Vous êtes sur la page 1sur 9

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN
2015-2016

“Menentukan Kisaran Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan dan


Kecenderungan Makanan”

Asisten Koordinator : Rusnia J Robo

Disusun Oleh:

Nama : Santy Pristya Putri

NIM : 201310070311114

Kelas : BIOLOGI 4C

LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
A. Pendahuluan
Lingkungan hidup hewan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling hewan
dimana ia beraktivitas, berinteraksi dan beradaptasi. Lingkungan hewan pada
dasarnya merupakan totalitas dari beraneka faktor biotik dan abiotik (Sukarsono,
2012).
Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh pada kehidupan
suatu organisme dalam proses perkembangannya. Faktor pada umumnya dibagi
menjadi faktor-faktor yang bersifat fisik dan biologis (Syafei:1990 dalam
Husamah:2013). Faktor abiotik misalnya: tanah, udara, ruang, medium tempat
menempel hewan, cuaca, iklim, suhu. Sedanglan faktor biotik seperti hewan lain baik
sesama spesies maupun berlainan spesies, tumbuhan dan mikroba yang terdapat
diseputar hewan itu (Sukarsono, 2012).
Antara hewan dan lingkungannya terdapat hubungan timbal-balik yang saling
mempengaruhi. Bukan hanya lingkungan saja yang besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan hewan untuk hidup, dan berkembangbiak, namun sebaliknya,
lingkungan pun dapat berubah oleh karena kehadiran serta dampak aktivitas hidup
hewan. Faktor lingkungan yang dapat memberi kesejahteraan pada hewan dan
berubah kondisinya tersebut terjadi pada beberapa faktor lingkungan saja. Faktor
lingkungan seperti inilah yang kemudian disebut sebagai sumberdaya lingkungan
bagi hewan tersebut (Sukarsono, 2012).
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara
kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relatif
sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian beberapa ganggang hijau biru
mampu mentolerir suhu sampai 85°C (Sumarwoto, 2001).
Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan,
karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme
tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis
ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu
terhadap suhu (Landmann, 1999). Terdapat beberapa spesies ikan yang mempunyai
toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya
ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm (Wijayanti, dkk. 2011).
Hewan merupakan mahkluk hidup heterotrof yang sumber makanannya
sangat tergantung dengan organisme lain sebagai sumber pakannya. Pakan hewan
dapat berupa tumbuhan atau disebut hewan herbivora, atau dapat berupa hewan atau
yang disebut karnivora, serta dapat pula memakan tumbuhan juga hewan atau yang
dikenal dengan omivora (pemakan segala). Sumber pakan bagi hewan tidaklah selalu
tersedia dalam jumlah yang melimpah, terkadang karena beberapa faktor seperti
cuaca, dapat menyebabkan sumber pakan jenis hewan tertentu berkurang
ketersediaanya atau keberadaannya di alam. Jika hal ini terjadi, hewan tersebut
cenderung untuk mencari pakan baru untuk mengganti pakan aslinya. Biasanya,
peralihan preferensi pakan ini digantikan oleh jenis pakan yang hampir sama, baik
rasa maupun aromanya walau berasal dari spesies yang berbeda (Burnie, 2005).
Preferensi atau kesukaan hewan terhadap keadaan lingkungan atau makanan
tertentu adalah berbeda-beda pada tiap organisme. Hal ini dipengaruhi banyak faktor
seperti toleransi dan adaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini sangat berguna bagi
pemelihara atau pembudidaya hewan tertentu untuk mengetahui preferensi
lingkungan dan makanannya agar dapat membudidayakan atau memelihara hewan
sesuai dengan preferensi hewan tersebut (Herlinda, 2004).
Penyebaran spesies hewan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan baik faktor
biotik maupun abiotiknya. Faktor biotik seperti ketersediaan makanan karena hewan
merupakan makhluk hidup heterotrof. Sedangkan faktor abiotik seperti suhu, iklim,
topografi, kandungan bahan kimia di lingkungannya. Oleh karena keadaan
lingkungan sangat mempengaruhi kecenderungan spesies tertentu untuk lebih
menempati lingkungan yang optimum bagi kelangsungan hidupnya (Simanjuntak,
2009)
Oleh karena itu, praktikan melakukan praktikum mengenai preferensi keadaan
suhu air pada ikan Molly (Poecilia sphenops) dan preferensi makanan pada belalang
(Dissosteira carolina) untuk mengetahui suhu optimum atau preferensi suhu pada
lingkungan hidup ikan Molly (Poecilia sphenops) serta makanan kesukaan atau
preferensi makanan pada belalang (Dissosteira carolina).

B. Metode Praktikum
 Alat dan Bahan
a. Alat
 Box preferendum makanan
 Box preferendum suhu
 Termometer batang
 Alat tulis
 Stopwatch

b. Bahan
 Poecilia sphinops 15 ekor
 Dissosteira carolina 15 ekor
 Air panas 30ºC
 Air es 18ºC
 Air kran
 Daun jambu
 Daun jeruk
 Rumput
 Daun mangga

 Cara Kerja
a. Cara Kerja Analisis Preferensi Suhu
No. Gambar Keterangan

1. Menyiapkan alat dan bahan


praktikum.

2. Mengisi bagian tengah box


preferendum suhu dengan
air kran.

3. Mengisi salah satu ujung


box preferendum suhu
dengan air es dan menjaga
suhunya agar konstan pada
18ºC
4. Mengisi ujung yang lain dari
box preferendum suhu
dengan air panas dan
menjaga suhunya agar
konstan pada 30 ºC.

5. Memasukkan ikan Poecilia


sphenops pada bagian
tengah boz preferendum
suhu yang telah diberi tanda
batas zona 1, 2, dan 3.

6. Mengamati perilaku ikan


Poecilia sphenops.
Kemudian menghitung
banyak ikan pada masing-
masing zona pada menit ke
3,6, dan 9. Selain itu
mengamati keaktifan gerak
ikan pada masing-masing
zona.

7. Menghitung suhu akhir pada


masing-masing zona.
8. Menuliskan hasil
pengamatan pada lembar
kerja praktikum.

b. Cara Kerja Analisis Preferensi Makanan


No. Gambar Keterangan

1. Menyiapkan alat dna bahan


praktikum preferensi
makanan.

2. Memasukkan 4 jenis daun


pada box preferendum
makanan.

3. Memasukkan Dissosteira
carolina pada box
preferendum makanan.
4. Mengamati dan mnghitung
jumlah Dissosteira carolina
pada masing-masing ruang
box preferendum makanan.

5. Menuliskan hasil
pengamatan pada lembar
kerja praktikum.

 Lembar Kerja Praktikum


Fotocopy hasil lembar kerja praktikum terlampir.

C. Pembahasan
Poecilia sphenops (ikan Molly) tergolong pisces dengan klasifikasi, Kingdom:
Animalia; Filum: Chordata; Class: Osteichtyes; Ordo : Cyprinodontoidei;
family : Poecilidae; genus : Poecilia; spesies : Poecilia sphenops adalah
ikan air tawar yang berukuran kecil (Becker, 2006).
Berdasarkan hasil praktikum, digunakan 15 ikan Poecilia sphenops yang
diletakkan pada bagian tengah dari box preferendum suhu dengan keadaan suhu
ujung satu adalah 30ºC dan suhu ujung box yang kedua adalah 18ºC. Pada menit ke 3,
ikan cenderung berada pada zona 3 dengan keaktivan cukup aktiv. Zona 3 merupakan
zona yang dekat dengan bagian box bersuhu 18ºC. Sedangkan pada menit ke 6 ikan
cenderung berada pada zona 1 yaitu zona yang dekat dengan bagian box bersuhu
30ºC. Pada pengamatan terakhir, yaitu menit ke 9 ikan cenderung berada pada zona 2
dengan keaktivan sangat aktiv. Setelah dilakukan penghitungan suhu masing-masing
zona berserta rata2 keadaan ikan pada tiap zona ikan Poecilia sphenops memiliki
preferensi suhu keadaan lingkungannya adalah 28ºC dengan rata-rata tertinggi yaitu
2,1.
Sesuai dengan literatur bahwa, proses kehidupan yang vital yang secara
kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relatif
sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang
hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C (Simanjuntak, 2009). Maka suhu
preferensi ikan Poecilia sphenops adalah 28°C, sehingga ikan tersebut dapat
melangsungkan proses metabolisme yang mendukung kehidupannya pada suhu
optimum lingkungannya yaitu 28°C. Hal ini dibuktikan dengan keaktivan ikan pada
daerah dengan suhu 28°C dan kecenderungan ikan untuk berada pada zona tersebut.
Belalang (Dissosteira carolina) dengan klasifikasi Kingdom: Animalia;
Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Orthoptera; Famili: Acrididae; Genus:
Dissosteira; Spesies: Dissosteira carolina (Khanna, 2004).
Belalang merupakan arthropoda yang banyak ditemui dilingkungan seperti
ladang, sawah, dan pepohonan. Berbagai jenis belalang mencirikan tempat hidupnya
(tumbuhan disekitarnya). Karena warna pada berbagai spesies belalang digunakan
untuk berkamuflase dari predatornya sehingga berwarna sama atau hampir sama
dengan pohon atau tanaman yang menjadi habitatnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, spesies belalang dengan karakteristiknya menunjukkan ciri makanan dan
tempat tinggalnya (Erawati dan Kahono, 2010).
Berdasarkan hasil praktikum, digunakan 15 belalang dan 4 jenis daun yang
berbeda yaitu daun jambu, daun mangga, daun jeruk dan rumput. Pada menit ke 5
hingga menit ke 15, rumput merupakan makanan paling disukai belalang. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah spesies belalang pada sudut box preferendum makanan
yang berisi rumput ditempati oleh belalang dengan jumlah paling banyak dari sudut
box lainnya. Dapat disimpulkan bahwa habitat belalang tersebut kebanyakan pada
daerah berumput.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
 Suhu preferensi ikan Molly (Poecilia sphenops) adalah 28ºC. Jadi, ikan
Molly (Poecilia sphenops) dapat hidup pada suhu optimum tersebut. Hal
ini ditandai dengan kecenderungan ikan berada pada zona tersebut dan
bergerak aktif.
 Makanan yang paling disukai oleh belalang adalah daun jambu. Hal ini
dibuktikan dengan hasil praktikum yaitu belalang lebih banyak berada pada
sudut box yang berisi daun jambu.
2. Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik. Sehingga, tidak ada permasalahan
dalam praktikum. Untuk penyusunan laporan terdapat sedikit permasalahan pada
jumlah minimal literatur yang digunakan.
E. Daftar Pustaka

Becker, Genevieve de. 2006. Atlas Binatang. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Jakarta: Erlangga.
Erawati, N. V & Kahono, Sih. 2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan
Kerabatnya pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional Gunung
Halimun- Salak. Jurnal Entomol Indonesia. 7(2):100-115.
Herlida, Siti. 2004. Perkembangan dan Preferensi Pluttela xylostella L. pada Lima
Jenis Tumbuhan Inang. Hayati. 11(4): 130-134.
Husamah, dkk. 2013. Modul Ekologi Tumbuhan. Malang.
Khanna, 2004. Biology of Arthropoda. New Delhi: Discovery Publishing House.
Landmann, Katrin., et al. 1999. A sexual preference in the Amazon molly, Poecilia
formosa. Environmental Biology of Fishes. 56:325-331.
Simanjuntak, Marojahan. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika,
Terhadap Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung.
2009. Jurnal Perikanan. 9(1): 31-45.
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Sukarsono, 2012. Pengantar Ekologi Hewan: Konsep Perilaku, Psikologi, dan
Komunikasi. Malang: UMM Press.
Wijayanti, dkk. 2011. Pengaruh Temperatur terhadap Kondisi Anastesi pada Bawal
Tawar Colossoma macropomum dan Lobster Tawar Cherax quadricarinus.
Prosiding Seminar Nasional. ISBN: 978-602-98439-2-7.

Vous aimerez peut-être aussi