Vous êtes sur la page 1sur 11

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI SEDIAAN GRANUL DENGAN BAHAN PENGIKAT PATI


KULIT PISANG GOROHO (Musa acuminafe L.) DAN PENGARUHNYA
PADA SIFAR FISIK GRANUL

Victoria Elisabeth1), Paulina V. Y. YamLean1), Hamidah Sri Supriati2)


1)Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
2)STIKES Muhamadiyah Manado, 95115

ABSTRACT

Banana plants are known for their high content of starch. In the granular formulation, starch has
been widely used as fillers, binder, as well as disintegrant. The objective of this study is to formulate
granule with Goroho Banana peels starch as binder material and its effect on the physical properties of
the granules, which are made in five formulations with the variation of 6% for formulation I, 7% for
formulation II, 8% for formulation III, 9% for formulation 4, and 10% for formulation V. In formulation
I, 6.22 seconds of flow time was obtained, angle of repose 300, moisture content 20,96%, and bulk density
0,47 g/mL. In formulation II, 5.66 seconds flow time was obtained, angle of repose 29 0, moisture content
18,79%, and bulk density 0.45 g/mL. In formulation III, 5.50 seconds flow time was obtained, angle of
repose 270, moisture content 25,49%, and bulk density 0.44 g/mL. In formulation IV 5.38 seconds flow
time was obtained, angle of repose 260, moisture content 19,92%, and bulk density 0.43 g/mL. In
formulation V, 6.18 seconds flow time was obtained, angle of repose 26 0, moisture content 21,15%, and
bulk density 0.42g/mL. Banana Goroho starch can be used to formulate granule and have fit the
requirement criteria for organoleptic, flow time, angle of repose evaluation, but did not fit the moisture
content evaluation criteria.

Keywords: Goroho Banana (Musa acuminafe L.), starch, granules

ABSTRAK

Tumbuhan Pisang dikenal akan kandungan patinya yang tinggi. Dalam formulasi sediaan granul,
pati telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, maupun sebagai bahan
penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan granul dengan bahan pengikat pati
dari kulit Pisang Goroho dan pengaruhnya terhadap sifat fisik granul yang dibuat dalam lima formulasi
dengan variasi konsentrasi bahan pengikat 6% untuk formulasi I, 7% untuk formulasi II, 8% untuk
formulasi III, 9% untuk formulasi IV dan 10% untuk formulasi V. Pada formulasi I didapatkan hasil
pengujian waktu alir 6,22 detik, sudut diam 300, kandungan lembab 20,96%, dan bulk density 0,47 g/mL.
Pada formulasi II didapatkan hasil pengujian waktu alir 5,66 detik, sudut diam 29 0, kandungan lembab
18,79%, dan bulk density 0,45 g/mL. Pada formulasi III didapatkan hasil pengujian waktu alir 5,50 detik,
sudut diam 270, kandungan lembab 25,49%, dan bulk density 0,44 g/mL. Pada formulasi IV didapatkan
hasil pengujian waktu alir 5,38 detik, sudut diam 260, kandungan lembab 19,92%, dan bulk density 0,43
g/mL. Pada formulasi V didapatkan hasil pengujian waktu alir 6,18 detik, sudut diam 26 0, kandungan
lembab 21,15%, dan bulk density 0,42g/mL. Sediaan granul dapat diformulasikan dengan pati kulit Pisang
Goroho dan memenuhi syarat uji organoleptik, uji waktu alir, uji sudut diam namun tidak memenuhi
syarat uji kandungan lembab.

Kata kunci: Pisang Goroho (Musa acuminafe L.), pati, granul

1
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN karbohidrat yang tersebar dalam tanaman


Granul merupakan gumpalan- terutama tanaman berklorofil yang terdiri dari
gumpalan dari partikel-partikel yang lebih amilosa dan amilopektin (Winarno, 1997). Pati
kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi yang umumnya digunakan ialah pati singkong,
seperti partikel tunggal yang lebih besar Jagung, gandum, kentang dan beras (Wade
(Ansel, 1989). Granulasi serbuk ialah proses and Weller, 1994).
membesarkan ukuran partikel kecil yang Penelitian tentang beberapa bahan
dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat pengikat menggunakan pati untuk granulasi
(gumpalan) yang lebih besar, secara fisik lebih basah telah dilakukan sebelumnya, seperti
kuat dan partikel orisinil masih teridentifikasi penggunaan pati biji Durian (Durio zibethinus
dan membuat agregat mengalir bebas. Metode Murr.) oleh Jufri, dkk (2006), pati biji Nangka
yang terpenting dari granulasi farmasetik, oleh Firmansyah, dkk (2007) dan pati biji
dapat digolongkan ke dalam tiga kategori Cempedak oleh Sapri, dkk (2012). Penelitian
utama, yakni proses basah, proses kering serupa dilakukan oleh Komariyatun, dkk
(disebut juga slugging) dan proses lain (2017) dengan menggunakan tepung bonggol
(humidification, priling, melt peletization). Pisang Kepok sebagai bahan pengikat tablet
Granulasi basah ialah proses menambahkan Parasetamol dengan konsentrasi 10%, 12,5%,
cairan pada suatu serbuk atau campuran 15%, 17,5% dan 20%.
serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi Tanaman lain yang diharapkan untuk
dengan pengadukan yang akan menghasilkan menghasilkan pati sebagai bahan pengikat
aglomerasi atau granul, sedangkan granulasi granul ialah Pisang Goroho (Musa acuminafe
kering adalah proses granulasi serbuk tanpa L.). Pisang Goroho merupakan buah dengan
menggunakan cairan granulasi (Siregar, 2010). karbohidrat relatif tinggi dan hal ini menjadi
Proses pembuatan granul memerlukan titik tolak dilakukannya penelitian dalam
berbagai eksipien untuk memenuhi pembuatan granul untuk tablet dengan metode
persyaratan formulasi antara lain bahan granulasi basah menggunakan bahan pengikat
pengisi, pengikat, disintegran, lubrikan dan pati kulit Pisang Goroho dan pengaruhnya
glidan. Dalam proses granulasi basah, bahan pada sifat fisik granul.
pengikat meningkatkan pembesaran ukuran
untuk membentuk granul sehingga dapat METODE PENELITIAN
memperbaiki mampu alir campuran selama Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
proses pembuatan (Siregar, 2010). Bahan-
penelitian ini ialah timbangan analitik
bahan pengikat tersebut dapat dibedakan
(aeADAM®), Alumunium foil (Klin Pak),
dalam 3 golongan yaitu polimer alam, polimer
batang pengaduk, oven (Ecocell), alat-alat
sintetis dan gula.
gelas (Pyrex), corong gelas, blender (Miyako),
Eksipien polimer alam yang sering
kertas grafik, ayakan 10 dan 200 mesh, pisau
digunakan sebagai bahan pengikat dalam
stainless, alu dan lumpang.
pembuatan granul ialah pati. Pati merupakan

2
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Bahan yang digunakan untuk sampel bubuk pati sesuai dengan persentase
penelitian ini ialah kulit Pisang Goroho, b/v dalam 100 mL air panas. Kemudian
akuades, laktosa, explotab, magnesium stearat, larutan didinginkan
talkum. Preparasi granul
Granul dibuat dengan metode granulasi
Prosedur Penelitian basah tanpa zat aktif. Explotab (pengembang
Pengambilan sampel dalam) dan laktosa dimasukkan ke dalam
Sampel yang digunakan adalah limbah kulit lumpang, digerus hingga homogen, kemudian
pisang Goroho yang didapatkan dari sekitaran ditambahkan larutan pengikat pati kulit Pisang
daerah Kelurahan Airmadidi bawah. Sampel Goroho sedikit demi sedikit sambil digerus,
yang digunakan ialah kulit Pisang Goroho kemudian granulat diayak dengan ayakan
segar 11 kg. mesh 10, lalu dikeringkan pada suhu 40-600C.
Pembuatan pati kulit Pisang Goroho Granul kering ditimbang dan ditambahkan
Kulit Pisang Goroho segar sebanyak magnesium stearat, talkum dan explotab
11 kg dicuci lalu direndam dengan air kapur (pengembang luar).
selama 5 menit, kemudian dibilas hingga Pengujian granul
bersih dan ditiriskan. Kulit dicincang halus a. Uji organoleptik
dengan pisau stainless lalu dijemur hingga Dilihat secara langsung mulai dari
didapatkan bobot konstan. Kulit Pisang bentuk, warna, bau dan rasa dari granul
Goroho kering diblender hingga menjadi yang dihasilkan. Bentuk, warna yang
serbuk kemudian disuspensikan dalam air dan dihasilkan sedapat mungkin sama antara
dilewatkan melalui ayakan 200 mesh untuk satu dengan yang lainnya.
memisahkan fase padat yang mengandung b. Uji waktu alir
serat dan fase cair yang mengandung pati. Prosedur kerja untuk memperoleh granul
Fase cair dibiarkan untuk mengendap selama 3 dengan kualitas yang baik yaitu sebanyak 100
jam dan beningnya dibuang. Cairan yang g granul dimasukkan ke dalam corong yang
masih tertinggal dengan endapan pati dicuci tertutup bagian bawahnya. Penutup dibuka dan
sebanyak 3 kali dengan akuades baru, alat pencatat waktu dihidupkan hingga semua
kemudian pati dipisahkan dari air pencucian. granul keluar dari corong dan membentuk
Pati dikeringkan dalam oven pada 400C hingga timbunan di atas kertas grafik, kemudian alat
didapatkan bobot konstan. pencatat waktu dimatikan. Aliran granul yang
Preparasi larutan pengikat baik adalah jika waktu yang diperlukan untuk
Larutan pengikat disiapkan dengan mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik
cara melarutkan bubuk pati dalam air. Bahan (Voight, 1994).
pengikat disiapkan dengan mendispersikan
c. Uji sudut diam dapat mengalir bebas dan bila sudut yang
Sudut diam diperoleh dengan mengukur terbentuk ≥ 40° menyatakan bahwa sediaan
tinggi dan jari-jari tumpukan granul yang memiliki daya alir yang kurang baik. Dari nilai
terbentuk (α=tan-1H/R). Bila sudut diam yang sudut diam dapat menunjukkan suatu nilai
terbentuk ≤ 30° menyatakan bahwa sediaan indikasi bisa diterimanya sifat aliran yang

3
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

dimiliki oleh suatu bahan (Banker dan dihasilkan ialah sebanyak 83 g, dan digunakan
Anderson, 1986). sebanyak 12 g.
d. Uji kandungan lembab
Perhitungan kadar air atau kandungan lembab Pembuatan granul
didasarkan pada perhitungan bobot
Bahan FI FII FIII FIV FV
kering:
% 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏
Pati kulit Pisang
6 % 7% 8 % 9% 10 %
=
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Goroho (binder)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
× 100
Explotab
4% 4% 4% 4% 4%
Syarat kandungan lembab yang (disintegrant)
baik ialah 1-5%. Talkum (glidant) 1% 1% 1% 1% 1%
e. Bulk Density Magnesium
1% 1% 1% 1% 1%
Densitas didapatkan dengan cara stearat (lubricant)
menimbang bobot granul, kemudian a.d 100 a.d 100 a.d 100 a.d 100 a.d 100
Laktosa (filler)
% % % % %
dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk
JumLah granul per formulasi yang
dilihat volumenya.
𝑚(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎) dibuat ialah 120 g.
𝐷𝑏 =
𝑉 (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒) Tabel 1. Formulasi Granul

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji organoleptik


Klasifikasi tumbuhan Pengujian ini dilakukan dengan cara
Klasifikasi tumbuhan dilakukan di mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari
Program Studi Biologi Fakultas Matematika granul yang dihasilkan. Bentuk dan warna
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam granul yang dihasilkan sedapat mungkin
Ratulangi dan dinyatakan bahwa tumbuhan teratur.
yang digunakan kulitnya dalam penelitian ini Tabel 2. Hasil pengujian organoleptik granul
ialah Musa acuminafe L. Formulasi Warna Bentuk Rasa Bau
Pembuatan pati dari kulit Pisang Goroho Putih Khas pati
I Bulat Manis
Sebanyak 11 kg kulit Pisang Goroho tulang kulit PG
yang telah direndam air kapur dicuci bersih, Putih Khas pati
II Bulat Manis
ditiriskan, dicincang, kemudian dijemur tulang kulit PG
sehingga menghasilkan sebanyak 1.121 g Putih Khas pati
III Bulat Manis
tulang kulit PG
serbuk kulit Pisang Goroho kering. Serbuk
Putih Khas pati
kulit Pisang Goroho yang telah kering IV Bulat Manis
tulang kulit PG
diendapkan dalam air dalam wadah kaca Putih Tidak Khas pati
kemudian dibilas sebanyak tiga kali dengan V Manis
tulang merata kulit PG
akuades dan dikeringkan dalam oven dengan Keterangan: PG = Pisang Goroho
suhu 400C. Pati kulit Pisang Goroho yang
Uji waktu alir corong dengan 3 kali pengulangan. Syarat
Pengujian ini dilakukan dengan cara waktu alir granul yang baik ialah tidak lebih
mengalirkan 100 g granul melalui sebuah dari 10 detik untuk 100 g granul. Pengujian

4
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

terhadap kelima formulasi granul ialah sebagai berikut:


Tabel 3. Hasil pengujian waktu alir granul

Waktu alir (detik) Rata-rata


Formulasi Keterangan
1 2 3 (detik)
I 6.60 5.80 6.27 6.22 Memenuhi syarat
II 5.80 5.50 5.69 5.66 Memenuhi syarat
III 5.50 5.46 5.53 5.50 Memenuhi syarat
IV 5.43 5.34 5.37 5.38 Memenuhi syarat
V 6.30 6.10 6.15 6.18 Memenuhi syarat
Uji sudut diam granul yang terbentuk ketika dialirkan melalui
Pengujian ini dilakukan dengan cara corong dengan ketinggian 10 cm dari atas
mengukur jari-jari dan tinggi dari tumpukan kertas grafik.
Tabel 4. Hasil pengujian sudut diam granul
h (cm) r (cm) Rata-rata Sudut
Formulasi
1 2 3 1 2 3 H R diam (0)
I 3,60 3,60 3,40 6,15 6,00 5,95 3,53 6,03 30
II 3,50 3,50 3,40 6,30 6,50 6,35 3,47 6,38 29
III 3,30 3,50 3,40 6,55 6,55 6,60 3,40 6,57 27
IV 3,30 3,20 3,20 6,70 6,75 6,80 3,23 6,75 26
V 3,50 3,30 3,50 7,00 7,05 7,25 3,43 7,10 26
Keterangan: h=tinggi tumpukan granul; r=jari-jari tumpukan granul

Uji kandungan lembab


Pengujian ini dilakukan dengan cara jam. Berdasarkan bobot granul selama proses
menghitung bobot granul basah dan bobot pengeringan pada tabel 13, kandungan lembab
pada setiap jam pengeringan hingga setiap formulasi granul dapat dilihat pada tabel
didapatkan bobot konstan. Suhu pengeringan 5.
yang digunakan ialah 400C – 600C selama 8
Tabel 5. Bobot granul selama proses pemanasan
Pemanasan Formulasi I Formulasi II Formulasi III Formulasi IV Formulasi V
0 jam 123,14 135,56 134,29 135,56 141,75
1 jam 117,25 132,52 129,46 131,76 135,46
2 jam 113,10 129,07 124,98 128,09 131,38
3 jam 108,05 124,76 119,93 123,00 127,04
4 jam 104,55 120,43 115,77 118,48 122,20
5 jam 102,76 116,38 112,99 114,79 118,53
6 jam 102,09 114,48 112,50 113,54 117,21
7 jam 101,96 114,16 112,48 133,11 117,17
8 jam 101,80 114,12 112,45 113,04 117,00

5
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Tabel 6. Hasil perhitungan kandungan lembab


Kandungan
Formulasi
Lembab (%)
I 20,96
II 18,79
III 25,49
IV 19,92
V 21,15

Bulk Density
Pengujian ini dilakukan dengan cara
menghitung massa sejumLah granul per
volume granul pada gelas ukur.
Tabel 7. Hasil perhitungan bulk density
Bulk Density
Formulasi
(g/mL)
I 0,47
II 0,45
III 0,44
IV 0,43
V 0,42

Pembahasan bahan pengikat, explotab sebagai bahan


Pembuatan granul dengan penghancur, magnesium stearat sebagai
menggunakan bahan pengikat dari pati kulit lubrikan, talk sebagai glidan dan laktosa
Pisang Goroho (Musa acuminafe L.) bertujuan sebagai bahan pengisi. Bahan penghancur
untuk menghasilkan suatu bahan pengikat Explotab digunakan secara intragranular dan
sediaan granul dan tablet yang bersumber dari ekstragranular dengan perbandingan
alam dan mudah didapatkan serta ekonomis, 75%:25%. Penggunaan bahan penghancur
karena merupakan pemanfaatan sampah 100% intragranular akan meningkatkan
organik sebagai suatu bahan yang berguna kekerasan dan waktu hancur tablet, sedangkan
untuk industri farmasi. Pembuatan granul penggunaan bahan penghancur secara
dengan bahan pengikat pati kulit Pisang ekstragranular 100% akan menyebabkan tablet
Goroho ini menggunakan metode granulasi sangat mudah pecah, karena itu perlu diketahui
basah, karena tidak mengandung zat aktif dan kombinasi yang tepat untuk kemudian
eksipien yang digunakan bukan merupakan menghasilkan tablet dengan waktu hancur dan
zat-zat yang tidak tahan air maupun panas. sifat fisis lainnya yang paling efektif (Ordu, et
Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi al, 2011). Sebanyak lima formulasi dibuat
antara lain pati kulit Pisang Goroho sebagai dengan perbandingan bahan pengikat pati kulit

6
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Pisang Goroho 6%, 7%, 8%, 9% dan 10% kemudian dicampur dengan lubrikan, glidan
untuk melihat konsentrasi manakah yang dan bahan penghancur ekstragranular.
menghasilkan granul yang memenuhi Pencampuran lubrikan yang terlalu lama atau
persyaratan yang ditetapkan. Setelah overblending dapat menyebabkan penurunan
didapatkan campuran yang homogen dari laju disintegrasi dan disolusi, mengurangi
laktosa, explotab intragranular dan larutan kohesivitas antarpartikel, meningkatkan
pati, massa granul basah diayak dengan kerapuhan tablet dan mengurangi kekerasan
ayakan mesh 10 untuk meningkatkan luas tablet, sehingga disarankan lama pencampuran
permukaan partikel sehingga mempermudah tidak lebih dari 5 menit (Triwantoro, 2006).
proses pengeringan pada suhu 400C - 600)
(Siregar, 2010). Massa granul kering
Uji Organoleptik granul dan bagaimana ruang antara partikel-
Hasil pengujian organoleptik granul partikel diisi.
dengan bahan pengikat pati kulit Pisang Uji Waktu Alir
Goroho merupakan bentuk umum sediaan Waktu alir merupakan waktu yang
sebelum melalui tahap pengempaan. Kelima dibutuhkan sejumLah granul untuk mengalir
formulasi memiliki warna putih tulang yang melewati corong, yang dinyatakan sebagai
homogen, rasa manis dan bau khas pati kulit banyaknya serbuk yang mengalir tiap satuan
Pisang Goroho. Semakin tinggi konsentrasi waktu (Banker and Anderson, 1986). Sifat
bahan pengikat, granul lebih kompak dengan aliran dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran
ukuran partikel lebih besar dibandingkan partikel dan kohesivitas antarpartikel. Granul
formulasi dengan bahan pengikat yang yang baik ialah granul yang dapat mengalir
konsentrasinya lebih rendah. Bentuk dan bebas sehingga dapat kemudian dikempa
warna yang dihasilkan Formulasi I hingga IV menjadi sediaan tablet. Semakin kecil
granul dengan perbandingan bahan pengikat konsentrasi bahan pengikat, maka ukuran,
pati Pisang Goroho 6%, 7%, 8%, 9% telah viskositas dan massa jenis semakin kecil,
sedapat mungkin sama satu dengan yang sehingga meningkatkan gaya kohesi antar
lainnya, sehingga keempat formulasi dapat partikel granul atau serbuk. Gaya kohesi yang
dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan tinggi menyebabkan granul sulit mengalir
pernyataan bahwa uji organoleptik dilihat bebas. Massa jenis yang kecil berarti bobot
secara langsung dari bentuk, warna dan bau molekul juga kecil, menyebabkan kurangnya
dari granul yang dihasilkan (Anonim, 1995). pengaruh gaya gravitasi pada massa tersebut,
Sedangkan untuk Formulasi V dengan bahan karena gaya kohesivitas lebih tinggi dari gaya
pengikat pati kulit Pisang Goroho 10%, bentuk gravitasi sehingga granul tidak dapat mengalir
granul yang dihasilkan kurang merata, ini bebas. (Anshory et al, 2007). Rata-rata waktu
diakibatkan tingginya konsentrasi bahan alir Formulasi I ialah 6.22 detik, Formulasi II
pengikat pati kulit Pisang Goroho sehingga selama 5,66 detik, Formulasi III selama 5,50
partikel yang dihasilkan lebih besar dan detik, Formulasi IV selama 5,38 detik dan
distribusi partikel kurang merata. Perbedaan Formulasi V selama 6.18 detik. Pada
ukuran granul dapat mempengaruhi sifat fisik umumnya semakin bulat bentuk granul maka

7
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

waktu alirnya akan semakin baik. Formulasi V Konsentrasi pati kulit Pisang Goroho yang
mempunyai bentuk yang kurang merata pada paling rendah menghasilkan sudut diam paling
uji organoleptik karena tingginya konsentrasi besar. Ini diakibatkan karena kecilnya
bahan pengikat pati kulit Pisang Goroho, konsentrasi bahan pengikat menyebabkan
sehingga waktu alir Formulasi V relatif lebih ukuran partikel granul lebih kecil dan
tinggi dibandingkan formulasi II, III dan IV. meningkatkan kohesivitas serta gaya gesek
Kelima formulasi menunjukkan hasil <10 antar partikel granul. Formulasi granul dengan
detik sehingga dapat dinyatakan bahwa kelima konsentrasi bahan pengikat lebih tinggi
formulasi memenuhi syarat waktu alir yang menunjukkan granul dapat mengalir lebih
baik untuk sediaan granul. bebas, karena ukuran partikel granul lebih
Uji Sudut Diam besar dibandingkan formulasi dengan
Sudut diam adalah sudut maksimum konsentrasi bahan pengikat lebih kecil.
yang dibentuk permukaan granul pada Namun, sudut diam Formulasi V walaupun
permukaan horizontal. Sudut diam Formulasi I dengan konsentrasi bahan pengikat pati kulit
ialah 300, Formulasi II sebesar 290, Formulasi Pisang Goroho paling tinggi, mempunyai
III sebesar 270, Formulasi IV sebesar 260 dan sudut diam sama dengan Formulasi IV. Bentuk
Formulasi V sebesar 260. Menurut Anggraini, granul mempengaruhi waktu alir maupun
et al (2016), penggunaan pati Singkong 7% tumpukan granul yang terbentuk. Kurang
menghasilkan sudut diam 25,170 dan 24,700 meratanya bentuk granul pada formulasi V
untuk konsentrasi 9%. dimana nilai ini mengakibatkan granul sulit mengalir bebas
menunjukkan bahwa bahan pengikat dengan sehingga sudut diam yang terbentuk lebih
pati kulit Pisang Goroho memberikan sudut besar dari yang diharapkan. Pati kulit Pisang
diam lebih besar yaitu 290 dan 260. Besar Goroho memberikan kohesivitas lebih tinggi
kecilnya sudut yang terbentuk dipengaruhi Sudut diam yang ditunjukkan oleh kelima
oleh ukuran partikel, besarnya gaya tarik- formulasi granul telah memenuhi syarat,
menarik dan gaya gesek antar partikel (Lee, dimana sudut yang dihasilkan tidak melebihi
2001). Semakin kecil ukuran partikel maka 400. Formulasi I memiliki sudut diam yang
gaya kohesivitas semakin tinggi. Tingginya cukup baik, namun Formulasi II, III, IV dan V
kohesivitas menyebabkan granul sulit memiliki nilai sudut diam dengan kategori
mengalir dan menyebabkan sudut diam yang sangat baik yaitu 25< α <300.
terbentuk semakin besar (Anshory et al, 2007).
Uji kandungan lembab hingga Formulasi V memiliki kandungan
Kandungan lembab atau Moisture lembab di atas 5%, yaitu 20,96%, 18,79%,
Content adalah pernyataan kandungan air 25,49%, 19,92%, 21,15% secara berurutan.
berdasarkan bobot kering, yang menunjukkan Kandungan lembab yang sebenarnya yaitu
kadar air yang terkandung dalam suatu pengukuran menggunakan moisture analyzer,
granulat. Granul yang memiliki kandungan untuk menentukan kadar air atau pelarut
lembab <5% akan stabil dan baik pada saat organik lainnya dalam granul yang suhu
penyimpanan (Rowe, et al, 2009). Hasil penguapannya tinggi dan tidak menguap saat
perhitungan menunjukkan bahwa Formulasi I pengeringan granul yang hanya menggunakan

8
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

suhu 400C – 60C0. Kandungan lembab di atas Namun jika wadah terganggu , partikel granul
5% disebabkan degradasi sediaan sangat besar. akan bergerak dan biasanya menjadi lebih
Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi bahan dekat bersama-sama sehingga kerapatan
pengikat terlalu kecil sehingga ukuran dan curahnya lebih tinggi. Formulasi I memiliki
massa jenis sediaan juga kecil. Air larutan kerapatan sebesar 0,47 g/mL, Formulasi II
pengikat pati kulit Pisang Goroho dalam sebesar 0,45 g/mL, Formulasi III sebesar 0,44
granul dengan jumLah berlebih akan g/mL, Formulasi IV sebesar 0,43 g/mL dan
menyebabkan terganggunya sifat granul Formulasi V sebesar 0,42 g/mL. Semakin
seperti timbulnya kohesivitas antarpartikel besar konsentrasi bahan pengikat pati kulit
yang menyebabkan aliran granul menjadi Pisang Goroho, semakin besar pula ukuran
buruk dan kekompakan granul menjadi terlalu partikel sehingga menyebabkan kerapatan
tinggi. Sebaliknya jika kandungan lembab semakin kecil. Penelitian Anggraini, et al
<1%, akan terjadi capping, yaitu (2016) menggunakan bahan pengikat dari pati
membelahnya tablet di bagian atas (Syamsuni, singkong 7% dan 9% membunyai nilai bulk
2006). Variasi kandungan lembab dari density sebesar 0,5058 gr/mL dan 0,5028
Formulasi I hingga Formulasi V disebabkan gr/mL. ini menunjukkan bahwa pati kulit
karena hasil perhitungan sangat dipengaruhi Pisang Goroho sebagai bahan pengikat
bobot granul yang ditimbang, dimana ketika menghasilkan kerapatan yang lebih kecil dan
ada sejumLah granul yang terbuang, maka ukuran partikel lebih besar dibandingkan
akan meningkatkan persentase kandungan granul dengan bahan pengikat pati Singkong.
lembab granul. Perhitungan bulk density saja tidak dapat
Bulk density digunakan untuk menentukan harga
Kerapatan (densitas) terbagi menjadi pengetapan, namun dibutuhkan pula nilai
kerapatan curah (bulk density) dan kerapatan tapped density untuk mendapatkan indeks
mampat (tapped density). Bulk density kompresibilitas seperti Carr’s index dengan
merupakan sebuah pengukuran kerapatan yang menggunakan rumus 100% × (tapped density-
dapat berubah-ubah tergantung dari cara bulk density)/tapped density, atau Hausner’s
menangani materi. Sebagai contoh, sejumLah ratio dengan rumus tapped density/bulk
granul yang dituangkan ke dalam sebuah gelas density.
wadah akan memiliki kerapatan curah tertentu.
memenuhi syarat uji organoleptik, uji waktu
KESIMPULAN alir, uji sudut diam namun tidak memenuhi
1. Sediaan granul dapat diformulasikan syarat uji kandungan lembab.
menggunakan bahan pengikat pati kulit
Pisang Goroho dengan perbandingan SARAN
konsentrasi 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%. 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
2. Hasil evaluasi sifat fisik granul tentang kandungan kimia kulit Pisang
menggunakan bahan pengikat pati kulit Goroho, cara pembuatan pati sehingga tidak
Pisang Goroho dengan perbandingan terjadi reaksi pencoklatan (browning), dan
konsentrasi 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%

9
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

lama sedimentasi pati untuk hasil yang memenuhi standar Farmakope Indonesia
optimal. dan syarat-syarat pembuatan sediaan tablet.
2. Perlu dilakukan formulasi lebih lanjut
menjadi tablet yang dibuat dengan
Jufri, M., dkk. 2006. Majalah Ilmu Kesehatan.
Studi Kemampuan Pati Biji Durian
DAFTAR PUSTAKA sebagai bahan Pengikat dalam Tablet
Ketoprofen secara Granulasi Basah.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Vol. 3, No. 2: 78-86.
Jakarta: Departemen Kesehatan Komariyatun, S., dkk. 2017. Media Farmasi
Republik Indonesia. Indonesia. Formulasi Tablet
Anggraini, N., et al. 2016. Farmagazine. Parasetamol Menggunakan Tepung
Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Bonggol Pisang Kepok (Musa
Tablet Allopurinol Menggunakan Pati paradisiacal cv. Kepok) sebagai Bahan
Singkong (Manihot esculenta Crantz) Pengikat. Vol. 2, No. 1: 1156-1166.
sebagai bahan Pengikat. Vol 3, No. 2 : Kraut, H., et al. 2005. Food Composition and
21-28 Nutrition Tables 6th Edition. Stuttgart:
Ansel, H. C. 1989. Introduction to Medpharm GmBH Scientific
Pharmaceutical Dosage Form. Publishers.
Georgia: Lea and Ferbinger. Lachman, L., et al. 1994. The Theory and
Practice of Industrial Pharmacy.
Ansel, H. C., et al. 2011. Ansel’s Philadelphia: Lea and Ferbinger.
Pharmaceutical Dosage Forms and Latha, S. M., et al. 2016. International Journal
Drug Delivery Systems 9th edition. of Pharmaceutical and Clinical
Baltimore: Lippincott Williams and Research. Formulation and
Wilkins. Comparative Evaluation of
Anshory, H., et al.2007. Jurnal Ilmiah Aceclofenac Tablets by Two
Farmasi. Formulasi tablet Effervescent Granulation Methods. Vol 8, No. 7:
dari Ekstrak Ginseng Jawa (Talinum 649-654
paniculatum) dengan Variasi Kadar Lee, R. E. 2001. Effervescent Tablets : Key
Pemanis Aspartam. Vol. 4, No. 1. Facts About A Unique, Effective
Banker, G. S. and Anderson, N. R. 1986. Dossage Form. New Hope: Amerilab
Tablet in the Theory and Practice of Technologies
Industrial Pharmacy by Lachman, L., Ordu, J. L. dan Ocheme, E. J. 2011 Evaluation
et al 3rd edition. Philadelphia: Lea and of the Disintegrant and Dissolution
Ferbinger Properties of Powder and Cellulose
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Obtained from Cocoa Pod Husk on
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Paracetamol Tablets. Vol. 10: 82-90
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical
dan Makanan Technology Fundamental
Firmansyah, dkk. 2007. Ketersediaan Hayati Pharmaceutics, 3th Edition.
Tablet Parasetamol dengan Minneapolis: Burgess Publishing
Menggunakan Pati Nangka Company
(Arthocarpus heterophyllus Lamk.) Rowe, R. C., dkk. 2006. Handbook of
sebagai Bahan Pembantu. Vol. 12, No. Pharmaceutical Excipients 5th Edition.
2. London: Pharmaceutical Press

10
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 4 NOVEMBER 2018 ISSN 2302 - 2493

Sapri, dkk. 2012. Journal of Tropical Suprapti, L. 2004. Dasar-Dasar Teknologi


Pharmacy and Chemistry. Pengaruh Pangan. Surabaya: Vidi Ariesta.
Penggunaan Pati Biji Cempedak Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan
(Arthocarpus champeden Lour) sebagai Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Bahan Pengikat terhadap Sifat Fisik Tasirin, J. 2011. Konservasi dan Budidaya
Tablet Parasetamol secara Granulasi Pisang Goroho. Manado: Universitas
Basah. Vol. 2, No. 1: 47-61. Sam Ratulangi.
Shah, R. B., et al. 2008. AAPS PharmSciTech. Triwantoro, H. 2006. Pengaruh Lama
Comparative Evaluation of Flow for Pencampuran Magnesium Stearat
Pharmaceutical Powders and Granules. (Dengan Kadar 0,5% dan 1%) sebagai
Vol 9, No. 1: 250-258 Bahan Pelicin terhadap Sifat Fisik
Siregar, C. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet CTM (Chlorfeniramin Maleat)
Tablet: Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: secara Kempa Langsung. Surakarta:
EGC. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Vidyasagar, G., et al. 2011. International Wade, A. and Weller, P. J. 1994. Handbook of
Journal of PharmTech Research. Pharmaceutical Excipient 2nd Edition.
Isolation and Evaluation of Starch of Washington: American Pharmaceutical
Artocarpus heterophyllus as a Tablet Association.
Binder. Vol. 3, No. 2: 836-840. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Farmasi. Diterjemahkan oleh
Soendani, N. S. Yogyakarta: UGM
Press.

11

Vous aimerez peut-être aussi