Vous êtes sur la page 1sur 2

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS ACUTE ABDOMINAL PAIN

1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan/inflamasi parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll) (Kemenkes, 2017).
Gambaran klinis dapat berupa abdominal pain pada area epigastrik ataupun chest-pain (nyeri
dada). Namun, yang perlu diperhatikan bahwa pneumonia ini adanya tanda dan gejala sistemik
antara lain, demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40°C, batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, dan sesak napas (Kemenkes, 2017).
Menurut Kemenkes (2017), pada pemeriksaan fisik tergantung dari luas lesi di paru
Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yang sakit
Perkusi : redup di bagian yang sakit
Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki
basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
2. Refluks Gastroesofageal
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks melalui sfingter
esofagus. Gejala yang dapat timbul berupa dyspepsia symptomps, meliputi rasa panas dan terbakar
di retrosternal atau epigastrik dan dapat menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam
di mulut. Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan berlemak. Keluhan ini
diperberat dengan posisi berbaring terlentang. Keluhan ini juga dapat timbul oleh karena makanan
berupa saos tomat, peppermint, coklat, kopi, dan alkohol. Keluhan sering muncul pada malam hari
(Kemenkes, 2017).
3. Kolelitiasis dan Kolesistitis (Kolik Bilier)
Kolelitiasis merupakan suatu kondisi di mana adanya batu empedu dalam saluran kantung
empedu sehingga mengalami penyumbatan. Penyakit batu empedu atau kolelitiasis ini dapat terjadi
simtomatik dan asimtomatik. Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan
atas, nyeri epigastrium, ikterus, mual, muntah. (Ndraha et al., 2014). Komplikasi yang sering
terjadi adalah kolesistitis, yaitu inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang disebabkan oleh
batu empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan disertai inflamasi di balik obstruksi (Williams
and Wilkins, 2011). Gejala yang ditimbulkan hampir sama baik kolelitiasis maupun kolesistitis.
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada kolesistitis antara lain, kolik perut di sebelah kanan
atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh. Keluhan tersebut dapat
memburuk secara progresif. Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan
dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda (Sudoyo et al, 2009).
4. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum atau tukak peptik secara anatomis didefinisikan sebagai suatu defek
mukos/submukosa yang berbatas tegas dapat menembus muskularis mukosa sama lapisan serosa
sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, suatu tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau
lapisan lebih dalam dengan diameter > 5 mm yang dapat diamati secara endoskopis atau radiologis
(Sudoyo et al, 2009).
Gambaran klinis ulkus peptikum ini sebagai salah satu bentuk dispepsia organik adalah
sindroma dispepsia, berupa nyeri dan rasa tidak nyaman (discomfort) pada epigastrium. Gejala
paling utama/dominan biasanya nyeri epigastrium, walaupun sensitifitas dan spesifitasnya sebagai
marker adanya ulserasi mukosa rendah. Bentuk nyerinya dapat berupa nyeri seperti rasa terbakar,
nyeri rasa lapar, rasa sakit/tidak nyaman yang mengganggu dan tidak terlokalisasi; biasanya terjadi
setelah 90 menit-3 jam post prandial dan nyeri dapat berkurang sementara sesudah makan, minum
susu atau minum antasida. Hal ini menunjukkan adanya pernanan asam lambung/pepsin dalam
patogenesis ulkus peptikum (Sudoyo et al, 2009).
Nyeri yang spesifik pada 75% pasien ulkus peptikum adalah nyeri yang timbul dini hari,
antara tengah malam dan jam 3 dini hari yang dapat membangunkan pasien. Pada ulkus peptiku,
nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke punggung perlu diwaspadai adanya penetrasi
tukak/ulkus ke pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap mengenai seluruh perut
dicurigai suatu perforasi (Sudoyo et al, 2009).
5. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Bentuk lain dari
kehamilan ektopik yaitu kehamilan servikal, kehamilan ovarial, dan kehamilan abdominal.
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi, tergantung bagian tuba yang ruptur. Setelah fase
amenorea yang singkat, pasien mengeluh adanya perdarahan pervaginam dan nyeri perut yang
berulang. Sebaiknya, setiap perempuan yang mengalami amenorea disertai nyeri perut bagian
bawah dicurigai adanya kemungkinan kehamilan ektopik. Pada keadaan subakut, dapat teraba
massa di salah satu sisi forniks vagina (Anwar et al., 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Mochamad et al. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Kemenkes. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta.
Ndraha, Suzanna et al. 2014. Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum
Daerah Koja. Jurnal Kedokteran Meditek (20) 53: 8.
Sudoyo, Aru W et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat. Jakarta: Interna Publishing.
Williams and Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi