Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OSTEOPOROSIS
A. Pengertian
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu
penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai
gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur,
pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka
tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik
dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan
kekuatannya, tulang terus menerus mengalamproses penghancuran dan pembentukan
kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat.
Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia
semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas,
ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi
setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan
berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis (
Tandra, 2009).
B. Etiologi
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih
cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30- 35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan
atau benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat
patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi
(Waluyo, 2009).
D. Tanda Gejala
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun
tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau
hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis
biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut: 1. Tinggi badan berkurang 2.
Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 3. Patah tulang 4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra,
2009).
E. Patofisiologi
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita
maupun pria akan mengalami penipsan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% / tahun dan
bagian trabekula pada usia lebi muda. Padapria seusia wanita menopause mengalami
penipisan tulang berkisar 20-30% dan pada wanita 40-50% / tahun. Penurunan massa tulang
lebih cepat pada bagian-bagian tubu yang metacarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra.
Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.
F. Penatalaksanaan
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang.
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang
yang diakibatkan.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri
khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena
perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan
lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama
posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu
mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.
Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan
olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa
perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah
agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi
ketrampilan motorik halus) menurun.
2. Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan
osteoporosis adalah :
a. Data subyektif :
b. Data obyektif :
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel
dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien
pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai
pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta
adakah deformitas tulang.
4. Pemeriksaan diagnostic
a. Radiology
b. CT scan
c. Pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit. PT Bhuana
Ilmu Populer
Waluyo, Srikandi. 2009. 100 Quetion & Answer Osteoporosis. Jakarta: PT Elex.