Vous êtes sur la page 1sur 7

A.

Pelanggaran HAM
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dana tau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun
1999).

Dalam rangka menegakkan HAM dan menjamin perlindungan bagi semua orang
maka diperlukan upaya-upaya investigasi atau pencarian fakta manakala terjadi
pelanggaran HAM. Pencarian fakta atau investigasi biasa didefinisikan sebagai proses
identifikasi sebuah pelanggaran HAM dan penyusunan fakta yang relevan dengan
pelanggaran yang terjadi. Tujuan dari investigasi atau pencarian fakta adalah :
a. Membantu menyembuhkan dan merehabilitasi korban
b. Pendampingan hukum (advokasi dan litigasi)
c. Mendorong perubahan kebijakan yang menghormati dan melindungi HAM
d. Memantau kepatuhan pemerintah atas persetujuan internasional di bidang HAM
e. Sarana Pendidikan publik
f. Bahan pelurusan sejarah.

Selanjutnya hasil investigasi didokumentasikan dalam suatu format yang menjamin


analisis dan pelaporan yang memadai bagi upaya tindak lanjut. Dokumentasi
pelanggaran HAM merupakan keseluruhan proses pengumpulan data, pengolahannya
menjadi informasi dan perekaman secara sistematis semua infromasi yang didapatkan,
baik di lapangan maupun sumber-sumber lain, dalam sebuah investigasi atas
kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM, hingga semua informasi yang didapat bisa
dicari kembali dengan mudah.
Untuk menjamin system dokumentasi yang baik maka dibutuhkan unsur-unsur,
sebagai berikut :
a. Perlunya sarana perekaman data
b. Cakupan informasi yang perlu didokumentasikan
c. Kosakata terkendali
d. Metode perekaman, baik dalam bentuk teks bebas, formulir darurat, dan format
standar
e. Desain format
Desain format standar terdapat tiga hal yang mutlak harus dicatat, yaitu :
1. Kasus pelanggarannya (event)
Elemen data minimal : Bentuk pelanggaran HAM, alasan di balik
pelanggaran, jenis atau kategorisasi pelanggaran HAM, waktu dan tempat
kejadian, akibat yang ditimbulkan.
2. Siapa yang menjadi korbannya (victim)
Elemen data minimal : Nama korban, jenis kelamin, status, dan pekerjaan
korban.
3. Siapa pelaku (perpetrator)
Elemen data minimal : Nama pelaku, jenis kelamin, jabatan/pangkat,
hubungan pelaku dengan organisasi tertentu, kesatuan (apabila
pelakunya adalah aparat negara)

4. Data pelengkap, antara lain :


 Narasumber (source)
 Intervensi (intervention)
 Informasi hukum (penangkapan, penahanan, kondisi selama
ditangkap, penasehat hukum, tipe pengadilan, prosedur hukum,
dll)
 Kematian dan pembunuhan (tipe kematian, keterangan pejabat
pemerintah atau organisasi tertentu, metode membunuh,
keterangan kematian, hasil otopsi, permintaan
penyelidikan/penyidikan)
 Penyiksaan (tipe penyiksaan, surat pengakuan petugas kesehatan,
akibat fisik penyiksaan, akibat psikis penyiksaan, dan periode
penyiksaan)
 Perusakan atas hak milik dan perpindahan penduduk dan lain-lain

Selain itu, hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pencarian dan penyimpangan data
pelanggaran HAM adalah :
a. Hubungan antar rekor (apakah merupakan kasus sederhana atau
kompleks)
b. Sistem penomoran rekor
c. Sistem penyimpanan dan sarana temu kembali (apakah bersifat manual
atau terkomputerisasi)
d. Alat pencarian kembali pelaporan. Sebagai negara pihak dari sejumlah
konvensi di bidang HAM, maka Indonesia memiliki kewajiban untuk
melakukan pelaporan kondisi dan upaya yang dilakukan dalam rangka
pemajuan dan perlindungan HAM dalam bentuk country report.

Sistematika pelaporan yang ditujukan kepada badan-badan internasional


adalah sebagai berikut :
a. Kondisi wilayah dan masyarakat
b. Struktur politik secara umum
c. Kerangka hukum keseluruhan hak-hak yang harus dilindungi
d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dan kendala pemenuhannya.
Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia :
1. Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi manusia antara
paham yang memandang HAM bersifat universal (universalisme) dan paham yang memandang
setiap bangsa memiliki paham HAM tersendiri berbeda dengan bangsa yang lain terutama
dalam pelaksanaannya (partikularisme);
2. Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam kepentingan
umum (dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme);
3. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan);
4. Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun militer.

Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM di Indonesia


Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM melalui Pemerintah :
1. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai


bentuk pelanggaran HAM

3. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara

4. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat

Upaya pencegahan pelanggaran HAM melalui Masyarakat :


1. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga politik terhadap setiap
upaya penegakan HAM yang dilakukan pemerintah

2. Meningkatkan kerjasama yang harmonis antar kelompok dan golongan dalam


masyarakat

3. Mempelajari, memahami dan menerapkan pentingnya Hak Asasi Manusia dalam


kehidupan sehari-hari

4. Menerapkan pentingnya HAM dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dari


perbuatan yang baik.
B. Pengadilan HAM
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia, maka yang merupakan lingkup kewenangan pengadilan HAM menurut UU No.
26 Tahun 2000 adalah :
1. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran HAM yang berat.
2. Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan di luar batas territorial
wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia.
3. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang
yang berusia di bawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
4. Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi :
a. Kejahatan genosida
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan

Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif, dibawah ini akan diuraikan


pengertian kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, yakni sebagai
berikut :
1. Kejahatan Genosida : Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 huruf a
adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara :
a. Membunuh anggota kelompok
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
kelompok lain.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan : Sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
yang berupa :
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional
f. Penyiksaan
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau
bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain
yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
i. Penghilangan orang secara paksa
j. Kejahatan apartheid
Ketentuan pidana untuk perkara HAM yang berat dapat dikelompokkan ke dalam
4 kelompok, yaitu :
1. Kelompok kesatu : Perbuatan pelanggaran HAM yang berat “genosida”
(Pasal 8) dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara paling lama 25
tahun dan paling singkat 10 tahun.
2. Kelompok kedua : Perbuatan pelanggaran HAM yang berat “Kejahatan
terhadap kemanusiaan” (Pasal 9), yaitu salah satu meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan langsung terhadap
penduduk sipil, dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.
3. Kelompok ketiga : Perbuatan percobaan, permufakatan jahat, atau
pembantuan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berat “genosida” atau
“kejahatan terhadap kemanusiaan” (Pasal 8 atau 9) dipidana sama
sebagaimana dimaksud pasal 36, pasal 37, pasal 38, pasal 39, dan pasal 40.
4. Kelompok keempat : Komandan militer dapat dipertanggungjawabkan
terhadap pasukan yang berada dibawah komandonya, diancam dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud pasal 36, pasal 37, pasal 38, pasal
39, dan pasal 40.

Vous aimerez peut-être aussi