Vous êtes sur la page 1sur 2

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri


2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan 7. Mencari dan menilai pendapat siswa 8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan
siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.
2. Pentusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.
Adapun karakteristik dari teori kognitif ini adalah :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.
2. Siswa aktif sebagai penyadur.
3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
4. Instrinsik motivasion, sehingga tidak perlu stimulus.
5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight

Pendekatan saintifik tersebut memiliki lima unsur yang merupakan satu kesatuan, yaitu: mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Kelima unsur tersebut tercantum di
dalam Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 103, Pasal 2, Ayat 8,
Tahun 2014. Kajian yang dilakukan oleh Reiser menunjukkan bahwa pendekatan saintifik merupakan
kegiatan yang membutuhkan komponen interaksi kognitif dan sosial (Reiser, 2004; 279). Oleh
karenanya, konsep pendekatan santifik tidak dapat terlepas dari teori scaffolding yang dikemukakan
oleh Wood, Bruner, dan Ross pada tahun 1976.

Pendekatan saintifik merupakan salah satu unsur strategis di dalam praktik Kurikulum 2013 (K13). Pendekatan saintifik merupakan langkah- langkah
yang mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiahnya. Peserta didik dibiasakan bagaimana cara pemerolehan dan
pengonstruksian pengalaman dan pengetahuan. Dalam proses pemerolehan dan pengonstruksian ini, melibatkan ZPD yang dimiliki peserta didik,
sehingga akan memunculkan interaksi-interaksi dengan orang yang lebih berkompeten. MenurutWood, Bruner, dan Ross (1976) interaksi yang terjadi
untuk membantu peserta didik mencapai ZPDnya adalah scaffolding. Zurek (2014) menjabarkan kegiatan-kegiatan pada scaffolding menjadi 16 kegiatan,
yang mana kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan langkah-langkah 5M dalam penekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
.

Vous aimerez peut-être aussi