dan jelas
d. Mengembangkan ide-ide orang lain
e. Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal
Jika guru ingi siswa mencapai tujuan belajar seperti ini, maka
diskusi dapat menjadi strategi yang efektif. (Pompam. 2003)
3. Mengembangkan Pengetahuan Siswa
Mengatakan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan sebelum
memulai diskusi sudahlah jelas. Diskusi harus selalu diadakan setelah
pelajaran-pelajaran yang berfokus pada mendapatkan pengetahuan dan
memahami topik. (Pompam. 2003)
4. Membangun Struktur
Diskusi dapat distrukturkan dengan berbagai cara. Guru bisa
memilih mengatur diskusi efektif dengan tertata dan berstruktur. Siswa
tidak sekadar diperintahkan untuk membahas topik, jika diperintahkan
maka diskusi bisa cepat buyar atau menyimpang dari topik yang membuat
diskusi jadi tidak bermanfaat. (Pompam. 2003)

5
2.2 Waktu penggunaan diskusi sebagai strategi mengajar
Guru dapat menggunakan diskusi sebagai strategi mengajar ketika:
1. Ketika guru ingin siswa untuk bekerjasama.
2. Ketika guru ingin siswa untuk mengembangkan pemahaman.
3. Ketika guru ingin siswa untuk menggambarkan pemahaman
mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka
sebelumnya.
4. Ketika guru ingin siswa untuk mengeksplorasi keragaman
perspektif dan melihat bahwa ada banyak cara yang berbeda untuk
mencapai tujuan bersama.
5. Ketika guru ingin siswa untuk berlatih menghasilkan ide-ide
mereka sendiri.
6. Ketika guru ingin siswa untuk memahami bahwa masalah
kompleks dapat diselesaikan dengan sederhana.

 Beberapa batasan penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran


Hal ini tidak mudah untuk melakukan diskusi seluruh kelas yang
efektif. Masalah yang paling umum yang mungkin guru alami adalah
sebagai berikut:
1. Diskusi tidak mungkin untuk membantu siswa belajar kecuali siswa
sudah dipersiapkan dengan baik.
2. Sangat mudah bagi siswa berbicara mendominasi diskusi dan
mempengaruhi kelompok untuk menerima ide-ide mereka.
3. Para pemimpin kelompok sebaya dikelas dapat mendominasi diskusi.
4. Dalam diskusi akan ada banyak kesempatan bagi siswa untuk
menyimpang dari topik dan ini dapat membuang waktu.
5. Beberapa siswa mungkin enggan untuk berpartisipasi dalam diskusi
karena takut diejek untuk ide-ide atau pendapat mereka. (Edggen│Don
Kauchak, 2012: 164)

 Menerapkan Diskusi
Menerapkan diskusi ada 3 fase
Fase 1 : Perkenalan
Semua strategi tentunya akan membutuhkan perhatian siswa
demikian juga dalam strategi diskusi ini. Sue memperkenalkan
6
pelajarannya dengan memberi tahu siswa bahwa ia akan membaca satu
kutipan teks kemudian siswa harus menuliskan ciri ciri penting dari
kutipan yang telah dia baca, hal ini akan membuat siswa tetap pasif secara
kognitif. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)
Tugas menulis akan membantu siswa untuk mengaktifkan latar
belakang siswa. Sejumlah topik yang cukup luas sebagai guru kita harus
pintar untuk memfokuskan perhatian siswa, bisa dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan untuk siswa mengenai topik yang dibahas.
(Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)
Fase 2: Eksplorasi
Sepanjang fase eksplorasi, siswa berfokus pada topik atau isu dan
berbagai perspektif mereka satu sama lain. Dalam mengajar guru memiliki
2 peran penting saat memandu diskusi. Pertama, guru harus menjaga
diskusi terfokus dan mengalir. Karena diskusi terutama didorong oleh
komentar siswa, kemungkinan melantur (drift) selalu ada. Guru perlu
dengan cermat memonitor arah diskusi dan mengembalikan fokus siswa
apabila siswa tersebut menyimpang atau mengarah ke jalan buntu. Kedua,
guru harus berusaha memberi siswa pengalaman yang mendorong
perkembangan sosial. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)
Hambatan Bagi Diskusi Efektif, Diskusi yang tidak berhasil
biasanya diakibatkan oleh satu atau lebih dari tiga sebab. Pertama,
kurangnya pengetahuan awal siswa, guru terkadang berusaha melibatkan
siswa didalam diskusi yang mana siswa tidak memilki pengetahuan latar
belakang yang memadai, sehingga jelas siswa tidak bisa mendiskusikan
satu topik jika siswa tidak paham dengan topik tersebut. Diskusi harus
didahului oleh satu atau lebih pelajaran yang membantu siswa
mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melanjutkan
diskusi yang berkualitas. Kedua, siswa yang terbuka atau agresif mungkin
cenderung mendominasi diskusi dan siswa-siswa yang pemalu tidak akan
yakin dengan diri mereka sendiri, mungkin menarik diri dan tidak
menaruh perhatian. Untuk mencegah kemungkinan ini, guru perlu
memonitor perkembangan diskusi dan mengintervensi jika perlu. Ketiga,

7
kurangnya arahan yang jelas juga bisa menjadi hambatan. (Edggen│Don
Kauchak, 2012: 164)
Fase 3 : Penutup
Setelah diskusi berlangsung kemudian kita menutup diskusi
tersebut, tentunya kita tidak ingin siswa menyelesaikan diskusi dengan
perasaan kurang yakin. Menelaah perspektif dan interpretasi berbeda
adalah tujuan dari diskusi. Siswa tidak akan mencapai suatu kesimpulan
yang sama sebagaimana jika mereka mempelajari konsep atau ketrampilan
tertentu. Oleh karena itu sebagai guru harus cerdas merancang kesimpulan
dari topik yang sudah dibahas untuk membantu siswa meninggalkan kelas
dengan gagasan jelas mengenai topik yang telah mereka diskusikan dan
bagaimana terkait dengan pelajaran esok hari. (Edggen│Don Kauchak,
2012: 164)
Fase Tujuan

Fase 1 : Perkenalan  Menarik perhatian

Guru memberikan satu isu dan  Memberikan fokus bagi


pembuka diskusi diskusi

 Mengaktifkan pengetahuan
latar belakang

Fase 2 : Eksplorasi  Mendorong keterlibatan


siswa
Siswa mengeksplorasi topik,
memperjelas pemikiran mereka,  Mendorong pemahaman
dan mengambil satu posisi. mendalam terhadap topik

 Mengembangkan pemikiran
kritis dan perkembangan
sosial

Fase 3 : Penutup  Menjernihkan poin-poin


kesepakatan dan perdebatan
Poin-poin utama dalam diskusi
akan diringkaskan

8
2.3 Keterbatasan diskusi sebagai strategi pembelajaran
Dalam diskusi sebagai strategi pembelajaran ini, memiliki beberapa
keuntungan dan kelebihan, yaitu :
1. Keuntungan dari diskusi sebagai strategi pembelajaran :
a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM).
b. Setiap siswa dapat meguji tingkat pengetahuan dan penguasaan
bahan belajarnya masing-masing.
c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir
dan sikap ilmiah.
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial
dan sikap demokratis para siswa.
2. Kekurangan dari diskusi sebagai strategi pembelajaran :
a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagimana
hasilnya sebab tergantung kepada pemimpin dan partisipasi
anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.
c. Jelannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa
yang menonjol.
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-
hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk
membatasi pokok masalahnya.
g. Jumlah siswa yang terlalu besar didalam kelas akan mempengaruhi
kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

2.4 Langkah-langkah perencanaan pembelajaran


Dalam menyusun sebuah diskusi dalam pembelajaran, maka diperlukan
langkah-langkah yang baik agar diskusi dapat berjalan dengan efektif :
1. Mempersiapkan diskusi

9
Diskusi akan menjadi luar biasa apabila digunakan dengan benar dalam
proses belajar dan mengajar (Lowe, dalam Killen:2007). Diskusi mungkin
memiliki unsur spontan dan tak terduga, keberhasilan atau kegagalan dalam
membantu siswa untuk belajar melalui diskusi akan tergantung pada ketelitian
dari persiapan guru. Sebuah diskusi tidak harus terdiri hanya dari guru duduk
untuk ngobrol dengan siswa, itu harus menjadi kegiatan yang direncanakan
dengan hati-hati dengan tujuan yang telah ditetapkan dan struktur yang jelas.
Apakah guru berniat untuk menggunakan diskusi sebagai bagian kecil dari
pelajaran atau sebagai fokus utama untuk pelajaran, kunci keberhasilan
adalah organisasi, baik sebelum dan selama pelajaran. (Killen. 2007)
Diskusi dapat menjadi cara yang efektif untuk membantu siswa belajar
dalam berbagai situasi, itu akan salah untuk menganggap bahwa diskusi
seluruh kelas selalu merupakan strategi pengajaran yang sesuai. Hal ini tentu
tidak pantas untuk memutuskan menggunakan diskusi sebelum
mempertimbangkan apa yang guru inginkan dan sebelum mempertibangkan
keuntungan dan keterbatasan strategi lain. Jika guru memutuskan bahwa
diskusi adalah strategi mengajar yang paling tepat, berikut langkah-langkah
perencanaan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa diskusi akan menjadi
pengalaman belajar yang berguna bagi siswa.
Langkah 1 : Tentukan tujuan diskusi
Jangan terjebak dalam pemikiran bahwa tujuan pelajaran guru adalah
untuk berdiskusi. Sebuah diskusi hanyalah sebuah sarana untuk membantu
siswa belajar. Diskusi adalah alat, bukan tujuan itu sendiri. Guru akan
memutuskan untuk menggunakan diskusi karena guru pikir itu adalah cara
terbaik untuk membantu siswa mencapai beberapa hasil belajar tertentu.
Dengan menjelaskan dengan jelas kepada siswa, guru akan meningkatkan
kesempatan menjaga diskusi yang relevan dengan topik atau masalah, dan
guru akan memberikan siswa beberapa kesempatan. Guru harus mampu
mengambarkan secara jelas kepada siswa mengenai pertanyaan, masalah,
dilema atau proporsi yang akan menjadi subjek diskusi. (Buckelew, dalam
Killen: 2007)
Langkah 2 : Meneliti latar belakang informasi
Guru dalam mempersiapkan diskusi akan perlu untuk melakukan riset
terhadap topik yang kan didiskusikan. Guru harus memiliki pengetahuan yang

10
komprehensif dari materi pelajaran, meskipun guru tidak akan menyajikan
informasi kepada siswa secara langsung. Guru perlu pengetahuan ini dalam
rangka memberikan konstribusi untuk diskusi (pada pijakan yang sama
dengan siswa) dan untuk membimbing siswa terhadap hasil belajar yang
menjadi fokus dari pelajaran. Ini tidak berarti bahwa guru akan memimpin
siswa untuk menemukan jawaban 'benar' untuk pertanyaan-pertanyaan
diskusi, hal ini berarti bahwa guru akan membantu siswa untuk membawa
diskusi ke beberapa kesimpulan logis, dan guru tidak dapat melakukan itu
kecuali jika guru tahu banyak tentang topik. (Buckelew, dalam Killen: 2007)
Diskusi yang guru butuhkan untuk dapat memberikan arahan dengan cara
mendukung tetapi non-intrusif yang akan memungkinkan mayoritas input
datang dari siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu mengenali kapan
konstribusi siswa yang relevan dan tidak, guru harus dapat mengambil
konstribusi jelas dan membantu siswa untuk mengembangkan diskusi.
Melalui semua ini, guru harus memastikan bahwa diskusi (seperti stimulasi
yang diberikan oleh berbagai ide) dapat dicapai. Guru tidak akan melakukan
ini tanpa pemahaman yang menyeluruh tentang materi pelajaran. (Buckelew,
dalam Killen: 2007)
Apabila guru ingin siswa memahami materi, guru harus lebih
menguasainya, tidak peduli apa strategi mengajar yang guru gunakan. Aturan
praktis yang baik ketika merencanakan diskusi adalah mencoba untuk
mengantisipasi semua pertanyaan bahwa peserta didik mungkin bertanya, dan
pastikan bahwa guru mampu menjawabnya. Guru harus mampu
mengantisipasi apa yang tak terduga, dan bereaksi dengan tepat, akan
membedakan guru yang mampu dan tidak mampu.
Langkah 3 : Membantu siswa mempersiapkan diskusi
Setelah guru mempersiapkan diri untuk diskusi kelas, guru harus
membantu siswa untuk mempersiapkan mereka diskusi. Tergantung pada
usia, pengalaman sebelumnya, dan preferensi belajar siswa, guru mungkin
menemukan bahwa mereka memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menjadi terbiasa dengan belajar melalui diskusi. Siswa mungkin tidak akan
memiliki kesulitan untuk berpartisipasi dalam diskusi, karena bahkan anak-
anak yang sangat muda dapat terdorong untuk bertukar ide dan menawarkan
pendapat. Namun, fakta bahwa siswa berpartisipasi dalam diskusi tidak secara

11
otomatis berarti bahwa mereka belajar. Guru harus membantu siswa untuk
berpikir tentang ide-ide ini untuk membangun pemahaman yang lebih bagus
dengan sengaja membangun pengetahuan mereka sebelumnya. Mereka tidak
akan dapat berkonstribusi jika mereka tahu sedikit tentang topik dan mereka
akan bersedia untuk berkonstribusi jika pertanyaan atau masalah yang akan
dibahas relevan dan penting bagi siswa. Bagian terpenting dari persiapan
siswa adalah memahami apa yang mereka akan bahas dan mengapa, itu tidak
cukup untuk memberitahu mereka tentang topik diskusi.
Sebuah diskusi akan cepat berubah menjadi sesi guru bertanya-siswa
menjawab jika siswa tidak mampu atau tidak mau berkontribusi. Mereka
tidak akan dapat berkontribusi jika mereka tahu sedikit tentang topik dan
mereka akan bersedia untuk berkontribusi jika pertanyaan atau masalah yang
akan dibahas relevan dan penting bagi siswa. Bagian terpenting dari persiapan
siswa adalah memahami apa yang mereka akan bahas dan mengapa, itu tidak
cukup untuk memberitahu mereka tentang topik diskusi. (Buckelew, dalam
Killen: 2007)
Semakin banyak siswa tahu tentang topik yang sedang dibahas dan
semakin mereka berpikir tentang hal itu sebelum diskusi dimulai, semakin
mereka akan dapat saling membantu untuk memahami isu yang terlibat/
untuk membuat konstribusi informasi, siswa harus mengidentifikasi beberapa
isu kunci, mengumpulkan fakta, merumuskan pertanyaan dan membentuk
opini tentatif sebelum diskusi dimulai. Hal ini sering berguna untuk
memberikan siswa dengan bahan bacaan persiapan sehingga mereka semua
memliki beberapa pemahaman umum dari konsep dan fakta-fakta yang akan
menginformasikan diskusi mereka. Hal ini lebih baik jika bahan-bahan ini
mendorong siswa untuk mengeksplorasi beberapa isu terbuka dimana mereka
dapat memiliki pendapat yang berbeda daripada hanya menyediakan semua
pandangan yang sama dari topik tertutup. (Buckelew, dalam Killen: 2007)
Hal ini sering berguna untuk memberikan siswa dengan bahan bacaan
persiapan sehingga mereka semua memiliki beberapa pemahaman umum dari
konsep dan fakta-fakta yang akan menginformasikan diskusi mereka. Hal ini
lebih baik jika bahan-bahan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi
beberapa isu terbuka di mana mereka dapat memiliki pendapat yang berbeda

12
daripada hanya menyediakan semua pandangan yang sama dari topik tertutup.
Guru lebih mempromosikan diskusi yang hidup dan produktif jika bahan
persiapan menyebabkan siswa untuk mempertanyakan beberapa keyakinan
mereka daripada jika mereka hanya memperkuat pandangan tetap.
Menyediakan siswa dengan daftar pertanyaan di muka adalah cara yang
berguna untuk mendorong lebih tenang siswa untuk berpartisipasi dalam
diskusi (Buckelew, dalam Killen: 2007).
Langkah 4 : Menyiapkan rencana diskusi
Rencana untuk pelajaran berbasis diskusi akan mirip dengan rencana
pelajaran biasa, minimal harus memiliki:
1. Hasil belajar yang jelas
2. Garis besar subjek yang akan dibahas dan alasan untuk
mendiskusikannya.
3. Catatan tentang bagaimana guru akan membuka diskusi.
4. Pertanyaan yang jelas untuk fokus diskusi.
5. Daftar pertanyaan tambahan untuk memadukan diskusi.
6. Catatan tentang guru akan menutup diskusi
Pertanyaan memainkan bagian yang sangat penting dalam diskusi, guru
dapat menggunakan pertanyaan untuk memulai diskusi, dan berbagai waktu
sepanjang diskusi untuk mengarahkan dari satu titik ke titik lain. Hal ini
penting karena mengajukan pertanyaan akan merangsangsiswa untuk berpikir
dan mengeksplorasi ide-ide. Ini harus jelas bahwapertanyaan yang
memerlukan jawaban ya/tidak memiliki kontribusi yang kecildalam
merangsang diskusi. Guru mempersiapkan pertanyaan pada poin penting
sebagai bagian dari rencana pertanyaan. Guru akan menemukan bahwa
diskusi akan meminta guru untuk mengajukan pertanyaan tambahan, tetapi
jika guru tidak mempersiapkan secara memadai akan sulit untuk memastikan
bahwa siswa mempelajari semua yang guru ingin mereka pelajari.
Guru mempersiapkan pertanyaan pada poin penting sebagai bagian dari
rencana pertanyaan. Guru akan menemukan bahwa diskusi akan meminta
guru untuk mengajukan pertanyaan tambahan, tetapi jika guru tidak
mempersiapkan secara memadai akan sulit untuk memastikan bahwa siswa
mempelajari semua yang guru ingin mereka pelajari.
Guru harus merencanakan cara untuk mendorong siswa agar dapat
mengajukan pertanyaan selama diskusi. Tujuan dari pembahasan ini adalah
untuk membantu para siswa untuk belajar. Mereka perlu membangun

13
pemahaman mereka sendiri dari masalah yang sedang dibahas dan mereka
tidak bisa melakukan ini kecuali mereka memiliki kesempatan untuk
mengklarifikasi poin yang tidak jelas. (Buckelew, dalam Killen: 2007)
Rencana diskusi guru harus menunjukkan kira-kira berapa banyak waktu
yang guru pikir siswa akan perlu untuk mengeksplorasi setiap aspek utama
diskusi. Secara umum, lebih baik untuk membatasi waktu dan menjaga
diskusi terfokus, bukan untuk memberikan waktu yang berlebihan yang akan
mendorong siswa untuk menyimpang dari topik. Siswa sangat cepat akan
kehilangan minat jika mereka berpikir bahwa diskusi sedang melenceng, atau
bahwa itu digunakan hanya untuk mengisi waktu. Kadang-kadang siswa akan
menjadi begitu terlibat dalam diskusi yang tidak dapat diselesaikan dalam
satu pelajaran. Mengantisipasi kemungkinan ini, guru harus merencanakan
apa yang harus disiapkan.
Langkah 5 : Mempersiapkan lingkungan diskusi
Langkah penting dalam mempersiapkan diskusi adalah untuk membangun
iklim diskusi yang efektif. Bagian penting dari ini adalahmeyakinkan siswa
bahwa pandangan dan perasaan mereka akan dihormati olehguru dan siswa
lainnya. Karena itu perlu bagi siswa untuk merasa aman agar bersedia untuk
mengungkapkan ide-ide yang dapat memicu perselisihan dan kritik, anggota
kelompok diskusi perlu peka terhadap pikiran anggota lainnya.Siswa harus
menghargai dan menghormati gagasan orang lain melalui semua strategi
pengajaran yang guru gunakan. Pengaturan tempat duduk dapat memiliki efek
pada kontribusi siswa untuk diskusi. Situasi yang paling diinginkan adalah
semua siswa duduk dalam lingkaran menghadap satu sama lain, sehingga ada
komunikasi tatap muka. Guru ingin diskusi mengalir bebas, sehingga
biasanya bukan ide yang baik untuk meminta siswa untuk berdiri di depan
kelas sebelum mereka berbicara. Jika memungkinkan, mengatur kelas
sebelum siswa tiba sehingga guru tidak membuang waktu berharga untuk
diskusi. (Buckelew, dalam Killen: 2007)
 Beberapa aturan sederhana untuk diskusi kelas
a. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang wajar untuk
berpartisipasi.
b. Hanya satu orang yang dapat berbicara pada satu waktu.

14
c. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan satu sama lain dengan
guru, atau mereka dapat memberikan pernyataan faktual atau
menawarkan pendapat.
d. Semua yang berkontribusi akan dihargai dan tidak akan ditertawakan.
e. Semua yang ingin berkontribusi harus relevan dengan topik.
f. Tidak ada kesimpulan yang diambil jika semua yang berkontribusi
belum menyepakatinya.
2. Membuka diskusi
Hal ini penting bagi guru untuk memberikan struktur dan arah untuk
diskusi sehingga tetap fokus. Cara guru memulai diskusi akan tergantung
pada persiapan sebelum diskusi. Misalnya, jika guru telah meminta mereka
untuk mempersiapkan diskusi dengan membaca sebuah artikel, koran atau
dengan mencari beberapa informasi di internet mereka sudah harus memiliki
ide yang masuk akal dari tujuan diskusi. Guru harus memberikan pertanyaan
awal yang menarik, atau berhubungan dengan pengalaman pribadi pendek
yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, atau menguraikan masalah
yang menarik. Guru juga harus mengingatkan siswa tentang tujuan diskusi,
menjelaskan secara singkat bagaimana pelajaran akan dilanjutkan,
mengingatkan siswa dari setiap aturan atau prosedur yang guru harapkan
mereka untuk ikuti.
Pertanyaan pembuka sangat penting karena itu adalah kesempatan terbaik
guru untuk melibatkan para siswa. Hal ini biasanya memberikan keuntungan,
karena beberapa siswa mungkin malu untuk berkontribusi. Ini tidak berarti
bahwa guru harus mengajukan pertanyaan sederhana. Guru dapat meminta
peserta didik untuk siap mengajukan pertanyaan mereka sendiri berdasarkan
bacaan mereka sebelumnya.
Pertanyaan yang guru tanyakan akan memiliki pengaruh yang kuat pada
bagaimana peserta didik berpikir dan apa yang mereka pelajari. Jika guru
mengajukan pertanyaan yang sangat dasar, mereka mungkin akan
memberikan jawaban yang sederhana dan tidak berpikir banyak tentang
masalah ini. Jika guru mengajukan pertanyaan yang terlalu kompleks, peserta
didik mungkin akan merasa frustrasi atau tidak tertarik. Untuk menghindari

15
masalah ini, guru harus memutuskan terlebih dahulu apa yang guru harapkan
dari peserta didik. Guru kemudian dapat mengajukan pertanyaan yang akan
mendorong jenis pemikiran peserta didik.

 Cara alternatif untuk memulai diskusi


Pertanyaan tidak selalu cara yang paling tepat untuk membuka diskusi
karena mereka cenderung untuk memusatkan perhatian pada apa yang
guru anggap penting bukan pada apa yang siswa anggap penting. Beberapa
alternatif adalah:
a. Singkat menguraikan masalah bahwa kelompok akan berusaha untuk
memecahkan beberapa isu utama yang diangkat dalam pra-membaca
mereka.
b. Meminta siswa untuk menjelaskan secara singkat suatu peristiwa dari
pengalaman mereka sendiri yang berkaitan dengan topik diskusi.
Setelah beberapa siswa telah berbagi pengalaman mereka, lalu
meminta peserta diskusi lain untuk mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan dalam cerita dan menghubungkannya untuk diskusi.
c. Meminta siswa untuk memberikan pendapat dan gagasan mereka
tentang bahan yang guru minta mereka untuk membaca dalam
persiapan untuk diskusi.
d. Meminta siswa untuk membuat daftar poin utama dari bahan yang
mereka baca dalam persiapan untuk diskusi. Ini dapat memberikan
masukan untuk sesibrainstorming dan ditulis di papan sebagai
pengingat poin yang harus ditangani selama diskusi.
e. Membuat pernyataan kontroversial yang berkaitan dengan topik yang
akan dibahas.
f. Tidak mencoba untuk meyakinkan mereka bahwa pernyataan guru
benar.
3. Menarik Siswa Dalam Diskusi
Idealnya, masukan guru akan sedikit diberikan karena sebagian besar
diskusi akan terdiri dari siswa yang bertukar ide, mempertanyakan satu

16
sama lain, dan berusaha untuk mencapai pemahaman bersama tentang isu-
isu. Namun, sampai siswa menjadi mahir dalam menggunakan diskusi
sebagai sarana belajar, guru akan perlu untuk membimbing dan mendorong
mereka. Sifat dan jumlah bimbingan akan tergantung pada apa yang guru
inginkan darisiswa untuk belajar dari diskusi. Menarik siswa dalam
diskusi, dapat melalui berbagai cara, yaitu:
a. Meminta siswa untuk mendefinisikan istilah dan konsep. Sebuah
diskusi akan produktif jika siswa tidak memiliki pemahaman yang sama
tentang konsep-konsep yang penting bagi pertanyaan yang mereka coba
jawab. Guru mungkin perlu meminta siswa untuk mengklarifikasi
pemahaman mereka.
b. Menyediakan siswa dengan informasi tambahan, jika siswa tidak
memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk
mengembangkan solusi untuk masalah yang dibahas, guru mungkin
harus berhenti diskusi dan memberikan masukan yang tepat. Siswa
hanya mengatakan apa yang mereka tahu. Siswa mengintegrasikan
materi yang dibahas dengan pengetahuan lainnya. Jika diskusi
tampaknya terlalu fokus, guru dapat meminta siswa untuk memperluas
pandangan mereka dan mempertimbangkan masalah lainnya.
c. Meminta siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka, guru dapat
membantu siswa untuk melihat relevansi apa yang mereka pelajari
dengan melibatkan mereka dalam diskusi yang memiliki beberapa
aplikasi praktis.
d. Meminta siswa untuk menilai atau mengevaluasi bahan.
4. Mendorong siswa untuk berfikir selama diskusi
Untuk mendorong siswa berfikir secara mendalam tentang kontribusi
orang lain dalam diskusi, guru dapat menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Memberikan waktu kepada siswa untuk berfikir.
b. Mengajukan pertanyaan.
c. Mendorong siswa untuk bertanya pada diri sendiri
d. Menyarankan siswa memulai kontribusi mereka dengan
mengungkapkan pernyataan.

17
5. Menjaga diskusi tetap pada jalur
Siswa akan cepat kehilangan minat dalam diskusi ketika mereka
melihat bahwa diskusi tersebut tidak bermanfaat. Jika guru ingin
mempertahankan diskusi yang berguna harus ada beberapa masalah yang
didiskusikan yang relevan dengan keadaan siswa. Jika diskusi telah
direncanakan dengan hati-hati, siswa tertarik dalam topik, dan guru
mempertahankan kontrol, pasti ada sedikit kesulitan dalam menjaga
diskusi agar tetap fokus pada tujuan yang diharapkan. Guru perlu untuk
mengantisipasi sejumlah kemungkinan yang diambil dalam diskusi. Guru
memberikan serangkaian petunjuk dan pertanyaan untuk kembali
memfokuskan diskusi. Namun guru tidak boleh mendominasi diskusi dan
memaksa siswa agar berfikir mengenai kesimpulan yang diharapkan oleh
guru. Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan
oleh guru untuk memfasilitasi diskusi, antara lain:
a. Mendengarkan secara aktif. Guru dapat menggunakan kontak mata
dan dukungan nonverbal untuk berkomunikasi.
b. Memberikan pujian. Guru harus membuat komentar yang
menunjukkan dukungan dan dorongan kepada siswa yang
berpartisipasi dalam diskusi.
c. Membuat pernyataan deklaratif. Guru pasti tidak harus mencoba untuk
mendominasi diskusi, tetapi Guru bisa menjadi 'mitra sejajar' dan
menunjukkan pandangan Guru pada topik diskusi.
d. Berkaca dan mengulang. Untuk menunjukkan siswa pentingnya
mendengarkan dan mencoba untuk membangun pemahaman mereka,
Guru dapat meringkas apa yang Guru mengerti dengan komentar
pembicara sebelumnya.
e. Menafsirkan. Agar menghindari terjadinya kebingungan bagi siswa
yang lain, Guru menyatakan kembali gagasan siswa dengan kata-kata
Guru agar bisa dipahami.
f. Mengulangi pernyataan. Kadang-kadang semua yang perlu Guru
lakukan adalah meminta siswa untuk mengulang pernyataan sehingga
setiap orang jelas tentang apa yang dikatakan.

18
g. Mengundang siswa untuk menguraikan. Jika Guru ingin mendengar
lebih banyak tentang pandangan siswa, atau jika Guru berpikir bahwa
siswa lain perlu mendengar lebih banyak untuk menghargai topik,
mengundang pembicara untuk menguraikan, untuk membenarkan
komentar mereka, atau untuk menyediakan bukti.
h. Mendorong pertukaran antar siswa. Guru perlu mendorong para siswa
untuk berkomentar secara konstruktif atas gagasan satu sama lain. Ini
akan mendorong para siswa untuk menghargai gagasan orang lain.
i. Meminta contoh. Jika ada kemungkinan kesalahpahaman, Guru harus
meminta siswa untuk memberikan contoh untuk menggambarkan poin
yang mereka ajukan.
j. Mengundang pertanyaan. Guru dapat mendorong diskusi dengan
mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang titik
terakhir yang dibuat atau tentang masalah umum yang sedang dibahas.
k. Melibatkan siswa yang ragu-ragu. Guru harus sengaja mencari
pandangan siswa yang telah gagal untuk berkontribusi dalam diskusi,
tetapi melakukan hal ini dengan cara yang tidak mengancam.
l. Mengundang pembicara untuk mengajukan pertanyaan. Jika siswa
yang sedang berusaha untuk membuat suatu topik sepertinya
mengalami kesulitan, maka guru dapat meminta siswa itu untuk
memberikan pertanyaan untuk dipertimbangkan di kelas.
m. Berdiam diri. Ketika seorang siswa mencapai kontribusi akhirnya,
tetap diam selama sekitar lima detik. Hal ini akan mendorong siswa
untuk melanjutkan titik dan itu akan mendorong siswa lain untuk terus
berpikir tentang kontribusi terakhir.
n. Mendefinisikan kata dan frasa. Jika siswa menggunakan terminologi
yang menurut Guru mungkin membingungkan siswa lain, maka Guru
dapat meminta mereka untuk menentukan kata kunci atau frase yang
mereka gunakan. Guru juga harus melakukan hal ini jika Guru
menduga bahwa siswa membuatpernyataan yang tidak benar-benar ia
pahami penggunaannya, atau jika mereka menggunakan bahasa gaul.

19
o. Menyerukan konsensus. Hal ini tidak perlu untuk setiap diskusi
untukmenghasilkan kesepakatan umum. Namun, jika diskusi tidak
memuaskan, Guru mungkin harus membuat pernyataan untuk
memecahkan kebuntuan.
p. Mengakui kebingungan. Jika Guru bingung dengan apa yang
dikatakan siswa,maka guru harus mengatakannya.

2.5 Penilaian keefektifan diskusi sebagai strategi mengajar


 Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penilaian formatif
Penilaian formatif dilakukan dengan maksud memantau
sejauhmanakah suatu proses pendidikan telah berjalan sebagaimana
yang direncanakan.
2. Penilaian sumatif
Penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejau
hmanakah peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
pembelajaran ke unit berikutnya.
 Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat
atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keaktifan, daya guna,
adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran yang dituju.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai.
Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan
tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai

20
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dapat disimpulkan juga bahwa suatu
media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat
membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka
efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin
banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran
tersebut.
 Menilai pembelajaran saat menggunakan strategi diskusi.
(Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)
Didalam diskusi ada tiga tipe tujuan saat menggunakan strategi
diskusi :
1. Mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang topik spesifik,
seperti karakter-karakter dalam The Scarlet Letter.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
3. Mendorong perkembangan sosial.
Menilai materi dan pemikiran kritis akan menilai pemahaman siswa
tentang topik dengan cara tradisional. Yaitu, dengan item-item esai sebagai
cara paling umum dan sekaligus kemampuan berpikir kritis siswa.
Menilai perkembangan sosial sebagaimana hasil kerja kelompok dan
pembelajaran kooperatif, menilai perkembangan sosial didalam diskusi
kerap informal didasarkan pada pengamatan terhadap siswa saat mereka
berinteraksi satu sama lain. Observasi sistematis, proses menentukan
kriteria bagi kinerja baik atau diterima didalam satu kegiatan dan membuat
catatan berdasarkan kriteria tersebut, cenderung akan menjadi proses
paling efisien untuk menilai perkembangan sosial.
 Beberapa ide-ide (Boron dan Strenberg, 1987 dalam killen 2007)
1. Apa yang didapat siswa dari strategi diskusi ini? Apakah kebanyakan
siswa dapat mencapai strategi ini? Jika tidak, mengapa?
2. Apakah siswa berantusias dalam mengikuti diskusi? Mengapa?
3. Apakah diskusi bisa mencapai sesuatu yang berguna tanpa
perencanaan? Seberapa banyak hasil positif dari diskusi tersebut untuk
diskusi yang akan datang?
4. Apakah siswa berdiskusi satu sama lain untuk memberikan alasan dan
contoh untuk mendukung pandangan mereka? Jika tidak, mengapa?
5. Apakah siswa percaya bahwa mereka sedang mendiskusikan isu-isu
yang berharga?

21
6. Apakah siswa menawarkan contoh tanggapan, contoh tanggapan dan
argumen kontra? Jika tidak, mengapa mereka begitu banyak
melakukan Perjanjian?
7. Apakah siswa mengidentifikasi tujuan masukan mereka untuk diskusi?
sebagai contoh, mereka mengatakan hal-hal seperti "saya ingin
mengomentari..." "saya tidak dapat menambahkan ke..." "saya tidak
setuju dengan..." apa yang dikatakan disini mengenai keterlibatan
mereka dalam diskusi?
8. Apakah siswa dapat memperhatikan hal lain yang mereka bahas dari
subjek sekolah lainnya dan juga pengalaman mereka di luar sekolah?
Jika tidak, mengapa?
9. Siswa mana yang mengajukan permohonan untuk menghubungkan
pokok persoalan tertentu dalam diskusi prinsip-prinsip yang lebih
umum?
10. Apakah siswa mengajukan pertanyaan yang relevan dan Logis?
11. Apakah siswa meminta suatu pembenaran daripada mengambil suatu
hal-hal diberikan? Contohnya, apakah mereka membuat komentar
seperti: "itu tidak tampaknya berhak membuat klaim bahwa tanpa
beberapa bukti untuk mendukung itu"?
12. Apakah siswa meminta untuk klarifikasi? Contohnya, apakah mereka
membuat komentar seperti "Apakah Anda keberatan oleh...?"
13. Diskusi yang dipengaruhi oleh faktor kebudayaan seperti mengapa
diskusi secara tradisional dilakukan di komunitas siswa?
14. Dimana tidak ada hasil negatif dari pelajaran? Bagaimana bisa hasil
yang negatif dihindari di diskusi selanjutnya?
15. Bagaimana bisa strategi ini lebih baik digunakan dalam pelajaran
pertemuan yang akan datang? (Killen, 2007).

2.6 Contoh Aplikasi Penggunaan Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran


Dalam Kimia

Mata pelajaran : Kimia


Kelas/Semester : X/I
Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Alokasi Waktu: 2 x 50 Menit

22
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran,
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial, alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


1. Menyadari adanya larutan elektrolit dan nonelektrolit sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya larutan elektrolit
dan nonelektrolit sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif)
dalam berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

23
3. Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
4. Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Menalar dan menganalisis larutan elektrolit dan nonelektrolit dan sifat-
sifat dari larutan elektrolit dan nonelektrolit.

C. INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan cara menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit
2. Menjelaskan pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan nonelektrolit
3. Mengidentifikasi penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik
4. Mengidentifikasi adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Aspek Kognitif
1. Siswa dapat menjelaskan cara menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit
2. Siswa dapat menjelaskan pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan
nonelektrolit
3. Siswa dapat mengidentifikasi penyebab larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik
4. Siswa dapat mengidentifikasi adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit

 Aspek Psikomotor
1. Melakukan diskusi kelompok terkait cara menguji sifat elektrolit dan
nonelektrolit, pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan
nonelektrolit, penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dan adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit.
2. Siswa dapat mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil diskusi dalam
kelompoknya mengenai cara untuk menguji sifat elektrolit dan
nonelektrolit, pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan
nonelektrolit, penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dan adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit.
 Aspek Afektif
1. Siswa dapat menampilkan perilaku disiplin pada saat masuk pembelajaran.
2. Siswa dapat menunjukan sikap jujur dalam menjawab dan mengumpulkan
hasil LKS (tugas) maupun saat ulangan.

24
3. Siswa dapat berperilaku responsif dan proaktif serta bijaksana dalam
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
4. Siswa dapat menunjukan sikap tanggung jawab selama proses
pembelajaran berlangsung.
5. Siswa dapat menunjukkan kerjasama dan toleransi baik dalam diskusi
kelompok maupun diskusi kelas.

E. SUMBER BELAJAR/BAHAN AJAR/ALAT


1. Sumber belajar:
Buku teks Kimia SMA/MA kelas X, Program peminatan kelompok
Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIA).
2. Bahan ajar:
Bahan presentasi,gambar-gambar larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Alat:
Komputer/LCD.

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu
No Tahapan Kegiatan Pembelajaran
(Menit)

25
1 Pendahuluan Langkah 1 Pemilihan dan Penampilan ±10
Materi
1. Guru memberikan materi kimia kepada
siswa. Dalam hal ini materi yang
diberikan adalah materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit yang
umunya ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Guru menggunakan media
presentasi berupa power point
kemudian siswa diminta untuk
memahami materi yang dijelaskan.
Sesuai dengan kriteria dari pemilihan
materi, larutan elektrolit dan
nonelektrolit merupakan topik yang
sangat cocok dijadikan bahan diskusi
kelas dalam pembelajaran kimia.
2. Guru memancing siswa untuk dapat
memunculkan pertanyaan saintifik.
Hal yang dilakukan guru adalah
memusatkan perhatian siswa dengan
memberikan pertanyaan lisan terkait
dengan kasus yang diberikan.
Pertanyaannya adalah sebagai berikut.
“Sebutkan latutan apa saja yang dapat
mengantarkan listrik dan tidak dapat
mengantarkan listrik?”

26
3. Siswa secara mandiri membaca dan
mencari teori-teori yang berkaitan
dengan materi yang diberikan yaitu
larutan elektrolit dan nonelektrolit
untuk melengkapi pemahaman yang
diberikan oleh guru sebelumnya,
sehingga siswa akan siap untuk
melakukan diskusi terkait materi yang
diberikan.
2 Kegiatan Inti Langkah 2. Diskusi (Pengumpulan data) ± 50

1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa


tujuan dari pemilihan materi tersebut
adalah agar siswa mampu memahami
dan menjelaskan tentang larutan
elektrolit dan nonelektrolit
2. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, misalnya tiap kelompok
terdiri dari 4 s/d 5 orang.
3. Guru membantu siswa dalam berdiskusi
dengan mengeksplorasi dan
mengidentifikasi materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit yang
umumnya ditemui dalam kehidupan
sehari-hari.

27
4. Siswa secara berkelompok
melakukan penelitian untuk
mengumpulkan data dengan
mengidentifikasi materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
siswa mengumpulkan informasi
mengenai pengertian larutan elektrolit
dan nonelektrolit, mengidentifikasi
larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan
menganalisis penyebab larutan elektrolit
dan nonelektrolit.
5. Guru memberikan siswa LKS
(lembar kerja siswa). Kemudian data
yang didapatkan siswa pada saat
pengumpulan data akan dicatat pada
tabel dalam LKS yang telah disediakan
oleh guru.
Langkah 3 Mengajukan Pertanyaan
(Analisis Data)
1. Siswa membuat daftar
pertanyaan yang belum terjawab di
dalam diskusi kelompok. Pertanyaan
yang belum terjawab tersebut akan
dijawab melalui diskusi kelas.

28
2. Guru membimbing
diskusi kelas dengan mengajukan
pertanyaan yang dapat membantu siswa
mengenai materi yang telah diberikan.
Contohnya : Bisakah kamu
menjelaskan perbedaan larutan
elektrolit dan nonelektrolit? Mengapa
larutan elektrolit dapat pengantarkan
listrik? Pertanyaan tersebut dapat
membantu siswa dalam
mengembangkan ide/gagasan dalam
memecahkan masalah tersebut.
3. Penutup Langkah 4. Penutup ( Evaluasi dan ± 40
Kesimpulan)
1. Guru bersama siswa melakukan
refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari.
2. Setiap kelompok akan membuat
rangkuman mengenai materi yang
telah dibahas pada saat melakukan
diskusi kelas.
3. Guru meminta setiap kelompok untuk
mengkomunikasikan atau
mempresentasikan hasil diskusi yang
mereka lakukan mengenai pemecahan
masalah tersebut.

29
4. Guru menilai hasil rangkuman dari
setiap kelompok, yang dinilai oleh
guru adalah cara siswa dalam
mengembangkan pola pikirnya, cara
siswa mengemukakan pendapat, dan
cara siswa memecahkan suatu masalah
yang berhubungan dengan materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit
5. Guru membantu siswa dalam membuat
kesimpulan berkaitan dengan materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit.
6. Guru menanyakan apakah ada siswa
yang belum mengerti materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit yang telah
didiskusikan dan dibahas
7. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.

G. INSTRUMEN PENILAIAN

1. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

Nama Anggota
No Nilai Presentasi
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.

30
2. INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Karakter Skor Indikator
Rasa Ingin 1 Tidak menunjukan antusias dalam dikusi, sulit
Tahu terlibat dalam kegiatan kelompok walaupun
sudah di dorong untuk terlibat.
2 Menunjukan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu
antusias dan baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok setelah di suruh untuk terlibat.
3 Menunjukan rasa ingin tahu yang besar, antusias
dan aktif dalam kegiatan kelompok
Jujur 1 Tidak menunjukan kejujuran dalam
menggunakan data hasil diskusi dalam
kelompoknya dan berusaha mencari jawaban dari
kelompok lain dengan cara menyontek.
2 Menunjukan kejujurannya dengan menggunakan
data hasil diskusi dalam kelompoknya, namun
kurang menunjukan kerjasama kelompok dalam
menyelesaikan masalah yang ada di LKS
3 Menunjukan kejujurannya dengan menggunakan
data hasil diskusi dalam kelompoknya dan
menunjukan kerjasama kelompok dalam
menyelesaikan masalah yang ada di LKS
Tanggung 1 Tidak ikut mengerjakan tugas kelompok yang
Jawab tertera dalam LKS
2 Ikut mengerjakan tugas kelompok, namun tidak
dengan sungguh-sungguh.
3 Ikut mengerjakan tugas kelompok dengan
sungguh-sungguh

Jumlah
Sikap
Skor
Nama
No Rasa Ingin Tanggung
Siswa Jujur
Tahu Jawab
1 2 1 1 1 3 1 2 3
1
2
3
4
..
Kriteria penilaian:
Rentang jumlah skor: 10 – 12 (baik)
7–9 (cukup)
3–6 (kurang)

31
3. INTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR
Petunjuk pengisian:
Skor maksimum = 4
Skor minimum =1

No Kelompok ............
Aspek yang dinilai Nam Nama Nama Nam Nama
a siswa siswa a siswa
siswa siswa
1 Aktif mendengar
2 Aktif bertanya
3 Mengemukakan pendapat
4 Mengendalikan diri
5 Menghargai orang lain
6 Bekerja sama dengan orang lain
7 Berbagi pengetahuan yang dimiliki
8 Mengatur waktu dengan tepat
Jumlah skor

Kriteria penilaian:
Rentang jumlah skor: 28 – 32 Nilai: AB (amat baik)
20 – 27 Nilai: B (baik)
12 – 19 Nilai: C (cukup)
0 – 11 Nilai: K (kurang)

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai sebuah strategi pembelajaran, tentu saja strategi diskusi dikelas
tidak bisa lepas dari kelebihan dan kelemahan. Tugas setiap pendidik untuk
bisa dan secara cerdas menguasai dan menggunakan strategi-strategi
pembelajaran yang relevan dengan tingkat kesiapan belajar para peserta
didiknya. Strategi pembelajaran diskusi merupakan cara yang efektif untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan dan juga kreativitas siswa dalam
menerima materi.
Ketajaman analisis dan kepandaian menggunakan konsep akan terlihat
ketika proses diskusi berlangsung. Siswa dapat berperan aktif dan interaktif
dalam pembelajaran untuk menginternalisasikan pengetahuannya, dan guru
berperan sebagai patner yang memberikan gagasan bagi siswa ketika
dialektika diskusi tidak maksimal. Guru membiarkan siswa mengeluarkan
pendapat dan akan membantu ketika terjadi kesulitan dalam pemecahan
masalah dalam proses diskusi.
Diskusi yang efektif untuk mengembangkan proses berpikir siswa,
memupuk mental, mengembangkan sikap diri, dan proses mempertahankan
motivasi belajar yang tinggi. Di dalam konsep diskusi, setiap elemen
memiliki kesempatan yang sama untuk berpendapat dan memberikan
komentar atas apa yang didiskusikan.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai seorang pengajar dan
pendidik, guru seharusnya memahami secara dalam terlebih dahulu tentang
strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sebagai calon
pendidik kimia, diharuskan untuk mengetahui berbagai strategi pembelajaran
pada kimia. Jika guru ingin menerapkan diskusi sebagai strategi belajar maka
guru memiliki peran penting dalam sebuah diskusi di kelas, yaitu : sebagai
komunikator, sebagai fasilitator, sebagai mediator, sebagai motivator, dan
sebagai evaluator.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. Dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang:


Universitas Negeri Malang.
Anitah, S. W. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta,
Cet III.
Djamarah. Bahtiar Syaiful dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta, Jakarta, Cet I.
Djamarah. Bahtiar Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta, Jakarta, Cet II.
Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.
Killen, Roy. 2007. Effective teaching strategies. Lesson from research and
practice. South melbourne: cengage learning australia.
Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka
cipta.
Edgen, Paul dan don Koucahak. 2012. Strategi dan model pembelajaran. Jakarta:
PT Indeks, Cet I, 2012.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada.

34

Vous aimerez peut-être aussi