Vous êtes sur la page 1sur 15

1. A.

Pengertian
 Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan
asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya
strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.
 Tb paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh
tipe M. Bovinus).
 TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut
masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon).
Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit
paru, muhammad Amin).
 Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi.
 Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi, Iskandar. 2010.

1. B. Anatomi Fisiologi

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru meliputi 2 bagian yaitu :

Saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory Airway).

Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah:

Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.

Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing. Warming filtration dan humadification dari udara yang

inspirasi. Terdiri dari :

a) Hidung (cavum nasalis), Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh

darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk

ke dalam. rongga hidung

b) Sinus paranasalis, Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai

dengan tulang dimana dia derada terdiri atas sinus frotalis,sinus etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus

maksilaris.

Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,meringankan berat tulang tengkorak,serta

mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

c) Faring (tekak), adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan

oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).

d) Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna vertebrata,
berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx

terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membrane

Saluran pernafasan bagian bawah (lower airway).

Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah terbagi menjadi dua komponen,yaitu sebagai

berikut :

Saluran udara kondusi : Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis,terdiri atas trakea,bronki,dan

bronkioli. Satuan respiratorius terminal ( kadang kala disebut dengan acini) :

Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan

respiratorius terminal,yana merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.Alveoli merupakan bagian

dari satuan respiratorius terminal. Terdiri dari :

a) Trakea

Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai kira-kira

ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea

tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan

fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan

otot

b) Bronkus dan bronkiolus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,

mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke

bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,

sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut

bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah

arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus

segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya

menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

c) Alveoli

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki

kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus

alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-

kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus

yang melapisi rongga toraksdipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

1. C. Paru –paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura

dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan

dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus

superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,

venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat

permukaan/pertukaran gas.

1. D. Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh kuman yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang dan tahan

asam, serta banyak mengandung lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan kuman ini

tahan asam dan pertumbuhannya sangat lambat, kuman ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet karena itu

penularannya terutama terjadi pada malam hari. Ukuran dari kuman tuberkulosis ini kurang lebih 0,3 x 2 sampai

4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah merah (Sumantri, 2008).

Tuberculosis paru merupakan infeksi saluran penting pernafasan.Basil mycobacterium masuk ke dalam jaringan

paru melalui saluran nafas (dropplet infection) sampai alveoli an terjadilah infeksi primer (Ghon) kemudian ke

kelenjar getah bening,terjadilah primer kompleks yang disebut “Tuberculosis Primer”.Sebagian besar mengalami

penyembuhan .Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basi

mycobacterium,pada usia 1-3 th.Sedangkan “Tuberculosis Post Primer”(reinfection) adalah peradangan terjadi

jaringan paru oleh karena penularan ulang.


1. E. Patofisiologi

Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau dibersinkan keluar

menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2

jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan

gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka

ia akan menempel pada jalan nafas atau paru–paru.

Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi

terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh

makrofag keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di

jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa

masuk ke organ tubuh lainnya.

Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut

sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer ini dapat terjadi pada semua jaringan

paru, bila menjalar sampai ke pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran

gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar

keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran

keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier.

Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran

getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek

primer (range). Proses sarang paru ini memakan waktu 3–8 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang

perjalanan penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.

Skema Patofisiologi penyakit TB Paru

Basil Tuberculosis

Terhirup individu yang rentan

Alveoli (tempat basil berkumpul dan mempertahankan diri)

Sistem imun tubuh berakhir

Proses Inflamasi Tebentuk tuberkel Ghon

 Demam
 Mengalami nekrotik
 Tidak ada nafsu makan
 Berkeringat
 Batuk berdahak

Mengalami kolafiksi

Tuberkel Ghon memecah

Penyebaran kuman

Batuk darah

Sumber: Lewish, America Thoraric Society (2000)


1. F. Proses Penularan

Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh

individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei.

Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih

lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab

dapat bertahan sampai beberapa jam.

Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada :

• Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara

• Lamanya kontak dengan droplet nuklei tersebut

• Kedekatan dengan penderita TB

Resiko terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor risiko external, terutama adalah faktor lingkungan seperti

rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor
internal dalam tubuh penderita sendiri yang disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh

penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan immunosupresan dan lain sebagainya.

Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita

stadium lanjut : Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena

syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial Bronkietaksis

(pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan

paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian. ginjal dan sebagainya. Insufisiensi

Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di rumah sakit. Penderita TB paru dengan

kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini

seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan,

tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.

Resistensi terhadap OAT terjadi umumnya karena penggunaan OAT yang tidak sesuai. Resistensi dapat terjadi

karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai atau tidak patuh dengan jadwal atau dosisnya. Dapat

pula terjadi karena mutu obat yang dibawah standar. Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai

sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan

terjadmya penularan kepada orang disekitar penderita, juga memerlukan biaya yang lebih mahal dalam

pengobatan tahap berikutnya. Dalam hal inilah dituntut peran Apoteker dalam membantu penderita untuk

menjadi lebih taat dan patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat.

1. G. Manifestasi Klinis

Tanda – tanda klinis dari penderita tuberkulosis paru sangat beragam tergantung pada kondisi tubuh penderita,

akan tetapi gejala klinis yang paling sering ditemui pada penderita antara lain (Smeltzer & Bare, 2002 ) :

1. Batuk/Batuk darah

Pada penderita biasanya tampak batuk yang lama, batuk dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan,

akan tetapi batuk juga berfungsi mengeluarkan produk radang keluar seperti dahak.

1. Demam

Sering terjadi demam pada kondisi tertentu malahan kadang kadang terjadi peningkatan suhu tubuh biasa

mencapai 39 – 40 ˚C, karena kondisi ini terpengaruh akan daya tahan tubuh terhadap infeksi kuman

tuberkulosis.
1. Sesak nafas

Biasa terjadi jika kondisi penyakit sudah pada tahap yang kronis, dimana telah terjadi komplikasi pada paru–paru

seperti terjadi efusi pleura, pneumothorak dan abses paru.

1. Nyeri dada

Gejala ini jarang terjadi, ini akibat terjadi infiltrasi radang yang sudah mencapai pleura sehingga menimbulkan

pleuritis atau radang pleura. Tampak inspirasi dan ekspirasi yang tidak normal.

1. Malaise

Gejala sering ditemukan berupa tidak nafsu makan (anoreksia), berat badan turun secara drastis, pusing, nyeri

otot dan lain sebagainya.

1. H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Soeparman (1994), ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pemeriksaan TB

Paru, sebagai berikut:


1. 1. Radiologi

Pada hasil foto toraks posterior anterior (PA), lateral terlihat gambaran infiltrat atau nodular terutama pada

lapangan atas paru, terlihat kavitas, serta tuberkuloma atau tampak seperti bayangan atau coin lesion. Pada TB

primer tampak gambaran radiologi berupa infiltrat pada paru-paru unilateral yang disertai pembesaran kelenjar

limfe di bagian infiltrat berada.


1. 2. Mikrobiologi

Pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali setiap hari, berdasarkan pemeriksaan pada basil tahan asam (BTA) guna

memastikan hasil diagnosis. Akan tetapi hanya 30% – 70% saja yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan ini

karena diduga tidak terlalu sensitif.

1. 3. Biopsi jaringan

Dilakukan terutama pada penderita TB kelenjar leher dan bagian lainnya, dimana dari hasil terdapat gambaran

perkejuan dengan sel langerhan akan tetapi bukanlah merupakan diagnosis positif dari tuberkulosis oleh karena

dasar dari diagnosis yang positif adalah ditemukannya kuman mycobacterium tuberkulosa.

1. 4. Bronkoskopi

Hasil dari biopsi pleura dapat memperlihatkan suatu gambaran dan dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan

Basil Tahan Asam (BTA).

1. 5. Tes tuberculosis
Tes mantouk diberikan dengan menyuntikan 0,1 cc Derivat Protein Murni (PPD) secara intra muskuler (IM),

kemudian dapat terlihat dalam 48 – 72 jam setelah dites, dikatakan positif bila diameter durasi lebih besar dari 10

mm. Gambar berikut ini merupakan gambaran pemeriksaan tes mantouk.

1. 6. Tes Peroksida Anti Peroksidase (PAP)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase mengunakan alat histogen imunoperoksidase skrining untuk

menentukan IgG sepesifik terhadap basil tuberkulosis paru.

1. I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan TB Paru terdiri dari pengobatan dan pencegahan penularan, yaitu :

1. 1. Pengobatan

Pengobatan penderita tuberkulosis paru dengan penggunan obat anti mikroba dalam jangka waktu tertentu,

dapat ditekankan pada 3 aspek, antara lain (Mansjoer, dkk, 2001):

1).Regimen harus termasuk obat spektrum luas yang sensitif terhadap mikoorganisme.

2). Minum obat secara teratur

3). Pengobatan harus dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup guna menghasilkan

efek pengobatan yang efektif serta aman.

Beberapa cara ( regimen ) pengobatan yang dianjurkan, antara lain (Tabrani, 1996):

1) Alternatif pertama:

a) Isoniazid (INH) 300 mg

b) Rifampisin (Rif) 600 mg

c) Pirazinamide 25 -30 mg/kg BB, diberikan selama 2 bulan berturut – turut dan dilanjutkan INH 300 mg dan

Rifampisin 600 mg selama 4 bulan.

2) Alternatif kedua

a) INH 300 mg
b) Rif 600 mg, diberikan selama 9 bulan.

3) Alternatif ke tiga

a) INH 900 mg

b) Rif 600 mg, diberikan sebulan dan dilanjutkan dengan 2 kali seminggu selama 8 minggu.

4) Alternatif keempat

Bila terdapat resistensi terhadap INH maka dapat diberikan Etambutol dengan dosis 15–25 mg/kg BB.

1. 1. Pencegahan penularan

Menurut Baughman (2001), pencegahan penularan sebagai berikut :

1) Kasus dengan penderita positif harus diobati secara efektif agar tidak menular terhadap orang lain.

2) Bila kontak langsung dengan penderita tuberkulosis sebaiknya lakukan pemeriksaan tuberkulin dan photo

thorak.

3) Pada anak–anak lakukan vaksinasi BCG guna mencegah tertularnya penyakit tuberkulosis paru.

4) Pada penderita tuberkulosis paru positif sebaiknya lakukan isolasi dalam pengobatan dan perawatannya.

J. Komplikasi

Penyakit TB Paru apa bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi

menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

1. 1. Komplikasi dini:

1) Pleuritis : Inflamasi kedua lapisan pleura.

2) Efusi pleura : Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan masuk kedalam antara paru dan

dinding dada.

3) Empisema :pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleural, cairan yang dibentuk akibat

penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut.

4) Laringitis : Inflamasi pada laring yang di sebabkan melalui peredaran darah.

5) Menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak.


1. Komplikasi lanjut :

1) Obstruksi jalan nafas atau SPOT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

2) Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal disebabkan oleh Karena tekanan balik akibat

kerusakan paru.

3) Amiloidosis.

4) Karsinoma paru, telah terbentuknya kavitas dari proses infeksi.

5) Sindrom gagal nafas dewasa, sering terjadi pada TB milier dan kavitas tuberkulosis.

K. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum

Positif atau mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.

2) Tes kulit (PPD, mantoux, potongan volimer)

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen)

menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.

3) Photo thorak

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium, lesi sembuh primer atau efusi

cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga atau area fibrosa.

4) Biopsi jarum pada jaringan paru

Positif untuk granuloma TB.

5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal dan biopsi kulit)

Positif untuk mycobacterium tuberculosis.

6) Elektrolit

Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.

7) Analisa Gas Darah (AGD)

Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru-paru.

Asuhan Keperawatan Pada Tuberkulosis Paru


Dalam memberikan asuhan keperawatan harus digunakan pendekatan yang sistematis yaitu pendekatan proses

keperawatan. Proses keperawatan digunakan perawat dalam mengatasi masalah yang ada. Tahapan yang

digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian,diagnose, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

Menurut Doengoes (2000), pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru adalah:

1. Pengkajian

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi identitas klien, pemeriksaan fisik, data psikologis dan

pemeriksaan penunjang perkebutuhan.

1. 2. Identitas klien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui mengenai nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.

1. 3. Aktivitas/istirahat

Berkeringat, takikardi, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak nafas.

1. 4. Integritas Ego

Adanya faktor stress yang lama, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan, menyangkal, ansietas, ketakutan

dan mudah tersinggung.

1. 5. Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan , turgor kulit buruk, kering atau kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak.

1. 6. Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah.

1. 7. Pernafasan

Batuk produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu terinfeksi,

peningkatan prekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura). Perkusi pekak dan

penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau

unilateral (efusi pleura/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krakels tercatat

di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krakels postusic). Karakteristik sputum

hijau/purulen, mukosit kuning, atau bercak darah dan deviasi trakea (penyebaran bronkhogenik).

1. 8. Keamanan

Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif, demam rendah atau sakit panas akut.

1. 9. Interaksi Sosial
Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung

jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB paru menurut Doengoes (2000) adalah:

Rasional
Dx Tujuan Intervensi

1. Resiko tinggi
penyebaran infeksi
-membantu pasien
berhubungan dengan  Mengidentifikasi
menyadari/menerima
pertahanan primer intervensi untuk
-Kaji patologi penyakit dan perlunya mematuhi progr
tak adekuat; mencegah atau
potensial penyebaran infeksi pengobatan untuk
penurunan kerja menurunkan resiko
melalui droplet udara selama mencegah pengaktifan
silia/statis sekret; penyebaran infeksi.
batuk, bersin, meludah dan bicara. berulang.
kerusakan jaringan
atau tambahan – Identifikasi orang lain yang – orang-orang yang terpa
infeksi; penurunan  Menunjukkan atau beresiko. ini perlu program ter
pertahanan/penekana melakukan
n proses inflamasi; obat untuk mence
perubahan pola hidup

malnutrisi, terpajan untuk meningkatkan penyebaran/terjadinya
lingkungan; kurang lingkungan yang
infeksi.
pengetahuan untuk aman.
menghindari
pemajanan patogen.

– Penurunan bunyi nafas


dapat menunjukkan
– Kaji fungsi pernafasan, bunyi atelektasis. Ronkhi dan
nafas, kecepatan, irama dan mengi menunjukkan
kedalaman serta penggunaan otot akumulasi
aksesori.
 Mempertahankan sekret/ketidakmampuan
1. Ketidakefektifan
jalan nafas klien. – Catat kemampuan untuk untuk membersihkan jala
bersihan jalan nafas
 Mengeluarkan sekret nafas yang dapat
berhubungan dengan mengeluarkan mukus/batuk
tampa bantuan. menimbulkan penggunaa
sekret kental atau
 Menunjukkan prilaku efektif; catat karakter, jumlah atot aksesori pernafasan d
sekret darah;
untuk memperbaiki/ peningkatan kerja
kelemahan; upaya sputum, adanya hemoptisis.
mempertahankan pernafasan.
batuk-buruk; edema
kebersihan jalan
trakeal atau faringeal. – Berikan klien posisi semi fowler. – pengeluaran sulit
nafas.
Bantu pasien untuk batuk dan sekret sangat tebal. Sput

latihan nafas dalam. berdarah kental atau da

cerah diakibatkan o

kerusakan (kavitasi) p
atau luka bronkhial

dapat memerlukan evalu

intervensi lanjut.

– Posisi membe

memaksimalkan ekspa

paru dan menurunkan up

pernafasan. Venti

maksimal membuka a

atelektasis

meningkatkan gera

sekret kedalam jalan na

besar untuk dikeluarkan.

 Resiko terhadap – Kaji dispnea, takipnea, tak


pertukaran gas dapat normal atau menurunnya bunyi
1. Resiko kerusakan – Memantau ada tidakny
dihindari. nafas, meningkatkan upaya
pertukaran gas penyakit yang berlanjut.
 Menunjukkan pernafasan, terbatasnya ekspansi
berhubungan dengan
perbaikan ventilasi dinding dada dan kelemahan. – Akumu
penurunan
dan oksigenisasi
permukaan efektif – Evaluasi perubahan pada tingkat sekret/pengaruh jalan na
jaringan adekuat
paru, atelektasis, dapat menggang
dengan GDA dalam kesadaran. Catat sianosis dan
kerusakan membran
rentang normal.
alveolar- kapiler; perubahan pada warna kulit, oksigenisasi organ vital
 Bebas dari gejala
sekret kental; edema termasuk membran mukosa dan jaringan.
distress pernafasan.
bronchial.
kuku.

 Menunjukkan berat
badan meningkat dan
1. Perubahan nutrisi
bebas tampa – Catat status nutrisi pasien pada – Berguna dalam
kurang dari penerimaan, turgor kulit, BB,
malnutrisi. mendefinisikan derajat at
kebutuhan tubuh
 Melakukan prilaku integritas mukosa oral, luasnya masalah dan pilih
berhubungan dengan kemampuan/ketidakmampuan
atau perubahan pola intervensi yang tepat.
kelemahan; sering menelan, riwayat mual, muntah
hidup untuk
batuk/produksi atau diare. – Berguna dalam mengu
meningkatkan status
sputum; dispnea; keefektifan nutrisi
nutrisi. – Awasi masukan/pengeluaran BB
anoreksia; ketidak
 Mempertahankan BB
dukungan cairan.
cukupan sumber secara periodik.
yang tepat.
keuangan.

1. Kurang pengetahuan  Mengidentifikasi – Kaji kemampuan klien untuk – Belajar tergantung pada
(kebutuhan belajar) gejala yang belajar, mengetahui masalah, emosi dan kesiapan fisik
mengenai kondisi, memerlukan evaluasi kelemahan, tingkat partisipasi, dan ditingkatkan pada
aturan tindakan dan atau intervensi. lingkungan dan media terbaik bagi tahapan individu.
pencegahan  Menyatakan klien.
– Dapat menunjuk
berhubungan dengan pemahaman proses
– Identifikasi gejala yang harus
kurang terpajan penyakit/prognosis kemampuan a
pada/salah dan kebutuhan dilaporkan ke perawata, contoh
pengaktifan ulang penya
interpretasi pengobatan. hemoptisis, nyeri dada, demam,
informasi;  Melakukan atau efek obat y
keterbatasan kognitif; prilaku/perubahan kesulitan bernapas, kehilangan
memerlukan evaluasi lan
tak akurat/tak pola hiduo untuk pendengaran dan vertigo.
lengkap informasi memperbaiki
– Memenuhi kebutu
yang ada. kesehatan umum dan
– Tekankan pentingnya
menurunkan resiko metabolik, memba
pengaktifan ulang mempertahankan protein tinggi
meminimalkan kelema
TB. dan diit karbohidrat dan
dan meningkat
pemasukan cairan adekuat.
penyembuhan. Cairan da

mengencer a

mengeluarkan sekret.

Vous aimerez peut-être aussi