Vous êtes sur la page 1sur 15

ANALISA KANDUNGAN AMONIAK

(Laporan Praktikum Oseanografi Biogeokimia)

Oleh
Kartika Refitasari
1754221007
Kelompok 6

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Analisa Kandungan Amoniak


Waktu Praktikum : Rabu, 26 September 2018
Tempat Praktikum : Laboratorium Perikanan dan Kelautan
Nama : Kartika Refitasari
NPM : 1754221007
Kelompok : 6 (enam)
Program Studi : Ilmu Kelautan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas :Universitas Lampung

Bandar Lampung, 10 Oktober 2018


Mengetahui,
Asisten

Nindya Leonita Ananda


NPM. 1514111013
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan menggunakan parameter dan


metode tertentu. Salah satunya adalah dengan parameter kimia, yaitu uji
kandungan ammonia. Ammonia merupakan senyawa kimia dengan rumus struktur
NH3. Ammonia dalam bentuk tidak terion tidak bersifat racun bagi perairan.
Sementara itu, ammonia terion sulit terdifusi di perairan sehinggan bersifat racun.

Ammonia berubah menjadi nitrat dan nitrit di perairan sehingga menjadi bagian
penting bagi pertumbuhan tanaman. Ammonia dapat berubah menjadi nitrit dan
nitrat melalui proses oksidasi yang biasa disebut dengan proses nitrifikasi. Proses
nitrifikasi tersebut melalui tahapan yaitu proses oksidasi ammonia menjadi nitrit
dan kemudian oksidasi nitrit menjadi nitrat. Proses tersebut berlangsung dengan
bantuan bakteri.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu melakukan analisa kandungan amoniak di perairan.


2. Mahasiswa mampu mengetahui kadar optimum amoniak di perairan serta
dampak dan penanggulangannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Amoniak

Amoniak di perairan merupakan kotoran ikan, sisa ikan mati yang berbentuk gas
nitrogen. Amoniak dapat mengalami proses nitrifikasi menjadi nitrit dan
kemudian diubah kembali menjadi nitrat. Amoniak merupakan competitor yang
kuat bagi oksigen dalam darah biota serta bersifat racun. Pada pH tinggi amoniak
akan bersifat sangat racun. Selain itu amoniak merupakan bagian dari siklus
nitrogen (Campbell, 2007).

Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NH 3. Amoniak merupakan


produk sampingan dari pengeluran nitrogen secara metabolis. Sebagian besar
biota perairan mengekskresi amoniak dari cairan tubuhnya. Sedangkan biota darat
biasa mengubah amoniak menjadi urea yang kemudian dieksresi menjadi bentuk
yang lebih pekat (Imam, 2010).

Ammonia adalah senyawa kimia berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan sangat merangsang. Amoniak dan garam-garamnya merupakan senyawa yang
mudah larut dalam air. Amoniak biasa ditemukan dalam bentuk gas. Selain dalam
bentuk gas, amoniak juga ditemukan dalam bentuk ion logam. Amoniak yang
terukur dalam suatu perairan merupakan amoniak total (Kuncoro, 2010).

2.2 Metode Pengukuran Amoniak

Pengukuran amoniak dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer.


Spektrofotometer merupakan gabungan antara spektrometer dan fotometer.
Spektrometer adalah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang
tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
diabsorpsi. Sehingga spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur energi dengan menggunakan panjang gelombang dan energi tersebut
ditransmisikan (Indah, 2001).

Pengukuran kandungan amoniak dalam perairan biasa dilakukan dengan


menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometri adalah salah satu analisis yang
didasarkan pada interaksi anatar radiasi elektromagnetik dengan atom atau
senyawa kimia. Dengan diketahuinya interaksi tersebut dikembangkan analisis
yang memanfaatkannya. Hasil dari interaksi tersebut dapat menghasilkan
peristiwa pemantulan, pembiasa, difraksi dan lain sebagainya (Kordi, 2010).

Pengukuran konsentrasi amoniak pada perairan dapat dilakukan dengan analisis


kalorimetri yaitu dengan metode Nessler. Metode Nessler dilakukan dengan cara
menambahkan alkali pada larutan sampel. Hal yang diamati dari metode Nessler
adalah perubahan warna pada air sampel setelah ditambahkan larutan alkali.
Kemudian warna air sampel yang telah ditambah larutan alkali tersebut
dibandingkan dengan warna larutan standar (Cahyo, 2001).

2.3 Kandungan Amoniak yang Optimum di Perairan

Konsentrasi amoniak di perairan serbanding lurus dengan pH, semakin tinggi


konsentrasi amoniak maka semakin tinggi pH begitupun sebaliknya. Pada pH
tinggi amoniak akan terionisasi sehingga bersifat racun. Sedangkan konsentrasi
amoniak yang optimum adalah 0,1 mg/L (Kastawi, 2015).

Amoniak dapat bersifat racun bagi biota perairan apabila memiliki konsentrasi
yang tinggi. Konsentrasi amoniak yang lebih dari 0,1 ppm pada suatu perairan
akan bersifat racun yang dapat mengakibatkan biota yang hidup di perairan
tersebut mati. Sumber utama amoniak di perairan berasal dari eksresi biota
perairan itu sendiri yaitu sebanding dengan kualitas dan kuantitas protein yang
terkandung pada makanan yang dikonsumsi oleh biota tersebut. Selain itu,
amoniak juga berasar dari difusi dan sedimen (Tjutju, 2004)

Kadar optimum amoniak pada perairan adalah 0,1 mg/L. Sedangkan konsentrasi
amoniak bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih
dari 0,2 mg/L. Apabila kandungan amoniak dalam perairan lebih dari itu maka
amoniak akan bersifat racun (Hayani, 2017).
2.4 Dampak dan Cara Penanggulangannya

Adanya kandungan amoniak dalam perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan


biota air. Selain itu kandungan amoniak di perairan yang tinggi juga dapat
mengakibatkan biota yang hidup di perairan tersebut. Kematian ketersebut terjadi
karena rusaknya jaringan insang. Sebagai akibat lanjut biota yang hidup di
perairan tersebut akan hidup tidak normal (Lestari, 2009).

Konsentrasi amoniak yang tinggi pada permukaan perairan dapat mengakibatkan


kematian bagi biota yang hidup di perairan tersebut. Selain itu, berbahaya atau
tidaknya konsentrasi amoniak yang ada di perairan dipengaruhi juga oleh
konsentrasi pH. Pada pH rendah dan konsentrasi amoniak tinggi maka akan
bersifat racun. Sedangkan pada pH tinggi dan konsentrasi amoniak rendah sudah
cukup bersifat racun (Apriyanti, 2016).

Kandungan amoniak di perairan dapat mengakibatkan berkurangnya kadar


oksigen terlarut pada perairan tersebut. Sehingga kandungan amoniak akan
semakin kecil apabila kadar oksigen terlarut pada suatu perairan semakin besar.
Selain itu, kadar amoniak semakin tinggi seiring bertambahnya kedalaman.
Dengan berkurangnya kadar oksigen terlarut maka kebutuhan biota akan oksigen
tidak dapat terpenuhi. Sehingga apabila kandungan amoniak tinggi di perairan
dapat merugikan bagi biota perairan tersebut (Effendi, 2003).
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum analisa kandungan amoniak ini dilakukan pada Rabu, 26 September


2018 yang bertempat di Laboratorium Perikanan dan Kelautan pukul 13.00 WIB
sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmeyer, gelas ukur, pipet
tetes, pipet ball, beaker glass, kuvet, timbangan analitik, spektrofotometer, botol
sampel, kertas saring, dan corong. Sedangkah bahan yang diperlukan adalah
sampel air buangan tambak Sari Ringgung, sampel air Pantai Ketapang, sampel
air Sungai Way Belau, larutan fenol, larutan natrium nitropusid, dan larutan
oksidator.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Air sampel yang telah disaring dimasukkan sebanyak 25 ml ke dalam
erlenmeyer 100 ml.
2. Ditambahkan 1 ml fenol, 1 ml Natrium nitropusid, dan 2,5 ml larutan oksidator.
3. Dikocok dan diamkan selama 10 menit untuk membentuk reaksi kompleks.
4. Diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
640 nm.
5. Catat konsentrasi hasil pengukuran.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

Tabel 1 data hasil pengamatan

Kandungan
Kelompok Lokasi Koordinat Tempat
Amoniak (ppm)

5o 26' 35" S 105o 15'


1 2,882
Sungai Way 21" T
Belau 5o 27' 11" S 105o 15'
2 2,087
31" T

5° 32' 15.936" S 105°


3 1,517
Tambak Sari 14' 39.0768" T
Ringgung 5° 32' 17.7072" S 105°
4 1,557
14' 38.904" T

5o 35'24, 54007" S 105o


5 0,328
13'53, 44255" T
Pantai Ketapang
5o 35'12, 17267" S 105o
6 0,171
13'22, 85389" T

4.2 Pembahasan

Dari tabel hasil diatas didapat data kandungan amoniak dari Sungai Way Belau
memiliki nilai lebih dari 2. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan dari Sungai
Way Belau itu sendiri. Sungai Way Belau memiliki kondisi yang penuh dengan
sampah rumah tangga sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kandungan
amoniak yang ada di perairan Sungai Way Belau. Sedangkan nilai kandungan
amoniak di Tambak Sari Ringgung memiliki nilai lebih dari 1. Hal ini dapat
terjadi karena di tambak terdapat biota yang melakukan ekskresi yang berupa
amoniak serta dapat juga dihasilkan dari sisa dari pakan dan ikan mati yang tidak
dibuang. Sehingga kandungan amoniak di Tambak Sari Ringgung memiliki nilai
yang tinggi. Sementara itu, nilai kandungan amoniak di Pantai Ketapang hanya
kurang dari 1 yaitu pada titik pertama sebesar 0,328 mg/L yang masih cukup
tinggi untuk kehidupan biota perairan, sedangkan pada titik 2 sebesar 0,171 yang
artinya merupakan kandungan amoniak yang optimum di perairan. Sehingga di
Pantai Ketapang titik 2 merupakan perairan yang baik bagi biota.

Menurut Kastawi (2015), kadar ammonia yang optimum di perairan adalah 0,1
mg/l. apabila kandungan ammonia di perairan melebihi nilai tersebut maka
ammonia di perairan dapat bersifat racun bagi biota yang hidup di perairan
tersebut. Sementara itu, hasil kadar ammonia yang didapat air sampel dari Sungai
Way Belau, Tambak Sari Ringgung, dan Pantai Ketapang dapat diketahui bahwa
hanya Pantai Ketapang stasiun 2 yang mamiliki kadar ammonia optimum,
sedangkan yang lainnya ammonia sudah bersifat racun.

Analisa kandungan ammonia dilakukan dengan metode indofenol. Pertama air


sampel yang sudah disaring di masukkan ke dalam botol sampel sebanyak 25 ml.
kemudian ditambahkan larutan fenol 1 ml, Natrium nitropusid 1 ml, dan larutan
oksidator 2,5 ml, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 10 menit. Tujuan
ditambahkannya larutan fenol adalah untuk mereaksikan ion ammonium dengan
hipoklorit sehingga sampel menjadi basa sehingga membentuk senyawa biru
indofenol dan dikatalis oleh Natrium nitropusid. Selanjutnya intensitas warna
yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 640
nm.

Faktor kegagalan dari pengamatan ini adalah pada saat mencuci alat yang akan
digunakan kurang bersih sehingga air sampel terkontaminasi oleh bahan lain.
Selain itu, pada saat pengambilan sampel alat yang digunakan terkontaminasi
bahan lain sehingga mempengaruhi kandungan air sampel.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakn dapat disimpulkan bahwa :


1. Konsentrasi kandungan amoniak di perairan bergantung pada lingkungan dari
perairan itu sendiri.
2. Kandungan optimum amoniak di perairan adalah 0,1 mg/L.

5.2 Saran

Saat melakukan praktikum, praktikan diharapkan untuk hati-hati sehingga tidak


terjadi kesalahan, selain itu pada saat setelah atau sebelum menggunakan alat
untuk praktikum diharapkan untuk dipastikan bahwa alat tersebut tidak
terkontaminasi bahan lain yang akan mempengaruhi hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Rosy Nur dan Desi Sayyidati Rahimah. 2016. Akuaponik Praktis. PT
Trubus Swadaya. Depok.

Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya Ikan di Perairan Umum. KANISIUS.


Yogyakarta.
Campbell, Neil A. 2007. BIOLOGI. Erlangga. Jakarta.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Hayani Cahyono, Tri. 2017. Penyehatan Udara. ANDI. Yogyakarta.

Imam, T. 2010.Uji Multi Lokasi Pada Budidaya Ikan Nila dengan Sistem
Akuaponik. Laporan Hasil Penelitian. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 30 hal.
Indah, Bambang Agus. 2001. Budi Daya Karper dalam Jaring Karamba Apung.
KANISIUS. Yogyakarta.

Kastawi, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. PT
Setia Purna Inves. Bandung.

Kuncoro, Mark. 2015. Akuaponik ala Mark Sungkar. PT AgroMedia Pustaka.


Jakarta.

Kordi, M. Ghufran H. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya – Pintar Budi


Daya Ikan di Tambak Secara Intensif. LILY PUBLISHER. Yogyakarta.

Lestari, Fatma. 2009. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia
di Udara. EGC. Jakarta.

Tjutju Susana. 2004. Sumber Polutan Dan Kandungan Nitrogen-Amonia dalam


Air Laut. Oseana. 19(3) : 25-33.
LAMPIRAN
GRAFIK
DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

1. Pengambilan sampel

2. Penyaringan sampel

Penambahan larutan
3. fenol, natrium nitropusid,
dan larutan oksidator

Pengamatan
4. menggunakan
spektrofotometri

Vous aimerez peut-être aussi