Vous êtes sur la page 1sur 28

MAKALAH ASKEP POLIO

Disusun Oleh :
Dhemia Nurjanah KHGA17007
Lukman Nurhakim KHGA17003
Neng Sri Silmiati KHGA17040

STIKES KARSA HUSADA GARUT


D3 KEPERAWATAN
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POLIO” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Imun & Hematologi II dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Baik berupa
materi-materi, pemikairan dan lain sebagainya. Sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dan penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat nantinya bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, seperti kata peribahasa yaitu tak
ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dan
keritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Garut, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................11
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
2.1 Teori Medis ................................................................................................2
2.2 Teori Asuhan Keperawatan .......................................................................17
BAB III PENUTUP ..............................................................................................26
DATAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus.Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang
biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala,
muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200
infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka
yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka
lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).Di Indonesia banyak dijumpai
penyakit polio terlebih pada anak-anak halini disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang. Disamping asupan gizi juga dapatdipengaruhi oleh faktor keturunan dari
orang tua, apalagi dengan kondisi di negeriini yang masih banyak dijumpai
keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizianaknya kurang mendapat
perhatian.Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu
dalam menangani masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di
daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau
oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan
lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,antara lain :
1.Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2.Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?

1.3 Tujuan
1.Menjelaskan konsep Poliomyelitis.
2.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI MEDIS


a. Definisi
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering
terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul
seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya
satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi
lemah danlumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu
atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan
tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis adalah penyakit menular
yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu
sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak, dan akibat kerusakan
bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yangdisebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus
(PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat
memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

b. Klasifikasi
1.Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah,
sakit perut, lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot
terasa lembek jika disentuh.
2.Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio
berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis
dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala
dan tanda- tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leher dan punggung,
sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.

4
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:
1) Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan padabatang
tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang
dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
paling sering ditemukan terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus,
virus ini akan diserap olehkapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke
seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang
mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf.
Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5
tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika
terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan
dantungkai.
2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang
mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori

5
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya
terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah
bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;
korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan
atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan
sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah
menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang
lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung.
Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara
dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan
koma dan kematian.Tingkat kematian karena polio bulbar

c. Epidemologi
Selama 3 dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak
balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika
Serikat pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun
menjadi 139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia
Tenggara terdapat 4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi
epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat .Di
Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan penyakit yang
sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti Bliton sampai
ke banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarangdan Medan Epidemi terakhir

6
terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus polio
tanpa gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan asimtomatik dan
ringan sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.

Terjadinya wabah polio biasanya akibat:


a.Sanitasi yang jelek
b.Padatnya jumlah penduduk
c.Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.Pengadaan air ber`sih yang kurang

Penularan dapat melalui:


a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat.

Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan
dilakukan pula tindakan bedah seperti tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan
penyuntikan.
Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera
dilaporkan ,Namun data epidemiologi yang sukar didapat.Dalam salah satu
symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan
9.000 kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat
gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.
Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh
komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan
adanya kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-
95%);hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis.

7
d. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan
/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:


· Tipe I Brunhilde
· Tipe II Lansing dan
· Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II
kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan
epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan
III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam


tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi

8
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).

e. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringansekali
dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbulgejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial sertaformasio
retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik

f. Manifestasi Klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a).Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

b).Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan
gejala ini berlangsung beberapa hari.

9
c)Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul
beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk
kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang
leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
1. demam sedang
2. sakit kepala
3. kaku kuduk
4. muntah
5. diare
6. kelelahan yang luar biasa
7. rewel
8. nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
9. kejang dan nyeri otot
10. nyeri leher
11. nyeri leher bagian depan
12. kaku kuduk
13. nyeri punggung
14. nyeri tungkai (otot betis)
15. ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
16. kekakuan otot.
d).Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa
gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian
disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan
saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis

10
anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan
triseps.
Poliomielitis paralitik
1. demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
2. sakit kepala
3. kaku kuduk dan punggung

4. kelemahan otot asimetrik

5. onsetnya cepat

6. segera berkembang menjadi kelumpuhan

7. lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena

8. perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)

9. peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)

10. sulit untuk memulai proses berkemih

11. sembelit

12. perut kembung

13. gangguan menelan

14. nyeri otot

15. kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung

16. ngiler

17. gangguan pernafasan

18. rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi

19. refleks Babinski positif.

g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairanserebrospinal dan
isolasi virus polio.
Pemeriksaan Lab lainnya :

11
a. Pemeriksaan darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan radiologi
Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis aboratif
a. Diberikan analgetik dan sedative
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas
yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti aborif
b. Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres
hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterapi
e. Akupuntur
f. Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat
dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak
paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat
terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan
pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.

12
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus
ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
a. Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini
dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

Diagnostik Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena
penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah
diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.
Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut,
orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas
atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.
Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang
tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak
netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat
peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel
limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
h. Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani
lagikarena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika
yangbiasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat

13
banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen,
dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit.
1. Poliomielitis abortif
1) Diberikan analgesic dan sedative
2) Diet adekuat
3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya
dicegahaktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksaneuroskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
1) Sama seperti abortif
2) Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan
dengankompres hangat selama 15-30 menit, setiap 2 – 4 jam.
3)Poliomielitis paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterafi
5) Akupuntur
6) Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis


abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas
dapatdimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat
mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat
dapat terjadi paralysis pernapasan.

Fase akut :a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.


b.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papanpenahan pada
telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuaiterhadap tungkai.

14
c.Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggusehingga
dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepalaanak harus ditekan
lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :


Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan
inidilakukan setelah 2 hari demam hilang.

i. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain :
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin
diakibatkan erosi usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau
konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju kesembuhan
setelah serangan penyakit/ masa penyembuhan), menyebabkan gangguan respirasi
lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu ,
biasanya pada stdium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam
medula.
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di
tempat tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada
pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan)
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari
tulang/ gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut,
dan pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu tungkai
lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang
pendek mengalami antropi otot.

15
h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan
kelumpuhan sebagian otot punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang
salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.

j. Prognosis
Pasien dengan penyakit minor dan jenis nonparalitik dapat sembuh
total,dan kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali sembuh
total. Kurang dari 25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup
cacat.Meskipun Anda dapat sembuh sepenuhnya dari gejala polio, polio
meninggalkan beberapa kerusakan.
Seiring pertambahan usia, sistem saraf Andamungkin menjadi kurang mampu
mengkompensasi kerusakan yang disebabkanpolio, sehingga gejala secara bertahap
dapat muncul kembali. Hal ini dapat terjadi15 atau 30 tahun setelah infeksi polio
aktif. Gejala berulang dari polio yangdisebut post-polio syndrome.

k. Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam
tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan
disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:


* fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang
berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
* oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang
sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya,
pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup
bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung
pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama

16
pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari
sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus
polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di
lingkungan yang terbatas..
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese
beberapa minggu.

l. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu
harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap
polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan
melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama,
sebagian kekuatan dapat pulih kembali.

Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang,


sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat penopang. Cegah Virus Polio
dengan Vaksinasi
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling
efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Kasus penyakit polio di
Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit
yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya

17
anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan.
Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang
paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Virus polio
(poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang
seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan
otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja.
Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal
karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2
(lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah
yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa
atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak

m. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Diberikan obat simtomatis dan suportif.
Istirahat total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan berat sudah reda.
Istirahat sangat penting di fase akut, karena terdapat hubungan antara banyaknya
keaktifan tubuh dengan berat nya penyakit.

Poliomielitis Abortif
a. Cukup diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau nyeri
kepala,
b. Diet yang adekuat dan
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas yang
berlebihan dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa sistem
neuroskeletal secara teliti untuk mengetahui adanya kelainan.

Poliomielitis nonparalitik
a) Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif
b) Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan bersamaan
dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam, dan kadang –
kadang mandi air panas juga membantu

18
Poliomielitis Paralitik
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit.
b. Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut dilampaui
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa
menyentuh otot dan hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan latihan
pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur dilakukan sedini mungkin
g. Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik
progresif.
Poliomielitis bentuk bulbar
a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan
dalam bentuk padat atau semisolid
b. Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki
lebih tinggi (20°- 25°), Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya
aspirasi, pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau
perlu trakeostomi.

2.2 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama Pasien :
No. RM :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :

19
Jenis Kelamin :
Suku :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :

Penanggung Jawab
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan Pasien :
No. Telepon :
b. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
* Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada
lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut
menyentuh tempat tidur.

20
- Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil
pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
- Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan
kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.
* Anak besar
- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami
kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa
melakukannya.
- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.
Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan
merambat pada tungkainya.
- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
c. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu


(38,9 °C)
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalamikelumpuhan,
pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
d. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Viral Isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di
peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja
pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.

21
b. Uji Serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita,
jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis orang tersebut
terkena polio benar. Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio
akan didapatkan hasil yang positif.

c. Cerebrospinal Fluid (CSF)


Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah
sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan
kadar protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004).

2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang
sedang tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang
tipis dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise,
subluksasio dan dislokasi dari sendi.

e. Diagnosa
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis
otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

d. Intervensi
Dx 1 :
1. Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak

22
2 Berikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Timbang berat badan
Mengetahui perkembangan anak
5. Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Berikan makanan tapi sering
Mempermudah proses pencernaan

Dx 2 :
1. Pantau suhu tubuh
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
Dapat membantu mengurangi demam

Dx 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas
Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri

23
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat
membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2. Libatka orang tua dalam memilih strategi
Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum
nyeri.
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan
yang diperlukan
5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

Dx 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program
rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan
atau meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

Dx 6 :
1 Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat
ansietas(mis.renda,sedang,
parah).
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan
apa yang dipercaya.

24
Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki alirandarah dan mengalir ke sytem syaraf
pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai
penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke
dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas
tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal
usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun.
Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka
sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar
melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan.
3.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada masyarakat agar terhindar dari
penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut
dengan polio virus ini adalah: Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi
lingkungan merupakan hal yang sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi
lingkungan kita tidak dijaga, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
tidak hanya penyakit poliomielitis, Jagalah makanan ataupun minuman yang akan
dikonsumsi karena hal ini sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi
tempat perantara penyebaran penyakit poliomielitis. Untuk pencegahannya yaitu
diberikan vaksin polio idealnya pada anak-anak agar dapat diantisipasi penyakit
poliomielitis ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland :


Geneva 1211

N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,
efficacy, and long-term health-related consequences. USA:
Thinktwice Global Vaccine Institute.

M.D, Paul E. Peach.2004. Poliomyelitis. Warm Springs ; GA 31830.

Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease.


USA : McGraw-Hill Companies, Inc

27

Vous aimerez peut-être aussi