Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
Kartika Refitasari
1754221007
Kelompok 6
Ammonia berubah menjadi nitrat dan nitrit di perairan sehingga menjadi bagian
penting bagi pertumbuhan tanaman. Ammonia dapat berubah menjadi nitrit dan
nitrat melalui proses oksidasi yang biasa disebut dengan proses nitrifikasi. Proses
nitrifikasi tersebut melalui tahapan yaitu proses oksidasi ammonia menjadi nitrit
dan kemudian oksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses tersebut berlangsung dengan
bantuan bakteri.
Amoniak di perairan merupakan kotoran ikan, sisa ikan mati yang berbentuk gas
nitrogen. Amoniak dapat mengalami proses nitrifikasi menjadi nitrit dan
kemudian diubah kembali menjadi nitrat. Amoniak merupakan competitor yang
kuat bagi oksigen dalam darah biota serta bersifat racun. Pada pH tinggi amoniak
akan bersifat sangat racun. Selain itu amoniak merupakan bagian dari siklus
nitrogen (Campbell, 2007).
Ammonia adalah senyawa kimia berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan sangat merangsang. Amoniak dan garam-garamnya merupakan senyawa yang
mudah larut dalam air. Amoniak biasa ditemukan dalam bentuk gas. Selain dalam
bentuk gas, amoniak juga ditemukan dalam bentuk ion logam. Amoniak yang
terukur dalam suatu perairan merupakan amoniak total (Kuncoro, 2010).
Amoniak dapat bersifat racun bagi biota perairan apabila memiliki konsentrasi
yang tinggi. Konsentrasi amoniak yang lebih dari 0,1 ppm pada suatu perairan
akan bersifat racun yang dapat mengakibatkan biota yang hidup di perairan
tersebut mati. Sumber utama amoniak di perairan berasal dari eksresi biota
perairan itu sendiri yaitu sebanding dengan kualitas dan kuantitas protein yang
terkandung pada makanan yang dikonsumsi oleh biota tersebut. Selain itu,
amoniak juga berasar dari difusi dan sedimen (Tjutju, 2004)
Kadar optimum amoniak pada perairan adalah 0,1 mg/L. Sedangkan konsentrasi
amoniak bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih
dari 0,2 mg/L. Apabila kandungan amoniak dalam perairan lebih dari itu maka
amoniak akan bersifat racun (Hayani, 2017).
2.4 Dampak dan Cara Penanggulangannya
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmeyer, gelas ukur, pipet
tetes, pipet ball, beaker glass, kuvet, timbangan analitik, spektrofotometer, botol
sampel, kertas saring, dan corong. Sedangkah bahan yang diperlukan adalah
sampel air buangan tambak Sari Ringgung, sampel air Pantai Ketapang, sampel
air Sungai Way Belau, larutan fenol, larutan natrium nitropusid, dan larutan
oksidator.
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Air sampel yang telah disaring dimasukkan sebanyak 25 ml ke dalam
erlenmeyer 100 ml.
2. Ditambahkan 1 ml fenol, 1 ml Natrium nitropusid, dan 2,5 ml larutan oksidator.
3. Dikocok dan diamkan selama 10 menit untuk membentuk reaksi kompleks.
4. Diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
640 nm.
5. Catat konsentrasi hasil pengukuran.
Kandungan
Kelompok Lokasi Koordinat Tempat
Amoniak (ppm)
4.2 Pembahasan
Dari tabel hasil diatas didapat data kandungan amoniak dari Sungai Way Belau
memiliki nilai lebih dari 2. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan dari Sungai
Way Belau itu sendiri. Sungai Way Belau memiliki kondisi yang penuh dengan
sampah rumah tangga sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kandungan
amoniak yang ada di perairan Sungai Way Belau. Sedangkan nilai kandungan
amoniak di Tambak Sari Ringgung memiliki nilai lebih dari 1. Hal ini dapat
terjadi karena di tambak terdapat biota yang melakukan ekskresi yang berupa
amoniak serta dapat juga dihasilkan dari sisa dari pakan dan ikan mati yang tidak
dibuang. Sehingga kandungan amoniak di Tambak Sari Ringgung memiliki nilai
yang tinggi. Sementara itu, nilai kandungan amoniak di Pantai Ketapang hanya
kurang dari 1 yaitu pada titik pertama sebesar 0,328 mg/L yang masih cukup
tinggi untuk kehidupan biota perairan, sedangkan pada titik 2 sebesar 0,171 yang
artinya merupakan kandungan amoniak yang optimum di perairan. Sehingga di
Pantai Ketapang titik 2 merupakan perairan yang baik bagi biota.
Menurut Kastawi (2015), kadar ammonia yang optimum di perairan adalah 0,1
mg/l. apabila kandungan ammonia di perairan melebihi nilai tersebut maka
ammonia di perairan dapat bersifat racun bagi biota yang hidup di perairan
tersebut. Sementara itu, hasil kadar ammonia yang didapat air sampel dari Sungai
Way Belau, Tambak Sari Ringgung, dan Pantai Ketapang dapat diketahui bahwa
hanya Pantai Ketapang stasiun 2 yang mamiliki kadar ammonia optimum,
sedangkan yang lainnya ammonia sudah bersifat racun.
Faktor kegagalan dari pengamatan ini adalah pada saat mencuci alat yang akan
digunakan kurang bersih sehingga air sampel terkontaminasi oleh bahan lain.
Selain itu, pada saat pengambilan sampel alat yang digunakan terkontaminasi
bahan lain sehingga mempengaruhi kandungan air sampel.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Apriyanti, Rosy Nur dan Desi Sayyidati Rahimah. 2016. Akuaponik Praktis. PT
Trubus Swadaya. Depok.
Imam, T. 2010.Uji Multi Lokasi Pada Budidaya Ikan Nila dengan Sistem
Akuaponik. Laporan Hasil Penelitian. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 30 hal.
Indah, Bambang Agus. 2001. Budi Daya Karper dalam Jaring Karamba Apung.
KANISIUS. Yogyakarta.
Kastawi, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT
Setia Purna Inves. Bandung.
Lestari, Fatma. 2009. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia
di Udara. EGC. Jakarta.
1. Pengambilan sampel
2. Penyaringan sampel
Penambahan larutan
3. fenol, natrium nitropusid,
dan larutan oksidator
Pengamatan
4. menggunakan
spektrofotometri