Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan
asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya
strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.
Tb paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh
tipe M. Bovinus).
TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut
masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon).
Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit
paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi, Iskandar. 2010.
1. B. Anatomi Fisiologi
Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing. Warming filtration dan humadification dari udara yang
a) Hidung (cavum nasalis), Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk
b) Sinus paranasalis, Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai
dengan tulang dimana dia derada terdiri atas sinus frotalis,sinus etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus
maksilaris.
Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,meringankan berat tulang tengkorak,serta
c) Faring (tekak), adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
d) Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna vertebrata,
berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx
terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membrane
Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah terbagi menjadi dua komponen,yaitu sebagai
berikut :
Saluran udara kondusi : Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis,terdiri atas trakea,bronki,dan
Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan
respiratorius terminal,yana merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.Alveoli merupakan bagian
a) Trakea
Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai kira-kira
ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea
tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan
otot
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
c) Alveoli
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki
kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-
kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
yang melapisi rongga toraksdipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
1. C. Paru –paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura
dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan
dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,
venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
1. D. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan
asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini
tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu
penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosis ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai
4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008).
Tuberculosis paru merupakan infeksi saluran penting pernafasan.Basil mycobacterium masuk ke dalam jaringan
paru melalui saluran nafas (dropplet infection) sampai alveoli an terjadilah infeksi primer (Ghon) kemudian ke
kelenjar getah bening,terjadilah primer kompleks yang disebut “Tuberculosis Primer”.Sebagian besar mengalami
penyembuhan .Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basi
mycobacterium,pada usia 1-3 th.Sedangkan “Tuberculosis Post Primer”(reinfection) adalah peradangan terjadi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2
jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi
terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh
makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di
jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa
Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini dapat terjadi pada semua jaringan
paru, bila menjalar sampai ke pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar
keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran
getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek
primer (range). Proses sarang paru ini memakan waktu 3–8 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang
Basil Tuberculosis
Demam
Mengalami nekrotik
Tidak ada nafsu makan
Berkeringat
Batuk berdahak
Mengalami kolafiksi
Penyebaran kuman
Batuk darah
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh
individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei.
Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih
lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab
Resiko terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor risiko external, terutama adalah faktor lingkungan seperti
rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor
internal dalam tubuh penderita sendiri yang disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh
penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan immunosupresan dan lain sebagainya.
Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita
stadium lanjut : Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial Bronkietaksis
(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian. ginjal dan sebagainya. Insufisiensi
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di rumah sakit. Penderita TB paru dengan
kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini
seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan,
tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.
Resistensi terhadap OAT terjadi umumnya karena penggunaan OAT yang tidak sesuai. Resistensi dapat terjadi
karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai atau tidak patuh dengan jadwal atau dosisnya. Dapat
pula terjadi karena mutu obat yang dibawah standar. Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai
sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan
terjadmya penularan kepada orang disekitar penderita, juga memerlukan biaya yang lebih mahal dalam
pengobatan tahap berikutnya. Dalam hal inilah dituntut peran Apoteker dalam membantu penderita untuk
menjadi lebih taat dan patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat.
1. G. Manifestasi Klinis
Tanda – tanda klinis dari penderita tuberkulosis paru sangat beragam tergantung pada kondisi tubuh penderita,
akan tetapi gejala klinis yang paling sering ditemui pada penderita antara lain (Smeltzer & Bare, 2002 ) :
1. Batuk/Batuk darah
Pada penderita biasanya tampak batuk yang lama, batuk dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan,
akan tetapi batuk juga berfungsi mengeluarkan produk radang keluar seperti dahak.
1. Demam
Sering terjadi demam pada kondisi tertentu malahan kadang kadang terjadi peningkatan suhu tubuh biasa
mencapai 39 – 40 ˚C, karena kondisi ini terpengaruh akan daya tahan tubuh terhadap infeksi kuman
tuberkulosis.
1. Sesak nafas
Biasa terjadi jika kondisi penyakit sudah pada tahap yang kronis, dimana telah terjadi komplikasi pada paru–paru
1. Nyeri dada
Gejala ini jarang terjadi, ini akibat terjadi infiltrasi radang yang sudah mencapai pleura sehingga menimbulkan
pleuritis atau radang pleura. Tampak inspirasi dan ekspirasi yang tidak normal.
1. Malaise
Gejala sering ditemukan berupa tidak nafsu makan (anoreksia), berat badan turun secara drastis, pusing, nyeri
1. H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Soeparman (1994), ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pemeriksaan TB
Pada hasil foto toraks posterior anterior (PA), lateral terlihat gambaran infiltrat atau nodular terutama pada
lapangan atas paru, terlihat kavitas, serta tuberkuloma atau tampak seperti bayangan atau coin lesion. Pada TB
primer tampak gambaran radiologi berupa infiltrat pada paru-paru unilateral yang disertai pembesaran kelenjar
Pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali setiap hari, berdasarkan pemeriksaan pada basil tahan asam (BTA) guna
memastikan hasil diagnosis. Akan tetapi hanya 30% – 70% saja yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan ini
1. 3. Biopsi jaringan
Dilakukan terutama pada penderita TB kelenjar leher dan bagian lainnya, dimana dari hasil terdapat gambaran
perkejuan dengan sel langerhan akan tetapi bukanlah merupakan diagnosis positif dari tuberkulosis oleh karena
dasar dari diagnosis yang positif adalah ditemukannya kuman mycobacterium tuberkulosa.
1. 4. Bronkoskopi
Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran dan dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan
1. 5. Tes tuberculosis
Tes mantouk diberikan dengan menyuntikan 0,1 cc Derivat Protein Murni (PPD) secara intra muskuler (IM),
kemudian dapat terlihat dalam 48 – 72 jam setelah dites, dikatakan positif bila diameter durasi lebih besar dari 10
Merupakan uji serologi imunoperoksidase mengunakan alat histogen imunoperoksidase skrining untuk
1. I. Penatalaksanaan
1. 1. Pengobatan
Pengobatan penderita tuberkulosis paru dengan penggunan obat anti mikroba dalam jangka waktu tertentu,
1).Regimen harus termasuk obat spektrum luas yang sensitif terhadap mikoorganisme.
3). Pengobatan harus dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup guna menghasilkan
Beberapa cara ( regimen ) pengobatan yang dianjurkan, antara lain (Tabrani, 1996):
1) Alternatif pertama:
c) Pirazinamide 25 -30 mg/kg BB, diberikan selama 2 bulan berturut – turut dan dilanjutkan INH 300 mg dan
2) Alternatif kedua
a) INH 300 mg
b) Rif 600 mg, diberikan selama 9 bulan.
3) Alternatif ke tiga
a) INH 900 mg
b) Rif 600 mg, diberikan sebulan dan dilanjutkan dengan 2 kali seminggu selama 8 minggu.
4) Alternatif keempat
Bila terdapat resistensi terhadap INH maka dapat diberikan Etambutol dengan dosis 15–25 mg/kg BB.
1. 1. Pencegahan penularan
1) Kasus dengan penderita positif harus diobati secara efektif agar tidak menular terhadap orang lain.
2) Bila kontak langsung dengan penderita tuberkulosis sebaiknya lakukan pemeriksaan tuberkulin dan photo
thorak.
3) Pada anak–anak lakukan vaksinasi BCG guna mencegah tertularnya penyakit tuberkulosis paru.
4) Pada penderita tuberkulosis paru positif sebaiknya lakukan isolasi dalam pengobatan dan perawatannya.
J. Komplikasi
Penyakit TB Paru apa bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi
1. 1. Komplikasi dini:
2) Efusi pleura : Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan masuk kedalam antara paru dan
dinding dada.
3) Empisema :pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleural, cairan yang dibentuk akibat
2) Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal disebabkan oleh Karena tekanan balik akibat
kerusakan paru.
3) Amiloidosis.
5) Sindrom gagal nafas dewasa, sering terjadi pada TB milier dan kavitas tuberkulosis.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
3) Photo thorak
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium, lesi sembuh primer atau efusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga atau area fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal dan biopsi kulit)
6) Elektrolit
Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru-paru.
keperawatan. Proses keperawatan digunakan perawat dalam mengatasi masalah yang ada. Tahapan yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian,diagnose, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Menurut Doengoes (2000), pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru adalah:
1. Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi identitas klien, pemeriksaan fisik, data psikologis dan
1. 2. Identitas klien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui mengenai nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa,
1. 3. Aktivitas/istirahat
1. 4. Integritas Ego
Adanya faktor stress yang lama, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan, menyangkal, ansietas, ketakutan
1. 5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan , turgor kulit buruk, kering atau kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak.
1. 6. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah.
1. 7. Pernafasan
Batuk produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu terinfeksi,
peningkatan prekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura). Perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau
unilateral (efusi pleura/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krakels tercatat
di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krakels postusic). Karakteristik sputum
hijau/purulen, mukosit kuning, atau bercak darah dan deviasi trakea (penyebaran bronkhogenik).
1. 8. Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif, demam rendah atau sakit panas akut.
1. 9. Interaksi Sosial
Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB paru menurut Doengoes (2000) adalah:
Rasional
Dx Tujuan Intervensi
1. Resiko tinggi
penyebaran infeksi
-membantu pasien
berhubungan dengan Mengidentifikasi
menyadari/menerima
pertahanan primer intervensi untuk
-Kaji patologi penyakit dan perlunya mematuhi progr
tak adekuat; mencegah atau
potensial penyebaran infeksi pengobatan untuk
penurunan kerja menurunkan resiko
melalui droplet udara selama mencegah pengaktifan
silia/statis sekret; penyebaran infeksi.
batuk, bersin, meludah dan bicara. berulang.
kerusakan jaringan
atau tambahan – Identifikasi orang lain yang – orang-orang yang terpa
infeksi; penurunan Menunjukkan atau beresiko. ini perlu program ter
pertahanan/penekana melakukan
n proses inflamasi; obat untuk mence
perubahan pola hidup
–
malnutrisi, terpajan untuk meningkatkan penyebaran/terjadinya
lingkungan; kurang lingkungan yang
infeksi.
pengetahuan untuk aman.
menghindari
pemajanan patogen.
cerah diakibatkan o
kerusakan (kavitasi) p
atau luka bronkhial
intervensi lanjut.
– Posisi membe
memaksimalkan ekspa
pernafasan. Venti
maksimal membuka a
atelektasis
meningkatkan gera
Menunjukkan berat
badan meningkat dan
1. Perubahan nutrisi
bebas tampa – Catat status nutrisi pasien pada – Berguna dalam
kurang dari penerimaan, turgor kulit, BB,
malnutrisi. mendefinisikan derajat at
kebutuhan tubuh
Melakukan prilaku integritas mukosa oral, luasnya masalah dan pilih
berhubungan dengan kemampuan/ketidakmampuan
atau perubahan pola intervensi yang tepat.
kelemahan; sering menelan, riwayat mual, muntah
hidup untuk
batuk/produksi atau diare. – Berguna dalam mengu
meningkatkan status
sputum; dispnea; keefektifan nutrisi
nutrisi. – Awasi masukan/pengeluaran BB
anoreksia; ketidak
Mempertahankan BB
dukungan cairan.
cukupan sumber secara periodik.
yang tepat.
keuangan.
1. Kurang pengetahuan Mengidentifikasi – Kaji kemampuan klien untuk – Belajar tergantung pada
(kebutuhan belajar) gejala yang belajar, mengetahui masalah, emosi dan kesiapan fisik
mengenai kondisi, memerlukan evaluasi kelemahan, tingkat partisipasi, dan ditingkatkan pada
aturan tindakan dan atau intervensi. lingkungan dan media terbaik bagi tahapan individu.
pencegahan Menyatakan klien.
– Dapat menunjuk
berhubungan dengan pemahaman proses
– Identifikasi gejala yang harus
kurang terpajan penyakit/prognosis kemampuan a
pada/salah dan kebutuhan dilaporkan ke perawata, contoh
pengaktifan ulang penya
interpretasi pengobatan. hemoptisis, nyeri dada, demam,
informasi; Melakukan atau efek obat y
keterbatasan kognitif; prilaku/perubahan kesulitan bernapas, kehilangan
memerlukan evaluasi lan
tak akurat/tak pola hiduo untuk pendengaran dan vertigo.
lengkap informasi memperbaiki
– Memenuhi kebutu
yang ada. kesehatan umum dan
– Tekankan pentingnya
menurunkan resiko metabolik, memba
pengaktifan ulang mempertahankan protein tinggi
meminimalkan kelema
TB. dan diit karbohidrat dan
dan meningkat
pemasukan cairan adekuat.
penyembuhan. Cairan da
mengencer a
mengeluarkan sekret.