Vous êtes sur la page 1sur 40

MAKALAH MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIKS

Dosen Pengampu : Kusniyati Utami, Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ASFAR KARYONO
2. ELA LORENZA
3. MUSTIKA AMALIA
4. M.JAZRIN
5. FAHRURROZI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM
STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII
MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Keperawatan Maternitas dengan kasus
Ca Serviks” ini sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan.

Salawat serta salam tidak lupa kami haturkan atas junjungan nabi besar kita
Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
terang menderang, semoga kami mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman.

Tak ada gading yang tak retak dan tak seorang pun yang luput dari
kesalahan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya konsuktif guna penyempurnaan makalah berikutnya.

2
DAFTAR ISI

1.1 KATA PENGANTAR 2


1.2 DAFTAR ISI 3
1.3 BAB I PENDAHULUAN 4

BAB II KONSEP TEORI MEDIS


2.1 DEFINISI. 4
2.2 ETIOLOGI. 5
2.3 KLASIFIKASI KLINIS. 5
2.4 MANIFESTASI KLINIS.................................................................7
2.5 PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY. 8
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...................................................13
2.7 KOMPLIKASI 13
2.8 PENATALAKSANAAN 14

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 PENGKAJIAN 16
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 21
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN 22
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 34
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN 34

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN 39

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab


kematian akibat kanker yang terbesarbagi wanita di negara-negara
berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru dan
300.000kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara
berkembang. Fakta-fakta tersebutmembuat kanker leher rahim menempati
posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia, danmenempati
urutan pertama di negara berkembang.
Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita
Indonesia yaitu sekitar 34% dari seluruh kanker pada perempuan dan
sekarang 48 juta perempuan Indonesia dalam risiko mendapat kanker leher
rahim. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher
rahim yaitu bagian rahim yangmenghubungkan rahim bagian atas dengan
vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52tahun, dan
distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64
tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ca serviks?
2. Jelaskan etiologi/penyebab dari ca serviks?
3. Jelaskan klasifikasi klinis ca serviks?
4. Jelaskan manifestasi klinis dari ca serviks?
5. Jelaskan patofisiologi dari ca serviks?
6. Jelaskan pemeriksaan diagnostik ca serviks?
7. Sebutkan komplikasi dari ca serviks?
8. Jelaskan penatalaksanaan ca serviks?
9. Jelaskan asuhan keperawatan ca serviks?

4
BAB II

KONSEP TEORI MEDIS

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

2.1 Definisi
Kanker adalah tumor ganas yang disebabkan oleh adanya sel-sel baru
yang tubuh secara berlebihan, dapat menyebar kemana-mana tidak
terkoordinasi dan bersifat merusak jaringan tubuh yang bersangkutan dan
sekitarnya. Kanker leher rahim/ kanker serviks adalah suatu tumor ganas
yang terdapat pada leher rahim berupa benjolan, mudah berdarah kadang
berbau amis seperti cucian daging.
Kanker serviks adalah proses keganasan atau bisa disebut juga
tumbuhnya tumor ganas pada leher rahim/serviks (bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina) sehingga jaringan disekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (sukaca. 2009.
Nugroho dan utama. 2014)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistic menunjukkan bahwa
kanker serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22
sampai 55 tahun (diananda. 2009).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya. (fkui)
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti. Tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu sebagai berikut :
1. HPV (human papiloma virus)

5
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah hpv tipe 16, 18, 45 dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan memepengaruhi kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi hpv pada serviks.
3. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
4. Gangguan sistem kekebalan tubuh
5. Pemakaian pil KB
6. Ada beberapa faktor resiko penyebab kanker leher rahim (kanker serviks),
antara lain :
a. Sosial ekonomi rendah :
 Kurang gizi
 Tidak mampu melakukan pap smear
 Infeksi menahun pada alat kelamin misalnya:
a) Keputihan gatal-gatal / trikomonas.
b) Jamur / candida albikan
c) Penyakit gonorhae / kelamin.
d) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
b. Perilaku / kebiasaan:
 Berganti pasangan sex / multi partner.
 Jarak persalinan terlalu dekat.
 Hubungan seksual terlalu muda (kurang dari 16 tahun).
 Keturunan / herditas.
 Wanita dengan suami yang tidak dikhitan.
 Wanita dengan suami yang berganti-ganti pasangan seksual.

2.3 Klasifikasi klinis

Stadium Kriteria

6
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel

I Proses terbatas pada serviks dan uterus

Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis


secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau
secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari
epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.

Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.

Ii Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar


ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium,
tetapi tidak sampai ke dinding panggul.

Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas


dari infiltrat tumor.

Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi


belum sampai ke dinding panggul.

Iii Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium


sampai dinding panggul.

Iiia Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak


sampai ke dinding panggul.

Iiib Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak


ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor
dengan dinding panggul, atau proses pada tingkat i
atau ii, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau
hidronefrosis.

Iv Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan


melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria
(dibuktikan secara histologi) atau telah

7
bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang
jauh.

Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar

Ivb Telah bermetastasis jauh

2.4 Manifestasi klinis kanker serviks


Perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika
sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya. Pada saat prakanker biasanya timbul tanda dan gejala
sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan

8
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
Pada tahap syadium lanjut kanker serviks ditandai sebagai berikut :
1. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar
bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau
rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
2. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
3. Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Dari vagina keluar air kemih atau tinja.
2.5 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-
columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini
berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35
tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
 Eksofilik mulai dari scj ke arah lumen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
 Endofilik mulai dari scj tumbuh ke dalam stomaserviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
 Ulseratif mulai dari scj dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi
ulkus yang luas.

9
serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat
saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya
mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik
dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan nis i, ii, iii dan kis
untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif
atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.

periode laten dari nis – i s/d kis 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata
5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang
masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan /
tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari richard.
Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid
carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

10
Pathway

Dysplasia Kanker serviks


Proses metaplasi
 Berhubungan sexs < 16 tahun serviks
 merokok
 higene sexs yang kurang.
 virus HIV Tahap awal
Tahap lanjut Terapi
 sering melahirkan dengan
persalinan bermasalah.
 berganti-ganti pasangan. Nekrosis jaringan
 herediter. serviks Menyebar ke Pembesaran massa
pelvik

malu
penipisan sel epitel
tekanan intrapelvik

Hambatan Interaksi
rusaknya permeabilitas
Sosial tekanan intra
pembuluh darah
abdomen

Nyeri akut perdarahan


11
gastrointestinal

Ganguan eliminasi urin

metabolisme
pembentukan asam laktat Resiko Kekurangan
ananaerob
Anemia
Volume Cairan

suplai O2 turun
kelelahan

Defisit perawatan diri HB turun imunitas menurun

pembedahan
radiasi kemoterapi

mempercepat

pre post pertumbuhan sel


normal

Defisiansi Pengetahuan
anastesi 12
peningkatan Peningkatan tekanan perkemihan kompresi pada RES
pemanasan pada gaster
epidermis kulit

mual, muntah
anemia
cystitis
eritema, pecah-pecah,
kering, puiritus

anoreksia leukosit menurun

Ganguan eliminasi urin


Kerusakan integritas
kulit
ketidakseimbangan
Resiko infeksi
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

13
2.6 Pemeriksaan diagnostik
1. Sitologi/pap smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
2.7 Komplikasi
1. Pendarahan
2. Infertil
3. Obstruksi ureter
4. Hidronefrosis

14
5. Gagal ginjal
6. Pembentukan fistula
7. Anemia
8. Infeksi sistemik
9. Trombositopenia

2.8 Penatalaksanaan kanker serviks


a. Penatalaksanaan keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan mngurangi
kecemasan serta ketakutan pasien. Perawat mendukung
kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah komplikasi. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien memandang kemampuan
reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuan reproduksinya. Perawat berupaya membantu
pasien dan pasangannya untuk menerima berbagai perubahan fisik
dan psikologis akibat masalah tersebut serta menemukan kualitas
lain dalam diri wanita sehingga ia dapat dihargai. Apabila
terdiagnosis menderita kanker banyak wanita merasa hidupnya
terancam sehingga intervensi keperawatan difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter
harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumberdaya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah.
b. Terapi
1. Irradiasi
 Dapat dipakai untuk semua stadium
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Komplikasi irradiasi
 Kerentanan kandungan kencing

15
 Diarrhea
 Perdarahan rectal
 Fistula vesico atau rectovaginalis
Dosis
penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
2. Operasi
 Operasi wentheim dan limfatektomi untuk stadium i dan ii
 Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi
 Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan
sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
 Cytostatika : bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks
yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten
terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.

16
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien : usia ( usia yang paling banyak terkena kanker serviks
adalah kelompok usia 41-65 tahun dengan grade paling banyak berada
pada grade 3-4, karena pada usia ini merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia), pendidikan (dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk
membentuk pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap untuk
berperan serta dalam pembangunan kesehatan sehingga seseorang
dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi
mengenai kondisi kesehatan), agama, alamat, pekerjaan, asal suku
bangsa, jenis kelamin.
b. Status kesehatan
1) Keluhan utama : pasien dengan kanker serviks akan mengeluhkan
perdarahan dan keputihan. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan dan anemia.
2) Riwayat kesehatan saat ini
pasien dengan kanker serviks datang dengan keluhan perdarahan
pisca coitis dan terdapat keputihan yang berbau busuk tetapi tidak
gatal. Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
3) Riwayat kesehatan dahulu
pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS.
4) Riwayat penyakit keluarga

17
Perlu ditanyakan apakah pasien mempunyai anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau penyakit menular lainnya.
Riwayat keluarga seperti ibu atau saudara perempuan yang
memiliki kanker serviks berpeluang untuk mengembangkan
penyakit ini sekitar 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker serviks.
c. Pola fungsi kesehatan gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik
pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih
vagina yang mengandung zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan
pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat
dari depresi yang dialami oleh ibu.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu
biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan
otot abdominal
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada ibu hamil dengan kanker serviks harus lebih
banyak jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi
mual dan muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang
biasa dimakan oleh ibu serta pantau berat badan ibu sesuai dengan
umur kehamilan karena ibu dengan kanker serviks juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan. Kanker serviks pada ibu yang
sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.
5. Pola kognitif – perseptual

18
Pada ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi
gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena
mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah
dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks
adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total). Ibu hamil wajar jika mengalami
perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang
akibat dari harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Namun
pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks ibu akan merasa
sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak
dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan
pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima
kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya
mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang

19
diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya
kematian janin serta keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi
pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibu serta janin
yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika
dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker
serviks.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini
d. Riwayat obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu diketahui adalah :
a) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menarche. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah
salah satu tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karena kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma
serviks.
e. Pemeriksaan fisik
TTV tidak dalam batas normal

Dimana batas normal TTV meliputi :

20
Nadi : 60-100 x / menit

Nafas : 16 - 24 x / menit

Tekanan darah : 110-140 / 60-90 mmHg

Suhu : 36,5 0c – 37,5 0c


Keadaan umum : biasanya pasien dengan kanker serviks sadar dan
lemah.
1. Kepala : biasanya pasien dengan kanker serviks mengalami rambut
rontok, mudah terbut.
2. Mata : biasanya pasien dengan kanker serviks mengalami
konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
3. Leher : biasanya pasien dengan kanker serviks tidak ada kelainan.
4. Thoraks
Dada : biasanya pasien dengan kanker serviks tidak ada kelainan.
Jantung : biasanya pasien dengan kanker serviks tidak ada kelainan.
5. Abdomen : biasanya pasien dengan kanker serviks nyeri pada
abdomen.
6. Genetalia : biasanya pasien dengan kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan, dan lesi.
7. Ekstremitas : biasanya pasien dengan kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri. Biasanya pada pasien kanker
serviks pos kemoterapi biasanya mengalami kesemutan dan kebas
pada tangan dan kaki.
f. Analisa data
1. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi
perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal
2) Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawah
3) Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di
perut bagian bawah

21
4) Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine
bercampur darah
5) Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
6) Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemas
7) Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviks
8) Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta
kondisi janin yang dikandungnya
9) Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya.
2. Data obyektif
TTV tidak dalam batas normal

Dimana batas normal TTV meliputi :

Nadi : 60-100 x / menit

Nafas : 16 - 24 x / menit

Tekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHg

Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C


1) Membran mukosa kering
2) Turgor kulit buruk akibat perdarahan
3) Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah
ditekan )
4) Ekspresi wajah pasien pucat
5) Pasien tampak lemas
6) Warna kulit kebiruan
7) Kulit pecah – pecah, rambut rontok, kuku rapuh
8) Nilai profil biofisik janin normal tidak sesuai dengan usia
kehamilan
9) DJJ tidak dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit
10) Gerakan janin kurang aktif
11) Ekspresi wajah pasien meringis
12) Pasien tampak gelisah
13) Pasien mengalami kejang

22
14) Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesia)
15) Terjadi hematuria
16) Terjadi inkontinensia urine
17) Terjadi inkontinensia alvi
18) Berat badan pasien tidak stabil (tidak sesuai dengan BB pasien
dalam kondisi kehamilan)
19) Mual ataupun muntah
20) Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan
3. Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas
metabolik
5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
6. gangguan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan aktivitas metabolik terhadap kanker
8. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses
penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya
9. Ansietas b/d krisis situasional

23
3.3 Intervensi Kperawatan
No. DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan asuhan 1. Awasi masukan dan haluaran. 1. Memberikan pedoman untuk
keperawatan selama 3x 24 jam, Ukur volume darah yang keluar penggantian cairan yang perlu
diharapkan keseimbangan melalui pendarahan. diberikan sehingga dapat
volume cairan adekuat 2. Catat kehilangan darah ibu dan mempertahankan volume sirkulasi
Kriteria Hasil : kemungkinan adanya kontraksi yang adekuat untuk transport oksigen
1. TTV pasien dalam batas uterus. pada ibu dan janin.
normal, meliputi : 3. Hindari trauma dan pemberian 2. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / tekanan berlebihan pada daerah serviks, tirah baring dan medikasi
menit) yang mengalami pendarahan. mungkin tidak efektif di dalam
Pernapasan normal (± 16 - 4. Pantau status sirkulasi dan mempertahankan kehamilan.
24 x / menit volume darah ibu. Kehilangan darah ibu secara
Tekanan darah normal ( ± 5. Pantau TTV. Evaluasi nadi berlebihan menurunkan perfusi
100 - 140 mmHg / 60 - 90 perifer, dan pengisian kapiler. plasenta.
mmHg) 6. Catat respon fisiologis 3. Mengurangi potensial terjadinya
Suhu normal (± 36,5oC - individual pasien terhadap peningkatan pendarahan dan trauma
37,5oC) pendarahan, misalnya mekanis pada janin.
2. Membran mukosa lembab kelemahan, gelisah, ansietas, 4. Kejadian perdarahan potensial
3. Turgor kulit baik (elastis) pucat, berkeringat / penurunan merusak hasil kehamilan,

24
4. Pengisian kapiler cepat ( kesadaran. kemungkinan menyebabkan
kembali dalam ± 2-3 detik 7. Kaji turgor kulit, kelembaban hipovolemia atau hipoksia
setelah ditekan ) membran mukosa, dan uteroplasenta.
5. Ekspresi wajah pasien tidak perhatikan keluhan haus pada 5. Menunjukkan keadekuatan volume
pucat pasien. sirkulasi.
8. Kolaborasi : 6. Simtomatologi dapat berguna untuk
Berikan cairan IV sesuai mengukur berat / lamanya episode
indikasi pendarahan. Memburuknya gejala
9. Kolaborasi : dapat menunjukkan berlanjutnya
Berikan transfusi darah (Hb, pendarahan / tidak adekuatnya
Hct) dan trombosit sesuai penggantian cairan.
indikasi. 7. Merupakan indikator dari status
10. Kolaborasi : hidrasi / derajat kekurangan cairan.
Awasi pemeriksaan 8. Penggantian cairan tergantung pada
laboratorium, misalnya : Hb, derajat hipovolemia dan lamanya
Hct, sel darah merah pendarahan (akut / kronis). Cairan IV
juga digunakan untuk mengencerkan
obat antineoplastik pada penderita
kanker.
9. Transfusi darah diperlukan untuk

25
memperbaiki jumlah darah dalm tubuh
ibu dan mencegah manifestasi anemia
yang sering terjadi pada penderita
kanker.
10. Perlu dilakukan untuk menentukan
kebutuhan resusitasi cairan dan
mengawasi keefektifan terapi
2 Setelah diberikan asuhan 1. Awasi tanda vital, kaji 1. Identifikasi ketidakadekuatan derajat
keperawatan selama 3x 24 jam, pengisian kapiler dan warna perfusi jaringan dan membantu dalam
diharapkan perfusi jaringan dasar kuku. menentukan intervensi.
kembali adekuat 2. Perhatikan status fisiologis ibu, 2. Pada ibu hamil yang menderita kanker
Kriteria Hasil : status sirkulasi, dan volume serviks rentan mengalami perdarahan
1. TTV pasien dalam batas darah. yang potensial merusak hasil
normal, meliputi : 3. Auskultasi dan laporkan DJJ, kehamilan, dan kemungkinan
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / catat bradikardi atau takikardi. menyebabkan hipovolemia hingga
menit) Catat perubahan pada aktivitas hipoksia pada uteroplasenta.
Pernapasan normal (± 16 - 24 janin (hipoaktif atau hiperaktif). 3. Identifikasi berlanjutnya hipoksia janin.
x / menit 4. Anjurkan tirah baring pada Pada awalnya janin berespon terhadap
Tekanan darah normal ( ± 100 posisi miring kiri. penurunan kadar oksigen dengan
- 140 mmHg / 60 - 90 mmHg) 5. Kolaborasi : takikardia dan peningkatan gerakan.

26
Suhu normal (± 36,5oC - Awasi pemeriksaan Bila tetap defisit, bradikardia dan
37,5oC) laboratorium (Hct, Hb, SDM). penurunan aktivitas terjadi.
2. Pasien tidak tampak lemas 6. Kolaborasi : 4. Menurunkan tekanan vena cava inferior
3. Pengisian kapiler cepat ( Berikan transfusi sel darah dan superior serta meningkatkan
kembali dalam ± 2-3 detik merah lengkap sesuai indikasi. sirkulasi plasenta (janin) dan
setelah ditekan) Awasi adanya komplikasi pertukaran oksigen.
4. Denyut nadi teraba transfusi. 5. Reduksi pada kadar Hb, Hct atau
5. Tidak tampak kebiruan pada 7. Kolaborasi : volume sirkulasi darah mengurangi
permukaan kulit Berikan terapi oksigen persediaan oksigen untuk jaringan ibu
6. Tidak terdapat perubahan tambahan sesuai indikasi yang akan berdampak pada janin yang
karakteristik kulit (rambut, dikandungnya.
kuku, kelembaban) 6. Meningkatkan jumlah mediator
transport oksigen ke sel-sel tubuh.
7. Meningkatkan ketersediaan oksigen
untuk ambilan janin, sehingga kapasitas
oksigen untuk janin meningkat
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jam secara komprehensif sehingga dapat menyusun intervensi.
diharapkan rasa nyeri akut termasuk lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien.
berkurang atau hilang, dengan durasi, frekuensi, kualitas dan 3. Untuk membantu pasien dalam

27
kriteria hasil : faktor presipitaasi. mengurangi rasa nyeri.
1) Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal 4. Untuk mengetahui cara mengatasi
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan nyeri dari.
mampu menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi 5. Untuk mengetahui cara mengatasi
tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk menegtahui nyeri dari pasien.
untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien 6. Untuk mengetahui sejauh mana
mencari bantuan. 4. Kaji kultur yang kemampuan pasien dalam mengtasi
2) Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri nyeri.
berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri 7. Untuk membantu pasien dalam
menggunakan manajemen masa lampau mengatasi nyeri.
nyeri. 6. Evaluasi bersama pasien dan
3) Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol nyeri
dan tanda nyeri) masa lampau
4) Menyatakan rasa nyaman 7. Bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang. untuk mencari dan
menemukan dukungan
4 Tujuan : Tindakan mandiri perawat : 1. Peningkatan suhu hingga 38,9oc-41,1
o
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat suhu tubuh c menunjukkan adanya proses
keperawatan selama 3 kali 24 setiap 2 jam atau 4 jam. penyakit infeksius. Pola peningkatan

28
jam diharapkan hipertermi 2. Observasi membran mukosa, suhu dapat membantu dalam
teratasi. pengisian kapiler, turgor identifikasi diagnosis dini.
Kriteria hasil : kulit. 2. Membantu memantau terjadinya
1. Suhu dalam batas normal 3. Berikan minum 2-2,5 liter dehidrasi.
(36-37 C). sehari/24 jam. 3. Membantu mengurangi peningkatan
2. Tidak ada tanda-tanda 4. Berikan kompres hangat pada suhu tubuh pasien
dehidrasi. dahi, ketiak dan lipat paha.. 4. Membantu mengurangi peningkatan
 Turgor kulit elastis 5. Anjurkan pasien suhu tubuh pasien.
 Pengisian kapiler <3 menggunakan pakaian yang 5. Membantu mengurangi peningkatan
 Membran mukosa tipis dan menyerap keringat. suhu tubuh pasien.
lembab. 6. Observasi adanya 6. Untuk memantau perkembangan
peningkatan suhu terus penyakit, sehingga dapat menyusun
menerus, distensi abdomen, intervensi selanjutnya
nyeri abdomen. Tindakan kolaborasi :
1. Dapat digunakan untuk mengurangi
Tindakan kolaborasi :
demam dengan bereaksi pada
1. Pemberian antipiretik sesuai termoregulasi sentral tubuh di
program medik. hipotalamus.
2. Pemberian cairan parenteral 2. Membantu mengurangi peningkatan
sesuai program medik. suhu tubuh pasien.

29
5 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tanda / gejala infeksi 1. Pengenalan dini dan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 secara kontinyu pada semua segera dapat mencegah
jam, pasien tidak mengalami sistem tubuh (misalnya : perkembangan infeksi lebih lanjut
infeksi pernafasan, pencernaan, 2. Peningkatan suhu pada ibu hamil
Kriteria Hasil : genitourinaria) dengan kanker serviks dapat terjadi
1. Tidak tampak tanda - 2. Pantau perubahan suhu pasien karena proses penyakitnya, infeksi,
tanda infeksi (kalor, rubor, 3. Kaji janin untuk melihat dan efek samping kemoterapi yang
dolor, tumor, fungsio adanya tanda infeksi seperti dijalaninya. Identifikasi dini proses
laesia) takikardi dan penurunan infeksi memungkinkan terapi yang
2. TTV pasien dalam batas keaktifan gerakan janin tepat untuk dimulai segera
normal, meliputi : 4. Pertahankan teknik perawatan 3. Deteksi dini terhadap reaksi infeksi
3. Nadi normal ( ± 60 - 100 x aseptik. Hindari / batasi yang bisa berdampak pada janin dan
/ menit) prosedur invasif menghambat pertumbuhan janin.
4. Pernapasan normal (± 16 - 5. Utamakan personal hygiene 4. Menurunkan risiko kontaminasi
24 x / menit) 6. Kolaborasi : agen infeksius
5. Tekanan darah normal ( ± Awasi hasil laboratorium 5. Membantu mengurangi pajanan
100 - 140 mmHg / 60 - 90 untuk melihat adanya potensial sumber infeksi dan

30
mmHg) diferensial atau peningkatan menimalisir paparan pertumbuhan
6. Suhu normal (± 36,5oC - WBC. sekunder patogen
37,5oC) 7. Kolaborasi : 6. Diferensial dan peningkatan WBC
7. Nilai WBC (sel darah Dapatkan kultur sesuai merupakan salah satu respon tubuh
putih) dari pemeriksaan indikasi untuk mengatasi infeksi yang timbul
laboratorium berada dalam 8. Kolaborasi : oleh antigen
batas normal (4 - 9 Berikan antibiotik sesuai 7. Mengidentifikasi organisme
103/µL) indikasi penyebab dan terapi yang tepat.
8. Digunakan untuk menghambat
perkembangan agen infeksius
6 Setelah diberikan asuhan 1. Catat keluaran urine, selidiki 1. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat
keperawatan selama 3 x 24 jam, penurunan / penghentian mengindikasikan adanya obstruksi /
pola eliminasi urine pasien aliran urine tiba-tiba disfungsi pada traktus urinarius
kembali normal (adekuat) 2. Kaji pola berkemih (frekuensi 2. Identifikasi kerusakan fungsi vesika
Kriteria Hasil : dan jumlahnya). Bandingkan urinaria akibat metastase sel-sel
1. Tidak terjadi hematuria haluaran urine dan masukan kanker pada bagian tersebut
2. Tidak terjadi inkontinensia cairan serta catat berat jenis 3. Penyebaran kanker pada traktus
urine urine urinarius (salah satunya di vesika
3. Tidak terjadi disuria 3. Observasi dan catat warna urinaria) dapat menyebabkan jaringan
4. Jumlah output urine dalam urine. Perhatikan ada / di vesika urinaria mengalami nekrosis

31
batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / tidaknya hematuria sehingga urine yang keluar berwarna
kgBB / jam) 4. Observasi adanya bau yang merah karena bercampur dengan
tidak enak pada urine (bau darah
abnormal). 4. Identifikasi tanda - tanda infeksi pada
5. Dorong peningkatan cairan jaringan traktus urinarius
dan pertahankan pemasukan 5. Mempertahankan hidrasi dan aliran
akurat. urine baik
6. Awasi tanda vital. Kaji nadi 6. Indikator keseimbangan cairan dan
perifer, turgor kulit, pengisian menunjukkan tingkat hidrasi
kapiler, dan membran mukosa. 7. Pemeriksaan diagnostik dan
7. Kolaborasi : penunjang misalnya pemeriksaan
Siapkan untuk tes diagnostik, retrograd dapat digunakan untuk
prosedur penunjang sesuai mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker
indikasi. pada traktus urinarius sehingga dapat
8. Kolaborasi : menjadi dasar untuk intervensi
Pantau nilai BUN dan selanjutnya.
kreatinin 8. Kadar BUN dan kreatinin yang
abnormal dapat menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat
komplikasi metastase sel-sel kanker

32
pada traktus urinarius hingga ke organ
ginjal.
7 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui masalah
keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi terhadap nutrisi pasien.
diharapkan nutrisi terpenuhi untuk menentukan jumlah 2. Untuk mengetahui jumlah nutrisi
dengan kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang pasien sehingga nutrisi dapat
1) Adanya peningkatan berat dibutuhkan pasien terpenuhi.
badan sesuai dengan 3. Anjurkan pasien untuk 3. untuk meningkatkan kadar zat besi
tujuan. meningkatkan intake Fe pasien sehingga tidak terjadi
2) Berat badan ideal sesuai 4. Anjurkan pasien untuk anemia.
dengan tinggi badan meningkatkan protein dan 4. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Mampu mengidentifikasi vitamin C pasien, protein dan viatamin c
kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula dibutuhkan untuk pertumbuhan
4) Tidak ada tanda tanda 6. Yakinkan diet yang dimakan jaringan dan zat besi untuk
malnutrisi mengandung tinggi serat pembentukan hemoglobin.
5) Menunjukkan peningkatan untuk mencegah konstipasi 5. Untuk memenuhi kebutuhan
fungsi pengecapan dari 7. Berikan makanan terpilih glukosa pasien.
menelan (sudah dikonsultasikan 6. Untuk mencegah terjadinya
6) Tidak terjadi penurunan dengan ahli gizi) peningkatan kerja usus.
berat badan yang berarti 8. Ajarkan pasien bagaimana 7. Untuk mengetahui jumlah kalori

33
membuat catatan makanan dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
harian 8. Untuk mengetahui diit pasien.
9. Monitor jumlah nutrisi dan 9. Untuk mengetahui pemenuhan
kandungan kalori kebutuhan nutrisi pasien.
10. Kaji kemampuan pasien 10. Untuk mengetahui jumlah intake
untuk mendapatkan nutrisi nutrisi pasien..
yang dibutuhkan
8 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Informasi mengenai tingkat
keperawatan selama 3x 30 pasien pengetahuan pasien dapat membantu
menit, diharapkan 2. Berikan informasi mengenai dalam menentukan metoda yang
pengetahuan pasien tentang kanker serviks : pengertian, efektif untuk memberikan
penyakitnya meningkat penyebab, proses, serta pendidikan kepada pasien.
Kriteria Hasil : penanganannya dengan jelas. 2. Pemberian informasi yang jelas
1. Pasien mengangguk Informasikan juga membuat pasien dan keluarga cepat
sebagai respon bahwa ia kemungkinan pengaruhnya memahami sehingga
mengerti dengan terhadap kondisi janin pengetahuannya terhadap penyakit
penjelasan yang diberikan 3. Berikan informasi dalam kanker serviks meningkat
oleh perawat bentuk tertulis dan verbal 3. Kelemahan dan depresi dapat
2. Ekspresi wajah pasien 4. Berikan penguatan bila pasien mempengaruhi kemampuan untuk
tidak tampak bingung mampu menyebutkan kembali menerima informasi / mengikuti

34
3. Pasien mampu apa yang sudah dijelaskan. program medik
menjelaskan pengertian 5. Anjurkan pasien untuk 4. Pasien akan lebih mudah mengingat
dan penyebab penyakitnya menanyakan kepada pasien di jika diberi reinforcement oleh
4. Pasien mampu samping, untuk berbagi perawat mengenai pemahamannya.
menyebutkan tanda dan pengalaman 5. Eksplorasi pengalaman dengan
gejala penyakitnya pasien lain dapat membantu
5. Pasien mampu meningkatkan pengetahuan pasien
menjelaskan tentang terapi dan keluarga.
penyakitnya serta manfaat
terapi tersebut
6. Pasien menyatakan
persetujuan dan
kemauannya untuk
mengikuti prosedur
pengobatan terhadap
penyakitnya

9 Setelah diberi penjelasan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk memberikan pendekatan


(minimal dalam 2 kali menenangkan pasien sehingga dapat terbuka kepada

35
pertemua) rasa cemas 2. Jelaskan semua prosedur dan perawat.
berkurang atau hilang, dengan apa yang dirasakan selama 2. Untuk meningkatkan kepercayaan
kriteria hasil : prosedur pasien kepada perawat dan agar
1) Klien mampu 3. Pahami perspektif pasien pasien tidak terlalu merasa asing
mengidentifikasi dan terhadap situasi stress dengan tindakan yang diberikan
mengungkapkan gejala 4. Temani pasien untuk kepadanya.
cemas memberikan keamanan dan 3. Untuk membantu pasien
2) Mengidentifikasi, mengurangi takut menghilangkan stres.
mengungkapkan dan 5. Dorong keluarga untuk 4. Membantu memfasilitasi peran
mununjukkan tehnik untuk menemani pasien sebagai ibu baru sehingga cemas dan
mengontrol cemas 6. Identifikasi tingkat takut berkurang.
3) Vital sign dalam batas kecemasan 5. Untuk mengetahui intervensi yang
normal 7. Bantu pasien mengenal akan diberikan.
4) Postur tubuh dan tingkat situasi yang menimbulkan 6. Membantu pasien dalam mengurangi
aktivitas menunjukkan kecemasan rasa cemas.
berkurangnya kecemasan 8. Dorong pasien untuk 7. Membantu pasien untuk mencegah
mengungkapkan ketakutan, timbulnya kecemasan.
persepsi 8. Membantu memfasilitasi pasien
9. Instruksikan pasien untuk dalam menghilangkan kecemasan.
menggunakan tehnik 9. Dapat mengurangi kecemasan

36
relaksasi

37
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawata dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan.
3.5 Evaluasi
1. Keseimbangan volume cairan adekuat.
2. Perfusi jaringan kembali adekuat.
3. Rasa nyeri akut berkurang atau hilang.
4. Hipertermi teratasi.
5. Pasien tidak mengalami infeksi
6. Pola eliminasi urine pasien kembali normal (adekuat)
7. Nutrisi terpenuhi
8. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
9. Rasa cemas berkurang atau hilang,

38
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker serviks merupakan kanker peringkat pertama di Indonesia


dan peringkat kedua di dunia yang diderita oleh wanita. Di seluruh dunia
setiap dua menit atau setiap satu jam di Indonesia seorang perempuan
meninggal akibat kanker serviks. Dari data diatas maka sangat penting
bagi perempuan untuk mengetahui dengan baik apa itu kanker serviks,
sehingga dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat.

Serviks adalah bagian bawah dan menyempit dari uterus atau


rahim. Serviks membentuk saluran yang berujung pada vagina, dan bagian
luar tubuh. Kanker serviks adalah kelainan yang terjadi pada sel-sel tubuh,
dalam hal ini sel-sel serviks, yang berkembang dengan cepat dan tidak
terkontrol.

39
DAFTAR PUSTAKA

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika
Nugroho, Taufan & Utama, Bobby Indra. (2014). Masalah Kesehatan
Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Marmi. (2015). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hardi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta : MediAction.

40

Vous aimerez peut-être aussi