Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang


air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali
atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan
yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit,
protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai
golongan sosial. Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
kalangan anak-anak kurang dari 5 tahun. Secara global terjadi peningkatan
kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017. Pada
tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian
di seluruh dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017)
menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka
kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya.

Diare merupakan penyebab kedua kematian didunia. Hampir 1 dari 5


kematian anak sekitar 1,5 juta setiap tahunnya dikarenakan diare. Diare lebih
banyak menyebabkan kematian pada balita dibandingkan AIDS, malaria dan
campak (WHO, 2006).

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit


potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia (2016), terjadi KLB diare tiap tahun
dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai peningkataan CFR (Case Fatality
Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah 1,08% meningkat menjadi 1,14% pada
tahun 2014. Peningkatan CFR saat KLB di Indonesia terus terjadi hingga 2,47%
pada tahun 2015 dan 3,04% pada tahun 2016. Angka CFR ini belum sesuai
dengan yang diharapkan yaitu <1%.

Data Kementrian Kesehatan Indonesia (2016) menyatakan, jumlah kasus


diare yang ditangani instansi kesehatan di Indonesia menurun tiap tahunnya. Pada
tahun 2016 penderita diare di Indonesia yang ditangani sebanyak 46,4% dari
jumlah penderita diare keseluruhan yang tercatat berjumlah 6.897.463 orang. Pada
tahun 2015, jumlah kasus yang ditangani 4.017.861 orang, sedangkan pada tahun
2014 jumlah penangan kasus diare oleh instansi kesehatan adalah 8.490.976
orang.

Menurut Kemenkes RI (2015) persentase diare di provinsi lampung


sebanyak 3,7%. Berdasarkan Dinkes Provinsi Lampung (2015) Angka kesakitan
(Insidens Rate) diare untuk semua kelompok umur di Provinsi Lampung dari
tahun 2005 – 2015 cenderung meningkat, yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk
menjadi 18,24 per 1000 penduduk tahun 2015. Angka ini bila dibandingkan
dengan rata-rata nasional, angka ini masih jauh dibawah angka nasional: 374 per
1.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan meningkat namun angka kematian
diare masih dibawah 1%. Sedangkan di Bandar Lampung sendiri angka kesakitan
diare sebanyak 4,8% per penduduk. Hal serupa terlihat di UPT Puskesmas
Pulaupanggung dari bulan oktober 2018 sampai dengan bulan februari 2019
terdapat 30 orang pasien terkena penyakit diare 15 diantaranya anak usia 0-7
tahun. Karena diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang
masih lemah, sehingga mudah terkena bakteri penyebab diare. Jika diare disertai
muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus diwaspadai
karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan
kematian. Dehidrasi yang terjadi pada balita atau anak akan cepat menjadi parah.
Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih ringan daripada
orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika kehilangan
sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya. Dehidrasi akan
semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret dan panas
karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan.
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia terutama anak-anak. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 miliar episode
dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan, anak-anak
mengalami diare rata-rata 3,3 episode pertahun, akan tetapi pada beberapa tempat
dapat lebih dari 9 episode pertahun. Pada daerah dengan episode diare yang
tinggi, seorang balita dapat menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Kurang
lebin 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan (Depkes RI, 1999)

Berdasarkan Kemenkes RI, 2015 dari kasus diare tersebut dehidrasi


merupakan salah satu komplikasi diare yang menyebabkan kematian. Dehidrasi
merupakan gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh. Hal
ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan air, gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh (wikipedia 2015).

Cairan sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat,
keseimbangan cairan dalam tubuh merupakan salah satu bagian homeostasis
keseimbangan cairan melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh, cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat pelarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika dalam larutan cairan dan elektrolit masuk
kedalam tubuh melalui makanan dan minuman dan cairan intravena (IV) dan di
distribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan cairan berarti dari air tubuh total
dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan saling
bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
dengan yang lainnya (Daniel,2013).

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat
baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena
diare perlu tatalaksana yang cepat dan tepat ( Ariani, 2016:4)
Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan cairan dan elektrolt, maka terjadi gejala dehidrasi.
Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Solikin, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun


karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit pada pasien diare di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil rumusan masalah yaitu
“Bagaimana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit pada pasien diare di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit pada pasien diare di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien diare dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien diare dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.3.2.3 Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien diare dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada pasien diare dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
1.4.1.1 Bagi lulusan keperawatan / institusi pendidikan diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada pasien diare dengan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
1.4.2 Aplikatif
1.4.2.1 Bagi Profesi
1..4.2.1.1 Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan anak khususnya pada balita diare yang mengalami
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
1.4.2.1.2 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada pada pasien diare dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penulisan laporan tugas akhir ini meliputi asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien diare di
Puskesmas Rawat Inap Pulaupanggung kecamatan pulaupanggung kabupaten
tanggamus Provinsi lampung bulan maret 2019. Penelitian ini dilakukan melalui
beberapa proses seperti perizinan, Informed concent dengan orang tua dan
keluarga lain yang bersedia memberikan informasi untuk kelengkapan data
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

Vous aimerez peut-être aussi