Vous êtes sur la page 1sur 63

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya


Laporan Seminar Asuhan Keperawatan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Asuhan Keperawatan ini dibuat sebagai tindak lanjut dari tugas praktik
Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam kesempatan ini, akan di angkat judul
“Asuhan Keperawatan pada An. M dengan ISPA di RSU Assalam Gemolong ”.
Mudah-mudahan laporan ini bisa bermanfaat bagi para kalangan yang
mempelajari Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Akhir kata, terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan konstribusinya.

Surakarta, 13 November 2018

Penyusun

ii
DAFFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFFTAR ISI..................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penulisana.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.......................................................................................................5
B. Etiologi.......................................................................................................5
C. Manifestasi klinik.......................................................................................7
D. Komplikasi.................................................................................................8
E. Patofisiologi dan Pathway..........................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
G. Penatalaksanaan.........................................................................................11
H. Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian..................................................................................19
B. Analisa Data..............................................................................................32
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan .....................................................33
D. Rencana Keperawatan / Intervensi..................................................34
E. Tindakan Keperawatan/Implementasi.............................................,36
F. Evaluasi .....................................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................45
B. Saran.........................................................................................46
LAMPIRAN......................................................................................47
DAFFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak
terjadi padaanak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA)adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkanoleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa
ataudisertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari,
2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem
pertahanantubuh anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesiadiperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-ratamendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapatditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandungkuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksisaluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
seringterjadi pada semua golongan umur, tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
Pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
(Sundari, dkk. 2014).
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-
kanak,namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak
awal.Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sebagaikomplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan
menurutNgastiyah (2012), pneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan olehbermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing. Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya

1
2

penyakit dankematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang


dan gizi burukmemperbesar risiko), pemberian ASI (ASI eksklusif
mengurangi risiko),suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi
zinc (mengurangirisiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko),
vaksinasi(mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap
rokok danasap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko). (Kemenkes RI,
2010).
World Health Organization (2012), memperkirakan insidens Infeksi
SaluranPernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian balitadi atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun
pada golonganusia balita. Pada tahun 2010, jumlah kematian pada balita
Indonesia sebanyak151.000 kejadian, dimana 14% dari kejadian tersebut
disebabkan olehpneumonia. (Agrina, 2014)
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir.
Limaprovinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%),
Papua(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa
Timur(28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan
provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut
Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%).
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok
umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara lakilaki
dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
(Kemenkes RI, 2013).
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia
balita tidakmengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%.
Pada tahun2015, terjadi peningkatan angka cakupan penemuan pneumonia
sebesar63,45%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar
0,16%, lebihtinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%.
Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,17%
dibandingkanpada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%. Lima
3

provinsi denganjumlah kasus penemuan pneumonia tertinggi adalah Jawa


Barat sebanyak180.357 orang, Jawa Timur sebanyak 96.087 orang, DKI
Jakarta sebanyak39.755 orang, Jawa Tengah sebanyak 36.279 orang dan
Banten sebanyak32.978 orang. (Kemenkes RI, 2016).
Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktorrisiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu
dengan pendidikankesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalamhal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan
pneumonia,penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk
merujukyang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan
gizitermasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan
imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula
mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa
mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia (Kemenkes RI, 2010).
Strategi untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari pneumonia
adalah dengan memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan,
vaksinasi, pencegahan dan manajemen infeksi HIV, dan memperbaiki gizi
anak. Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia
dapat mencegah kematian. UNICEF dan WHO telah mengembangkan
pedoman untuk diagnosis dan pengobatan pneumonia di komunitas untuk
negara berkembang yang telah terbukti baik, dapat diterima dan tepat sasaran.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis telah
melakukanasuhan keperawatan pada kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada pasien di RSU Assalam Gemolongdalam judul “Asuhan
Keperawatan pada An. M dengan Infeksi SaluranPernapasan Akut (ISPA) di
RSU Assalam Gemolong tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas,
maka
perumusan masalah laporan ini adalah bagaimana penerapan
asuhan
4

keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran Pernafasan


Akut di RSU Assalam gemolong tahun 2018?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSU
Assalam gemolong tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan tinjauan pustaka mengenai
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
b. Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSU
Assalam gemolong tahun 2018
c. Mampu mendeskripsikan kesenjangan antara teori dan
praktik mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak
terjadipada anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan
akutmenurut Sari (2013) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari.
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa
kanakkanak, namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-
kanak
awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
sebagai komplikasi dari penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan
menurut Nelson (2014), pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru
dengan konsolidasi ruang alveolar. Istilah infeksi respriratori bawah
seringkali digunakan untuk mencakup penyakit bronkitis, bronkolitis,
pneumonia atau kombinasi dari ketiganya. Gangguan pada sistem imunitas
tubuh pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.

B. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

5
5
6

2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.(Reeves,
2001 dalam Sari, 2013)

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,virus,
dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus
streptokokus,stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium.Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus,
adenovirus,koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus.Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).
7

C. Manifestasi klinik
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis
pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa
ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada
pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi
yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas
pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri
dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi
pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk,
mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia
bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan
demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan
adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai
oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles)
pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan
8

dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang
dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping
hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting).
Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan
penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi
pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut
(Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
1. Serangan akut dan membahayakan
2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Rales (ronki)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
9

D. Komplikasi
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, pada anak kecil dan bayi
sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum nampak lebih jelas,nyeri
kepala bertambah, adanya nyeri tekan di sinus frontalis dan maksilaris.
2. Penutupan tuba eusthachii
Penutupan ini dapan menyebabkan gangguan pendengaran atau gejala
tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke bagian dalam telinga
sehingga menyebabkan Otitis Media Akut. Gejala OMA pada anak dapat
disertai hipertermi dan menyebabkan kejang demam.
3. Penyebaran Infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia.

E. Patofisiologi dan Pathway


1. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau
Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik
melalui saluran nafas
atas atau aliran darah.
2. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi
yang terbatas
pada dinding alveolar.
3. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi
sebagai akibat dari
pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam
ruang alveolar.
Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang
terjebak mengikuti.
Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis, sehingga
pertukaran gas
menjadi terganggu.
4. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah
pneumonia viral atau
aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik.
(Kyle, Terri. 2015)
10
11

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz
dan souwden (2000) :
1. Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui penyebab
dan mendiagnosa secara tepat
2. Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial
Virus)
3. Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran
pernafasan kandungan oksigen dalam darah
4. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya
dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan
abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.11
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan
produksi dari sputum
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan Komplikasi
12

G. Penatalaksanaan
Menurut Alimul (2012), tindakan yang dapat dilakukan pada masalah
pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai berikut apabila
didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang
pertama adalah :
1. Berikan dosis pertama antibiotika
Pilihan pertama adalah kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol)
dan pilihan kedua adalah amoxsilin dengan ketentuan dosis sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia
Amoxsilin
Kotrimoksazol (trimetoprim +
beri 3 kali
sulfametoksazol) beri
sehari untuk
2 kali sehari selama 5 hari
5 hari

Tablet anak Sirup/per 5


Tablet dewasa
20 ml
80 mg
mg 40 mg
Umur atau trimetoprim + Sirup 125
trimetoprim trimetoprim +
berat badan 400 mg mg per 5 ml
+ 100 mg 200 mg
sulfametoksaz
sulfametoks sulfametoksa
ol
azol zol

2-4 bulan
¼
(4-<6 kg) 1 2,5 ml 2,5 ml

4-12 bulan
(6-<10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml

1-5 tahun
(10-<19 kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

Sumber : Depkes (1999) dalam Alimul (2012)


13

2. Lakukan rujukan segera


Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka
tindakannya adalah sebagai berikut : berikan antibiotika yang sesuai
selama 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu
ibu atau keluarga walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan
dan lakukan kunungan ulang setelah 2 hari.
Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan
pneumonia maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega
tenggorokan atau pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan lebih
lanjut, beri tahu kepada keluarga atau ibu kapan harus segera kembali
ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.
Sedangkan merurut Dewi (2011), perawatan balita di rumah adalah
sebagaiberikut:
a. Tingkatkan pemberian makanan bergizi dan selalu berikan ASI.
b. Bila badan anak panas, kompres dengan air hangat. Jangan
dipakaikanselimut tebal.
c. Jika anak panas, beri minum obat paracetamol.
d. Jika batuk, beri obat batuk tradisional campuran 1/4 sendok teh jeruk
nipis ditambah 2/3 sendok teh kecap atau madu dan diberikan 3-4
kalisehari.
e. Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan bersih.
f. Beri minum lebih banyak daripada biasanya.
Tabel 1.2 Pemberian Paracetamol menurut Umur
Takaran Paracetamol yang diberikan setiap 6
Umur Balita
jam
2 - 6 bulan 1/8 tablet
6 bulan - 3 tahun 1/4 tablet
3 - 5 tahun 1/2 tablet
14

H. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Identitas Klien :
Nama, umur, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat :
1) Keluhan utama :
Keluhan utama saat dikaji, biasanya yang sering dikeluhkan pasien
ISPA adalah batuk.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Penjelasan dan permulaan klien merasakan keluhan, biasanya
ditemukan adanya keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
3) Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit yang pernah dialami klien dan pengobatan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keluarga.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Bagaimana keadaan lingkungan disekitar kurang bersih atau tidak.
c. Pola Gordon
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Status kesehatan klien sejak lahir bagus atau tidak, dulu orangtua
klien rajin melakukan imunisasi atau tidak.
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien makan sehari berapa kali dan saat sakit
makan berapa kali sehari, serta habis 1 porsi atau tidak.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien BAB dan BAK berapa kali sehari, dan saat
sakit BAB dan BAK berapa kali sehari.
4) Pola Istirahat
Klien sebelum dan selama sakit tidur siang berapa jam dan
tidur malam berapa jam.
5) Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin.
6) Seksualitas
Amenora dan impoten.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Klien
Kesadaran : komposmentis/ apatis/ stupor/ semi koma/ koma.
2) Pemeriksaan Head to Toe
e. Pemeriksaan Penunjang
15

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut


Betz dan souwden (2000) :
1) Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui
penyebab dan mendiagnosa secara tepat
2) Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori
Sinisial Virus)
3) Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem
saluran pernafasan kandungan oksigen dalam darah
4) Jumlah sel darah putih normal atau meningkat
5) Pemeriksaan Diagnostik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas ( 00031 )
b. Hambatan pertukaran gas ( 00030 )
c. Intoleran aktivitas ( 00092 )
d. Defisien pengetahuan ( 00126 )
e. Ketidakefektifan pola napas ( 00032)
f. Hipertermia ( 00007 )
g. Defisien volume cairan ( 00027)
h. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ( 00002 )

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
bersihan jalan tindakan keperawatan nafas ( 3140 ) :
napas ( 00031 ) diharapkan - Auskultasi suara
Ketidakefektifan nafas, catat area
bersihan jalan napas yang
dapat teratasi dengan : ventilasinya
Status Pernapasan: menurun atau
Kepatenan Jalan tidak ada dan
napas ( 0410 ) adanya suara
- Batuk dari berat tambahan
keringan - Kelola nebulizer
- Kedalaman ultrasonik,
inspirasi dan sebagaimana
deviasi yang mestinya
cukup berat dari - Monitor status
kisaran normal ke pernafasan ndan
tidak ada deviasi oksigenasi,
dari kisaran sebagaimana
normal mestinya
16

- Frekuensi
pernafasan
normal

2 Hambatan Setelah dilakukan Monitoring


pertukaran gas tindakan keperawatan pernafasan (3350)
( 00030 ) diharapkanHambatan -Monitor kecepatan,
pertukaran gas dapat irama dan suara
teratasi dengan : pernafasan
Status pernafasan - Auskultasi suara
(0415) nafas setelah
- Frekuensi tindakan, untuk
pernafasan dicatat
stabil - Anjurkan untuk
- Irama berpossi semi fowfle
pernafasan -kolaborasikan
normal dengan tim medis
- Suara lain untuk pemberian
pernafasan terapi okswginasi
normal, tidak jika diperluka
ada suara
tambahan
seperti
wheezing dan
ronchi

3 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas


( 00092 ) tindakan keperawatan ( 4310 )
diharapkan intoleran - Bantu klien untuk
aktivitas dapat teratasi mengeksplorasi
dengan : tujuan personal
Daya Tahan ( 0001) dari aktivitas-
- Melakukan aktivitas yang
aktivitas secara biasa dilakukan
rutin dan aktivitas –
- Tidak aktivitas yang
terganggunya disukai
aktivitas fisik - Bantu klien untuk
- Daya tahan otot mengidentifikasi
baik aktivitas yang
diinginkan
17

- Instruksikan klien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan maupun
yang telah
diresepkan

4 Defisien Setelah dilakukan Pendidikan keehatan


pengetahuan tindakan keperawatan (5510)
( 00126 ) diharapkanDefisien -Observasi tingkat
pengetahuan dapat pengetahuan klien
teratasi dengan : - berikan informasi
Manajemen penyakit kesehatan tentang
Akut (1844) ISPA kepada klien
- Mengeahui -Ajarkan strategi
fator-faktor untuk mencegah
penyebab penularan penyakit
- Mengeahui dengan cara
perjalanan memakai masker dan
penyakit menutup mulut dan
- Mengetahu hidung keika batuk
tanda dan -Libatkan individu,
gejala penyakit keluarga dan
- Mengetahui masyarakat dalam
strategi untuk perencanaan dan
mencegah rencana
orang lain implementasi gaya
tertular hidup atau
penyakit modifikasi peilaku
kesehatan

5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitor Pernafasan


pola napas tindakan keperawatan ( 3350 )
( 00032) diharapkanKetidakefe - Monitor
ktifan pola napas kecepatan,
dapat teratasi dengan : irama,
Status Pernafasan kedalama, dan
( 0415 ) kesulitan
- Frekuensi bernafas
pernafasan - Monitor pola
normal nafas
- Kedalaman - Catat auskultasi
inspirasi normal suara nafas,
18

- Saturasi oksigen catat area


normal dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan

6 Hipertermia Setelah dilakukan Pengaturan Suhu


( 00007 ) tindakan keperawatan ( 3900 )
diharapkan, - Monitor suhu
Hipertermia dapat dan warna kulit
teratasi dengan : - Monitor dan
Tanda-tanda Vital laporkan adanya
( 0802 ) tanda dan gejala
- Suhu tubuh dari hipotermia
normal - Berikan
- Hipertermia dari pengobatan
cukup berat ke antiseptik,
tidak ada sesuai
- Tidak ada kebutuhan
peningkatan suhu
kulit

7 Defisien volume Setelah dilakukan Manajemen Cairan


cairan ( 00027) tindakan keperawatan ( 4120 )
diharapkan defisien - monitor statu
volume cairan dapat hidrasi
teratasi dengan : - berikan cairan
Keseimbangan dengan tepat
Cairan (0601) - distribusikan
- keseimbangan asupan cairan
intake dan output selama 24 jam
dalam 24 jam tidak
terganggu
- turgor kulit tidak
terganggu
- kelembaban
membran mukosa
tidak terganggu

Hidrasi ( 0602 ) :
- turgor kulit tidak
terganggu
- membran mukosa
19

lembab
- intake cairan
tidak terganggu
- output cairan
tidak terganggu
- haus dari skala
sedang menjadi
tidak ada

8 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi : kurang dari tindakan keperawatan ( 1100 ) :
kebutuhan tubuh diharapkan, - atur diet yang
( 00002 ) Ketidakseimbangan diperlukan
nutrisi : kurang dari - anjurkan pasien
kebutuhan tubuh mengenai
dapat teratasi dengan : modifikasi diet
Status nutrisi ( 1004 ) yang diperlukan
- asupan gizi - monitor kalori
normal dan asupan
- asupan makanan makanan
baik - anjurkan pasien
- asupan cairan untuk
normal memantau
- hidrasi tidak ada kalori dan
intake makanan
20
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. M DENGAN ISPA
DI RUANG An NUR RS ASSALAM GEMOLONG

Tgl/Jam Masuk Rumah Sakit : 29-10-18 / 08.00


Tanggal/Jam Pengkajian : 29-10-18 / 08.30
Metode Pengkajian : Alloanamnesa
Diagnosa Medis : ISPA
No. Registrasi : 1092471

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pilang Doyong
Umur : 3 th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum berkerja
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. G
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 31 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

19
20

Alamat : Pilang Doyong


Hubungan dengan Klien: Ibu

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya panas +/- 4 hari, batuk, pilek,
muntah, dan tidak mau makan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya dulu pernah sakit serupa
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada penyakit keluarga yang menurun seperti hipertensi, dan
diabetes

Genogram :
Tn. B Ny. S Ny. A Tn. S
63 th 57 th 60 th 67 th

Ny. B
Tn. P Tn. E
40 th
36 th 34 th

Ny. G Tn. T
31 th 36 th

An. T An. M
8 th 3 th

Keterangan:

: perempuan : menikah : pasien

: laki-laki : keturunan : tinggal serumah

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


21

1. Pola Persepsi dan Pemeriliharaan Kesehatan


Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung di bawa ke
puskesmas atau dokter di dekat rumahnya.

2. Pola Nutrisi Metabolik


a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
A (Antropometri)
BB : 14 kg
TB : 95 cm

B (Biochemical)
Hb : 12,4 gr %
Leukosit : 1,70 103/mm3
Trombosit : 155 103/mm3
Eritrosit : 26,2 L pg

C (Clinical sign):
Kulit pucat
Mukosa bibir kering
Kulit kering

D (Diet) : bubur kasar

b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi, lauk, sayur
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : tidak ada keluhan
Selama Sakit
1) Frekuensi : 3 kali sehari
2) Jenis :nasi, lauk, sayur
3) Porsi : ½ porsi
4) Keluhan : muntah, tidak nafsu makan

3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Konsistensi : lunak
3) Warna : kuning kecoklatan
4) Keluhan/Kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
22

Selama Sakit
1) Frekuensi : belum BAB
2) Konsistensi : belum BAB
3) Warna : belum BAB
4) Keluhan/Kesulitan BAB : belum BAB
5) Penggunaan obat pencahar : belum BAB

b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 7x/hari
2) Jumlah Urine : 150ml
3) Warna : jernih
4) Keluhan/Kesulitan BAK : tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi : belum BAK
2) Jumlah Urine : belum BAK
3) Warna :belum BAK
4) Keluhan/Kesulitan BAK : belum BAK

ANALISA KESIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN

INTAKE OUTPUT ANALISA


a. Minuman a. Urine Intake :
1500 cc
1000 cc 1950 cc
b. Makanan
350 cc b. Feses Output :
150 cc
1900 cc
c. IWL
750 cc
Total : 1950 cc Total :1900 cc Balance : +/-
50 cc

4. Pola Aktivitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)


Sebelum sakit
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
23

Ambulasi/ROM V
24

Selama sakit
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V

Keterangan :
0 : Mandiri 3 : dengan orang lain dan alat
1 : dengan alat bantu 4 : tergantung total
2 : dibantu orang lain

5. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit
1. Tidur siang : 1-2 jam
2. Tidur malam : 9-10 jam
Sesudah sakit
1. Tidur siang : 2-3 jam
2. Tidur malam : 8-9 jam

6. Pola Kognitif dan Perceptual


a. Sebelum Sakit :
1) gangguan pengelihatan : tidak ada
2) gangguan pendengaran : tidak ada
3) gangguan perabaan : tidak ada
4) gangguan pengecap : tidak ada
5) gangguan penciuman : tidak ada
b. Selama Sakit :
1) gangguan pengelihatan : tidak ada
2) gangguan pendengaran : tidak ada
3) gangguan perabaan : tidak ada
4) gangguan pengecap : tidak ada
5) gangguan penciuman : terdapat sekret di hidung
25

7. Pola Persepsi Konsep Diri


a. Sebelum Sakit : ibu pasien mengatakan anaknya adalah
anak yang selalu ceria dan senang bermain
dengan teman sebayanya
b. Selama Sakit : ibu pasien mengatakan anaknya menjadi
rewel saat sakit

8. Pola Peran Hubungan


a. Sebelum Sakit :
1) Gangguan hubungan dengan lingkungan : tidak ada
2) Gangguan hubungan dengan keluarga : tidak ada
b. Selama Sakit :
1) Gangguan hubungan dengan lingkungan : tidak ada
2) Gangguan hubungan dengan keluarga : tidak ada
3) Gangguan hubungan dengan pasien lain : tidak ada

9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Sebelum Sakit : ibu pasien mengatakan anaknya lebih
suka bermain dengan anak laki-laki
b. Selama Sakit :ibu pasien mengatakan anaknya lebih
sering bermain di kamar menonton tv
26

10. Pola Mekanisme Koping


a. Sebelum Sakit : marah dan menangis
b. Selama Sakit : menangis

11. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Sebelum Sakit : ibu pasien mengatakan sering membuatkan
jus untuk menjaga kesehatan anaknya
b. Selama Sakit : ibu pasien mengatakan sering membuatkan
jus untuk meningkatkan kesehatan anaknya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : tidak terkaji
2) Nadi
- Frekuensi : 100x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 25x/menit
- Irama : teratur
4) Suhu : 39o C
5) Nyeri : tidak ada

2. Pemeriksaan Head Toe To


a. Kepala
1) Bentuk dan Ukuran : Mesochepal
2) Pertumbuhan rambut : hitam, lebat
3) Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe,
tidak ada luka
b. Muka
1) Mata :
- Palpebra : tidak ada edema
- Konjungtiva : anemis
- Sclera : anikterik
- Pupil : +/+
- Diameter ki/ka : 2/2
- Reflek terhadap cahaya : +/+
- Penggunaan alat bantu penglihatan: tidak ada
2) Hidung
- Fungsi penghidu : terganggu
27

- Sekret :+
- Nyeri sinus : tidak ada
- Polip : tidak ada
- Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut
- Kemampuan berbicara : tidak terganggu
- Keadaan bibir : kering
- Selaput mukosa : pucat
- Warna lidah : bersih
- Keadaan gigi : tidak ada karies
- Bau nafas : tidak ada
- Dahak : ada
4) Gigi
- Jumlah : 20
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada
5) Telinga
- Fungsi pendengaran : tidak ada gangguan
- Bentuk : simetris
- Kebersihan :+
- Serumen :-
- Nyeri telinga :-
c. Leher
- Bentuk : simetris
- Pembesaran tyroid :-
- Kelenjar getah bening :-
- Nyeri waktu menelan :-

d. Dada (thorax)
1) Paru-paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi :terdapat bunyi stridor
saat tidur
2) Jantung
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi :tidak ada
kardiomegali
- Auskultasi : lub dup

e. Abdomen
- Inspeksi : simetris
28

- Palpasi : tidak ada nyeri


tekan, masa, asites
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : biing usus 20x/menit
29

f. Genetalia
Lengkap, tidak terpasang kateter

g. Anus dan rektum


Tidak ada masalah

h. Ekstremitas
1) Atas
- Kekuatan otot kanan dan kiri :5
- ROM kanan dan kiri : aktif
- Perubahan bentuk tulang :-
- Pergerakan sendi bahu :+
- Perabaan akral : hangat
- Pitting edema :<3 detik
- Terpasang infus : sinistra
2) Bawah
- Kekuatan otot kanan dan kiri :5
- ROM kanan dan kiri : aktif
- Perubahan bentuk tulang :-
- Pergerakan sendi bahu :+
- Perabaan akral : hangat
- Pitting edema :<3 detik

i. Integumen
- Warna kulit : sawo maang
- Turgor kulit :normal
30

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2018 / 11:28 WIB
Jenis Keterangan
Nilai Normal Satuan Hasil
Pemeriksaan Hasil
RBC 4.30 - 5.80 10 /mm
3 3
4.70 Normal
HGB 13.1 - 16.7 L g/dl 12.3 Normal
HCT 39.9 - 51.0 L% 37.7 Dibawah normal
MCV 83 - 98 L µm3 80 Dibawah normal
MCH 27.0 - 32.2 L pg 26.2 Dibawah normal
MCHC 31.8 – 33.7 g/dl 32.6 Normal
RDW 11.9 – 14.8 % 12.0 Normal
WBC 4.1 - 10.5 10 /mm3
3
5.4 Normal
LYM % 16.0 – 43.3 H% 55.3 Diatas normal
MON % 2.8 – 10.2 H% 12.0 Diatas normal
GRA % 48.5 – 80.3 L% 32.7 Dibawah normal
LYM # 1.00 – 3.10 103/mm3 2.90 Normal
MON # 0.10 – 0.70 103/mm3 0.60 Normal
GRA # 2.30 – 7.70 L 103/mm3 1.90 Dibawah normal
PLT 150 – 399 103/mm3 155 Normal
MPV 6.8 – 10.1 µm3 7.3 Normal
PCT 0.150 – 0.500 L% 0.113 Dibawah normal
PDW 11.0 – 18.0 % 15.3 Normal
31

II. TERAPI MEDIS


Golongan dan
Hari / Tgl Jenis Terapi Dosis Fungsi
Kandungan
20 tpm Cairan
Infus RL Elektrolit
mikro elektolit
Golongan antibiotik
sefalosporin,
Cefotax 3x 500 mg Antibiotik
mengandung
Cefotaxime
Mengurangi
Ranitidin ¼ / 12 jam Golongan antasida
29/10/2018 nyeri
Mengobati
Puyer ispa 3x1 -
flu dan batuk
Mengandung Meredakan
Cupanol 3x1
paracetamol demam
Golangan antagonis Mengurangi
Ondancetron 2x ½ ampul
reseptor 5HT3 mual muntah
Mengandung Penurun
Sanmol 2x 250 mg
paracetamol demam
32

B. ANALISA DATA
Nama : An. M No. CM : 1092471
Umur : 3th Diagnosa Medis : ISPA
No Hari/Tgl/ Data Fokus Problem Etiologi Simtom Ttd
Jam
1 Senin, 29 Ds: ibu pasien Hipertermi penyakit kulit terasa S
oktober mengatakan anaknya a (00007) hangat
2018/ panas sudah 4 hari dengan suhu
10.00 Do: 39o C
S : 39o C
Akral: hangat
2 Senin, 29 Ds: ibu pasien Ketidakefe sekresi yang batuk yang S
oktober mengatakan anaknya ktifan tertahan tidak
2018/ batuk dan pilek jalan efektif
10.00 Do: napas ,adanya
RR: 25x/menit (00031) sekret di
Terdengar bunyi stridor hidung dan
Terdapat sekret tertahan terdapat
bunyi stridor
saat tidur
3 Senin, 29 Ds: ibu pasien Ketidaksei asupan diet membran S
oktober mengatakan anaknya mbangan kurang mukosa pucat
2018/ muntah dan tidak nafsu nutrisi: dan enggan
10.00 makan kurang makan
Do: dari
Muntah kebutuhan
Konjungtiva anemis tubuh
Membran mukosa pucat (00002)
Bibir kering
Kulit kering
Makan habis ½ porsi
33

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermia (00007) berhubungan dengan penyakit di tandai dengan
kulit terasa hangat dengan suhu 39o C
2. Ketidakefektifan jalan napas (00031) berhubungan dengan sekresi
yang tertahan di tandai dengan batuk yang tidak efektif dan adanya
sekret di hidung
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan asupan diet kurang di tandai dengan membran
mukosa pucat, muntah, dan enggan makan.
34

D. RENCANA KEPERAWATAN / INTERVENSI


Nama : An. M No. CM :1092471
Umur : 3th Diagnosa Medis : ISPA
No. Hari/Tgl/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx Jam (NIC)
1 Senin/ 29 Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu: S
oktober keperawatan 3x24jam 1. Monitor suhu
2. Tingkatkan intake cairan
2018/11.0 diharapakan masalah
dan nutrisi adekuat
0 Hipertermia (00007)
3. Diskusikan pentingnya
berhubungan dengan penyakit di
termoregulasi dan
tandai dengan kulit terasa hangat
kemungkinan efek negatif
dengan suhu 39o C dpat teratasi
dari demam yanng
dengan kriteria hasil:
berlebihan, sesuai
Termoregulasi:
kebutuhan.
1. Hipertermi dari skala 1 4. Berikan pengobatan
(berat) menjadi 5 (tidak ada) antipiretik sesuai
kebutuhan

Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas: S


keperawatan 3x24jam 1. Monitor status pernafasan
diharapakan masalah dan oksigenasi,
Ketidakefektifan jalan napas sebagaimana mestinya
2. Posisikan pasien untuk
(00031) berhubungan dengan
mememaksimalkan
sekresi yang tertahan di tandai
ventilasi
dengan batuk yang tidak efektif
dan adanya sekret di hidung
teratasi dengan kriteria hasil:
Status pernafasan : kepatenan
jalan nafas:
No. Hari/Tgl/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx Jam (NIC)
1. Kemampuan untuk 3. Ajarkan pasien bagaimana
35

mengeluarkan sekret dari menggunakan inhaler


skala 2( deviasi yang cukup sesuai resep sebagaimana
berat dari normal) menjadi mestinya.
4. Buang sekrret dengan
skala 5 (tidak ada deviasi
memotivasi pasien untuk
dari kisaran normal)
2. Batuk dari skala 2(berat) melakukan batuk efektif
5. Kolaborasikan denga
menjadi skala 5 (tidak ada)
3. Suara nafas tambahan dari dokteruntuk pemberian
skala 2 (berat) menjadi terapi oksigenasi jika
skala 5 (tidak ada). diperlukan

Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi: S


keperawatan 3x24jam 1. Identifikasi intoleransi
diharapakan masalah makanan yang dimiliki
Ketidakseimbangan nutrisi: pasien
2. Tentukan apa yang menjadi
kurang dari kebutuhan tubuh
preferansi makanan bagi
(00002) berhubungan dengan
pasien
asupan diet kurang di tandai
3. Anjurkan pasien terkait
dengan membran mukosa pucat,
dengan kebutuhan diet
muntah, dan enggan makan
untuk kondisi sakit
teratasi dengan kriteria hasil:
Manajemen muntah:
Keseimbangan cairan:
1. Pastikan obat antiemetik
1. Turgor kulit dari skala 3 ke1
yang efekif diberikan untuk
2. Kelembaban membran
mencegah muntah bila
mukosa dari skala 3 ke 1
3= cukup terganggu memungkinkan
1= tidak terganggu

E. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/ No Dx Implementasi Respon Ttd
Jam
Senin/ 29 1. 1. Melakukan S = Keluarga klien mengatakan
36

oktober pengukuran suhu klien anaknya masih demam


2018/12.00 O = Suhu :38,9 c

2. Meningkatkan intake S = keluarga klien mengatakan


cairan dan nutrisi yang senang diberi motivasi dan
adekuat dukungan untuk kesembuhan
Dengan cara memberi anaknya
motivasi untuk makan O = klien tampak lemas
dan minum agar tidak Klien dan keluarga tampak
terjadi dehidrasi antusias dan mau mendengarkan
ketika diberi informasi

No Dx Hari/Tgl/ implementasi Respon Ttd


Jam
Selasa/ 30 3. Mendiskusikan S = Keluarga klien mengatakan
oktober pentingnya temogulasi senang dberi wawasan baru
2018/11.00 dan kemungkinan efek tentang penggunaan termometer
negatif dari demam yang dan saran untuk sikap dan
37

berlebihan tanggap untuk segera membawa


Denga cara mengajarkan anaknya ke klinik tedekat ketika
cara menggunakan sedang sakit
termometer saat dirumah O = keluarga tampak antusias
kepada keluarga klien, dan paham dengan informasi
dan menganjurkan keika yang diberikan
dirumah anaknya demam
untuk segera dibawa ke
klinik terdekat untuk
mencegah kemungkinan
negatif yang akan timbul,
seperti kejang

4. Memberikan obat S = Keluarga mengatakan setju


penurun panas sesuai dengan diberikannya obat
kebutuhan penurun panas ketika anaknya
Seperti paracetamol atau demam
sanmol O = Keluarga tampak mengerti
dan setuju untuk diberikannya
obat penurun panasjika
sewaktu-waktu anaknya demam
38

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon Ttd


Jam Dx
2 1. Memonitoring status S = ibu pasien mengatakan suara
pernafasan menggrok saat tidur masih ada
Dengan cara mencatat O = RR 24x/menit
frekuensi pernafasan, Irama: teratur
irama pernfasan dan Terdengar bunyi tambahan
suara auskultasi
pernafasan
2. Memposisiskan klien S = Klien mengatakan mau
untuk memaksimalkan melakukan posisi yang
ventilasi dianjurkan
O = Klien tampak lebih nyaman
dengan posisi yang sekarang

3. Mengajarkan klien S = Klien mengatakan saluran


cara batuk efektif pernafasanya sedikit lega karena
sekret sudah bisa keluar
walaupun belum maksimal
O = Klien bisa melakukan batuk
efektif walupun belum maksimal
4. Mengkolaborasikan S = Keluarga dan klien
dengan dokter untuk mengatakan bersedia diberikan
pemberian terapi terapi oksigenasi sewaktu-waktu
oksigenasi jika jika diperlukan
dibutuhkan O = keluraga klien tampak
mengerti dengan penjelasan
mengapa diberikannya terapi
oksigenasi jika sewaktu-waktu
39

klien membutuhkan

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon Ttd


Jam Dx
Rabu / 31 3 1. Mengidentifikasi S = keluarga pasien mengtakan
oktober
makanan yang anaknya masih susah makan
2018/08.0
0 dimiliki pasien
O = BB klien hanya 10kg

2. Menganjurkan S = Keluarga pasien mengatakan


pasien terkait senang dibberi informasi dan
engan kebutuhan saran mengenai nutrisi yang
diet untuk dibutuhkan untuk anaknya
memenuhi nutrisi
dengan cara O = Keluarga pasien tampak
memberu kooperatif dan aktif dalam
informasi makanan bertanya mengenai makanan apa
apa saja yang saja yang boleh dan tidak booleh
harus dikonsumsi untuk dikonsumsi
untuk mmenuhi
kebutuhan
nutrisinya
40

F. EVALUASI
No Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd
Dx Jam
1 Senin/ 29 S : Keluarga klien mengatakan anaknya masih demam
oktober O : S : 39 c
2018/20.0 BB : 10 kg
0 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutka intervensi
1. Lakukan pengukuran suhu pasien
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Diskusikan pentingnya termogulasi dan
kemungkinan efek negatif dari demam yang
berlebih
4. Berikan obat penuru panas sesuai kebutuhan

2. Senin/ 29 S : Pasien megatakan anaknya sudah bisa mengeluarkan


oktober dahak sedikit
2018/20.0 O : Pasien nampak masih batuk
0 A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitoring status pernafasan
2. Posisukan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Ajarkan pasien cara batuk efektif
4. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
teerapi oksigenasi jika dibutuhkan
41

No Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd


Dx Jam
3 Senin/ 29 S : Keluarga pasien mengatakan anaknya masih susah
oktober makan
2018/20.00 O : BB 10 kg
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Identifkasi intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan
bagi pasien
3. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet
untuk kondisi terkait
4 Selasa/ 30 S : Keluarga klien mengatakan anaknya pansnya masih
oktober naik turun
2018/20.00 O : S : 37,8 c
BB : 10 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutka intervensi
1. Lakukan pengukuran suhu pasien
2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang
adekuat
3. Diskusikan pentingnya termogulasi dan
kemungkinan efek negatif dari demam yang
berlebih
4. Berikan obat penuru panas sesuai kebutuhan
42

No Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd


Dx Jam
5 Selasa/ 30 S : Pasien megatakan dahak sudah keluar
oktober O : batuk berkurang
2018/20.00 A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitoring status pernafasan
2. Posisukan pasidn untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Ajarkan pasien cara batuk efektif
4. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian
teerapi oksigenasi jika dibutuhkan
6 Selasa/ 30 S : Keluarga pasien mengatakan anaknya sudah mau
oktober makan tetapi masih belum bisa menghabiskan 1 porsi
2018/20.00 penuh
O : BB 10 kg
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Identifkasi intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan
bagi pasien
3. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet
untuk kondisi terkait

No Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd


Dx Jam
43

7 Rabu/ 31 S : Keluarga pasuen mengatakan ananaknya sudah tidak


oktober demam
2018/20.00 O : Suhu : 36.8 c
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
8 Rabu/ 31 S : Pasien mengatakan batuknya sudah jarang
oktober O : Pasien tampak rileks
2018/20.00 A : Masalah teratasi
P :: Hentikan intervensi
9 Rabu/ 31 S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau makan
oktober dan tidak mual mutah
2018/20.00 O : Pasien tampak menghabiskan makanan 1 porsi
A : Masalah tertasi
P : Hentikan intervensi
44
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosa yang mungkin muncul dalam teori antara lain Ketidakefektifan


bersihan jalan napas ( 00031 ), Hambatan pertukaran gas ( 00030 ), Intoleran
aktivitas ( 00092 ), Defisien pengetahuan ( 00126 ), Ketidakefektifan pola napas
( 00032), Hipertermia ( 00007 ), Defisien volume cairan ( 00027), dan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ( 00002 ) sedangkan
pada kasus diagnosa yang muncul hanya 3 diagnosa keperawatan yaitu
Hipertermia, Ketidakefektifan jalan napas, dan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh, hal ini sama dengan salah satu penelitian yang dilakukan
oleh Linda Purnamasari dan Dewi Wulandari dalam penelitiannya yaitu Kajian
Asuhan Keperawata Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Study
Of Nursing Care In Children With Acute Respiratory Infection) dalam IJMS-
Indonesian Journal On Medical Science- Volume 2 No 2- Juli 2015, dimana pada
jurnal ini di sebutkan bahwa diagnosa keperawatan yang mucul adalah
Hipertermia, Ketidakefektifan jalan napas, dan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh. Namun dalam jurnal ini maslah prioritas yang di angkat
adalah Ketidakefektifan jalan napas di dukung dengan frekuensi pernafasan
38x/menit, sedangkan pada kasus yang penulis angkat maslah prioritas diagnosa
yang diangkat adalah Hipertermi yang di dukung dengan data obyektif suhu 39o C.

44
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada An. M dengan ISPA di
RSU Assalam Gemolong tahun 2018 di dapatkan hasil:
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari
kasus yang diangkat dengan teori yang sudah ada,
dimana keluarga mengatakan anaknya Ibu pasien mengatakan
anaknya panas, batuk, pilek, muntah, dan tidak mau makan.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada teori
terdapat 8 diagnosia keperawatan, pada kasus ini
diagnosa keperawatan yang muncul hanya 3 diagnosa
yaitu Hipertermia, Ketidakefektifan jalan napas, dan
Ketidakseimbangan nutrisi.
3. Implementasi keperawatan yang dilakukan di dasarkan masalah
keperawatan yang muncul, di rumuskan berdasarkan rumus ONEC, yaitu
observasi, nursing, edukasi dan kolaborasi.
4. Implementasi mulai dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2018, yaitu
untuk diagnosa hipertermi dilakukan tindakan Melakukan pengukuran
suhu klien, Mendiskusikan pentingnya temogulasi dan kemungkinan efek
negatif dari demam yang berlebihan dengan cara mengajarkan cara
menggunakan termometer saat dirumah kepada keluarga klien, dan
menganjurkan keika dirumah anaknya demam untuk segera dibawa ke
klinik terdekat untuk mencegah kemungkinan negatif yang akan timbul,
seperti kejang dan Memberikan obat penurun panas sesuai kebutuhan lalu
untuk diagnosa Ketidakefektifan jalan napas di lakukan tindakan
Memonitoring status pernafasan dengan cara mencatat frekuensi
pernafasan, irama pernfasan dan suara auskultasi pernafasan,
memposisiskan klien untuk memaksimalkan ventilasi, mengajarkan klien
cara batuk efektif dan mengkolaborasikan dengan dokter untuk

45
44
46

5. pemberian terapi oksigenasi jika dibutuhkan dan untuk diagnosa


Ketidakseimbangan nutrisi di berikan tindakan Meningkatkan intake
cairan dan nutrisi yang adekuat dengan cara memberi motivasi untuk
makan dan minum agar tidak terjadi dehidrasi, Mengidentifikasi makanan
yang dimiliki pasien dan menganjurkan pasien terkait engan kebutuhan
diet untuk memenuhi nutrisi dengan cara memberu informasi makanan
apa saja yang harus dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
6. Pada hari ketiga setelah pemberian tindakan keperawatan dilakukan
evaluasi dan didapatkan hasil masalah keperawtan telah teratasi.

B. Saran
1. Bagi keluarga An. M
Dalam keluarga terdapat risiko terjadinya kekambunhan pada An. M,
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan serta pengendalian secara
rutin terhadap keluarga. Upaya pencegaha dapat dilakuakan dengan
menjaga kebersihan lingkungan dan memberikan asupan makanan
bergizi kepada anak.
2. Bagi penerap asuhan keparawatan selanjutnya
Diharapakan perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan yang di
rancang khusus untuk mengatasi masalah yang menyangkut antara pasien
dan keluarga, sehingga asuhan tidak di fokuskan kepada pasien saja,
namun juga kepada keluarga.
47
LAMPIRAN

Purnamasari,Linda dan Dewi Wulandari. 2015. Kajian Asuhan Keperawata


Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Study Of Nursing
Care In Children With Acute Respiratory Infection) dalam IJMS-
Indonesian Journal On Medical Science- Volume 2 No 2- Juli 2015

47
48
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, dkk. 2014. Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi


Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dirumah. Jurnal Keperawatan.
Diakses 4
November 2018 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/vi
ew/2340

Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta:
Salemba Medika.

Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik


Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak.


Jakarta : PT.
Indeks.

Kemenkes RI. 2010. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi,


Buletin Pneumonia.
Jakarta. Diakses 4 November 2018 dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file/buletin-
pneumonia.pdf

Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.


Jakarta. Diakses :
4 November 2018 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas
%202013.pdf

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015.


Jakarta. Diakses 12
Januari 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil
kesehatan
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf

Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan


Pediatri. Jakarta
: EGC

Purnamasari,Linda dan Dewi Wulandari. 2015. Kajian Asuhan Keperawata Pada


Anak Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Study Of Nursing Care In
Children With Acute Respiratory Infection) dalam IJMS- Indonesian
Journal On Medical Science- Volume 2 No 2- Juli 2015

Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.


Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Anak.


Jakarta:
Anggota IKAPI.

Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan.


Jakarta :Trans
Info Media.

Sundari, Siti dkk. 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang Menjadi
Faktor Resiko
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan
Sains.
Diakses 4 November 2018 dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ISSN:
2338-9117

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.


Jakarta : Sagung
Seto.

Wong, Donna L dkk. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan


Pediatrik/Donna L.
Wong ; alih bahasa, Monica Ester ; editor edisi bahasa
Indonesia, Sari
Kurnianingsih. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi