Vous êtes sur la page 1sur 15

REFRESHING

FISIOLOGI RESPIRASI

Disusun Oleh:
Eza Melinda
2012730034

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 12 DESEMBER 2016 – 8 JANUARI 2017

FISOLOGI RESPIRASI | 0
BAB I
PENDAHULUAN

Saluran nafas atau traktus respiratorius merupakan suatu kesatuan dari beberapa
organ yang saling mendukung satu sama lainnya. Dalam menjalankan kinerjanya,
mekanisme pernafasan, traktus respiratorius tidak lah berdiri sendiri, sehingga proses
bernafas menjadi sesuatu hal yang kompleks dan saling mengikat. Komponen lain
yang mendukung dan menjalankan mekanisme bernafas adalah tulang-tulang
penyusun toraks dan otot-otot yang menyokongnya.

Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi sistem respirasi merupakan salah


satu modal dasar bagi ahli anestesi oleh karena hampir semua obat-obat anestesi
yang diberikan diberikan sangat mempengaruhi fungsi respirasi dan pemberiannya
sebagian besar secara inhalasi. Oleh karena obat-obatan anestesi dapat mendepresi
pusat-pusat vital dalam otak sedangkan pengetahuan dibidang ini hanya dimiliki para
dokter maka yang dibenarkan melakukan tindakan anestesi hanya dokter.

Dengan bekal pengetahuan anatomi sistem respirasi diharapkan dapat dengan


mudah mengenal kelainan sistem respirasi, prosedur tehnik anestesi serta
penanggulan komplikasi yang terjadi. Ahli anestesi bertanggung jawab atas cukup
tidaknya oksigenasi dan ventilasi baik sebelum, selama dan sesudah anestesi.

FISOLOGI RESPIRASI | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. STRUKTUR SISTEM RESPIRASI


Traktus respiratorius :

1. Tractus respiratorius bagian atas :


- Hidung (nasal)
- Pharyng
- Laryng
2. Tractus respiratoriius bagian bawah :
- Trachea
- Bronchus
- Bronchioles : terminalis dan respiratori
- Alveolar : ducts dan sacs
- Alveoli

B. Fungsi Paru
1. Membuang CO2 dan mengambil O2 untuk metabolisme tubuh
2. Mempertahankan pH darah
3. Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh dan kadar H2O
4. Komponen fonasi suara

C. Fisiologi Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan
lingkungan sekitarnya. Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu
eksternal dan internal.

FISOLOGI RESPIRASI | 2
1. Respirasi eksternal adalah pertukaran gas- gas antara darah dan udara
sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu :
a. Ventilasi : proses masuk udara sekitar dan pembagian udara
tersebut ke alveoli.
b. Distribusi : distribusi dan pencampuran molekul- molekul gas
intrapulmoner.
c. Difusi : masuknya gas- gas menembus selaput alveolo-kapiler.
d. Perfusi : pengambilan gas- gas oleh aliran darah kapiler paru yang
adekuat.

2. Respirasi internal adalah pertukaran gas- gas antara darah dan


jaringan pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu :
a. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigen.
b. Distribusi kapiler.
c. Difusi, perjalanan gas ke ruang interstitial dan menembus dinding sel.
d. Metabolisme sel yang melibatkan enzim.
Fungsi utama respirasi ialah pertukaran O² dan CO² antara darah dan
udara Pernapasan. Fungsi tambahan ialah pengendalian keseimbangan
asam basa, metabolisme hormon dan pembuangan partikel. Paru ialah satu-
satunya organ tubuh yang menerima darah dan seluruh curah jantung.
Secara anatomis system respirasi dibagi menjadi bagian atas (upper)
terdiri dari hidung, ruang hidung, sinus paranasalis dan faring yang
berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk
kesaluran pernapasan dan bagian bawah (lower) terdiri dari laring,
trakea,bronki, bronkioli dan alveoli.
Secara fisiologis system respirasi dibagi menjadi bagian konduksi
dari ruang hidung sampai bronkioli terminalis dan bagian respirasi terdiri
dari bronkioli respiratorius sampai alveoli. Paru kanan terdiri dari tiga lobi
( atas,tengah dan bawah) dan paru kiri dual obi ( atas dan bawah).

FISOLOGI RESPIRASI | 3
Trakea adalah pipa fibromuskular pada dewasa panjangnya 10- 12 cm,
diameter 18- 20 mm. diameter cabang- cabangnya ialah bronkus utama
(primary) ±13 mm, bronkus lobaris 7-5 mm,bronkus segmentalis 4-3 mm,
bronkus kecil ± 1 mm,bronkiolus utama 1-0.5 mm, bronkiolus terminalis ±
0.5 mm, bronkiolus respiratorius ± 0.5 mm, duktus Alveolaris 0,3 mm dan
sakkus alveolaris 0.3 mm. trakea terdiri dari sel- sel bersilia dan sel- sel yang
dapat mensekresi lender. Setiap sel memiliki 200 silia yang selalu bergerak
12- 20 kali setiap menitnya mendorong lendir ke faring dengan kecepatan
0.5- 1.5 cm/menit.

D. Siklus Pernapasan

Permulaan Respirasi : Kontraksi Otot Inspirasi

Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas,


tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan
atmosfer. Otot inspirasi utama-otot yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi
sewaktu bernapas tenang- adalah diafragma, dan otot intercostal eksternal. Pada
awitan inspirasi, otot-otot ini dirangsang untuk berkontraksi sehingga rongga thoraks
membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot rangka yang
membentuk lantai rongga thoraks dan dipersarafi oleh saraf frenikus. Diafregma
dalam keadaan melemas berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga
thoraks. Ketika berkontraksi (pada stimulasi oleh saraf frenikus), diafragma turun dan
memperbesar volume rongga thoraks dengan meningkatkan ukuran vertical (atas ke
bawah). Dinding abdomen, jika melemas, menonjol keluar sewaktu inspirasi karena
diafragma yang turun menekan isi abdomen ke bawah dank e depan. Tujuh puluh
lima persen pembesaran rongga thoraks sewaktu bernapas tenang dilakukan oleh
kontraksi diafragma.

FISOLOGI RESPIRASI | 4
Dua set otot interkostal terletak antara iga-iga. Otot interkostal eksternal
terletak di atas otot interkostsl internal. Kontraksi otot interkostal eksternal yang
serat-seratnya berjalan ke bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan,
memperbesar rongga thoraks dalam dimensi lateral (sisi ke sisi) dan anteroposterior
(depan ke belakang). Ketika berkontraksi, otot interkostal eksternal mengangkat iga
dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf interkostal mengaktifkan otot-
otot interkostal ini.

Peran Otot Inspirasi Tambahan

Inspirasi dalam (lebih banyak udara dihirup) dapat dilakukan dengan


mengontraksikan diafragma dan otot interkostal eksternal secara lebih kuat dan
dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan (aksesorius) untuk semakin
memperbesar rongga thoraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di leher,
mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga thoraks.
Dengan semakin membesarnya volume rongga thoraks dibandingkan dengan keadaan
istirahat maka paru juga semakin mengembang, menyebabkan tekanan intra alveolus
semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai
keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu, tercapai pernapasan yang lebih dalam.

Permulaan Ekspirasi : Relaksasi Otot Inspirasi

Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi


aslinya seperti kubah ketika melemas. Ketika otot intercostal eksternal melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang
menyebabkan ekspansi dinding dada (dan karenanya ekspansi paru) maka dinding
dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran pra inspirasi nya
karena sifat-sifat elastic, seperti balon teregang yang dikempiskan. Sewaktu paru

FISOLOGI RESPIRASI | 5
kembali mengecil, tekanan intra alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara
yang lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada
akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi
biasa, tekanan intra alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan atmosfer
menjadi 761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien tekanannya
dari tekanan intraalveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah.

Karena diafragma adalah otot inspirasi utama dan relaksasinya juga


menyebabkan ekspirasi, maka paralisis otot intercostal saja tidak secara serius
mempengaruhi pernapasan tenang. Namun, gangguan aktivitas diafragma karena
kelainan saraf atau otot dapat menyebabkan paralisis pernapasan untungnya, saraf
frenikus berasal dari medulla spinalis di daerah leher (segmen servikalis 3,4, dan 5)
dan kemudian turun ke diafragma di dasar thoraks, dan bukan berasal dari daerah
thoraks medulla spinalis. Karena ini, orang yang mengalami kelumpuhan total di
bawah leher oleh trauma medulla spinalis masih dapat bernapas, meskipun mereka
tidak dapat menggunakan semua otot rangka di lengan dan tungkai mereka.

Ekspirasi Paksa : Kontraksi Otot Ekspirasi

Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses


pasif, karena dicapai oleh recoil elastic paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa
memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif
karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot inspirasi dengan menggunakan energi.
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih
cepat daripada yang dicapai selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan
dalam ketika berolahraga. Tekanan intra alveolus harus lebih ditingkatkan di atas
tekanan atmosfer daripada yang dicapai oleh relaksasi biasa otot inspirasi dan recoil
elastic paru. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau aktif tersebut, otot-otot
ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi volume rongga thoraks dan

FISOLOGI RESPIRASI | 6
paru. Otot ekspirasi yang paling penting adalah (yang mungkin tidak diduga
sebelumnya) otot dinding abdomen. Sewaktu otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan tekanan intrabdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma,
mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thoraks daripada posisi lemasnya
sehingga ukuran vertikal rongga thoraks menjadi semakin kecil. Otot ekspirasi lain
adalah otot interkostal internal, yang kontraksinya menarik iga turun dan masuk,
mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks, tindakan
ini berlawanan dengan otot interkostal eksternal.

E. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida


Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke bagian respirasi paru
sampai ke Alveoli. Setelah O² menembus epitel alveoli, membrana basalis dan
endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O² bergabung dengan hemoglobin
(97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%).

O2 + Hb ↔ HbO2 (97%)
O2 + Plasma ↔ Larut (3%)

Dalam keadaan normal 100 ml darah meninggalkan kapiler alveoli


mengakut 20 ml O². Rata- rata dewasa muda normal membutuhkan O² setiap
menitnya 225 ml.Oksigen yang masuk kedalam darah dari alveoli sebagian besar
diikat oleh Hb dan sisanya larut dalam plasma.
Jika semua molekul Hb mengikat O² secara penuh, maka saturasinya
100%. Jika kemampuan setiap ,olekul Hb hanya mengikat 2 molekul O², maka
saturasinya 50%. Jumlah O² yang larut dalam 100 ml darah adalah 0,29 ml pada
tekanan PaO² 95 mmHg dan tunduk pada hokum Henry.
Konsentrasi gas = a x tekanan bagian

a = koefisien kelarutan gas dalam darah pada suhu tertentu.

FISOLOGI RESPIRASI | 7
Pada suhu normal a O² = 0.003 ml/dl/mmHg.

Karbon dioksida (CO²) adalah hasil metabolism aerobic dalam jaringan


perifer dan produksinya bergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam darah
sebagian besar CO² (70%) diangkut diubah menjadi asam karbonat dengan
bantuan enzim carbonic anhydrase (CA). Sebagian kecil CO² diikat oleh Hb
dalam sel eritrosit. Sisa CO² (23%) larut dalam plasma :

CO² + H²O ↔ HCO3 asam karbonat (70%)

CO2 + Plasma ↔ Larut (23%)

CO2 + HbNH2 ↔ H+ + HbNHCOO- karbamino hemoglobin (sisanya)

F. Pusat Respirasi
Pusat respirasi merupakan kelompok neuron luas terletak di substansia
retikuler medulla oblongata dan pons terdiri dari pusat apnestik, area
pneumotaksis, area ekspiratori dan area inspiratory. Diafragma diinervasi oleh
Nervus frenikus yang keluar dari akar saraf C3-5. Trauma cervical diatas C5
akan mengganggu pernapasan spontan karena selain nervus frenikus juga saraf
intercostal terkena.
Perangsangan nervus vagus akan menyebabkan kontriksi dan sekresi
bronkus via reseptor muscarinic. Sebaliknya perangsangan terhadap simpatis
T1-4 akan menyebabkan dilatasi bronkus via reseptor beta-2. Stimulasi
reseptor adrenergik alfa-1 akan menurunkan sekresi.

G. Kontrol Pernapasan
Seperti denyut jantung, bernapas harus berlangsung dalam pola yang terus
menerus dan siklik untuk mempertahankan proses-proses kehidupan. Otot
jantung harus berkontraksi dan melemas secara ritmis untuk secara bergantian

FISOLOGI RESPIRASI | 8
mengosongkan jantung dari darah dan mengisinya kembali. Demikian juga,
otot-otot inspirasi harus secara berirama berkontraksi dan melemas untuk secara
bergantian mengisi paru dengan udara dan mengosongkannya. Kedua aktivitas
ini berlangsung secara otomatis, tanpa upaya sadar. Namun, mekanisme dan
control yang mendasari kedua system ini sangat berbeda.

Komponen Kontrol Saraf pada Respirasi

Kontrol saraf atas respirasi melibatkan tiga komponen berbeda. (1)


faktor yang menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi bergantian. (2) faktor yang
mengatur besar ventilasi (yaitu kecepatan dan kedalaman bernapas) untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, dan (3) faktor yang memodifikasi aktivitas
pernapasan untuk tujuan lain. Modifikasi yang terakhir ini mungkin bersifat
volunteer, misalnya dalam mengontrol napas untuk berbicara, atau involunter,
misalnya manuver pernapasan yang berkaitan dengan batuk atau bersin.

Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan


pola bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat respirasi
medula, terdiri dari beberapa agregat badan saraf di dalam medula yang
menghasilkan sinyal ke otot-otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan
lain terletak lebih tinggi di batang otak di pons – pusat pneumotaksik dan pusat
apnustik. Kedua pusat di pons ini mempengaruhi sinyal keluar dari pusat
pernapasan di medula.

Neuron Inspirasi dan Ekspirasi di Pusat Medula

Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena


kontraksi dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi, yaitu diafragma dan otot

FISOLOGI RESPIRASI | 9
interkostal eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh saraf frenikus dan
saraf interkostal. Badan-badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf
ini terletak di medula spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla
berakhir di badan-badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik
diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan,
menyebabkan inspirasi; ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls
maka otot inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi.

Pusat pernapasan medula terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal
sebagai kelompok respiratorik dorsal dan kelompok respiratorik ventral.

Kelompok respiratorik dorsal terutama terdiri dari neuron respiratorik yang


serat-serat desendensnya berakhir di neuron motoric yang menyarafi otot
inspirasi. Ketika neurin-neuron ini melepaskan muatan maka terjadi inspirasi,
ketika mereka tidak menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi. Ekspirasi diakhiri
karena neuron-neuron inspiratorik kembali mencapai ambang dan melepaskan
muatan.

Kelompok respiratorik ventral terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron


ekspiratorik, yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang.
Bagian ni diaktifkan kelompok respiratorik dorsal sebagai mekanisme penguat
selama periode-periode saat kebutuhan akan ventilasi meningkat.

Pengaruh dari Pusat Pneumotaksik dan Apnustik

Pusat pernapasan di pons melakukan “penyesuaian halus” terhadap


pusat di medula untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang
lancer dan mulus. Pusat penumotaksik mengirim impuls kelompok respiratorik
dorsal yang membantu “memadamkan” neuron-neuron inspiratorik sehingga
durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apnustik mencegah neuron-neuron

FISOLOGI RESPIRASI | 10
inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan
sistem check and balance ini, pusat pneumotaksik mendominasi pusat apnustik,
membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara
normal. Tanpa rem pneumotaksik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas
panjang yang terputus mendadak dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang
abnormal ini dikenal sebagai apnusis; karena itu, pusat yang mendorong tipe
bernapas ini disebut pusat apnustik. Apnusis terjadi pada jenis tertentu
kerusakan otak berat.

H. Pengaruh Anestesia pada Respirasi


Efek penekan dari obat anestetik dan pelumpuh otot lurik terhadap
respirasi telah dikenal sejak dahulu ketika kedalaman, karakter dan
kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda klinis yang bermamfaat terhadap
kedalaman anesthesia.
Induksi anestesia akan menurunkan kapasitas sisa fungsional
(fungtional residual volume), mungkin karena pergeseran diafragma
keatas,apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigil pada pasca
anestesia akan meningkatkan konsumsi O2.
Pada perokok berat mukosa jalan napas mudah terangsang, produksi
lender meningkat, darahnya mengandung HbCO kira- kira 10% dan
kemampuan Hb mengikat O2 menurun sampai 25%. Nikotin akan
menyebabkan takikardi dan hipertensi.

FISOLOGI RESPIRASI | 11
I. Volum statistic dan kapasitas paru

a. Volum alun (TV, tidal volume)


Volum udara inspirasi atau ekspirasi pada setiap daur napas tenang.
Dewasa ±500 ml.
b. Volum cadangan inspirasi (IRV, inspiratory reserve volume).
Volum maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir inspirasi
tenang. Dewasa ± 3.000 ml.
c. Volum cadangan ekspirasi (ERV, ekspiratory reserve volume).
Volum maksimal udara yang dapat diekspirasi setelah akhir ekspirasi
tenang. Dewasa ± 1.000 ml.

FISOLOGI RESPIRASI | 12
d. Volum sisa (RV, residual volume)
Volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi
maksimal.Dewasa ±1.200 ml.
e. Kapasitas inspirasi (IC, inspiratory capacity),TV + IRV.
Volum maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir ekspirasi
tenang. Dewasa ± 3.500 ml.
f. Kapasitas sisa fungsional (FRC, fungtional residual capacity), ERV +
RV.
Volum udara tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi tenang. Dewasa
± 2200 ml.
g. Kapasitas vital (VC, vital capacity), IRV + TV + ERV.
Volum maksimal antara yang dapat diekspirasi dengan usaha maksimal
setelah inspirasi maksimal. Dewasa ±4.500 ml.
h. Kapasitas paru total (TIC,total lung capacity), IRV + TV + ERV + RV.
Volum udara dalam paru setelah akhir inspirasi maksimal. Dewasa ±
5.700 ml.

FISOLOGI RESPIRASI | 13
DAFTAR PUSTAKA

Latif, Said A dkk. Petunjuk praktis anestesiologi. Bagian anestesiologi FKUI. Jakarta
: 2001.
Ganong, William F., editor bahasa Indonesia: M Djauhari Widjajakusumah. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. hal.
669 – 724.
Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.1997. hal. 655 – 667.
Sherwood, Lauralee.Fisiologi Jantung. Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem. Jakarta : EGC.2001; hal 496 – 551.

FISOLOGI RESPIRASI | 14

Vous aimerez peut-être aussi