Vous êtes sur la page 1sur 7

Kelompok 5

- Evi Dorince Purba


- Monica Astari Manurung
- Nadia Vermoni Suci
Kelas : Pendidikan Biologi Ekstensi A 2016

OSTEOPOROSIS

A. Pengertian

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu
penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai
gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma,


Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang,
yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko
terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan


kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari
dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur,
pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka
tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik
dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan
kekuatannya, tulang terus menerus mengalamproses penghancuran dan pembentukan
kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat.
Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia
semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas,
ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi
setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan
berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis (
Tandra, 2009).

B. Etiologi

Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu Osteoporosis pascamenopause terjadi karena


kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia
antara 51- 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun
setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu
5-7 tahun pertama setelah menopause.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang


berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis
senilis dan pasca menopause. 3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak


diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).
C. Klasifikasi

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih
cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30- 35 tahun.

2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).

3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan
atau benturan ringan.

4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat
patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi
(Waluyo, 2009).

D. Tanda Gejala

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun
tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau
hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis
biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut: 1. Tinggi badan berkurang 2.
Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 3. Patah tulang 4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra,
2009).

E. Patofisiologi

Penyebab pasti dari osteoporosis belum di ketahui, kemungkinan pengaruh dari


pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30
tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.
Dalam keadaan normal terjadi prose yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu
proses resobrsi dan proses pembentukan tulang (remodeling) . Setiap ada perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya roses resobrsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan
terjadi penurunan massa tulang.

Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita
maupun pria akan mengalami penipsan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% / tahun dan
bagian trabekula pada usia lebi muda. Padapria seusia wanita menopause mengalami
penipisan tulang berkisar 20-30% dan pada wanita 40-50% / tahun. Penurunan massa tulang
lebih cepat pada bagian-bagian tubu yang metacarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra.
Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.

F. Penatalaksanaan

1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang.

2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang
yang diakibatkan.

3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis


termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat.

4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri


punggung.

G. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesis

Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien


osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis).
Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada
trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya
paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang
diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis.
Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati,
endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan
obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu
dipertanyakan.

Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri
khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena
perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan
lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama
posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu
mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.

Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan
olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa
perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah
agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi
ketrampilan motorik halus) menurun.

2. Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan
osteoporosis adalah :

a. Data subyektif :

1) Klien mengeluh nyeri tulang belakang

2) Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun

3) Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan


keterbatasan gerak

4) Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun

5) Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh

6) Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya

7) Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

b. Data obyektif :

1) tulang belakang bungkuk

2) terdapat penurunan tinggi badan

3) klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

4) terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

5) klien tampak gelisah


6) klien tampak meringis

3. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel
dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien
pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai
pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta
adakah deformitas tulang.

4. Pemeriksaan diagnostic

a. Radiology

b. CT scan

c. Pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit. PT Bhuana
Ilmu Populer

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis. Pada


Sekelompok Osteoporosis Di ...

Tandra H. 2009. Osteoporosis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Waluyo, Srikandi. 2009. 100 Quetion & Answer Osteoporosis. Jakarta: PT Elex.

Vous aimerez peut-être aussi