Vous êtes sur la page 1sur 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/292347144

Biokomposit dari serat rami dan sekresi kutu lak termodifikasi dengan lateks
terhidrasi dan tidak terhidrasi

Article · June 2015


DOI: 10.20543/mkkp.v31i1.222

CITATIONS READS

0 559

3 authors:

Eli Rohaeti Mujiyono Mujiyono


Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta
49 PUBLICATIONS   93 CITATIONS    8 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Rochmadi Rochmadi
Universitas Gadjah Mada
130 PUBLICATIONS   559 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

references for my article View project

Mechanics of Materials View project

All content following this page was uploaded by Eli Rohaeti on 19 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI DAN SEKRESI KUTU LAK
TERMODIFIKASI DENGAN LATEKS TERHIDRASI
DAN TIDAK TERHIDRASI

BIOCOMPOSITE OF RAMIE FIBER AND MODIFIED SECRETION OF LAC


INSECT BY INCORPORATING HYDRATED AND UNHYDRATED LATEX

Eli Rohaeti1,*, Mujiyono2, Rochmadi3

1
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Karangmalang Yogyakarta 55281, Indonesia
2
Jurusan Teknik Mesin FT Universitas Negeri Yogyakarta, Karangmalang Yogyakarta 55281, Indonesia
3
Jurusan Teknik Kimia FT Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Bulaksumur, Yogyakarta 55284, Indonesia
* Penulis korespondensi. Telp.: +62 274 586168 Ext. 115; Fax.: +62 274 548203
E-mail: eli_rohaeti@uny.ac.id

Diterima: 2 Februari 2015 Direvisi: 24 April 2015 Disetujui: 1 Juni 2015

ABSTRACT
Biocomposites are composite materials comprising one or more phases derived from a biological origin. Bio-
composite with natural matrix developed more rapidly because they are more environmentally safer. The objective
of research was to modify natural matrix from lac insect secretion with adding hydrated latex, to study effect of
adding hydrated latex to the functional groups and the intrinsic viscosity of lac insect secretion, and to measure
mechanical properties of biocomposite from modified lac insect secretion and ramie fiber. A sulfuric acid solution
was used as catalyst in hydration of latex and then natural matrix of lac insect secretion was modified by adding
hydrated latex. Biocomposite was prepared by mixing rami fiber and modified lac insect secretion. It was then
pressed with hydraulic press at 150 kgf/cm2 and 150oC for 15 minutes. Biocomposites were characterized using
tensile tester according to ASTDM D 638-90 Type IV. The adding of catalyst caused the decreasing of intrinsic
viscosity of latex. The adding of hydrated latex to natural matrix caused the increasing of intrinsic viscosity and
functional group of matrix. The using 30% of catalyst and adding 10% of hydrated latex produced biocomposite
with strength at break of 0.982 MPa, elongation at break of 1.189%, and Young modulus of 0.929 MPa.

Keywords: biocomposite, hydration, latex, lac insect secretion, ramie fiber.

ABSTRAK
Biokomposit merupakan material komposit yang tersusun dari satu atau lebih komponennya berasal dari ba-
han alam. Biokomposit dari matriks alam berkembang lebih pesat karena lebih aman bagi lingkungan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memodifikasi matriks dari sekresi kutu lak dengan penambahan lateks hasil hidrasi,
mempelajari pengaruh penambahan lateks hasil hidrasi terhadap gugus fungsi dan viskositas intrinsik matriks,
dan untuk mengukur sifat mekanik biokomposit dari matriks hasil modifikasi dengan serat rami. Lateks dihidrasi
dengan variasi katalis asam sulfat 10, 20, dan 30% (m/m). Matriks alam dari sekresi kutu lak dimodifikasi dengan
penambahan lateks hasil hidrasi sebanyak 5, 10, dan 15% (m/m). Biokomposit dibuat melalui pencampuran sekresi
kutu lak hasil modifikasi dengan serat rami dan dipress pada tekanan 150 kgf/cm2 dan suhu 150oC selama 15 menit.
Biokomposit dikarakterisasi menggunakan tensile tester sesuai dengan ASTDM D 638-90 tipe IV. Penambahan
katalis menurunkan viskositas intrinsik lateks terhidrasi. Penambahan lateks terhidrasi meningkatkan viskositas
intrinsik dan gugus fungsi matriks. Biokomposit dari matriks alam sekresi kutu lak termodifikasi lateks terhidrasi
dengan penggunaan katalis 30% dan penambahan lateks terhidrasi sebesar 10% mempunyai kuat tarik sebesar
0,982 MPa, elongasi saat putus sebesar 1,189%, dan modulus Young sebesar 0,929 MPa.

Kata kunci: biokomposit, hidrasi, lateks, sekresi kutu lak, serat rami.

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 23


PENDAHULUAN alam. Bahan alam yang dapat digunakan sebagai
Komposit merupakan bahan polimer yang matriks alam adalah sekresi kutu lak (Mujiyono
sudah banyak digunakan oleh beberapa industri, et al., 2010). Lak merupakan hasil sekresi kutu
antara lain industri otomotif untuk eksterior dan lak (Laccifer lacca Kerr) dari tanaman Kesambi
interior otomotif, industri furniture, industri elek- (Schleichera oleosa), Widoro atau Kaliandra
tronik, industri makanan sebagai bahan pembung- (Zizypos jujube), Acacia vilosa dan A. Arabica
kus makanan, dan lain-lain. Komposit merupakan (Taskirawati et al., 2008). S���������������������
����������������������
ekresi kutu lak meru-
gabungan dari matriks dan penguat yang digabung pakan salah satu bahan alam yang dapat direkayasa
menjadi satu bahan dan secara mikroskopis bahan dan dimodifikasi menjadi matriks alam penyusun
pembentuknya masih terlihat seperti aslinya ser- biokomposit. Lak termasuk dalam kelompok resin
ta memiliki hubungan kerja di antara komponen yang diperoleh dari hasil sekresi insekta Laccifer
pembentuknya sehingga mampu menampilkan lacca Kerr (kutu lak) yang hidup pada tanaman
sifat-sifat yang diinginkan. inangnya. Sekresi kutu lak memiliki kandungan
Sebagian besar komposit yang selama ini di- utama asam aleurat yang mempunyai ikatan kuat.
manfaatkan berasal dari bahan sintetik yang tidak Sekresi kutu lak mempunyai sifat biodegradable
dapat diperbaharui seperti serat gelas, serat kar- dan tidak beracun sehingga layak digunakan seba-
bon, dan serat grafit. Matriks yang digunakan ada- gai matriks dalam biokomposit.
lah polimer jenis termoset seperti epoksi, poliester Berdasarkan penelitian Mujiyono et al. (2010)
tersulfonasi, dan polipropilen (Sordi et al., 2011; sekresi kutu lak ini dapat direkayasa menjadi mat-
Feng et al., 2011), akan tetapi bahan-bahan terse- riks alam untuk biokomposit. Penyusun utama
but mahal dan tidak ramah lingkungan. Ahmed et sekresi kutu lak yaitu asam aleurat (Mujiyono et
al. (2013) mempreparasi komposit dari matriks al., 2010) yang merupakan asam karboksilat den-
poliester tidak jenuh dari hasil glikolisis limbah gan panjang rantai karbon 16.
polietilen tereftalat (PET) dengan dietilen glikol Serat alam yang dapat digunakan untuk pem-
dan penambahan kaolin sebagai pengisi yang da- buatan biokomposit antara lain serat ijuk, serat
pat digunakan untuk insulasi. Salah satu alternatif pisang, serat sabut kelapa (Oroh et al., 2013),
untuk menghasilkan komposit dengan biaya lebih serat rami (Mujiyono et al., 2010). Serat alami
ekonomis dan ramah lingkungan adalah mencari memiliki beberapa keuntungan dibandingkan de-
bahan pengganti salah satu atau kedua komponen ngan serat sintetis, seperti berat yang lebih ringan,
pembentuk komposit tersebut. Apabila bahan merupakan bahan terbarukan, ramah lingkungan
pengganti matriks dan atau serat komposit berasal dan kekakuan yang relatif lebih tinggi (Lokana
dari alam disebut sebagai biokomposit. et al., 2010). Serat pada biokomposit digunakan
Quirino et al. (2014) mengungkapkan bahwa sebagai bahan pengisi dan berfungsi untuk mena-
penggunaan biokomposit pengganti plastik yang han sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan
berasal dari petroleum di industri pelapis dan in- komposit, oleh karena itu pemilihan bahan serat
dustri komposit memiliki potensi yang menjanji- harus memperhatikan sifat serat, yaitu kuat, kaku
kan karena bahan alam lebih melimpah, lebih mu- dan getasnya (Adistya, 2013). Serat rami memi-
rah dan terbarukan serta memiliki sifat mekanik liki kekuatan yang relatif tinggi di antara kelom-
tinggi. Matriks yang digunakan dapat berasal dari pok serat tumbuhan (Rudianto, 2012) dan apabila
minyak nabati, kulit kacang mete, polisakarida, dibandingkan dengan kapas, serat rami juga lebih
polylactide acid (PLA), polyhydroxyalkanoates, kuat (Feng et al. 2011). Besar kekuatan mekanik
protein, dan lignin. Agustin et al. (2014) men- dari komposit berpenguat serat bergantung pada
gungkapkan bahwa biokomposit dapat dipreparasi orientasi serat penyusun. Serat yang disusun se-
dari selulosa nanokristal dengan matriks pati. Nilai cara acak pada komposit akan memiliki kekuatan
kuat tarik dan modulus dapat diperoleh pada harga tarik yang sama pada semua bidang arah tarikan.
maksimum ketika pati dicampur dengan selulosa Berbagai penelitian telah dikembangkan
pada perbandingan sebesar 100:5, namun sifat ter- untuk meningkatkan kualitas biokomposit. Mu-
mal mengalami penurunan dengan adanya penam- jiyono (2010) telah berhasil melakukan pene-
bahan selulosa nanokristal. litian biokomposit menggunakan sekresi kutu
Biokomposit merupakan suatu material yang lak sebagai matriks alam dan serat rami sebagai
dibentuk dari matriks dan diperkuat dengan serat, penguat (Purwati, 2010). Kekuatan tarik biokom-
salah satu atau kedua penyusunnya berasal dari posit yang dihasilkan pada penelitian Mujiyono

24 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
et al. (2010) sebesar 87 MPa, selanjutnya Puspita (Petroleum Eter), tiner, aluminium foil, dan kertas
(2013) melakukan penelitian untuk memperbaiki saring.
sifat mekanik biokomposit dengan menambah-
kan lateks ke dalam matriks alam sekresi kutu lak Peralatan Penelitian
berpenguat serat rami. Biokomposit hasil peneli- Peralatan yang digunakan dalam penelitian
tian Puspita (2013) memiliki kuat tarik lebih kecil ini meliputi mesin uji tarik (Tensile tester) Uni-
yaitu sebesar 11,5190 MPa. Penurunan kekuatan versal Machine dan mesin pencetak biokomposit
tarik pada penelitian Puspita (2013) dapat dise- di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY,
babkan karena tidak terbentuk ikatan antara lateks Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR)
dengan sekresi kutu lak, sehingga perlu dilakukan merk Shimadzu type 8400S, magnetic stirrer di-
modifikasi untuk membentuk ikatan antara lateks lengkapi dengan pemanas merek Cimarec, neraca
terhidrasi dengan sekresi kutu lak agar sifat meka- analitik, viskometer Ostwald, piknometer 25 mL,
nik biokomposit meningkat. gelas kimia, pengaduk, termometer, penangas air,
Beberapa penelitian tentang biokomposit spatula, dan corong.
mendorong adanya penelitian lebih lanjut untuk
memodifikasi bahan penyusun biokomposit yang Metode Penelitian
digunakan. Pada penelitian ini matriks yang di- Hidrasi lateks
gunakan adalah matriks alam sekresi kutu lak Gambar 1 menunjukkan proses hidrasi lateks.
dengan modifikasi yaitu penambahan lateks ter- Lateks padat sebanyak 3 gram dipotong lebih da-
hidrasi. Modifikasi penambahan lateks terhidrasi hulu menjadi bagian-bagian kecil untuk selanjut-
pada matriks alam sekresi kutu lak diharapkan nya dilarutkan. Pemotongan lateks ini dilakukan
dapat meningkatkan massa molekul matriks alam untuk mempercepat proses pelarutan. Lateks di-
sekresi kutu lak sehingga dapat memperbaiki sifat larutkan pada suhu kamar menggunakan PE de-
mekanik biokomposit. ngan perbandingan 1:15 (Lateks:PE). Selanjutnya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hidrasi dilakukan pada suhu 50oC selama 1 jam
membuat material biokomposit dengan meng- dengan penambahan H2SO4 pekat sebagai katalis
gunakan serat rami sebagai penguat dan matriks dan H2O sebagai hidrator. Hidrasi Lateks dilaku-
alam termodifikasi lateks terhidrasi sebagai kan dengan 3 variasi jumlah katalis, yaitu 10%,
pengikat. Secara khusus, penelitian ini bertujuan 20% dan 30% dari lateks (0,17 mL, 0,35 mL dan
untuk mempelajari pengaruh variasi jumlah
katalis pada hidrasi lateks terhadap gugus fungsi
lateks, pengaruh penambahan lateks hasil hidrasi Potongan kecil Lateks Padat PE
ke dalam matriks alam dari sekresi kutu lak
terhadap gugus fungsi dan viskositas matriks,
Potongan kecil Lateks Padat PE Perbandingan 1:15
serta pengaruh penambahan lateks hasil hidrasi
optimum pada matriks alam dari sekresi kutu Potongan kecil Lateks Padat
Lateks Cair PE
lak terhadap sifat mekanik biokomposit dengan Perbandingan 1:15 + H2SO4 18 M 10%, 20%, 30%
penguat serat rami. + H2O 1:1 (aquades : lateks)
Lateks Cair T= 50oC ; t= 60 menit
+ H2SO4 18 M 10%, 20%, 30% Terhidrasi Perbandingan 1:15
Lateks
+ H2O 1:1 (aquades : lateks)
BAHAN DAN METODE T= 50oC ; t= 60 menit Lateks Cair
Bahan Penelitian Lateks Terhidrasi + H2SO4 18 M 10%, 20%, 30%
Bahan utama yang digunakan yaitu hasil Karakterisasi + H2O 1:1 (aquades : lateks)
T= 50oC ; t= 60 menit
sekresi kutu lak dan lateks. Sekresi kutu Karakterisasi
lak yang Lateks Terhidrasi
digunakan berasal dari pohon Kesambi. Lateks
alam yang digunakan yaitu lateks dari getah po-
hon karet di Palembang, Sumatera Selatan. Lateks Viskositas Intrinsik Karakterisasi FTIR
ini diambil langsung dari perkebunan karet tanpa
Viskositas Intrinsik FTIR

penambahan asam dan tanpa proses vulkanisasi.


Lateks yang dipilih adalah lateks yang berwarna
putih bersih dan berbau segar. Bahan-bahan lain Viskositas Intrinsik FTIR
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
akuades (H2O), asam sulfat (H2SO4) 18 M, PE Gambar 1. Pembuatan lateks terhidrasi.

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 25


0,5 mL). Adapun hidrator yang digunakan seban- SKL cair ini kemudian dianalisis menggunakan
ding dengan jumlah lateks yang dihidrasi yaitu 3 FTIR untuk mengetahui struktur asam aleurat
gram. Lateks tanpa hidrasi dan lateks terhidrasi ke- yang terdapat dalam SKL.
mudian dianalisis gugus fungsi dan viskositasnya. Modifikasi matriks
Analisis gugus fungsi digunakan untuk mengeta- Modifikasi matriks dilakukan dengan me-
hui perubahan gugus fungsi yang terjadi, dimana nambahkan lateks terhidrasi yang memiliki gugus
ikatan rangkap dua pada lateks akan terputus -OH ke dalam SKL cair dengan kandungan utama
setelah dihidrasi dan memiliki gugus –OH yang asam aleurat yang merupakan asam karboksilat
diharapkan akan berikatan dengan asam aleurat. (-COOH). Blending ini dilakukan pada suhu 60oC
Analisis viskositas digunakan untuk mengeta- selama 1 jam dengan variasi jumlah lateks terhid-
hui pengaruh proses hidrasi terhadap perubahan rasi sebesar 5%, 10%, dan 15%. Pada matriks
viskositas lateks. Kedua analisis ini digunakan variasi 5% lateks terhidrasi, digunakan 9,5 gram
untuk menentukan lateks terhidrasi optimum yang sekresi kutu lak dan 0,5 gram lateks terhidrasi.
akan digunakan untuk memodifikasi matriks. Matriks variasi 10% lateks terhidrasi, digunakan
Matriks alam sekresi kutu lak 9 gram sekresi kutu lak dan 1 gram lateks terhi-
Gambar 2 menunjukkan pembuatan matriks drasi. Matriks variasi 15% lateks terhidrasi di-
alam hasil modifikasi. Sekresi kutu lak yang di- gunakan 8,5 gram sekresi kutu lak dan 1,5 lateks
gunakan berasal dari tanaman Kesambi yang me- terhidrasi. Proses ini menggunakan katalis untuk
rupakan tumbuhan inang dari budidaya kutu lak. mempercepat reaksi esterifikasi antara gugus –OH
Sekresi kutu lak ini masih berupa bongkahan kecil, pada lateks dan –COOH pada asam aleurat, kata-
sangat keras dan berwarna cokelat tua. Sebelum lis yang digunakan adalah H2SO4 pekat sebanyak
digunakan sebagai matriks alam, sekresi kutu lak 0,3 mL. Matriks ini kemudian dianalisis menggu-
terlebih dahulu dilarutkan menggunakan terpentin nakan FTIR untuk mengetahui perubahan gugus
dengan perbandingan pelarut 1:2. Proses pelarutan fungsi yang terjadi, dimana gugus OH pada lateks
sekresi kutu lak dengan terpentin dilakukan meng- diharapkan akan mengikat karbon positif pada
gunakan magnetic stirrer sampai larut sempurna. asam aleurat dan membentuk ester melalui proses
Kutu lak yang didapatkan kemudian digerus esterifikasi. Selain analisis menggunakan FTIR,
menjadi butiran yang lebih kecil yang selanjutnya juga dilakukan pengukuran viskositas. Kedua
dicairkan menggunakan tiner. Pelarutan Sekresi analisis ini digunakan untuk menentukan matriks
kutu lak (SKL) ini dilakukan pada suhu kamar termodifikasi optimum yang akan digunakan un-
dengan perbandingan pelarut 1:2 (SKL:tiner). tuk membuat biokomposit. Sebagai kontrol, di-
lakukan juga blending antara asam aleurat dengan
lateks tanpa hidrasi.
Bongkahan kecil Pengukuran viskositas intrinsik
sekresi kutu lak Terpentin Lateks terhidrasi dengan variasi penambahan
jumlah katalis 10%, 20% dan 30%, diencerkan
menggunakan PE pada konsentrasi 1%, 0,75%,
Perbandingan 1:1,5 0,5%, 0,25% dan 0,1% (m/m). Demikian pula
matriks alam sekresi kutu lak dengan penamba-
Matriks alam sekresi kutu lak han lateks terhidrasi, diencerkan pada konsentrasi
1%, 0,75%, 0,5%, 0,25% dan 0,1% (m/m) dengan
Lateks terhidrasi 5%, 10%, 15% menggunakan pelarut tiner.
Viskositas merupakan hasil kali antara waktu
alir dengan massa jenis. Masing-masing konsen-
Matriks alam sekresi kutu lak trasi tersebut ditimbang menggunakan piknometer
termodifikasi
dengan 3 kali pengulangan untuk mengukur massa
jenis. Waktu alir diukur menggunakan viskometer
Karakterisasi: Viskositas Intrinsik Ostwald dengan cara menghitung waktu tempuh
dan FTIR
larutan dari garis batas atas mencapai garis batas
bawah. Waktu alir masing-masing konsentrasi di-
Gambar 2. Pembuatan matriks alam sekresi kutu ukur dengan 5 kali pengulangan. Untuk matriks
lak termodifikasi. termodifikasi, sebelum dilakukan pengukuran ter-

26 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
lebih dahulu dilakukan penyaringan mengguna- Perbandingan matriks dan serat yang digunakan
kan kertas saring untuk menghilangkan serpihan- yaitu 60% matriks : 40% serat. Sebanyak 259,718
serpihan kayu yang tidak dapat larut. gram matriks alam termodifikasi terlebih dahulu
Hasil analisis viskositas intrinsik lateks di- dihilangkan pelarutnya, kemudian dicampurkan
gunakan untuk mengetahui pengaruh esterifikasi dengan 165,88 gram serat rami yang telah disusun
terhadap viskositas matriks. Hasil analisis visko- secara acak. Campuran matriks dengan serat terse-
sitas matriks termodifikasi dipadukan dengan but dipress dengan tekanan 150 kgf/cm2 pada suhu
hasil analisis gugus fungsi matriks termodifikasi 150oC selama 15 menit. Setelah itu, didinginkan
untuk menentukan variasi matriks termodifikasi pada suhu kamar selama 3 jam. Biokomposit yang
optimum yang akan digunakan sebagai bahan dihasilkan berupa lembaran biokomposit.
biokomposit. Analisis sifat mekanik
Analisis gugus fungsi dengan spektrofotometer Biokomposit dari matriks alam sekresi kutu
FTIR lak termodifikasi lateks hidrasi dengan penguat
Sampel lateks terhidrasi dan matriks termodi- serat rami selanjutnya dikarakterisasi mengguna-
fikasi yang akan dicari gugus fungsinya dicampur kan tensile tester untuk mengetahui sifat meka-
dengan KBr dan dibuat bentuk film. Pelet KBr niknya. Sifat mekanik yang dianalisis berupa kuat
dibuat dengan menggerus KBr sebanyak 200 mg, putus (σ), perpanjangan saat putus (є) dan Modu-
kemudian dilakukan revacum selama dua menit lus Young. Sampel yang akan diuji dipotong men-
dan dipress selama 5 menit. Sampel dianalisis jadi bentuk dumbble. Kedua ujung spesimen uji
menggunakan spektrofotometer FTIR pada daerah dijepit kemudian pada salah ujungnya diaplikasi-
400-4000 cm-1. Spektrum yang dihasilkan berupa kan suatu beban yang bertambah sedikit demi
puncak-puncak gelombang %T terhadap panjang sedikit sampai sampel tersebut patah. Data yang
gelombang. Berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan berupa beban pada saat putus (kN) dan
muncul, dapat dianalisis gugus fungsi sampel. perubahan panjang sampel pada saat putus. Data
Pembuatan biokomposit yang dihasilkan tersebut diolah menjadi kuat pu-
Gambar 3 menunjukkan pembuatan biokom- tus (σ), perpanjangan saat putus (є) dan modulus
posit. Biokomposit dicetak menggunakan cetak- Young (E).
an dengan ukuran 180 mm x 180 mm x 8 mm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hidrasi Lateks
Matriks Alam Sekresi Kutu
Hidrasi menggunakan katalis H2SO4 pekat
Lak Termodifikasi (cair)
Serat rami
dengan variasi jumlah katalis yang digunakan,
Dipanaskan, yaitu 10%, 20% dan 30% dari lateks, sedangkan
T=150oC Ditekan 90 kgf/cm2 H2O yang digunakan sesuai dengan jumlah lateks
Matriks Alam Sekresi Kutu Serat rami cetak yang dihidrasi. Dalam hal ini katalis asam diper-
Lak Termodifikasi (gel) acak lukan karena molekul air yang netral tidak cukup
asam untuk memberikan proton guna mengawali
reaksi hidrasi. Sebelum lateks dihidrasi, lateks
Ditekan 90 kgf/cm2
Dicetak (Hot Press)
T=150oC ; t=15 mnt
berwarna putih keruh. Setelah proses hidrasi, ter-
menit jadi perubahan warna menjadi biru kehijauan.
Didinginkan
Didinginkan (Cold
(Cold press) t=135 menit Lateks yang digunakan dalam penelitian
Press) ini memiliki bentuk yang tidak simetris. Apa-
bila suatu reagen dan atau suatu alkena keadaan-
Biokomposit
nya simetris, maka hanya ada satu kemungkinan
produk hidrasi, tetapi apabila alkena maupun rea-
Karakterisasi gen (atau keduanya) yang digunakan tidak simet-
ris, maka secara teori akan dihasilkan dua hasil
Uji Tarik yang merupakan isomer satu sama lain. Gambar
4 menunjukkan kemungkinan hasil hidrasi lateks
Gambar 3. Pembuatan biokomposit dari matriks pada penelitian ini.
alam sekresi kutu lak termodifikasi dengan penguat Berdasarkan hukum Markovnikov yang
serat rami. mengatakan bahwa: “adisi elektrofilik suatu rea-

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 27


OH H H OH
CH3 H
H+
C C H3C C C H dan/atau H3C C C H
H2O
H2C CH2 H2C CH2 H2C CH2

Gambar 4. Reaksi hidrasi lateks.

H H
H3C H
H+ H-O-H
C C C C
H3C
H2C CH2 H2C CH2

H H H
H O H O

C C C C
H3C H H3C H
H2C CH2 H2C CH2

Gambar 5. Mekanisme reaksi hidrasi lateks.

gen tak simetrik pada ikatan rangkap tak simetrik Analisis FTIR
berlangsung dengan cara melibatkan karbokation Lateks yang telah dihidrasi kemudian diana-
yang paling stabil”, maka akan terbentuk satu ha- lisis gugus fungsinya untuk mengetahui keber-
sil yang lebih dominan. Gambar 5 menggambar- hasilan hidrasi. Analisis dilakukan dengan mem-
kan mekanisme reaksi pada hidrasi lateks yang bandingkan spektrum FTIR lateks sebelum dan
akan menjawab hasil reaksi yang lebih dominan. setelah hidrasi.
Dua tahapan yang terjadi pada reaksi ini, Berdasarkan hasil analisis terhadap spektrum
yang pertama adalah pembentukan karbokation FTIR dapat diketahui gugus fungsi yang terda-
oleh elektrofil H+ yang terdapat pada asam sulfat. pat pada lateks (Tabel 1). Serapan lemah mun-
Tahap selanjutnya karbokation bergabung dengan cul pada daerah 1666,67 cm-1 yang menunjukkan
nukleofil yang pada penelitian ini adalah molekul adanya ikatan C=C. Selain serapan C=C, terda-
air. Di antara ketiga golongan karbokation (pri- pat juga serapan pada daerah 2958,55 cm-1 yang
mer, sekunder, dan tersier), karbokation tersier menunjukkan adanya ikatan C-H stretching, dan
yang paling stabil, disusul kemudian karbokation daerah 1450,26 cm-1 yang menunjukkan adanya
sekunder dan primer. Oleh karena itu kemungkin- C-H bending. Gugus fungsi metilen mempunyai
an produk yang dominan dihasilkan pada hidrasi vibrasi ikatan C-H stretching pada daerah gelom-
lateks adalah produk kedua. bang sekitar 2925 cm-1 (asymmetric) dan 2850

Tabel 1. Identifikasi puncak-puncak serapan FTIR lateks dan lateks terhidrasi


Ikatan atom Rentang Lateks tanpa Lateks terhidrasi Lateks terhidra- Lateks terhidrasi
gelombang hidrasi 10% katalis si 20% katalis 30% katalis (cm-1)
(cm-1) (cm-1) (cm-1)
C=C 1620-1680 1666,67 1643,86 1635,64 1651,07
C-H
Stretching 2800-3100 2958,55 2924,09 2924,09 2924,09
2926,26 2862,38 2870,08
Bending 1300-1480 1450,26 1452,62 1450,32 1458,18
O-H 3200-3600 - 3442,21 3433,29 3417,85
C-O 1050-1150 - 1091,83 1059,28 1059,28

28 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
cm-1 (symmetric) serta vibrasi ikatan C-H bend- tas intrinsik diperoleh dengan mengekstrapolasi-
ing pada daerah 1465 cm-1. Berdasarkan data dan kan viskositas reduksi ke konsentrasi nol.
informasi tersebut, maka dapat diketahui bahwa Tabel 2 memberikan informasi bahwa terjadi
lateks merupakan alkena yang memiliki gugus penurunan viskositas pada lateks setelah dilaku-
metilen, sesuai dengan keberadaannya dalam 1,4- kan hidrasi. Proses hidrasi pada lateks ini dilaku-
poliisoprena. Tabel 1 memberikan informasi serap- kan pada suhu 500C selama 1 jam sehingga penu-
an gugus fungsi yang terdapat pada lateks dan runan viskositas pada lateks setelah hidrasi karena
lateks terhidrasi dengan 10%, 20%, 30% katalis. pengaruh panas maka polimer dapat mengalami
Apabila dibandingkan dengan lateks tanpa perombakan menjadi monomer-monomernya
hidrasi terlihat jelas perbedaan gugus fungsinya atau terjadi reaksi kebalikan dari polimerisasi (de-
dimana lateks terhidrasi memiliki gugus O-H pada polimerisasi).
daerah 3442,21 cm-1, 3433,29 cm-1 dan 3417,85 Dengan suhu dan waktu pemanasan yang
cm-1 dengan kisaran rentangan O-H pada daerah sama, pada variasi hidrasi lateks dengan 20%
3200-3600 cm-1, sedangkan lateks tidak. Gugus katalis terlihat bahwa viskositasnya meningkat
C-O alkohol juga terdeteksi pada daerah 1091,83 dibandingkan dengan penambahan 10% kata-
cm-1 untuk lateks terhidrasi 10% katalis, serta lis dari 12,93 mL/g menjadi 23,74 mL/g. Hal ini
1059,28 cm-1 untuk lateks terhidrasi 20% dan 30% dimungkinkan karena ikatan rangkap pada variasi
katalis. Hal ini mengindikasikan bahwa lateks te- kedua ini lebih banyak terhidrasi membentuk ikat-
lah berhasil dihidrasi. Gugus C=C masih terdeteksi an –OH sehingga meningkatkan massa molekul-
pada ketiga variasi hidrasi di daerah 1643,86 cm-1, nya. Bertambahnya massa molekul akan me-
1635,64 cm-1 dan 1651,07 cm-1, hal ini menunjuk- ngurangi kelarutan suatu polimer, hal ini berarti
kan bahwa tidak semua ikatan rangkap pada lateks viskositasnya akan meningkat. Penambahan 30%
berhasil dihidrasi. Namun demikian berdasarkan katalis justru terjadi penurunan viskositas menjadi
analisis gugus fungsi ditunjukkan bahwa penam- 22,67 mL/g dibandingkan dengan penambahan
bahan katalis 30% terjadi pergeseran bilangan 20% katalis akan tetapi lebih tinggi dari penam-
gelombang untuk serapan O-H pada bilangan bahan 10% katalis. Penurunan viskositas ini ke-
gelombang yang paling rendah yaitu 3417,85 cm-1 mungkinan disebabkan oleh kelebihan asam yang
dan dengan puncak serapan O-H lebih melebar, hal mengakibatkan gugus –OH yang telah terbentuk
ini menunjukkan bahwa penggunaan 30% katalis justru terprotonasi dan terlepas kembali sebagai
menghasilkan lateks terhidrasi dengan kandungan molekul air.
gugus O-H bebas lebih banyak dibandingkan yang
lainnya. Dengan demikian penggunaan katalis se- Modifikasi Matriks dan Karakterisasinya
banyak 30% merupakan konsentrasi optimum un- Matriks alam sekresi kutu lak ini selanjutnya
tuk menghidrasi lateks. dimodifikasi dengan menambahkan lateks terhid-
rasi. Pada pencampuran antara sekresi kutu lak
Analisis Viskositas dengan lateks terhidrasi, terjadi reaksi antara gu-
Karakterisasi selanjutnya adalah viskosi- gus –COOH pada asam aleurat yang merupakan
tas lateks terhidrasi untuk mengetahui pengaruh penyusun utama sekresi kutu lak dengan gugus
hidrasi terhadap viskositas lateks. Pengukuran –OH pada lateks terhidrasi membentuk suatu es-
viskositas menggunakan viskometer Ostwald di- ter.
lakukan dengan membandingkan waktu alir larut- Apabila asam karboksilat dan alkohol di-
an sampel pada konsentrasi (m/m) 0,1%, 0,25%, panaskan dengan katalis asam (biasanya HCl atau
0,5%, 0,75% dan 1% dengan pelarutnya. Viskosi- H2SO4), terbentuk kesetimbangan ester dan air.

Tabel 2. Data viskositas intrinsik lateks dan lateks terhidrasi.


Sampel Viskositas intrinsik (mL/g)
Lateks 422,30
Lateks terhidrasi dengan 10% katalis 12,93
Lateks terhidrasi dengan 20% katalis 23,74
Lateks terhidrasi dengan 30% katalis 22,67

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 29


Katalis yang digunakan pada modifikasi ini adalah bon karbonil dari asam aleurat yang telah terpro-
H2SO4 pekat. Hal ini disebabkan karena kecepat- tonasi. Pada tahap ini terbentuk ikatan ester (C-O).
an pembentukan ester sangat kecil, tetapi dapat Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana
diperbesar oleh daya katalis asam klorida yang oksigen melepaskan dan mendapatkan proton. Ta-
tidak mengandung air atau asam sulfat yang pekat. hap keempat, salah satu gugus hidroksil terproto-
Lateks terhidrasi dengan katalis 30% dicampurkan nasi yang meningkatkan kapasitas gugus –OH un-
dengan sekresi kutu lak pada variasi konsentrasi tuk terlepas pada tahap selanjutnya. Pada tahap ini
5%, 10% dan 15 % (m/m). Proses pencampuran tidak jadi masalah mana gugus –OH yang terpro-
antara sekresi kutu lak dengan lateks terhidrasi tonasi, karena kedua gugus tersebut identik. Tahap
dilakukan menggunakan magnetic stirer dengan yang kelima terjadi pemutusan C-O dan lepasnya
suhu 60oC selama 1 jam. Matriks yang dihasilkan air. Tahap yang keenam, ester yang berproton me-
berbentuk gel dan berwarna coklat kemerahan. lepaskan protonnya.
Modifikasi matriks menggunakan lateks Tabel 3 menunjukkan serapan pada spektrum
terhidrasi memungkinkan terjadinya reaksi es- FTIR matriks dengan penambahan lateks seba-
terifikasi antara gugus –OH pada lateks terhidrasi nyak 5%, 10% dan 15%. Ketiga matriks dengan
dengan gugus –COOH pada asam aleurat. Gam- penambahan lateks tanpa hidrasi memiliki kesa-
bar 6 menunjukkan mekanisme reaksi esterifikasi maan gugus fungsi, ketiga variasi tersebut menun-
yang terjadi. jukkan adanya serapan C=O dari gugus karbok-
Tahap pertama pada reaksi ini adalah katalisis silat pada daerah 1712,7 cm-1, 1712,79 cm-1, dan
asam. Gugus karbonil pada asam aleurat diproto- 1710,86 cm-1, terdapat juga serapan gugus O-H
nasi. Proses ini meningkatkan muatan positif pada pada daerah 3441,02 cm-1, 3371,57 cm-1, 3410,15
karbon karboksil dan menjadikannya sasaran yang cm-1, 3429,43 cm-1 dan serapan C-O alkohol pada
baik bagi nukleofil. Tahap kedua, alkohol pada daerah 1111 cm-1, 1145,72 cm-1, 1118,71 cm-1,
lateks terhidrasi sebagai nukleofil menyerang kar- 1083,99 cm-1. Data ini bersesuaian dengan pe-

OH O OH OH
HO H+ HO
OH OH
OH OH

CH3 OH
OH OH
HO + CH CH
OH
OH H2C CH2

OH OH
HO - H+
OH
OH O
H

OH OH
HO OH + H+
OH O

H
OH O
HO
O OH2
OH

OH O O OH
OH
HO H3C O
O
OH OH
+ H+ + H2O
H3C OH
O
OH
O H

Gambar 6. Mekanisme reaksi esterifikasi lateks terhidrasi dengan asam aleurat.

30 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
nyusun utama sekresi kutu lak yaitu asam aleurat, fungsi yang sama. Identifikasi selengkapnya di-
memiliki 16 rantai karbon dengan gugus karbok- tampilkan pada Tabel 4.
silat dan 3 hidroksil (Gambar 6). Seperti yang telah diketahui bahwa reaksi asam
Yalong et al. (2015) mengungkapkan bahwa karboksilat dengan alkohol menggunakan kata-
shellac tersusun dari berbagai macam hidroksi lis asam akan menghasilkan senyawa ester mela-
alifatik dan esternya, hal ini mendukung adanya lui reaksi yang dikenal dengan nama esterifikasi
gugus ester pada sekresi kutu lak (SKL) yang di- (Riswiyanto, 2009), maka penambahan lateks
gunakan sebagai bahan dasar matriks. Selain itu, yang telah dihidrasi ke dalam asam aleurat akan
Kumpugdee-Vollrath et al. (2014) dan Patel et al. menghasilkan senyawa ester. Tabel 4 menunjuk-
(2013) memberikan informasi yang mendukung kan bahwa pada ketiga variasi modifikasi ter-
keberadaan gugus ester pada SKL dimana shellac dapat gugus ester dimana C=O ester muncul di
memberikan intepretasi gugus fungsi pada dae- daerah 1737,85 cm-1, 1737,86 cm-1, dan 1737,86
rah 1735 cm-1 dari ester dan 1715 cm-1 dari asam. cm-1, diperkuat dengan munculnya serapan C-O
Apabila dilihat dari struktur lateks yang merupa- ester pada daerah 1211,3 cm-1, 1251,8 cm-1, dan
kan sebuah alkena dengan gugus utama karbon 1286,52 cm-1 pada variasi pertama, 1251,8 cm-1
berikatan rangkap dua, kemungkinan ester yang dan 1284,59 cm-1 pada variasi kedua, serta 1251,8
terdeteksi bukan ester yang terbentuk dari lateks cm-1 dan 1286,52 cm-1 pada variasi ketiga.
dengan asam aleurat tetapi ester dalam sekresi Apabila dibandingkan antara matriks termo-
kutu lak seperti yang telah dijelaskan. difikasi dengan matriks tanpa modifikasi, kedua-
Spektrum FTIR matriks alam sekresi kutu lak nya menunjukkan adanya gugus ester. Terdapat 2
tanpa modifikasi lateks terhidrasi digunakan seba- kemungkinan keberadaan ester pada matriks yang
gai pembanding untuk mengetahui terbentuknya telah termodifikasi lateks hidrasi ini. Kemung-
gugus ester antara lateks terhidrasi dengan asam kinan pertama, ester yang terdeteksi merupakan
aleurat pada sekresi kutu lak. Spektrum FTIR komponen dari SKL seperti yang juga terdapat
matriks termodifikasi dengan 5%, 10% dan 15% pada matriks tanpa modifikasi. Kemungkinan
lateks terhidrasi terlihat memiliki serapan gugus yang kedua adalah terbentuknya ester antara –OH

Tabel 3. Serapan FTIR matriks dengan penambahan lateks tanpa hidrasi.


Ikatan atom Rentang gelombang Matriks 5% lateks Matriks 10% lateks Matriks 15%
(cm-1) (cm-1) (cm-1) lateks (cm-1)
C=O 1700-1725 1712,7 1712,79 1710,86
(Karbonil)
1730-1750 1730,15 1733,33 1734,51
(Ester)
C-O
Ester 1180-1300 1188,15 1249,87 1244,09
Alkohol 1050-1150 1111; 1118,71 1083,99;
1145,72
O-H 3200-3600 3441,01 3371,57; 3429,43
3410,15
C=C 1620-1680 1631,78; 1643,35; 1635,64 1620,21;
1649,14; 1670,35 1664,57
C-H
Stretching 2800-3100 2833,73; 2858,73 2924,09; 2962,66;
2862,36 2929,87;
2854,65
Bending 1300-1480 1469,76 1373,32; 1307,74;
1458,18 1375,25;
1450,47

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 31


pada lateks yang telah terhidrasi dengan –COOH sar dibandingkan dengan matriks tanpa modifikasi
pada asam aleurat. Apabila dilihat dari serapannya, dimana lateks yang ditambahkan tidak berikatan
serapan C=O matriks termodifikasi lateks hidrasi dengan SKL. Viskositas intrinsik pada matriks
menyerap beberapa cm-1 lebih jauh dari matriks dianalisis untuk mengetahui pengaruh modifikasi
tanpa modifikasi yaitu pada daerah 1737,85 cm-1, matriks terhadap viskositasnya. Tabel 5 menunjuk-
1737,86 cm-1 dan 1737,86 cm-1 sedangkan serapan kan viskositas intrinsik matriks tanpa modifikasi.
C=O matriks tanpa modifikasi terdeteksi di daerah Viskositas intrinsik matriks juga dibandingkan
1730,15 cm-1, 1733,33 cm-1, dan 1734,52 cm-1. Hal dengan viskositas intrinsik matriks termodifikasi
ini memberikan kemungkinan adanya perbedaan lateks hidrasi agar diketahui perbedaan viskositas
ikatan ester pada matriks sebelum dan sesudah matriks sebelum dan setelah modifikasi. Tabel 6
modifikasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa menunjukkan viskositas intrinsik matriks termodi-
ketiga variasi matriks termodifikasi telah berhasil fikasi lateks hidrasi.
diesterifikasi. Tabel 5 dan 6 menunjukkan adanya pening-
Terbentuknya ikatan ester antara lateks ter- katan viskositas matriks tanpa modifikasi dan
hidrasi dengan SKL pada matriks termodifikasi matriks termodifikasi dengan penambahan lateks
akan memberikan bobot molekul yang lebih be- hasil hidrasi. Peningkatan viskositas disebabkan

Tabel 4. Serapan IR matriks termodifikasi oleh lateks hasil hidrasi dengan katalis 30%.
Ikatan atom Rentang gelombang Matriks 5% lateks Matriks 10% lateks Matriks 15% lateks
(cm-1) hidrasi (cm-1) hidrasi (cm-1) hidrasi (cm-1)
C=O 1700-1725 1714,72; 1722,43 1714,72; 1722,43 1714,72; 1722,43
(Karbonil)
1730-1750 1737,85 1737,86 1737,86
(Ester)
C-O
Ester 1180-1300 1211,3; 1251,8; 1251,8; 1284,59 1251,8; 1286,52
1286,52
Alkohol 1050-1150 1068,56; 1070,49; 1070,49;
O-H 3200-3600 3444,87 3417,86; 3444,87; 3439,08; 3506,59
3477,66; 3562,52;
3583,74
C=C 1620-1680 1633,71; 1643,35; 1633,71; 1645,28; 1651,07; 1668,43;
1651,07 1651,07; 1660,71;
1668,43
C-H
Stretching 2800-3100 2860,43; 2931,8 2862,36; 2931,8 2864,29; 2931,8;
2954,95
Bending 1300-1480 1361,74; 1367,53; 1361,74; 1367,53; 1361,74; 1371,39;
1377,17 1371,39; 1454,33; 1379,1; 1454,33;
1469,76 1462,04

Tabel 5. Data viskositas intrinsik matriks dan matriks dengan penambahan lateks tanpa hidrasi
Sampel Viskositas intrinsik (mL/g)
Matriks 42,536
Matriks dengan 5% lateks tanpa hidrasi 45,621
Matriks dengan 10% lateks tanpa hidrasi 51,369
Matriks dengan 15% lateks tanpa hidrasi 57,015

32 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
adanya ikatan yang terjadi antara matriks alam tersusun rapi. Selanjutnya matriks (259,718 gram)
sekresi kutu lak dengan lateks terhidrasi sehingga dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan
viskositas matriks bertambah dan berpengaruh pelarut yang terdapat di dalamnya. Setelah pelarut
terhadap massa molekulnya. Matriks termodifika- dalam matriks sudah menguap, serat rami yang
si dengan penambahan 10% lateks terhidrasi lebih telah dipres kemudian dicampurkan. Campuran
besar dibandingkan dengan matriks termodifikasi antara matriks dengan serat rami kemudian dipres
5% lateks terhidrasi, akan tetapi pada modifikasi dengan tekanan 150 MPa pada suhu 150oC selama
dengan penambahan 15% lateks terhidrasi men- 15 menit dan didiamkan selama 3 jam sampai suhu
galami penurunan dari 67,19 mL/g menjadi 52,23 kamar. Biokomposit yang telah dicetak diuji sifat
mL/g. Penurunan viskositas pada matriks variasi mekaniknya menggunakan tensile tester. Lembar-
ketiga ini dimungkinkan karena lateks tidak bisa an biokomposit terlebih dahulu dipotong dalam
bercampur homogen dengan matriks. Massa bentuk dumbble sesuai standar ASTM D 638-90.
molekul yang terlalu tinggi bisa menyebabkan Análisis sifat mekanik yang dilakukan berupa
kesukaran-kesukaran dalam pemrosesannya dan kuat putus (σ), elongasi (ε), dan modulus Young
paduan-paduan polimer yang homogen lebih baik (E). Data hasil uji kekuatan mekanik biokomposit
dari segi sifat atau karakteristik pemrosesannya. termodifikasi lateks hidrasi ditunjukkan pada Ta-
Viskositas matriks termodifikasi lateks 10% bel 7.
terhidrasi memiliki viskositas terbesar di antara Biokomposit tanpa modifikasi didapatkan
variasi yang lain, oleh karena itu matriks yang di- kuat tarik sebesar 0,932 MPa (932.000 Pa) se-
gunakan sebagai matriks penyusun biokomposit dangkan biokomposit termodifikasi memiliki kuat
adalah matriks dengan penambahan lateks terhid- tarik sebesar 0,982 MPa (982.500 Pa). Hasil ini
rasi sebanyak 10%. menunjukkan adanya peningkatan kuat tarik pada
biokomposit dengan matriks alam yang telah di-
Biokomposit dan Karakterisasinya modifikasi menggunakan lateks terhidrasi diban-
Biokomposit dibuat dengan mencampurkan dingkan dengan penambahan lateks tanpa hidrasi.
matriks alam sekresi kutu lak termodifikasi dan Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian
serat rami dengan perbandingan 60% serat dan Mujiyono et al. (2010) dan Puspita (2013), kuat
40% matriks. Cetakan yang digunakan berukuran tarik dari biokomposit yang diperoleh dalam pe-
180 mm x 180 mm x 8 mm, sehingga dapat dike- nelitian ini lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan
tahui berat matriks yang diperlukan adalah seba- oleh susunan serat rami yang digunakan saat pem-
nyak 259,718 gram dan serat rami yang dibutuh- buatan biokomposit berbeda. Susunan serat acak
kan sebanyak 165,88 gram. Serat rami yang di- dan yang dianyam akan menghasilkan kuat tarik
gunakan berukuran panjang 10 cm dan disusun biokomposit yang berbeda.
secara acak. Serat rami yang akan digunakan Berbeda dengan kuat tarik, elongasi pada
(165,88 gram) terlebih dahulu dipres pada cetakan biokomposit termodifikasi jauh lebih kecil diban-
agar pada saat pencetakan biokomposit, serat rami dingkan dengan biokomposit pembandingnya.

Tabel 6. Data viskositas intrinsik matriks dan matriks dengan penambahan lateks hidrasi.
Sampel Viskositas intrinsik (mL/g)
Matriks dengan 5% lateks terhidrasi 60,79
Matriks dengan 10% lateks terhidrasi 67,19
Matriks dengan 15% lateks terhidrasi 52,23

Tabel 7. Sifat mekanik biokomposit dari matriks alam sekresi kutu lak termodifikasi lateks tanpa dan
dengan hidrasi dengan penguat serat rami.

Sampel Kuat tarik (MPa) Elongasi (%) Modulus Young


Lateks tanpa hidrasi 0,932 2,074 0,457
Lateks terhidrasi 10% 0,982 1,189 0,929

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 33


Pada biokomposit termodifikasi menunjukkan triks termodifikasi dengan lateks terhidrasi dapat
elongasi sebesar 1,189%, sedangkan biokomposit meningkatkan kuat tarik dan kekakuan biokom-
tanpa modifikasi menunjukkan elongasi sebesar posit. Biokomposit termodifikasi lateks terhidrasi
2,074%. Tang & Takashu (2015) mengungkapkan memiliki kuat tarik sebesar 0,982 MPa, elongasi
adanya ikatan rangkap pada rantai polimer cen- 1,189% dan Modulus Young 0,929 MPa.
derung mendorong terbentuknya ikatan sambung
silang (cross links) yang menyebabkan polimer UCAPAN TERIMA KASIH
berubah menjadi keras/getas. Seperti yang telah Ucapan terima kasih disampaikan kepada
diketahui bahwa tidak sepenuhnya ikatan rang- Ditlitabmas Dikti Kementerian Pendidikan dan
kap dua pada lateks telah terhidrasi, maka ada Kebudayaan RI yang telah memberikan kesempa-
kemungkinan terjadi ikatan sambung silang pada tan untuk melakukan penelitian Strategi Nasional
matriks termodifikasi ini sehingga nilai elongasi- sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penu-
nya menjadi lebih kecil. Matriks tanpa modifikasi gasan Penelitian Strategi Nasional nomor 124/
lateks hidrasi juga memiliki kemungkinan untuk SP2H/PL/DIT.LITABMAS/V/2013 tanggal 13
berikatan sambung silang, akan tetapi pada mat- Mei 2013.
riks termodifikasi terjadi ikatan antara lateks ter-
hidrasi dengan SKL sedangkan pada matriks tanpa
DAFTAR PUSTAKA
modifikasi tidak. Hal ini memberikan ikatan yang Adistya, R. (2013). Sifat mekanik biokomposit serat
lebih kompleks pada matriks termodifikasi lateks rami (Boehmeria Nivea L.) dengan matriks pro-
hidrasi sehingga memiliki nilai elongasi yang le- pilen (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Indone-
bih kecil. Rahman & Kamiel (2011) menjelaskan sia.
bahwa besarnya elongasi menunjukkan kemam- Agustin, M. B., Ahmmad, B., De Leon, E. R. P., Buenao-
puan benda mengubah bentuk. Nilai elongasi kecil bra, J. L., Salazar, J. R., & Hirose, F. (2014).
disebabkan kuatnya ikatan antara matriks dengan Starch-based biocomposite films reinforced with
serat penguat. Semakin kuat ikatannya, regangan cellulose nanocrystals from garlic stalks. Polymer
Composites, 34(8), 1325-1332.
yang terjadi semakin kecil. Hal ini menunjukkan
Ahmed, N. M., Tawfik, M. E., & Ward, A. A. (2013).
bahwa ikatan antara matriks termodifikasi lateks
Characterization of a polymer composite from
hidrasi dengan serat rami lebih kuat dibandingkan treated kaolin and unsaturated polyester based on
dengan matriks tanpa modifikasi lateks. PET waste. Polymer Composites, 34(8), 1223-
Berdasarkan data yang diperoleh, biokom- 1234.
posit tanpa modifikasi memiliki Modulus Young Arash, B., Wang, Q., & Varadan, V. K. ((2014). Me-
sebesar 0,457 MPa sedangkan biokomposit ter- chanical properties of carbon nanotube/polymer
modifikasi memiliki Modulus Young sebesar composites. Scientific Report, 4(1), 2045-2322
0,929 MPa. Semakin besar Modulus Young maka Feng, Y., Hu, Y., Zhao, G., Yin, J., & Jiang, W. (2011).
semakin kaku bahan komposit tersebut (Arash et Preparation and mechanical properties of high-
performance short ramie fiber-reinforced poly-
al., 2014).
propylene composites. Jornal of Applied Polymer
Science, 122(3),1564-1571.
KESIMPULAN Kumpugdee-Vollrath, M., Tabatabaeifar, M., &
Matriks dari sekresi kutu lak berhasil di- Helmis, M. (2014). New coating materials based
modifikasi dengan penambahan lateks terhidrasi. on mixtures of shellac and pectin for pharmaceu-
Proses hidrasi terhadap lateks berhasil dilakukan tical products. International Journal of Medical,
pada semua variasi katalis (10%, 20% dan 30%), Health, Biomedical and Pharmaceutical Engi-
dengan konsentrasi katalis optimum pada variasi neering, 8(1), 21-29.
30% katalis. Variasi jumlah katalis mempengaruhi Lokana, I. P., Suardana, N. G. P., & Karonika, I. M. G.
viskositas intrinsik lateks terhidrasi. Penambahan N. (2010). Pengaruh panjang serat pada tempera-
tur uji yang berbeda terhadap kekuatan tarik kom-
lateks hasil hidrasi ke dalam matriks alam sekresi
posit polyester serat tapis kelapa. Jurnal Ilmiah
kutu lak berpengaruh terhadap viskositas dan gu-
Teknik Mesin, 4(2),166-172.
gus fungsi matriks ditandai dengan munculnya Mujiyono, Jamasri, Heru S. B. R, & Gentur, S. J. P.
gugus ester pada semua variasi penambahan lateks (2010). Rekayasa biokomposit dari sekresi kutu
hasil hidrasi (5%, 10% dan 15%), dengan matriks lak dan serat rami. Dalam Seminar Nasional Ha-
termodifikasi optimum pada variasi penambahan sil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidi-
lateks terhidrasi sebanyak 10%. Penggunaan ma- kan Vokasi. Yogyakarta, Indonesia.

34 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36
Oroh, J., Sappu, F. P., & Lumintang, R. (2013). Anali- Rudianto, R. (2012). Pengaruh fraksi volume serat rami
sis sifat mekanik komposit dari serat sabut kelapa. terhadap kekuatan bending biokomposit berma-
Artikel Ilmiah. Manado, Indonesia: Universitas triks pati sagu. Jurnal Teknik Mesin, 1(1), 8-12.
Sam Ratulangi. Sordi, D., De Ruijter, C., Orlanducci, S., Picken, S. J.,
Patel, A. R., Schatteman, D., Vos, W. H. D., Lesaffer, Sudholter, E. J. R., Terranova, M. L., de Smet, L.
A., & Dewettinck, K. (2013). Preparation and C. P. M., & Dingemans, T. J. (2011). Sulfonated
rheological characterization of shellac oleogels liquid crystalline polyesters as resin matrix for
and oleogel-based emulsions. Journal of Colloid single wall carbon nanotube and nanodiamond
Interface Science, 411, 114-121. composites. Journal of Polymer Science, 49(5),
Purwati, R. D. (2010). Strategi pengembangan rami 1079-1087.
(Boehmeria nivea Gaud.). Jurnal Perspektiv, 9(2), Tang, T. & Takasu, A. (2015). Facile synthesis of un-
106-108. saturated polyester-based double-network gels via
Puspita, R. (2013). Modifikasi sekresi kutu lak den- chemoselective cross-linking using michael addi-
gan lateks sebagai matriks alam dalam preparasi tion and subsequent UV-initiated radical polymer-
biokomposit berpenguat serat rami (Skripsi). Uni- ization. RSC Advanced, 5(1), 819-829.
versitas Negeri Yogyakarta, Indonesia. Taskirawati, I., Suratmo, F. G., Darusman, D., & Hane-
Quirino, R. L., Garrison, T. F., & Kessler, M. R. (2014) da, N. F. (2008). Peluang investasi usaha budidaya
Matrices from vegetable oils, cashews nut shell kutu lak (Laccifer lacca Kerr): Studi kasus di KPH
liquid, and other relevant systems for biocompos- Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
ite applications. Green Chemistry, 16(1), 1700- Jurnal Perennial, 4(1),23-27.
1715. Yalong, L., Juan, Z., Feirong, H., & Bingjie, L. (2015).
Rahman, M. B. N. & Kamiel, B. P. (2011). Pengaruh Effects of combined chlorine on physicochemi-
fraksi volume serat terhadap sifat-sifat tarik kom- cal properties and structure of shellac. Journal of
posit diperkuat undirectional serat tebu dengan Pharmaceutical Sciences, 28(1), 329-334.
matriks poliester. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika,
14(2), 133-138.
Riswiyanto. (2009). Kimia organik. Jakarta, Indonesia:
Erlangga.

BIOKOMPOSIT DARI SERAT RAMI ........................................................ (Rohaeti et al.) 35


36 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol. 31 No. 1 Juni Tahun 2015: 23-36

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi