Vous êtes sur la page 1sur 11

6- 046

JENIS-JENIS ARACEAE DI HUTAN WISATA DAN CAGAR ALAM PLAWANGAN - TURGO


YOGYAKARTA

Types Araceae in Nature Reserve Plawangan - Turgo Yogyakarta

Hendro Kusumo EPM


Biology Education, Faculty of Teacher Training Education Ahmad Dahlan University
E-mail: morosmart@yahoo.com

Abstract-Mount Merapi since 1006 until now still erupting actively. Every three years erupting hot clouds
and lava heat (Drajat et al., 1994; Sukandarrumidi & Sudibyakto , 1994). Location of Mount Merapi in
Yogyakarta with a climate transition from wet to dry (West Java - East Java). Mountain with physical
environment, chemical, and biotic, different than other volcanoes in Indonesia (Backer & Bakhuizen van den
Brink, 1968; Whitten et al., 1996). Inventarization the species of plants is very important to do, especially as
the floristic composition of the vegetation resources Araceae. The purpose of this study to identify the types
of plants of Araceae on certain limits in Nature Reserve Plawangan-Turgo, South slope of Mount Merapi.
The study was conducted by the survey method in the southern slopes of Mount Merapi at an altitude of
900-1.275 m.dpl. Collection of plants of Araceae made a herbarium. Sample identified in Plant Taxonomy
laboratories, Biology UGM. Identification is based on morphological characteristics using identification
books, revision, flora, and atlases to species level. There are 10 types Araceae, which are grouped in 7
Genus, namely : Aglaonema simplex BI., Alocasia heterophylla Merr., Arisaema filiforme BI., Colocasia
antiquorum Schott , Colocasia gigantea (BI) Hook.f., Rhaphidophora montana (BI) Schott, Schismatoglottis
rupestris Zoll., Scindapsus hederaceus (Z&M)Miq., Scindapsus perakensis Hook.f., Scindapsus sp. Commonly,
Araceae have habitus vines with or without the rhizome. This is because habitat conditions are shaded
canopy of large trees that routine 3-5 years exposed as a result of the burning hot clouds of Mount Merapi.

Keywords : Araceae , nature reserve Plawangan – Turgo.

PENDAHULUAN beradaptasi dan hilang atau tidak dijumpai


Gunung Merapi mempunyai di kawasan tersebut (Jones & Luchsinger,
ketinggian 1968 m dpl. dan salah satu dari 1986).Menurut Poole (1971) tumbuhan
45 gunung api di Indonesia yang aktif. Sejak mempunyai variasi mengikuti gradien
tahun 1006 sampai sekarang, gunung ini ketinggian dan variasi pada kondisi tertentu.
masih aktif meletus sekali dalam tiga tahun Variasi itu merupakan upaya adaptasi suatu
dalam bentuk awan panas dan lahar panas tumbuhan terhadap lingkungan dan
(Drajat dkk., 1994; Sukandarrumidi & memperluas arealnya (Polunin, 1994).
Sudibyakto, 1994). Letak Gunung Merapi di Beberapa kali Gunung Merapi
Jawa Tengan dan DIY dengan iklim transisi meletus, sebanyak itu pula kondisi vegetasi
dari basah (Jawa Barat) ke arah kering (Jawa dan lingkungan berubah akibat erupsi. Hal
Timur). Kondisi ini menyebabkan Gunung tersebut menyebabkan pentingnya sebuah
Merapi mempunyai lingkungan fisik, pangkalan data untuk jenis tumbuhan di
kimiawi, dan biotik yang sangat unik kawasan sekitar Gunung Merapi setiap
berbeda dengan gunung api lain di tahunnya.Penelitian ini bertujuan untuk
Indonesia (Backer & Bakhuizen van den mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan dari
Brink, 1968; Whitten dkk., 1996). suku Araceae pada batas-batas tertentu di
Vegetasi di Gunung Merapi Hutan dan Cagar Alam Plawangan-Turgo
termasuk hutan tropis. Keberadaan jenis lereng Selatan Gunung Merapi.
tumbuhan tertentu ditentukan oleh Araceae memiliki 105 marga yang
beberapa faktor. Jika faktor untuk meliputi 1.500 jenis dimana 90% nya
kelangsungan hidup tumbuhan tersebut berhabitat di daerah tropika. Araceae
tidak ada, maka jenis tumbuhan itu sulit digolongkan menjadi 8 sub suku yakni :

290 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


Pothoideae, Monsteroideae, Calloideae, dan alat fotografi adalah alat yang
Lasioideae, Philodendroideae, Calocasioideae, digunakan dalam penelitian ini.
Aroideae, dan Pistioideae. Di Pulau Jawa hanya Dalam cara kerja, tahap pertama
ada 28 marga yakni : Pistia, Cyrtosperma, dilakukan pembagian areal. Areal penelitian
Zantedeschia, Monstera, Acorus, Alocasia, dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan
Philodendron, Amorphophallus, Lasia, ketinggian, yakni : 900-950 m.dpl; 950-
Homalomena, Amydrium, Arisaema, 1.000 m.dpl.; 1.000-1.050 m.dpl.; 1.050-
Typhonium, Aglaonema, Scindapsus, Colocasia, 1.100 m.dpl.; 1.100-1.150 m.dpl.; 1.150-
Schismatoglottis, Cryptocoryne, Caladium, 1.200 m.dpl.; 1.200-1.250 m.dpl. dan 1.250-
Remusatia, Anthurium, Pothos, Spathiphyllum, 1.300 m.dpl. Tahap kedua adalah
Anadendrum, Xanthosoma, Dieffenbachia, dan inventarisasi contoh tumbuhan. Pada setiap
Rhaphidophora (Backer & Bakhaizen van Den areal penelitian dilakukan eksplorasi dengan
Brink, 1968). cara : pengambilan contoh dilakukan
Araceae merupakan terna dengan dengan pertimbangan kelengkapan
getah seperti susu, pahit dengan rimpang spesimen untuk keperluan identifikasi,
memanjang seperti umbi, kadang memanjat setiap contoh diberi data nomor koleksi,
dan jarang berkayu. Daun tunggal, berbagi kolektor, lokasi (spesifikasi habitat), catatan
atau majemuk, tersusun sebagai roset akar, pre identifikasi, sifat khas jenis tumbuhan
tersebar pada batang atau bersilangan dari suku Araceae, ketinggian tempat, dan
dalam 2 baris. Helaian daun bentuk perisai, lain-lain. Setiap contoh tumbuhan dibuat
jantung atau tombak, anak panah. Tangkai herbarium kering. Tahap ketiga adalah
pada pangkal berubah menjadi upih daun identifikasi yang dilakukan di Laboratorium
tipis. Bunga kecil, dalam jumlah besar Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM
tersusun sebagai bulir atau tongkol dengan dengan urutan sebagai berikut: identifikasi
seludang, banci atau berkelamin tunggal dilakukan berdasar contoh tumbuhan segar
dengan bau tidak sedap. Bunga berkelamin atau herbarium kemudian penentuan nama
tunggal tanpa hiasan bunga, sedangkan takson jenis dengan membandingkan dan
bunga banci dengan hiasan bunga 4-6 mencocokan ciri tumbuhan yang akan
segmen berlekatan membentuk badan dideterminasi dengan pertelaan, gambar
seperti piala. Bakal buah menumpang atau berupa atlas, revisi, buku identifikasi dan
tenggelam dalam tongkol, beruang 1 internet. Identifikasi dilakukan sampai
sampai banyak dengan sedikit samapi tingkat marga atau jenis. Hasil identifikasi
banyak bakal biji dalam ruangnya. Buah disajikan secara diskriptif dalam daftar flora
buni dengan 1 sampai banyak biji dengan dan kunci identifikasi tumbuhan.
atau tanpa endosperm (Tjitrosoepomo,
1996). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi suku Araceae yang
METODE PENELITIAN dijumpai di daerah tersebut ada 10 jenis
Alat untuk koleksi seperti peralatan yang dikelompokkan dalam 7 Genus, yakni :
herbarium, buku lapangan, gunting Aglaonema simplex BI, Alocasia
tanaman, dan etiket gantung. Alat optik heterophylla Merr, Arisaema filiforme BI,
untuk identifikasi, seperti binokuler dan Colocasia antiquorum Schott, Colocasia
loupe, alat pengukur lingkungan seperti gigantea (BI) Hook.f, Rhaphidophora
altimeter, pH meter, luxmeter, higrometer montana (BI) Schott, Schismatoglottis
rupestris Zoll, Scindapsus hederaceus (Z&M)

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 291


Miq, Scindapsus perakensis Hook.f, bersama sifat dan nama daerahnya dapat
Scindapsus sp. Jenis – jenis Araceae dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Jenis Araceae di Plawangan –Turgo


No Nama Ilmiah Nama Habitat Habitus Rhizoma
daerah
1 Aglaonema simplex BI. - ABC Tegak Tidak
2 Alocasia heterophylla Merr. Lentor ABC Tegak Ada
3 Arisaema filliforme BI. - ABC Tegak Tidak
4 Colocasia antiquorum Schott Gendruk B Tegak Ada
5 Colocasia gigantea (BI) Hook.f Kajar ABC Tegak Ada
6 Rhaphidophora montana (BI) Schott - A Merambat Tidak
7 Schismatoglottis rupestris Zoll. Srimpet ABC Tegak Ada
8 Scindapsus hederaceus (Z&M) Miq. - AB Merambat Tidak
9 Scindapsus perakensis Hook.f - ABC Merambat Tidak
10 Scindapsus sp. - C Merambat Tidak
Keterangan : A Plawangan ; B Turgo; C Pranajiwa

Distribusi Araceae ternyata juga menarik ternyata pemencaran biji yang jauh dibantu
untuk diketahui. Pada awalnya penelitian musang, burung dan sejenis lalat
hanya mengeksplorasi Bukit Plawangan dan (Chloropidae). Hal ini membuat eksplorasi
Bukit Turgo yang ada di lereng Selatan diperluas di antara kedua bukit yakni di
Gunung Merapi. Kehadiran jenis Araceae di Bukit Pranajiwa. Penyebaran Araceae di
kedua bukit dan pada ketinggian berbeda Plawangan Turgo dapat diketahui pada
menarik minat untuk mengetahui bahwa tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Jenis Araceae di Plawangan –Turgo


No Nama Ilmiah
PLAWANGAN TURGO PRANAJIWA

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Aglaonema simplex BI. X X X X
2 Alocasia heterophylla Merr. X X X X
3 Arisaema filliforme BI. X X X X X
4 Colocasia antiquorum Schott X
5 Colocasia gigantea (BI) Hook.f X X X X X X
6 Rhaphidophora montana (BI) X
Schott
7 Schismatoglottis rupestris Zoll. X X X X X X
8 Scindapsus hederaceus (Z&M) X X X X
Miq.
9 Scindapsus perakensis Hook.f X X X X
10 Scindapsus sp. X

Keterangan : X ditemukan pada ketinggian 1. 900-950 m.dpl; 2.950-1.000 m.dpl.; 3. 1.000-1.050 m.dpl.; 4.
1.050-1.100 m.dpl.; 5. 1.100-1.150 m.dpl.; 6. 1.150-1.200 m.dpl.; 7. 1.200-1.250 m.dpl. dan 8. 1.250-1.300
m.dp

Araceae merupakan tumbuhan lantai hutan merambat keatas sebagai strategi untuk
yang harus berkompetisi dengan tumbuhan mendapatkan sinar matahari. Hutan lereng
lain khususnya dalam memperoleh sinar Selatan Merapi setelah terjadi suksesi
matahari. Oleh karena itu beberapa Araceae sekunder akibat letusan Gunung Merapi
seperti Scindapsus hederaceus, Scindapsus akan kembali pulih dan lebat kembali. Jenis
perakensis, dan Rhaphidophora tumbuhan yang hidup di lantai hutan akan
montanayang dijumpai ada memiliki habitus kesulitan mendapat sinar matahari akibat

292 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


ternaungi kanopi pohon disekitarnya. tingkat jenis. Diduga Scindapsus sp yang
Araceae jenis lain yang tumbuh tegak dijumpai di sini sebenarnya sama dengan
mengandalkan pada terjadinya gap kanopi yang ada di kedua bukit sekitarnya namun
baik akibat letusan secara periodik maupun
telah mengalami variasi morfologi akibat
terbukanya kanopi akibat pohon mati.
Strategi lain adalah dimilikinya rhizoma yang adaptasi lingkungan seperti pendapat Jones
mampu membuat Araceae tegak seperti & Luchsinger (1986) dan Poole (1971) yang
Alocasia heterophylla, Colocasia antiquorum, menyatakan tumbuhan mempunyai variasi
Colocasia gigantea, dan Schismatoglottis mengikuti gradien ketinggian dan variasi
rupestristetap dapat dijumpai dan bertahan pada kondisi tertentu.
hidup dikala permukaan tanah terkena awan
panas maupun ternaungi kanopi pohon di
SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
atasnya. Hal ini sesuai pendapat Jonas &
Luchsinger (1986) mengenai kemampuan Hasil penelitian di Hutan Wisata
adaptasi tumbuhan yang menentukan dan Cagar Alam Plawangan-Turgo
kehadiran nya di suatu areal. Yogyakarta dijumpai 10 jenis Araceae yang
Dari tabel 2 diketahui hampir dikelompokkan dalam 7 Genus, yakni :
Aglaonema simplex BI, Alocasia
semua Araceae yang dijumpai umumnya
heterophylla Merr, Arisaema filiforme BI,
berada pada ketinggian 900-1.100 m.dpl. Colocasia antiquorum Schott, Colocasia
dan hanya sedikit yang ada pada ketinggian gigantea (BI) Hook.f, Rhaphidophora
di atas nya. Diduga ini bukan karena montana (BI) Schott, Schismatoglottis
kemampuan hidup Araceae yang terbatas rupestris Zoll, Scindapsus hederaceus (Z&M)
pada ketinggian tertentu, namun organisme Miq, Scindapsus perakensis Hook.f,
pemencarnya seperti musang, burung, dan Scindapsus sp.
lalat yang tidak menjangkau dataran tinggi
DAFTAR PUSTAKA
di atas 1.100 m.dpl. Hal ini terlihat pada Backer, C.A., Bakhaizen Van Den Brink R.C., 1968.
tabel 2, Arisaema filiforme dapat dijumpai Flora of Java. Vol III and Vol II. Wolters
Noordhoff N.V. Groningen, Netherlands
di BukitTurgo hingga ketinggian 1.300 Drajat, Padmowijoto S., Goenadi S., Sabarnudin
S., 1995. Rehabilitasi dan Konservasi
m.dpl. Kawasan Merapi. Lokakarya Strategi
Penanganan Kawasan Merapi Pasca
Bukit Turgo memiliki kondisi Bencana Merapi 22 November 1994.
Yogyakarta
vegetasi yang lebih terbuka dibandingkan Jonas, S.B. & A.E. Luchsinger. 1986. Plant
Plawangan dan Pranajiwa. Di Puncak bukit Systematic. Mc Graw Hill Book Co. USA
Poole, R.W. 1974. An Introduction to Qualitative
terdapat makam seorang ulama dan akses Ecology. Mc Graw Hill Book.Co.Inc. New
York
jalan, sehingga pohon besar yang berkanopi Polunin, N. 1960. Introduction to Plant
Geography and Some Related Science.
luas jarang dijumpai. Hal ini membantu Longmans
Green & Co. UK
hewan pemencar mencapai ketinggian Sukandarrumidi, Sudibiyakto. 1995. Perubahan
tersebut.Araceae di Bukit Turgo juga jarang Lingkungan Akibat Awan Panas
Merapi 1994. Lokakarya Strategi Penanganan
yang hidup merambat kecuali Scindapsus Kawasan Merapi Pasca Bencana Merapi 22
November 1994. Yogyakarta
hederaceus danScindapsus perakensis Tjitrosoepomo G. 1996. Taksonomi Tumbuhan
Spermatophyta. Gadjah Mada Press
(Tabel 1). Pada umumnya Araceae disana Universty. Yogyakarta
Whitten, T.,Soeriaatmadja R.E., Afif S.A. 1996.
hidup tegak, karena kompetisi sinar TheEcology of Java and Bali. Vol II. Barkeley
Books Private Ltd., 5 ittle Road 08-
matahari tidak setinggi di Plawangan. 01.Singapore
Di Bukit Pranajiwa absennya
Araceae di atas 1.000 m.dpl., karena bukit
tersebut memang memiliki ketinggian
maksimum 1.000 m.dpl. Ada satu jenis
Araceae yang hanya dijumpai di Bukit
Pranajiwa namun gagal diidentifikasi sampai

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 293


6- 047

STUDI KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI KABUPATEN MERAUKE PROPINSI PAPUA

Orchid Diversity Study in District of Papua Merauke


1 2 2
Kharisma Pammai , Mimien Henie Irawati Al Muhdhar , Fatchur Rohman
1
Pengajar Biologi SMA Negeri 3 Merauke
2
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, 65115
E-mail: kharisma.pammai@yahoo.com

Abstract-Merauke district is one among the 29 cities or counties in the province of Papua, which is also the
most eastern counties located archipelago. Geographical conditions and supportive environment in
Merauke Regency, resulting in this region has a rich variety of flora one orchid. This study aims to inventory
the species of orchids are found in Merauke and analyze the level of diversity. This study is an exploratory
descriptive study with a quantitative approach. The experiment was conducted in 11 districts in Merauke
with 30 plots each observation in the district. Data collection procedure consists of several stages of
preliminary surveys and observations. Data analysis was performed by calculating the index of evenness
keanekaragamandan orchids found in Merauke. The results of the community survey found 41 species of
orchid orchids consisting of 4 species of terrestrial orchids and 37 species of epiphytic orchids with a total of
46 508 individuals as individuals. Diversity index indicates the number of 2.65 (2 ≤ H '≤ 3), so diversity of
orchids in the category of being. Evenness index of 0.71 (close to 1), which means evenly distributed species
of orchids.

Keywords : orchids, vegetation analysis, Merauke

PENDAHULUAN pulau yang memiliki keanekaragaman anggrek


Anggrek merupakan herba perenial yang tinggi adalah Papua yaitu kurang lebih
dengan bentuk bunga yang sangat beragam 2500 spesies (Conservasi International, 1997;
yang tergolong dalam famili Orchidaceae Bappenas, 2003).
(Steenis, 1972). Brian & Ritter (1987) Papua memiliki potensi kekayaan
menyatakan bahwa anggrek merupakan salah anggrek yang besar. Lugrayasa (2010)
satu famili tumbuhan berbiji yang terbesar. menyatakan bahwa Papua menyimpan hampir
Berdasarkan tempat tumbuhnya, Soetopo setengah dari seluruh spesies anggrek yang
(2009) menggolongkan anggrek menjadi terdapat di Indonesia. Sebagian besar anggrek
anggrek epifit dan anggrek terresterial. masih berupa anggrek liar atau anggrek alam
Anggrek epifit merupakan anggrek yang dan beberapa spesies merupakan anggrek
tumbuhnya menempel pada tumbuhan lain, endemik Papua seperti Paphiopedilum
namun tidak merugikan tumbuhan yang glanduliferum (Blume) Stein, Grammitis
ditumpanginya contohnya genus Dendrobium, ceratocarpa, Grammitis coredrosora,
Bulbophyllum, dan Coelogyne sedangkan Grammitis habbensis, dan lain sebagainya.
anggrek terresterial adalah anggrek yang Salah satu spesies yang terkenal adalah
tumbuhnya di tanah, contohnya genus anggrek raksasa Irian yang dikenal dengan
Spathoglottis, Calanthe, dan Paphiope-dilum. Grammatophyllum papuanuum. Salah satu
Hutan belantara Indonesia kabupaten di Papua yang memiliki potensi
menyimpan kekayaan spesies anggrek yang anggrek yang cukup besar adalah kabupaten
sangat beragam. Pakar anggrek menganggap Merauke.
bahwa Indonesia merupakan negara dengan Kabupaten Merauke merupakan
spesies anggrek paling kaya di dunia, bukan kabupaten yang terletak paling timur wilayah
hanya dalam jumlah genus, namun juga dalam nusantara dan merupakan salah satu dari 29
hal spesies dengan varietas dan tipe-tipenya. Kota/Kabupaten yang terdapat di Provinsi
Berbagai sumber menyatakan bahwa Papua. Kabupaten Merauke berbatasan
Indonesia memiliki keanekaragaman anggrek langsung dengan negara Papua Nugini. Secara
alam kurang lebih 5000 spesies. Salah satu administrasi Pemerintah Kabupaten Merauke

294 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


terdiri atas 168 Desa dan 20 Kecamatan, yaitu Animha, Kimaam, Ilwayab, dan Kaptel. Pada
Merauke, Naunkenjerai, Sota, Tanah Miring, setiap distrik digunakan 30 petak pengamatan
Jagebob, Elikobel, Ulilin, Muting, Animha, dimana terdapat anggrek.Penelitian
Kurik, Semangga, Malind, Okaba, Kaptel, dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Mei
Ngguti, Tubang, Ilwayab, Kimaam, Tabonji, 2013.
dan Waan. Jumlah kampung dan Kelurahan di Prosedur pengumpulan data pada
kabupaten Merauke masing-masing 160 penelitian ini terdiri dari beberapa tahap
kampung dan 8 kelurahan. sebagai berikut.
Kabupaten Merauke juga 1. Survei Pendahuluan
menyimpan kekayaan flora termasuk anggrek. Survei pendahuluan dilakukan untuk
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Burok, memperoleh gambaran awal tentang lokasi
dkk (2009) yang menyatakan bahwa di penelitian. Lokasi penelitian secara
Kabupaten Merauke memiliki administrasi terdiri dari 11 kecamatan yaitu:
keanekaragaman spesies anggrek yang tinggi (1) Merauke; (2) Naunkenjerai; (3) Sota; (4)
namun belum diketahui secara rinci mengenai Elikobel; (5) Jagebob; (6) Okaba; (7) Muting;
spesies-spesies anggrek tersebut. Berdasarkan (8) Animha; (9) Kimaam; (10) Ilwayab; serta
hasil penelitian tersebut, perlu dilakukan (11) Kaptel. Pada tahap ini juga dilakukan
inventarisasi spesies-spesies anggrek yang wawancara dengan masyarakat setempat
terdapat di kabupaten Merauke. Inventarisasi untuk memperoleh gambaran kondisi lokasi
spesies-spesies anggrek di kabupaten penelitian. Pencarian peta lokasi pengam-
Merauke selain digunakan sebagai sumber bilan data juga dilakukan pada tahap ini
informasi mengenai spesies anggrek juga meliputi peta tematik ceta maupun peta
dapat digunakan sebagai indikator keaneka- dalam bentuk foto udara untuk mengetahui
ragaman anggrek. Oleh karena itu, penelitian kondisi topografi lokasi penelitian.
yang mengungkap keanekaragaman anggrek di 2. Penentuan Titik Pengambilan Sampel
kabupaten Merauke perlu dilakukan. Penentuan titik sampling
Tujuan penelitian ini adalah untuk ditentukan dengan “purposive sampling” yaitu
menginventarisasispesies anggrek yang teknik pengambilan sampel yang didasarkan
terdapat di Kabupaten Merauke dan pada ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan
menganalisis tingkat keanekaragamannya. memiliki hubungan erat dengan ciri atau sifat
populasi yang diketahui sebelumnya. Pada
METODE PENELITIAN tahap ini juga dilakukan penentuan lokasi awal
Penelitian ini merupakan penelitian yang akan diamati terlebih dahulu untuk
deskriptif eksploratif dengan pendeka-tan diamati keanekaragaman anggreknya. Lokasi
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah yang akan disurvei terlebih dahulu adalah
seluruh tumbuhan yang terda-pat di lokasi yang berada di pedalaman dan dapat
Kabupaten Merauke baik anggrek epifit ditempuh dengan jalur udara (pesawat) yaitu
maupun terrestrial. Sampel pada penelitian ini Okaba, Ilwayab, dan Kimaam untuk kemudian
adalah seluruh tumbuhan anggrek yang dilanjutkan ke daerah yang dapat dengan
teramati pada setiap petak pengamatan (titik mudah ditempuh dengan jalur darat (mobil
sampling) anggrek pada tiap distrik yang dan sepeda motor) yaitu Merauke,
diteliti. Pada setiap distrik dibuat 30 petak Naunkenjerai, Sota, Tanah Miring, Jagebob,
pengamatan yang dilakukan secara purposive Elikobel, Muing, Animha, dan Kaptel.
sampling untuk diamati spesies anggreknya. Pemilihan 11 distrik yang diteliti dari total
Penelitian ini dilaksanakan di sebanyak 20 distrik yang terdapat di
Kabupaten Merauke yang terdiri dari 11 Kabupaten Merauke berdasarkan beberapa
kecamatan yaitu Merauke, Naunkenjerai, pertimbangan yaitu: (1) waktu; (2) biaya; (3)
Sota, Elikobel, Jagebob, Okaba, Muting, medan atau kondisi ling-kungan yang tidak

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 295


memungkinkan dilakukan sampling; serta (4) s

beberapa distrik yang merupakan wilayah Hi =   Pi log Pi


i
transmigrasi sehingga sangat jarang
ditemukan hutan alami karena telah Keterangan:
digunakan sebagai pemukiman warga. Hi : Keanekaragaman spesies
3. Pengamatan s : Jumlah cacah spesies dalam
Pengamatan dilakukan terhadap suatu cuplikan
Pi : Bilangan pecahan cacah individu
seluruh spesies anggrek yang ditemukan di
dalam suatu spesies (i) dibagi
setiap titik sampling di Kabupaten Merauke. dengan jumlah individu dalam
Hal-hal yang dilakukan pada tahap populasi (Pi = ni/N dimana ni =
ini antara lain: (a) mencatat setiap spesies nilai kepentingan tiap-tiap
anggrek baik epifit maupun terresterial yang spesies (cacah individu,
ditemukan pada setiap titik sampling di biomassa, produksi, dan
Kabupaten Merauke di lembar pengamatan; sebagainya)
(b) menghitung jumlah individu dari setiap Kriteria keanekaragaman spesies yang
spesies anggrek yang ditemukan untuk digunakan pada penelitian dapat dilihat pada
memperoleh data tentang tingkat
tabel1
keanekaragaman, dan kelimpahan tumbuhan
anggrek di Kabupaten Merauke; serta (c)
mengkoleksi anggrek yang tidak teridentifikasi Tabel 1. Kriteria Tingkat Keanekaragaman
baik anggrek epifit maupun terresterial Indeks Kriteria
Keanekaragaman
menggunakan kantung plastik untuk
>3 Keanekaragaman tinggi,
kemudian diidentifikasi dan dibuat herbarium. penyebaran jumlah
Pada tahap pengamatan, hal yang harus individu tiap spesies
diperhatikan adalah menentukan spesies tinggi dan kestabilan
anggrek yang diamati termasuk spesies komunitas tinggi
1-3 Keanekaragaman
anggrek terresterial atau epifit. Jika anggrek
sedang, penyebaran
termasuk kelompok anggrek epifit maka harus jumlah individu tiap
diamati letak zonasinya pada pohon spesies sedang, dan
inang(Soetopo, 2009). kestabilan komunitas
sedang
Data yang diperoleh pada
<1 Keanekaragaman
penelitian akan dianalisis secara deskriptif. rendah, penyebaran
Data yang diperoleh dari spesimen anggrek jumlah individu tiap
yang ditemukan di Kabupaten Merauke akan spesies rendah, dan
dianalisa melalui dua cara yaitu penyajian kestabilan komunitas
rendah
hasil pengenalan spesies anggrek yang
diperoleh dari petunjuk deskripsi tumbuhan Sumber: Krebs (1989)
berupa buku identifikasi anggrek serta analisis
kuantitatif berupa tingkat keanekaragaman, b. Kemerataan (Evenness)
dan kemerataan. yang akan diuraikan sebagai Kemerataan (evenness) merupakan
berikut. jumlah cacah individu pada masing-masing
a. Indeks Keanekaragaman Spesies Shannon-
spesies. Kemerataan merupakan salah satu
Wienner
Indeks keanekaragaman spesies indikator keanekaragaman spesies
dihitung menggunakan perhitungan menurut (Karmana, 2010). Kemerataan dihitung
Shannon-Wienner (Odum, 1971; Krebs, 1978) menggunakan rumus sebagai berikut.
sebagai berikut.

296 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


E = H’/ln S HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, spesies-
Keterangan:
spesies anggrek yang ditemukan di
E : Evenness (Kemerataan) S : Jumlah spesies Kabupaten Merauke beserta jumlah
individu dan identifikasi jenis habitatnya
(epifit atau terresterial) disajikan pada Tabel
2.

Tabel 2. Spesies Anggrek yang Ditemukan di Kabupaten Merauke


No Nama Spesies Nama Lokal Jumlah
1 Acanthephippium papuanum Schltr. - 1053
2 Acriopsis papuanum Reinw. Anggrek Bawang 1518
3 Bulbophyllum blumei Lindl. - 896
4 Bulbophyllum macranthum Lindl. - 194
5 Bulbophyllum phalaenopsis J.J.Smith. Anggrek Dasi 5
6 Cadetia maideniana Schltr. - 85
7 Dendrobium acerosum Lindl. - 897
8 Dendrobium antennatum Lindl. Anggrek Kelinci 4561
9 Dendrobium bifalce Lindl. - 362
10 Dendrobium bigibbum Lindl. Anggrek Larat Bupul 45
11 Dendrobium canalliculatum R.Br.Prod Anggrek Bawang Besar 2022
12 Dendrobium carronii Lav. Anggrek Bawang Kecil 2860
13 Dendrobium discolor Lindl. Anggrek Keriting 13038
14 Dendrobium insigne [Bl.]Rchb.f.ex Miq. - 341
15 Dendrobium johanis Rchb.f. Anggrek Wangi/Yohanes kecil 5982
16 Dendrobium lasianthera J.J.Sm. Anggrek Stuberi/bor 610
17 Dendrobium leporinum J.J.Sm. - 225
18 Dendrobium liniale Anggrek Merpati 295
19 Dendrobium macrophyllum A. Richard. Anggrek Jamrud 432
20 Dendrobium mirbelianum Gaudich. Anggrek Merpati Kuning 237
21 Dendrobium nindii W.Hill. Anggrek Nindi 908
22 Dendrobium rigidum R.Brown. Anggrek Anting 863
23 Dendrobium smilliae F.Muell. Anggrek Nenas 4037
24 Dendrobium strebloceras Rchb.f. - 653
25 Dendrobium strepsiceros J.J.Sm. - 316
26 Dendrobium stuartii F.M.Bailey Anggrek Sisik Penyu 337
27 Dendrobium trilamellatum J.J.Sm. Anggrek Yohanes Besar 1568
28 Dendrochilum glumaecum Rchb.f. Anggrek Kelapa 27
29 Eria fitzalanii F.Muell. - 328
30 Geodorum densiflorum Lam. - 861
31 Grammatophyllum papuanum J.J.Sm. Anggrek Raksasa Irian 86
32 Grammatophyllum scriptum Lindl. Anggrek Macan 24
33 Luisia teretifolia Gaud. Anggrek Jari-Jari 35
34 Oberonia titan - 69
35 Pachystoma pubescens - 7
36 Phalaenopsis amboinensis J.J.Smith. Anggrek Bintang 167
37 Pholidota imbricata Lindl. Anggrek Kalung 246
38 Sarchocillus moorei Rchb.f. - 151
39 Spathoglottis plicata Blume. - 11
40 Thrixspermum platystachys Schltr. - 2
41 Vanda hindsii Lindl. Anggrek Panda 154
JUMLAH - 46508
Keterangan:
: Anggrek Epifit
: Anggrek Terresterial

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 297


Data pada Tabel 2 menunjukkan berjumlah 13038 individu. Hal ini dapat
bahwa pada area yang diteliti di Kabupaten disebabkan karena spesies anggrek ini
Merauke, ditemukan 41 spesies anggrek merupakan spesies anggrek endemik Papua
yang terdiri dari 4 spesies anggrek tanah dan Papua Nugini dan bahkan lebih
(terresterial) dan 37 spesies anggrek khususnya lagi merupakan spesies endemik
penumpang (epifit). Komposisi spesies Merauke. Selain spesies tersebut, beberapa
setiap distrik secara umum cukup bervariasi spesies yang termasuk spesies anggrek
yang dilihat dari terdapat spesies yang epifit endemik Merauke menurut Agustina,
hanya ditemukan pada suatu distrik dan dkk. (2006) antara lain Dendrobium
tidak ditemukan di beberapa distrik yang bigibbum dan Dendrobium johannis.
lain.Spesies anggrek terresterial yang Spesies anggrek epifit yang
ditemukan di Kabupaten Merauke terdiri ditemukan pada penelitian ini beberapa
dari 4 spesies yaitu Acanthepippium merupakan spesies endemik Papua dan
papuanum, Geodorum densiflorum, Pachy- Papua Nugini seperti Acriopsis papuanum
stoma pubescens, dan Spathoglottis plicata. Reinw. (Anggrek Bawang), Bulbophyllum
Jumlah total individu anggrek terresterial phalaenopsis J.J.Smith (Anggrek Dasi),
yang ditemukan sebanyak 2397 individu. Dendrobium bigibbum Lindl. (Anggrek Larat
Spesies dengan jumlah individu terbanyak Bupul), Dendrobium discolor Lindl. (Anggrek
yaitu Acanthepippium papuanum. Spesies Keriting), Dendrobium johannis Rchb.f. (Anggrek
anggrek tanah yang ditemukan di Yohanes Kecil), Dendrobium lasianthera J.J.Sm.
Kabupaten Merauke berjumlah cukup (Anggrek Stuberi), Dendrobium liniale (Anggrek
sedikit karena kondisi habitat di Kabupaten Merpati), Dendrobium smilliae F.Muell (Anggrek
Merauke didominasi oleh daerah rawa, Nenas), Gramma-tophyllum papuanum (Anggrek
pantai dengan vegetasi penyusunnya yaitu Raksasa Irian), serta Grammatophyllum scriptum
mangrove, serta hutan dataran rendah. (Anggrek Macan). Spesies-spesies anggrek
Kondisi habitat yang sebagian berupa lahan endemik merupakan spesies anggrek yang
basah ini kurang memungkinkan spesies secara geografi penyebarannya terbatas
anggrek terresterial dapat hidup dengan atau unik di habitat tertentu.
baik. Hal ini didukung hasil penelitian Beberapa spesies anggrek epifit
Agustina, dkk. (2006) yang menyatakan yang ditemukan pada survei anggrek di
bahwa habitat anggrek di Kabupaten Kabupaten Merauke pada penelitian ini
Merauke secara umum adalah di daerah merupakan spesies anggrek yang dilindungi
rawa dan sedikit di daerah hutan hujan berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999
dataran rendah. Oleh karena itu, tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa
kebanyakan anggrek yang ditemukan Liar yaitu: Dendrobium lasianthera (Anggrek
adalah anggrek yang bersifat epifit Stuberi), Dendrobium macrophyllum (Anggrek
(menumpang). Jamrud), dan Grammatophyllum papuanum
Hasil penelitian menunjukkan (Anggrek Raksasa Irian). Karena statusnya
bahwa spesies anggrek epifit (menumpang) yang dilindungi maka ketiga spesies
yang ditemukan di Kabupaten Merauke tersebut tidak boleh dimanfaatkan dengan
sebanyak 37 spesies dengan jumlah total mengambil langsung dari habitatnya di
individu sebanyak 44111 individu. Diantara alam. Spesies-spesies tersebut dapat
spesies anggrek epifit tersebut, spe-sies dimanfaatkan setelah melalui proses
dengan jumlah individu terbanyak adalah penangkaran dengan memanfaatkan
Dendrobium discolor (anggrek keriting) yang keturunan pertama atau f1-nya. Jika dilihat

298 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


statusnya pada Appendix CITES (Convention ini menunjukkan besarnya indeks
on International Trade in Endangered kemerataan anggrek secara keseluruhan
Species of Wild Fauna and Flora) maka berkisar 0,7132832. Hal ini menunjukkan
ketiganya masuk dalam Appendix II CITES. bahwa nilai indeks kemerataan anggrek di
Hal ini berarti anggrek tersebut dapat Merauke mendekati nilai 1 yang artinya
dimanfaatkan dalam perdagangan tetapi spesies anggrek yang terdapat di Merauke
dengan pengaturan dan pembatasan terdistribusi secara merata, yang artinya
melalui sistem kuota. jumlah cacah individu pada masing-masing
Indeks keanekaragaman spesies spesies secara umum merata. Kemerataan
menurut Seitske, dkk. (2001) memiliki arti menurut Djufri (2003) akan menjadi
yang sangat tinggi yang menggambarkan maksimum dan homogen, jika semua
produktifitas dan jasa yang dapat diberikan spesies mempunyai jumlah individu yang
oleh suatu ekosistem terhadap sama pada setiap satuan sampel.
keanekaragaman hayati, baik menyangkut
keragaman, spesies maupun habitat dan SIMPULAN, SARAN , DAN REKOMENDASI
ekosistemnya. Besarnya nilai keragaman Berdasarkan hasil penelitian dan
dapat digambarkan dengan nilai kuantitatif pembahasan, dapat ditarik beberapa kesim-
Shannon-Wieners (H’). Hasil penelitian ini pulan sebagai berikut: (1) pada survei
menunjukkan bahwa secara komunitas anggrek di Kabupaten Merauke
keseluruhan,indeks keanekaragaman ditemukan 41 spesies anggrek yang terdiri
spesies anggrek di Kabupaten Merauke dari 4 spesies anggrek terresterial dan 37
menunjukkan angka 2,65 yang artinya spesies anggrek epifit dengan jumlah total
keanekaragaman spesies anggrek di Kabupaten individu keseluruhan sebanyak 46508.
Merauke masuk dalam kategori Spesies dengan jumlah individu terbanyak
keanekaragaman yang sedang (2 ≤ H’ ≤ 3) adalah Dendrobium discolor Lindl. (Anggrek
namun mendekati tinggi karena nilainya Keriting) dengan jumlah individu 13038
yang lebih dari 2,5. individu; (2) hasil analisis keanekaragaman
Paramitha (2010) menyatakan jenis menunjukkan indeks diversitas
bahwa indeks keanekaragaman spesies ang- anggrek di Kabu-paten Merauke secara
grek berkorelasi dengan jumlah spesiesnya. keseluruhan sebesar 2,65 (2 ≤ H’ ≤ 3)
Semakin banyak jumlah spesies yang sehingga kea-nekaragaman jenis anggrek di
ditemukan maka nilai keanekaragaman Kabupaten Merauke masuk dalam kategori
akan semakin tinggi. Sebaliknya jika sedang; dan (3) Hasil analisis indeks
semakin sedikit spesies yang ditemukan kemerataan menunjukkan bahwa secara
maka dapat dipastikan bahwa kawasan keseluruhan indeks kemerataan
tersebut hanya didominasi oleh beberapa menunjukkan nilai 0,71 (mendekati nilai 1)
macam spesies saja. Keanekaragaman yang artinya spesies anggrek terdistribusi
spesies organisme di suatu komunitas secara merata yang artinya jumlah cacah
dipengaruhi oleh komponen ruang, waktu, individu pada tiap-tiap spesies secara umum
dan makanan. merata.
Kemerataan (evenness) merupakan
jumlah cacah individu pada masing-masing DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R.; Riyadi; Paulus, B.; Sugito; Sumardji,
spesies. Kemerataan menurut Karmana
W.; Silvester, N. 2006. Survey Potensi
(2010) merupakan salah satu indikator Anggrek di Cagar Alam Bupul Merauke.
keanekaragaman spesies. Hasil penelitian Jayapura: BKSDA Papua.

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 299


Burok, H.G.; Tanjung, R.H.R.; dan Warpur, M. Seitske, K.; Jacobus, W.; dan Budi, B.H. 2001.
2009. Domestikasi Anggrek di Distrik Keanekaragaman Anggrek Epifit di Kawasan
Merauke Kabupaten Merauke Papua. Jurnal Cagar Alam Biak Utara. Beccariana. 3(2): 6-
Biologi Papua. Vol. 1(1): 30-35. 10.
Conservasi International. 1997. Lokakarya Soetopo, L. 2009. Keanekaragaman dan
Kawasan Konservasi di Irian Jaya. Papua: CI Pelestarian Tanaman Anggrek. Malang:
Papua Programme. Penerbit Citra.
Djufri. 2003. Analisis Vegetasi Spermatophyta di Steenis, C.G.G.J.V. 1972. The Mountain Flora of
Taman Hutan Raya (Tahura) Seulawah Aceh Java. Leiden: E.J. Brill.
Besar. Biodiversitas. 4(1): 30-34.
Karmana, I.W. Analisis Keanekaragaman TANYA JAWAB
Epifauna dengan Metode Koleksi Pitfall Trap 1. Prof. Suhadi
di Kawasan Hutan Cangar Malang. GaneÇ Saran : Sebaiknya untuk menentukan titik
Swara. 4(1): 1-5. koordinat wilayah pengambilan sampel
Krebs, C.J. 1989. Ecology The Experimental menggunakan GPS. Untuk kategori epifit
Analysis of Distribution and Abun-dance 3rd memang agak sulit.
Edition. New York: Harper and Row Jawaban : Kami memang sudah memakai GPS,
Publishers. selain itu medan yang ditempuh memang
Lugrayasa, I.N. Konservasi Anggrek Alam oleh berbahaya. Bahkan sampai menggunakan Speed
Masyarakat di Sekitar Kawasan Cagar Alam Boat dan pesawat.
Cycloops Papua. Makalah. Disampaikan pada
Seminar Nasional Konservasi dan 2. Hendro Kusumo EPM
Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan Saran : Untuk tujuan penelitian sebaiknya tidak
Lahan Kering. usah terlalu banyak, cukup untuk
Odum, E.P. 1971. Ecology and Our Endangered menginventarisasi saja, tingkat keanekaragaman
Life-Support Systems. Sunder-land: Sinauer jenis nanti saja, karena apabila digunakan untuk
Associates. Inc. jenjang pendidikan SMA masih terlalu tinggi
Paramitha, I.G.A.A.P.; I Gede, P.A.; Made, P. untuk pemahamannya.
2010. Keanekaragaman Anggrek Epifit di
Kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-
Tamblingan. Jurnal Metamorfosa. I(1): 11-16.

300 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

Vous aimerez peut-être aussi