Vous êtes sur la page 1sur 15

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Sembilan
BAGI Callum, hidup bersama Stella setiap hari ki
an terasa sulit dan berat. Di luar, semua tampak baik-
baik saja. Stella semakin percaya diri dalam memasak,
dan waktu makan menjadi ritual yang dinanti-nanti
kan.
Dia juga semakin terlibat dalam riset penelitian
metode manajemen beberapa perusahaan ternak be-
sar, dan mereka akan mengobrol berjam-jam menge-
nai rencana Callum menyangkut masa depan Birralee
setelah tempat itu kini menjadi tanggung jawabnya.
Sesekali, Callum merasa Stella sangat menyukai
kehidupan di outback yang menantang. Namun Cal-
lum khawatir wanita itu berusaha terlalu keras dalam
memasak dan mempelajari kehidupan peternakan un-
tuk membantunya melupakan Scott dan menyingkir-
kan kesedihannya.
Dan, seiring hari, Callum semakin sulit menyem-
bunyikan perasaannya terhadap Stella. Upayanya un-
tuk menghindari bersentuhan dengan wanita itu su-
dah semakin menggelikan. Semuanya lebih dari seka-
dar sentuhan fisik. Ibu Callum menyadari hal itu. Sang
ibu tahu Callum benar-benar jatuh cinta pada Stella,
dan dia gembira karena Callum akhirnya berhasil me-
nemukan wanita yang tepat.
Tapi ketika Stella pergi nanti, seluruh keluarga-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nya akan tahu betapa hancur hati Callum, dan beban
atas kekecewaan tertunda itu membuat kondisi Cal-
lum semakin buruk.
Kacau balau! Benar-benar kekacauan gila, tanpa
harapan!
Waktu terus berjalan. Tubuh Stella mulai ber-
ubah. Di mata Callum, Stella tampak semakin feminin,
semakin cantik seiring melebarnya tubuh wanita itu,
tapi untunglah dia sepertinya tidak menyadari kekagu
man Callum ini.
Buku tentang kehamilan dan baju baru dikirim
untuk Stella, dan ia berlenggak-lenggok di beranda.
Sambil memandang perut yang semakin membundar,
Stella menepuknya perlahan. “Setidaknya sekarang
aku mulai terlihat seperti orang hamil dan bukan se-
perti orang yang kebanyakan makan.”
Callum ingin mengatakan bahwa Stella terlihat
sangat cantik. Lebih lembut, lebih manis—lebih femi-
nin dan menawan ketimbang biasanya. Tapi tindakan
apa lagi yang lebih bodoh selain mengacaukan renca-
na yang telah mereka persiapkan dengan matang de-
ngan kata-kata rayuan?
Sesekali, sangat melegakan jika dapat melarikan
diri. Callum membenamkan diri pada strategi-strategi
baru pengaturan Birralee, dan salah satu keputusan-
nya dalam mendorong produksi yang lebih lancar ada
lah dengan mengontrak dokter hewan paling bagus
untuk mengebiri ternak betina yang sudah ia siapkan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
untuk diekspor.
Callum mempekerjakan Joe Ford yang teknik ba
runya dalam mengebiri ternak tidak menyakitkan dan
lebih cepat dibanding cara apa pun yang dikenal Cal-
lum. Pekerjaan tersebut tuntas dalam waktu sehari.
Ketika mereka pulang ke rumah sorenya, Stella terli-
hat bergegas menuruni anak tangga.
“Oh, syukurlah kau masih di sini,” katanya pada
Joe sewaktu pria itu keluar dari truk.
“Ada masalah apa?” Jantung Callum berdetak
lebih cepat ketika melihat wajah cemas Stella dengan
mata terbelalak.
“Oscar.”
Callum mengernyit. “Oscar?”
“Ya. Dia kelihatan sakit parah.”
Merasa malu, Callum menerangkan pada sang
dokter hewan “Oscar itu burung parkit piaraan Stella.”
Joe berdeham. “Be—begitu.”
Stella meremas kedua tangannya dan memohon
“Bisakah kau masuk dan memeriksanya? Aku khawa-
tir dia benar-benar sakit.”
“Stella, Joe ini dokter hewan ternak. Bukan dok-
ter burung parkit. Kurasa dia tidak—”
Stella berbalik menghadap Callum, matanya me-
ngilat marah. “Dokter hewan ya dokter hewan, dan
Oscar membutuhkan dokter hewan. Tentu saja fungsi
dokter hewan sama seperti dokter biasa.” Ia meman-
dang tajam ke arah Joe. “Bukankah kau sudah mengu-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
capkan semacam sumpah untuk melindungi semua
jenis binatang?”
Joe mengangkat bahunya putus asa. “Aku akan
memeriksanya sebentar.”
“Terima kasih.” Stella bergegas mendahului, me-
mimpin jalan menuju dapur, dan tak lama kemudian
mereka bertiga menatap burung yang tengah mering-
kuk di dasar sangkar dan terlihat sangat menyedihkan
itu.
“Dia jelas kelihatan sangat sakit,” aku Callum.
“Kau bisa melakukan sesuatu, bukan?” Stella
menanyai Joe. Mata kelabunya tampak memohon dan
wajahnya sangat pucat.
Joe terlihat cukup malu ketika menggeleng. “Ma-
afkan aku, tapi kurasa aku tak dapat membantu.”
Stella menatap pria itu dengan takut. “Tapi kau
harus melakukannya. Kau kan dokter hewan. Jika kau
dapat mengobati sapi yang besar, tentu kau juga dapat
mengobati burung mungil seperti ini!”
“Itulah masalahnya,” ujar Joe, dengan gugup ber
gonta-ganti tumpuan kaki. “Spesialisasiku adalah he-
wan-hewan besar. Dokter hewan besar cukup berbe-
da dengan dokter hewan kec—”
Stella tak ingin mendengar lebih lanjut. “Di Syd-
ney sewaktu Oscar sakit, aku membawanya ke dokter
hewan wanita yang sangat pintar dan dia menimbang
Oscar dalam keranjang kecil agar dapat mengetahui se
parah apa keadaannya. Tentu kita bisa mencari cara
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
untuk menimbangnya di sini? Aku ingat dia bilang be-
rat burung yang sehat sekitar empat puluh gram, tapi
burung yang sakit hanya berkisar tiga puluh.”
Callum berusaha keras tidak terlihat geli selagi
memikirkan pendapat Joe mengenai hal ini.
“Dokter itu memberi Oscar obat antibiotik da-
lam suntikan plastik kecil, dan Oscar sembuh sepenuh
nya dalam tiga hari.”
“Maafkan aku, tapi aku tak membawa antibiotik
untuk burung parkit. Semua yang kupunya sekarang
akan membunuhnya.”
Stella mengerang dramatis. “Benar-benar tak bi-
sa dipercaya! Jujur saja, orang waras mana yang memi
lih tinggal di outback? Apa maksudmu sama sekali tak
ada cara untuk menolongnya?”
“Jika kau menjaganya tetap bersih dan tenang,
dia mungkin akan segera sembuh.”
Dengan gelisah Stella menyisirkan jemarinya ke
rambut dan mengerjap.
“Stella,” ujar Callum. “Pohon di luar sana penuh
dengan parkit. Ada ribuan ekor jumlahnya—”
“Apa maksudmu?” pekik Stella. “Kuharap kau
tidak mengatakan bahwa ada banyak burung sejenis
Oscar di tempat ini.”
“Kurasa—aku—”
“Kau benar-benar tak mengerti arti dia bagiku.”
Stella melesat keluar ruangan, meninggalkan
dua pria yang saling memandang sambil meringis ma-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lu.
Setelah Joe pulang, Callum mencari Stella dan
menemukan wanita itu di ruang kerja, memeriksa
punggung buku yang berjajar di rak. Tumpukan buku
berserakan menghiasi lantai di sampingnya.
“Apa kau tidak punya buku tentang kesehatan
hewan?” gerutu Stella melalui gigi terkatup.
“Kurasa kami sama sekali tak punya buku me-
ngenai seluk-beluk burung parkit.”
Stella mendesah kesal dan berdiri dengan pan-
dangan menunduk, tangan wanita itu terlipat di atas
perut buncitnya dan dagunya mendongak menantang.
Kakinya mengetuk-ngetuk tak sabar.
“Maafkan aku, Stella. Tidak semestinya aku me-
ngusulkan burung pengganti. Aku paham Oscar sangat
berarti bagimu. Kau sudah susah payah membawanya
ke sini jauh-jauh dari Sydney, dan kulihat kau benar-
benar sangat telaten merawatnya.”
“Bagaimana perasaanmu jika itu menimpa
Mac?” tanya Stella.
“Aku pasti sedih sekali,” aku Callum dan dengan
cerdik mencegah dirinya menambahkan cerita klise
bahwa anjing merupakan sahabat sejati manusia.
Callum mencari cara untuk mengalihkan perhati
an Stella dari burung itu, namun sekeras apa pun ber-
usaha, ia tetap tak dapat menemukan kata-kata yang
tepat untuk menghibur Stella. Wanita itu terus mu-
rung sepanjang malam. Makan malam berlangsung de
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngan tegang dan kaku.
Keesokan paginya, ketika masuk ke dapur, Cal-
lum langsung melihat keadaan Oscar belum membaik.
Burung itu tetap meringkuk di dasar sangkar.
Ia mendengar langkah kaki Stella menyusuri lo-
rong. “Bagaimana keadaannya?” tanya Stella, bibirnya
tampak pucat.
“Sayangnya, tidak jauh lebih baik.”
“Oh, Callum, apa yang harus kita lakukan seka-
rang?” Stella berdiri di samping sangkar sambil mena-
tap hewan mungil yang malang itu, jemarinya dengan
gelisah menelusuri tiang sangkar.
Callum meremas bahu Stella dengan lembut.
“Masih ada kemungkinan dia akan sembuh.”
Stella mendongak, bibirnya mengerut sementa-
ra matanya menyipit, dan Callum tahu wanita itu ber-
juang menahan tangis. Callum tak mampu menahan
diri untuk menariknya, dan Stella pun bersandar pada
tubuh Callum, hangat dan tak berdaya, membutuhkan
dukungan yang dengan senang hati Callum berikan.
Tonjolan bayi di perut Stella menekan tubuh Cal
lum, dan seketika muncul rasa sayang yang meluap-
luap untuk wanita ini. Untuk Stella, untuk bayinya...
bahkan untuk burung kecil konyol kesayangan Stella.
Stella berpegangan pada Callum, membenam-
kan wajah di bahu pria itu. Callum lalu menyerah pada
dorongan hati untuk menyusurkan jemari di rambut
hitam mengilat Stella. Helaian rambut itu sehalus dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
selembut yang diingatnya, dan membelai jemari Cal-
lum seperti halnya pita satin mengilap.
Callum menyentuh pipi Stella, dan kulitnya tera-
sa selembut bunga wattle yang mekar. Ia tahu bagian
lain wanita itu juga pasti lembut. Lembut, hangat, ma-
nis, feminin, dan teramat sangat seksi, dan...
Stella mendongak dan memandang Callum, ke-
mudian tampaklah emosinya yang meluap. Callum ta-
hu sebenarnya ini benar-benar tidak pantas, tapi yang
bisa ia pikirkan adalah membawa Stella kembali ke
kamarnya, lalu mencium dan bercinta dengannya.
“Oscar yang malang,” Callum mendengar Stella
berbicara dan ia tersadar kembali pada kenyataan.
“Aku tahu, aku bersikap konyol terhadap Oscar,” kata-
nya, “tapi dia satu-satunya hewan piaraanku. Satu-
satunya keluarga yang kumiliki. Aku tak tahu apakah
aku bakal sanggup menanggung kesedihan jika dia
sampai mati.”
Callum menjatuhkan tangan ke sisi tubuh dan
berkonsentrasi pada kata-kata Stella. Berusaha tidak
memikirkan soal bercinta.
“Mungkin dia menua. Mungkin waktunya sudah
tiba,” usul Callum putus asa.
Sambil menggeleng, Stella menjauh dari Callum
dan mengenyakkan diri di kursi meja makan.
“Mungkin sebaiknya kau menyerah dan mena-
ngis sedikit,” saran Callum.
Stella menggeleng. “Aku tidak bisa. Tidak boleh”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Dengan bingung Callum menarik kursi lain, lalu
duduk menghadap Stella. “Hei, kau kan wanita. Kau
dibolehkan menangis.”
Dagu Stella terangkat dan ia memandang Cal-
lum dengan kesal. “Itu omong kosong diskriminatif.”
Tentu saja. Ini Stella, sang ilmuwan feminis—bu
kan salah satu saudara perempuan Callum. “Oke, akan
kucoba jelaskan. Kau sangat sedih. Menangis seharus-
nya membantumu mengeluarkan emosi.”
“Tapi aku tak boleh menangis,” bisik Stella. Me-
reka saling menatap lagi, dan Callum melihat kerapuh-
an dalam diri Stella sangat bertentangan dengan sikap
keras yang ditampilkannya. “Stella,” kata Callum, “apa
maksudmu? Apa kau tidak pernah menangis?”
“Tidak.”
“Sama sekali?”
Stella menarik napas dalam sambil gemetar.
“Aku tak mungkin menangisi seekor burung sakit saat
aku—aku bahkan tidak menangis ketika ibuku me-
ninggal.”
Rambut halus di tengkuk Callum berdiri ketika
ia memahami arti semua ini. Inilah topik tabu itu. Ibu
Stella.
Dengan hati-hati, Callum bertanya, “Kapan ibu-
mu meninggal?”
Tubuh Stella kaku seketika.
“Kau masih muda saat itu?”
“Aku—aku berumur lima belas.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Baru lima belas. “Dan pada umur lima belas, kau
sudah belajar menahan air matamu?”
Stella tak menjawab dan Callum dapat memba-
yangkan versi remaja Stella dengan dagu terangkat,
bahu tegak, dan mata berkilat tegar.
“Kau pernah berjanji akan bercerita tentang
keluargamu,” Callum mengingatkan wanita itu dengan
lembut.
Stella menggeleng-geleng letih. “Kau mungkin
akan membenciku jika aku melakukannya.”
“Membencimu?” Callum benar-benar terkejut.
“Keluargamu begitu sempurna.” Stella menepuk
nepuk perutnya dan suaranya terdengar getir ketika
berkata, “Ruby akan mewarisi seluruh gen murni kelu
argamu.”
“Tapi Stella, bagaimana dengan andilmu? Bayi-
mu akan memiliki ibu ilmuwan yang sangat pintar.”
“Dan nenek pecandu alkohol sekaligus pelacur!”
Stella menyerukan kalimat itu dengan kasar, be-
gitu kasarnya hingga Callum nyaris mengernyit. Tapi
ia tahu itulah yang diharapkan Stella. Inilah yang sejak
lama berusaha Stella sembunyikan darinya.
Callum berusaha tidak menunjukkan kekagetan
nya, lalu bertanya pada Stella, “Jadi... apakah kau ting-
gal dengan ibumu?”
“Kadang-kadang. Di antara sederet panti asuh-
an. Dia tidak pernah bisa merawatku untuk waktu
yang lama.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Tapi dia berusaha?”
“Oh ya. Dia berusaha. Lagi dan lagi.” Stella meng
atupkan bibir dan menghela napas melalui hidung.
“Kurasa naluri keibuan itu ada, namun alkohol meng-
halangi jalannya.”
“Well, kau mungkin sudah mewarisi naluri ibu-
mu. Kau punya banyak kesempatan untuk menjadi ibu
yang hebat.”
Stella menggeleng-geleng. “Aku meragukannya.
Bagaimanapun, sekarang kau tahu bahwa meninggal-
kan bayiku untuk kaurawat merupakan jalan terbaik.”
Kejutan lain. “Maksudmu, alasan sebenarnya
kepergianmu karena kau meragukan kemampuanmu
menjadi Ibu? Bukan hanya karena pekerjaan di Lon-
don?”
Stella menutupi wajahnya dengan tangan. “Ada
ribuan alasan mengapa aku memutuskan untuk pergi”
Callum tergoda ingin mengatakan bahwa melari
kan diri tidak dapat menyelesaikan masalah, tapi rasa
nya tidak bijak menasihati Stella sekarang, tepat keti-
ka dia sudah menunggu begitu lama untuk memerca-
yai Callum. “Bagaimana dengan ayahmu?”
Bibir Stella mengerut. “Ceritanya semakin mena
rik. Aku sama sekali tak tahu apa-apa tentang ayahku.
Bahkan tidak namanya.” Stella terlihat begitu tegang
seakan menunggu Callum menyerangnya dengan ama
rah meledak. “Di akta kelahiranku tertulis ‘Ayah tidak
diketahui’.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Itu berat sekali.”
“Apa kau tidak senang mengetahui semua ini?”
Callum hanya tahu ia ingin memeluk Stella lagi.
Mata Stella menyipit. “Apa yang akan dipikirkan
Senator Roper mengenai hal ini?”
“Apa yang dipikirkannya sama sekali tidak pen-
ting.”
“Bukankah dia akan marah jika mengetahui
cucunya memiliki silsilah keluarga yang kelam?”
“Stella, di outback, kami menilai orang dari cara
hidupnya setiap hari. Jika kau berurusan dengan dae-
rah keras, yang bernilai adalah apa yang dilakukan se-
seorang saat ini. Hari ini. Masa lalu tak lagi berarti. Sa-
at ini aku memandangmu dan melihat wanita sangat
cerdas, yang telah sukses dalam hidupnya, tanpa duku
ngan keluarga. Hal seperti itu butuh keberanian.”
Stella tersenyum lemah, menggapai dan mene-
puk tangan Callum. “Terima kasih.” Ia terdiam seje-
nak, kemudian menambahkan, “Aku ingin bayi Scott
merasakan keluarga seperti milikmu. Bukan seperti
keluargaku. Keluargamu sangat bahagia dan sempur-
na—stabil, warga negara teladan, dan semacamnya.”
“Tak bisa kubayangkan betapa sulitnya hidup
tanpa mengetahui siapa ayah kandungmu.”
Wajah Stella merengut, dan sesaat, Callum me-
ngira Stella akan membiarkan setetes-dua tetes air ma
tanya mengalir. Ternyata tidak. Stella menghela napas
panjang lagi dan menatap mata Callum saksama. “Itu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sebabnya kau harus memberitahu Ruby segala hal ten
tang Scott. Aku ingin anak itu tahu semua tentang
ayahnya. Bahwa dia pria yang sangat hebat.”
“Yeah.” Tenggorokan Callum terasa berat dan
tersekat. “Kau—kau dapat mengandalkanku untuk hal
itu.”
“Satu-satunya hal yang pernah dikatakan ibuku
adalah ayahku profesor di universitas. Aku lahir keti-
ka ibuku masih sangat muda—sebelum dia jatuh ter-
puruk atau begitulah.”
“Nah, itu dia!” seru Callum. “Profesor. Setidak-
nya kau tahu dari mana asal otak pintarmu itu.”
“Ketika kuliah dulu, aku sering mengamati para
profesor dan mencoba menduga-duga apakah ayahku
salah satu di antaranya. Aku berkhayal bahwa aku
mungkin duduk di salah satu kelasnya—tepat di de-
pan mukanya—dan dia tetap tak mengetahui kebera-
daanku. Ada satu profesor fisika yang sangat kusukai.
Dia pintar luar biasa, baik hati, dan suka melontarkan
lelucon yang benar-benar lucu.” Bibir Stella tersung-
ging. “Aku kerap berpura-pura dia ayahku.”
“Kau takkan pernah tahu. Kurasa ada sedikit ke-
mungkinan bahwa dia bisa saja ayahmu. Kau mungkin
dapat menyelidikinya jika kau mau.”
Stella menggeleng. “Aku tak mau mengejutkan-
nya dengan kabar semacam itu. Bagaimanapun aku
tak dapat membayangkannya berhubungan dekat de-
ngan Marlene.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Apakah itu nama ibumu?”
“Yeah.”
“Apakah wajahnya mirip denganmu?”
Stella mengangkat bahu. “Sedikit.” Lalu ia terta-
wa kecil mengejek diri sendiri. “Sangat mirip.”
Callum tidak kesulitan membayangkan pria cer-
das dan baik hati menginginkan hubungan dekat de-
ngat wanita yang mirip Stella.
“Aku tidak suka terlalu sering memikirkan
orangtuaku.”
Jadi inikah alasanmu melarikan diri? Apakah kau
ingin bayimu tumbuh tanpa kehadiran masa lalu orang
tuamu? Pertanyaan itu menggelayuti benak Callum,
tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk mengaju-
kannya. Tidak ketika Stella begitu sedih.
Tiba-tiba kepala Stella mendongak dan ia mena-
tap ke balik tubuh Callum, matanya melebar dan luap-
an kegembiraan mencerahkan wajahnya. “Callum, li-
hat Oscar!”
Callum berbalik dan melihat burung mungil itu
melompat-lompat di dasar sangkar untuk mematuki
biji-bijian di wadah makanannya.
“Dia makan!” seru Stella.
“Kau mengagetkan saja.”
Stella melompat berdiri dan bergegas mengham
piri sangkar. “Apakah menurutmu dia mulai pulih?”
“Kurasa ini pertanda baik,” kata Callum, meng-
hampiri dan bergabung dengan Stella. Dan selagi me-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngamati harapan dan kebahagiaan menari-nari di ma-
ta wanita itu, Callum berharap ia dapat menemukan
cara agar Stella memandangnya dengan pandangan
serupa.

Vous aimerez peut-être aussi