Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penulisana.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.......................................................................................................5
B. Etiologi.......................................................................................................5
C. Manifestasi klinik.......................................................................................7
D. Komplikasi.................................................................................................8
E. Patofisiologi dan Pathway..........................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
G. Penatalaksanaan.........................................................................................11
H. Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian..................................................................................19
B. Analisa Data..............................................................................................32
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan .....................................................33
D. Rencana Keperawatan / Intervensi..................................................34
E. Tindakan Keperawatan/Implementasi.............................................,36
F. Evaluasi .....................................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................45
B. Saran.........................................................................................46
LAMPIRAN......................................................................................47
DAFFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak
terjadi padaanak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA)adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkanoleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa
ataudisertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari,
2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem
pertahanantubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesiadiperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-ratamendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapatditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandungkuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksisaluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
seringterjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
Pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
(Sundari, dkk. 2014).
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-
kanak,namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak
awal.Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sebagaikomplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan
menurutNgastiyah (2012), pneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan olehbermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing. Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas,
maka
perumusan masalah laporan ini adalah bagaimana penerapan
asuhan
4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSU
Assalam gemolong tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan tinjauan pustaka mengenai
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
b. Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSU
Assalam gemolong tahun 2018
c. Mampu mendeskripsikan kesenjangan antara teori dan
praktik mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak
terjadipada anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan
akutmenurut Sari (2013) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari.
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa
kanakkanak, namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-
kanak
awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sebagai komplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan
menurut Nelson (2014), pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru
dengan konsolidasi ruang alveolar. Istilah infeksi respriratori bawah
seringkali digunakan untuk mencakup penyakit bronkitis, bronkolitis,
pneumonia atau kombinasi dari ketiganya. Gangguan pada sistem imunitas
tubuh pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.
B. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
5
5
6
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.(Reeves,
2001 dalam Sari, 2013)
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,virus,
dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus
streptokokus,stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium.Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus,
adenovirus,koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus.Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).
7
C. Manifestasi klinik
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis
pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa
ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada
pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi
yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas
pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri
dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi
pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk,
mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia
bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan
demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan
adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai
oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles)
pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan
8
dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang
dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping
hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting).
Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan
penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi
pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut
(Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
1. Serangan akut dan membahayakan
2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Rales (ronki)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
9
D. Komplikasi
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, pada anak kecil dan bayi
sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum nampak lebih jelas,nyeri
kepala bertambah, adanya nyeri tekan di sinus frontalis dan maksilaris.
2. Penutupan tuba eusthachii
Penutupan ini dapan menyebabkan gangguan pendengaran atau gejala
tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke bagian dalam telinga
sehingga menyebabkan Otitis Media Akut. Gejala OMA pada anak dapat
disertai hipertermi dan menyebabkan kejang demam.
3. Penyebaran Infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz
dan souwden (2000) :
1. Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui penyebab
dan mendiagnosa secara tepat
2. Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial
Virus)
3. Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran
pernafasan kandungan oksigen dalam darah
4. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya
dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan
abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.11
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan
produksi dari sputum
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan Komplikasi
12
G. Penatalaksanaan
Menurut Alimul (2012), tindakan yang dapat dilakukan pada masalah
pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila
didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah :
1. Berikan dosis pertama antibiotika
Pilihan pertama adalah kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol)
dan pilihan kedua adalah amoxsilin dengan ketentuan dosis sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia
Amoxsilin
Kotrimoksazol (trimetoprim +
beri 3 kali
sulfametoksazol) beri
sehari untuk
2 kali sehari selama 5 hari
5 hari
2-4 bulan
¼
(4-<6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml
4-12 bulan
(6-<10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml
1-5 tahun
(10-<19 kg) 1 3 7,5 ml 10 ml
3. Perencanaan Keperawatan
- Frekuensi
pernafasan
normal
- Instruksikan klien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan maupun
yang telah
diresepkan
Hidrasi ( 0602 ) :
- turgor kulit tidak
terganggu
- membran mukosa
19
lembab
- intake cairan
tidak terganggu
- output cairan
tidak terganggu
- haus dari skala
sedang menjadi
tidak ada
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. M DENGAN ISPA
DI RUANG An NUR RS ASSALAM GEMOLONG
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pilang Doyong
Umur : 3 th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum berkerja
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. G
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 31 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
19
20
Genogram :
Tn. B Ny. S Ny. A Tn. S
63 th 57 th 60 th 67 th
Ny. B
Tn. P Tn. E
40 th
36 th 34 th
Ny. G Tn. T
31 th 36 th
An. T An. M
8 th 3 th
Keterangan:
B (Biochemical)
Hb : 12,4 gr %
Leukosit : 1,70 103/mm3
Trombosit : 155 103/mm3
Eritrosit : 26,2 L pg
C (Clinical sign):
Kulit pucat
Mukosa bibir kering
Kulit kering
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi, lauk, sayur
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : tidak ada keluhan
Selama Sakit
1) Frekuensi : 3 kali sehari
2) Jenis :nasi, lauk, sayur
3) Porsi : ½ porsi
4) Keluhan : muntah, tidak nafsu makan
3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Konsistensi : lunak
3) Warna : kuning kecoklatan
4) Keluhan/Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
22
Selama Sakit
1) Frekuensi : belum BAB
2) Konsistensi : belum BAB
3) Warna : belum BAB
4) Keluhan/Kesulitan BAB : belum BAB
5) Penggunaan obat pencahar : belum BAB
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 7x/hari
2) Jumlah Urine : 150ml
3) Warna : jernih
4) Keluhan/Kesulitan BAK : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi : belum BAK
2) Jumlah Urine : belum BAK
3) Warna :belum BAK
4) Keluhan/Kesulitan BAK : belum BAK
Ambulasi/ROM V
24
Selama sakit
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : dengan orang lain dan alat
1 : dengan alat bantu 4 : tergantung total
2 : dibantu orang lain
9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Sebelum Sakit : ibu pasien mengatakan anaknya lebih
suka bermain dengan anak laki-laki
b. Selama Sakit :ibu pasien mengatakan anaknya lebih
sering bermain di kamar menonton tv
26
- Sekret :+
- Nyeri sinus : tidak ada
- Polip : tidak ada
- Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut
- Kemampuan berbicara : tidak terganggu
- Keadaan bibir : kering
- Selaput mukosa : pucat
- Warna lidah : bersih
- Keadaan gigi : tidak ada karies
- Bau nafas : tidak ada
- Dahak : ada
4) Gigi
- Jumlah : 20
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada
5) Telinga
- Fungsi pendengaran : tidak ada gangguan
- Bentuk : simetris
- Kebersihan :+
- Serumen :-
- Nyeri telinga :-
c. Leher
- Bentuk : simetris
- Pembesaran tyroid :-
- Kelenjar getah bening :-
- Nyeri waktu menelan :-
d. Dada (thorax)
1) Paru-paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi :terdapat bunyi stridor
saat tidur
2) Jantung
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi :tidak ada
kardiomegali
- Auskultasi : lub dup
e. Abdomen
- Inspeksi : simetris
28
f. Genetalia
Lengkap, tidak terpasang kateter
h. Ekstremitas
1) Atas
- Kekuatan otot kanan dan kiri :5
- ROM kanan dan kiri : aktif
- Perubahan bentuk tulang :-
- Pergerakan sendi bahu :+
- Perabaan akral : hangat
- Pitting edema :<3 detik
- Terpasang infus : sinistra
2) Bawah
- Kekuatan otot kanan dan kiri :5
- ROM kanan dan kiri : aktif
- Perubahan bentuk tulang :-
- Pergerakan sendi bahu :+
- Perabaan akral : hangat
- Pitting edema :<3 detik
i. Integumen
- Warna kulit : sawo maang
- Turgor kulit :normal
30
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2018 / 11:28 WIB
Jenis Keterangan
Nilai Normal Satuan Hasil
Pemeriksaan Hasil
RBC 4.30 - 5.80 10 /mm
3 3
4.70 Normal
HGB 13.1 - 16.7 L g/dl 12.3 Normal
HCT 39.9 - 51.0 L% 37.7 Dibawah normal
MCV 83 - 98 L µm3 80 Dibawah normal
MCH 27.0 - 32.2 L pg 26.2 Dibawah normal
MCHC 31.8 – 33.7 g/dl 32.6 Normal
RDW 11.9 – 14.8 % 12.0 Normal
WBC 4.1 - 10.5 10 /mm3
3
5.4 Normal
LYM % 16.0 – 43.3 H% 55.3 Diatas normal
MON % 2.8 – 10.2 H% 12.0 Diatas normal
GRA % 48.5 – 80.3 L% 32.7 Dibawah normal
LYM # 1.00 – 3.10 103/mm3 2.90 Normal
MON # 0.10 – 0.70 103/mm3 0.60 Normal
GRA # 2.30 – 7.70 L 103/mm3 1.90 Dibawah normal
PLT 150 – 399 103/mm3 155 Normal
MPV 6.8 – 10.1 µm3 7.3 Normal
PCT 0.150 – 0.500 L% 0.113 Dibawah normal
PDW 11.0 – 18.0 % 15.3 Normal
31
B. ANALISA DATA
Nama : An. M No. CM : 1092471
Umur : 3th Diagnosa Medis : ISPA
No Hari/Tgl/ Data Fokus Problem Etiologi Simtom Ttd
Jam
1 Senin, 29 Ds: ibu pasien Hipertermi penyakit kulit terasa S
oktober mengatakan anaknya a (00007) hangat
2018/ panas sudah 4 hari dengan suhu
10.00 Do: 39o C
S : 39o C
Akral: hangat
2 Senin, 29 Ds: ibu pasien Ketidakefe sekresi yang batuk yang S
oktober mengatakan anaknya ktifan tertahan tidak
2018/ batuk dan pilek jalan efektif
10.00 Do: napas ,adanya
RR: 25x/menit (00031) sekret di
Terdengar bunyi stridor hidung dan
Terdapat sekret tertahan terdapat
bunyi stridor
saat tidur
3 Senin, 29 Ds: ibu pasien Ketidaksei asupan diet membran S
oktober mengatakan anaknya mbangan kurang mukosa pucat
2018/ muntah dan tidak nafsu nutrisi: dan enggan
10.00 makan kurang makan
Do: dari
Muntah kebutuhan
Konjungtiva anemis tubuh
Membran mukosa pucat (00002)
Bibir kering
Kulit kering
Makan habis ½ porsi
33
E. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/ No Dx Implementasi Respon Ttd
Jam
Senin/ 29 1. 1. Melakukan S = Keluarga klien mengatakan
36
klien membutuhkan
F. EVALUASI
No Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd
Dx Jam
1 Senin/ 29 S : Keluarga klien mengatakan anaknya masih demam
oktober O : S : 39 c
2018/20.0 BB : 10 kg
0 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutka intervensi
1. Lakukan pengukuran suhu pasien
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Diskusikan pentingnya termogulasi dan
kemungkinan efek negatif dari demam yang
berlebih
4. Berikan obat penuru panas sesuai kebutuhan
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada An. M dengan ISPA di
RSU Assalam Gemolong tahun 2018 di dapatkan hasil:
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari
kasus yang diangkat dengan teori yang sudah ada,
dimana keluarga mengatakan anaknya Ibu pasien mengatakan
anaknya panas, batuk, pilek, muntah, dan tidak mau makan.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada teori
terdapat 8 diagnosia keperawatan, pada kasus ini
diagnosa keperawatan yang muncul hanya 3 diagnosa
yaitu Hipertermia, Ketidakefektifan jalan napas, dan
Ketidakseimbangan nutrisi.
3. Implementasi keperawatan yang dilakukan di dasarkan masalah
keperawatan yang muncul, di rumuskan berdasarkan rumus ONEC, yaitu
observasi, nursing, edukasi dan kolaborasi.
4. Implementasi mulai dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2018, yaitu
untuk diagnosa hipertermi dilakukan tindakan Melakukan pengukuran
suhu klien, Mendiskusikan pentingnya temogulasi dan kemungkinan efek
negatif dari demam yang berlebihan dengan cara mengajarkan cara
menggunakan termometer saat dirumah kepada keluarga klien, dan
menganjurkan keika dirumah anaknya demam untuk segera dibawa ke
klinik terdekat untuk mencegah kemungkinan negatif yang akan timbul,
seperti kejang dan Memberikan obat penurun panas sesuai kebutuhan lalu
untuk diagnosa Ketidakefektifan jalan napas di lakukan tindakan
Memonitoring status pernafasan dengan cara mencatat frekuensi
pernafasan, irama pernfasan dan suara auskultasi pernafasan,
memposisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi, mengajarkan klien
cara batuk efektif dan mengkolaborasikan dengan dokter untuk
45
44
46
B. Saran
1. Bagi keluarga An. M
Dalam keluarga terdapat risiko terjadinya kekambunhan pada An. M,
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan serta pengendalian secara
rutin terhadap keluarga. Upaya pencegaha dapat dilakuakan dengan
menjaga kebersihan lingkungan dan memberikan asupan makanan
bergizi kepada anak.
2. Bagi penerap asuhan keparawatan selanjutnya
Diharapakan perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan yang di
rancang khusus untuk mengatasi masalah yang menyangkut antara pasien
dan keluarga, sehingga asuhan tidak di fokuskan kepada pasien saja,
namun juga kepada keluarga.
47
LAMPIRAN
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Sundari, Siti dkk. 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang Menjadi
Faktor Resiko
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan
Sains.
Diakses 4 November 2018 dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ISSN:
2338-9117