Vous êtes sur la page 1sur 9

Nama : Bastian Daniel Reynaldi Sitompul

Nim : 1804551301

Kelas :X

Tanggal : 1- 04 - 2019

Mata kuliah : Hukum Tata Negara

Tanda Tangan:

SOAL

1. Jelaskan sumber – sumber Hukum Tata Negara.

2. Jelaskan dengan contoh penerapan asas Negara hukum disertai dengan dasar hukum.

3. Apakah yang saudara pahami sistem pemerintahan dan lembaga Negara.

4. Jelaskan hubungan hukum Tata Negara dengan bidang ilmu lainnya.

5. Dalam sejarah ketatanegaraan dalam perubahan UUD 1945 hal – hal apa saja yang

Menjadi materi perubahan.


PEMBAHASAN

Nomer 1. Sumber Hukum Tata Negara, terbagi 2 :

1. Sumber hukum materil, Contoh:

- Seorang ahli ekonomi mengakatakan, bahwa kebutuhan ekonomi dalam masyarakat yang
menyebabkan timbulnya hukum.

2. Sumber hokum formal, Contoh:

1. undang-undang

2. kebiasaan ketatanegaraan (konvensi)

3. yurispredensi (putusan pengadilan)

4. traktat ( perjanjian Negara)

5. doktrin (pendapat para sarjana hukum)

Sumber hukum primer, sekunder, dan tersier

1. sumber hukum primer, bahan-bahan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan.

Contoh : undang-undang dasar 1945, ketetapan MPR.

2. sumber hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
rancangan UU, penjelasan UU, hasil hasil penelitian dari kalangan hukum.

3. sumber hukum tersier, bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Contohnya: kamus hukum

Sumber Hukum Tata Negara Indonesia

Sumber hukum Tata Negara Indonesia berasal dari Pasal 7 UU No.12 Tahun 2011, yaitu:

1. Undang-undang dasar 1945

2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPU)

4. Peraturan Pemerintah

5. Peraturan Presiden

6. Peraturan daerah provinsi

7. peraturan daerah kabupaten/kota

Nomer 2. Negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti sempit dikenal dua (2) unsur,
yakni:

· Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia. Contoh penerapan: adanya sanksi bagi
pelanggar HAM.

· Pemisahan kekuasaan.

Pada negara hukum formil, unsur-unsurnya bertambah menjadi empat unsur yakni:

· Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

· Pemisahan kekuasaan.

· Setiap tindakan pemerintah didasarkan atas Undang-Undang.

· Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Nomer 3. Sistem pemerintahan merupakan sistem yang digunakan oleh pemerintah sebuah
negara untuk mengatur Negaranya. Sistem pemerintahan berisi sekumpulan aturan-aturan dasar
mengenai pola kepemimpinan, pola pengambilan keputusan, pola pengambilan kebijakan, dan
berbagai macam hal lainnya. Setiap negara berhak memilih sistem pemerintahan yang akan
dianutnya. Negara Indonesia sendiri hingga saat ini menganut sistem pemerintahan presidensial.

Macam-macam Sistem Pemerintahan:

Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan yang mana parlemen


memiliki peranan yang sangat besar di dalam pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan
parlementer, parlemen yang duduk di pemerintahan berhak/memiliki wewenang untuk
mengangkat perdana mentri sekaligus menjatuhkan permerintahan yang sedang memimpin
negara melalui beberapa macam cara seperti salah satunya mengeluarkan mosi tidak percaya
terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa.

Sistem Pemerintahan Presidensial

Pengertian sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan


tertingginya berada di tangan presiden. Dalam sistem pemerintahan ini, presiden berperan
sebagai kepala pemerintahan tertinggi yang berhak mengambil berbagai macam keputusan atau
pun kebijakan yang berkaitan dengan Negara

Sistem Pemerintahan Komunis

Sistem pemerintahan komunis merupakan sistem pemerintahan yang menganut asas komunisme
(tidak mengakui keberadaan Tuhan). Dalam pemerintahan komunis, setiap orang harus hidup
sama rata dan setara, tidak ada yang miskin atau pun kaya, semuanya harus saling dukung dan
saling bantu.

Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal

Sistem pemerintahan demokrasi liberal merupakan sistem pemerintahan gabungan antara sistem
pemerintahan demokrasi dan sistem pemerintahan liberal. Dalam sistem pemerintahan ini,
pengendalian kekuasaan dilakukan oleh kepala pemerintahan yang dipilih secara langsung oleh
rakyat.

Sistem Pemerintahan Liberal

Sistem pemerintahan liberal merupakan sistem pemerintahan yang menganut asas kebebasan
sebagai landasan penetapan kebijakannya. Dalam sistem pemerintahan ini, pemerintah tidak
begitu banyak menetapkan kebijakan, dan mayoritas aktivitas di dalam negara dijalankan oleh
pihak swasta.

Sistem Pemerintahan Semi Presidensial

Sistem pemerintahan semi presidensial merupakan sistem pemerintahan gabungan antara sistem
pemerintahan parlementer dengan sistem pemerintahan presidensial. Dalam sistem pemerintahan
ini, kekuasaan tertinggi ada di dua pihak yaitu di tangan presiden (sebagai pemimpin negara) dan
di tangan parlemen (sebagai wakil rakyat).

LEMBAGA NEGARA

Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD,
UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan
dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:

Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD,
BPK, MA, MK, dan KY;

Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti Kejaksaan Agung, Bank Indonesia, KPU, KPK,
KPI, PPATK, Ombudsman dan sebagainya;

Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden; dan

Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri

Lembaga yang termasuk dalam Lembaga Tinggi Negara adalah:

• Presiden dan Wakil Presiden;

• Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);

• Dewan Perwakilan Daerah (DPD);

• Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

• Mahkamah Konstitusi (MK);

• Mahkamah Agung (MA);

• Komisi Yudisial (KY); dan

• Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Nomer 4. Ilmu Negara

Ilmu negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada HTN positif, sedangkan HTN merupakan
kongkretisasi dari teori-teori Ilmu Negara. [1]Dengan demikian Ilmu Negara sebagai ilmu yang
bersifat teoritis memberikan pengetahuan dasar mengenai pengertian-pengertian pokok dan asas-
asas pokok tentang Negara pada umumnya. Hal ini merupakan bekal untuk dapat berkecimpung
langsung dengan hukum positif yang merupakan salah satu objek HTN. Missal, Ilmu Negara
menyediakan teori-teori mengenai bentuk Negara dan pemerintah: pengertian, jenis-jenis,
kualifiasi dan sebagainya untuk lebih mudah memahami mengenai bentuk Negara dan bentuk
pemerintahan suatu Negara tertentu yang dipelajari oleh HTN.

Ilmu Politik

Hubungan HTN dengan Ilmu Politik pertama kali dikemukakan oleh J. Barent di dalam Bukunya
De Wetenschap der Politiek. Hubungan ini diungkapkan dengan suatu perumpamaan : het vlees
omhet geraamte van de staat. Artinya bahwa HTN sebagai kerangka manusia, sedangkan Ilmu
politik sebagai daging yang melekat disekitarnya.

Lebih lanjut, menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim menerangkan bahwa pertautan HTN
dan Ilmu politik disebabkan Ilmu Politik diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari suatu
perundang-undangan. Disamping itu, keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa yang
banyak pengaruhnya terhadap HTN[2]. Bahkan, studi HTN tidak mungkin dapat dipisahkan dari
politik.[3]

Hukum Administrasi Negara (HAN)

Van Vollenhoven dalam bukunya Omtreck van het Administratiefrecht mengemukakan bahwa
badan-badan Negara tanpa HTN akan lumpuh bagaikan tanpa sayap, karena badan-badan Negara
itu tidak memiliki wewenang. Sebaliknya, apabila badan-badan Negara tanpa adanya HAN
menjadi bebas tanpa batas, sebab dapat berbuat menurut kehendaknya. Oleh karena iyu, HAN
dan HTN mempunyai hubungan yang bersifat komplemennter dan independen. Oleh karena itu
keduanya sukar untuk dipisahkan.

Hukum Internasional

C. Parry dalam bukunya, “Manual of Public International Law” (dikutip oleh Wade and Phillips)
mengatakan bahwa: HI berkaitan dengan hubungan luar negeri suatu Negara dengan Negara-
negara lain. HTN mengatur hubungan Negara dengan warga negaranya dan pihak-pihak lain di
dalam wilayah Negara. Keduanya memperhatikan mengenai masalah pengaturan nilai-nilai dan
proses hukum kekuasaan besar yang dimiliki oleh Negara modern. Pada prinsipnya sistem
hukum nasional dan HI berlaku pada level berbeda, tetapi satu cabang penting HTN adalah
hukum nasional yang berhubungan dengan kekuasaan pemerintah untuk mengadakan perjanjian
internasional- traktat dengan Negara-negara lain yang menimbulkan kewajiban-kewajiban
internasional baru.[4]

Selain itu, ada juga teori Selbsi-limitation theorie, yang diperkenalkan oleh penganut paham
monism, terutama yang terkenal : George Jellineck dan Zorn berpendapat bahwa Hukum
Internasional itu tidak lain daripada HTN yang mengatur hubungan luar suatu Negara. HI bukan
suatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat di luar kemauan Negara.[5]

Kedua pandangan di atas menunjukan bahwa HTN dan HI memiliki hubungan yang saling
membutuhkan dimana HTN memiliki fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi penerapan HI. HI pun
memiliki fungsi-fungsi penting bagi penerapan HTN.

Nomer 5. UUD 1945 ini telah mengalami 4 kali perubahan dimana dalam perubahan tersebut
terdapat beberapa pasal dan juga ketentuan yang dirubah dan juga sebagian tetap tidak berubah.
Nah berikut beberapa amandemen yang pernah dilakukan terhadap UUD 1945.

Amandemen I

Sejarah Amandemen pertama terjadi pada tahun 1999 tepatnya pada tanggal 19 Oktober dimana
dasar atas amandemen ini adalah SU MPR 14-21 Oktober 1999. Pada amandemen yang pertama
ini dimana ada sekitar 9 pasal yang dilakukan amandemen yaitu Pasal 5, pasal 9, Pasal 13, Pasal
14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20 dan Pasal 21.

Pada amandemen pertama ini dimana yang menjadi intinya adalah mengenai pergeseran
kekuasaan eksekutif dalam hal ini presiden yang dipandang atau dianggap terlalu kuat sehingga
perlu dilakukan amandemen.

Amandemen II

Adapun Sejarah amandemen yang kedua terjadi pada tahun 2000 tepatnya pada tanggal 18
Agustus 2000 yang disahkan melalui sidang umum MPR tanggal 7-8 Agustus 2000. Pada
amandemen ke dua ini dilakukan amandemen terhadap 5 Bab dan 25 Pasal. Dimana pasal- pasal
yang dilakukan amandemen yaitu pada Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, pada Pasal 19, Pasal 20,
Pasal 20A, juga terjadi amandemen pada Pasal 22A, Pasal 22B, Pasal 25E, Pasal 26, Pasal 27,
Pasal 28A dan 28B,28C, 28D, 28E, 28F,28G, 28H,28I, hingga Pasal 28J.

Selain itu juga terjadi amandemen pada Pasal 30, Pasal 36A, 36B, 36C. Selain dilakukan
amandemen terhadap pasal- pasal tersebut juga terjadi amandemen terhadap beberapa Bab
seperti pada Bab IXA, Bab X, Bab XA, juga terjadi amandemen pada Bab XII, Bab XV.

Pada amandemen yang kedua ini dimana lebih dititip beratkan perubahannnya pada
pemerintahan daerah, DPR serta mengenai kewenangan dari DPR, juga dilihat dari segi Hak
Asasi Manusia, Lagu kebangsaan serta juga mengenai lambang negara Indonesia.

Amandemen III

Pada Sejarah amandemen yang ketiga ini dimana disahkan melalui ST MPR tanggal 1 hingga 9
November 2001 atau tepatnya amandemen tersebut terjadi pada tanggal 10 November 2001. Ada
sebanyak 3 Bab dan juga 22 pasal yang dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini. Bab- bab
yang dilakukan amandemen ini yaitu Bab VIIA, Bab VIIB, dan juga Bab VIIIA.

Sedangkan pasal- pasal yang dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini yaitu terdiri dari Pasal
1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A hingga Pasal 7C, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 17,Pasal 22C
hingga 22E, Pasal 23, Pasal 23A, Psal 23E,23E, 23F, 23G, Pasal 24, Pasal 24 A hingga 24C.

Amandemen ketiga ini menitik beratkan perubahannya pada Kewenangan dari MPR,
Kepresidenan, kekuasaan Kehakiman, Keuangan negara, impeachment serta juga memiliki inti
perubahan pada bentuk serta kedaulatan negara Indonesia.

Amandemen IV

Sejarah amandemen yang terakhir yaitu amandemen ke IV yang disahkan dan juga dilaksanakan
pada tanggal 10 Agustus 2002 yang disahkan melalui ST MPR pada tanggal 1-11 Agustus 2002.
Pada amandemen yang terakhir ini dilakukan perubahan yang lebih sedikit jika dibandingkan
pada perubahan sebelumnya dimana hanya dilakukan amandemen terhadap 2 Bab dan juga 13
Pasal saja.

Adapun Bab yang dirubah tersebut adalah berupa Bab XIII dan Bab XIV. Sedangkan pasal-
pasal yang dilakukan amandemen terdiri dari Pasal 2,Pasal 3, Pasal 6A, Pasal 8, Pasal 11, Pasal
16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24, Pasal 31 hingga Pasal 34. Yang menjadi inti dari
amandemen yang terakhir ini adalah mengenai mata uang, bank sentral, pendidikan dan juga
kebudayaan, perekonomian nasional Indonesia dan juga kesejahteraan sosial.

Juga dijelaskan bahwa DPD adalah bagian dari MPR, juga dijelaskan mengenai pengantiian
presiden dan juga pernyataan perang, damai dan juga perjanjian dengan negara lainnya.

Vous aimerez peut-être aussi