Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2) Aspek Geografis
Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia merupakan negara bangsa dengan
wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan
dan heterogenitas menjadikan bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa
yang satu dan utuh .
Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :
(1) Indonesia negara kepulauan atau maritim
(2) Indonesia terletak antara dua benua dan dua samudera (posisi silang)
(3) Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
(4) Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
(5) Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkum pasifik
dan Mediterania
(6) Wilayah subur dan dapat dihuni
(7) Kaya akan flora dan fauna dan sumber daya alam
(8) Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
(9) Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868
juta jiwa (tahun 2005
3) Aspek geopolitis dan kepentingan nasional
Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memandang wilayahnya sebagai ruang
hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah
sebagai ruang hidup (lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah
bangaimanan menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan
utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional,
tujuan nasional maupun visi nasional.
Teori-Teori Geopolitik;
a. Frederick Ratzel (Teori Ruang ; 1897)
Ratsel menyatakan bahwa negara dalam hal-hal tertentu dapat disamakan dengan
organism, yaitu mengalami fase kehidupan dalam kombinasi dua atau lebih
antara lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak, surut dan mati. Inti ajaran
Ratzel adalah teori ruang yang ditempati oleh kelompok-kelompok politik
(negara-negara) yang mengembangkan hukum ekspansionisme baik di bidang
gagasan, perutusan maupun produk.
Untuk membuktikan keunggulan yakni negara harus mengambil dan menguasai
satuan-satuan politik yang berkaitan terutama yang bernilai strategis dan
ekonomis. Ratzel memprediksi bahwa pada akhirnya di dunia ini hanya tinggal
negara unggul bisa bertahan hidup dan menjamin kelangsungan hidupnya.
Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan/mirip) dengan pertumbuhan
organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses,lahir,
tumbuh,berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan
mati.
b. Rudolf Kjellen (Teori Kekuatan)
Kjellen mengembangkan teori ruang Ratzel dengan menganggap bahwa negara
sebagai organism dirumuskan ke dalam sistem politik/pemerintahan melalui 5
pembidangan yaitu : kratopolitik (politik pemerintahan), Ekono-politik,
Sosiopolitik, Demopolitik dan Geopolitik. Inti ajaran Kjellen adalah tiap negara
di samping berupaya untuk menjaga kelangsungan hidupnya, juga mewajibkan
bangsanya untuk berswasembada mengembangkan kekuatan nasionalnya secara
terus menerus.
Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi
bidang-bidang: geopolitik,ekonomipolitik, demopolitik,sosialpolitik dan
kratopolitik. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi
harus mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan
teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.
c. Karl Houshoffer (Teori Ekspansionisme : 1896-1946)
Karl Houshoffer mengajarkan faham geopolitik sebagai ajaran ekspansionisme
dalam bentuk politik geografi yang menitikberatkan pada soal-soal strategi
perbatasan, ruang hidup bangsa dan tekana rasial, ekonomi dan sosial sebagai
faktor yang mengharuskan pembagian baru kekayaan dunia. Inti faham geopolitik
Houshoffer pada dasarnya adalah penyempurnaan teori Kjellen, yaitu :
(a) Kekuasaan imperium daratan pada akhirnya menguasai imperium lautan
(b) Akan timbul negara-negara besar di Eropa, Asia dan Afrika.
Prediksi Houshoffer tersebut, dalam banyak hal telah mendorong lahirnya Nazi
Jerman di bawah Hitler yang bersemboyan Jerman Raya di atas semua Negar,a
sedangkan di Asia lahir chauvinisme Jepang dengan semboyan Hako I Chiu yaitu
menjadikan Jepang sebagai pemimpin Asia, cahaya Asia dan pelopor Asia (3 A).
Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman dibawah kekuasan Aldof
Hitler, juga dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi
oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok– pokok teori Haushofer ini pada
dasarnyamenganut teori Kjellen, yaitu sebagai berikut :
Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasan
imperium maritim untuk menguasai pengawasan dilaut.
Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia
barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia timur raya.
d. Sir Harold Mackinder (Wawasan Benua)
Mackinder merupakan penganut teori kekuatan, yang mencetuskan wawasan
benua sebagai konsep pengembangan kekuatan darat. Teorinya menyatakan
bahwa “barang siapa menguasai daerah jantung (haertland) yaitu Eropa-Asia
akan dapat menguasai pulau-pulau dunia dan akhirnya akan menjadi penguasa
dunia.Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia mencetuskan
wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat.Ajarannya menyatakan ; barang
siapa dapat mengusai “daerah jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat
menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai
dunia.
e. Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan (Wawasan Bahari)
Teori Raleigh dan Mahan pada dasarnya adalah teori kekuatan lautan/bahari.
Mereka mengatakan bahwa siapa yang menguasai lautan akan menguasai jalur
perdagangan dunia, yang berarti menguasai kekuatan dunia sehingga akhirnya
akan dapat menguasai dunia. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia”
sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
f. W. Michel dan John Frederick Charles Fuller (Wawasan Dirgantara)
Mereka mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan para pendahulunya.
Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan
peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa
membangun armada atau angkatan udara lebih menguntungkan sebab angkatan
udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa dibantu oleh angkatan lainnya. Di
samping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh di kandangnya musuh
itu sendiri atau di garis belakang medan peperangan. Berdasarkan hal ini maka
muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan di udara.
g. Nicholas J. Spykman (Teori Daerah Batas/Rimland)
Teori ini terkenal dengan teori Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia
dalam empat wilayah atau area : Pivot Area, mencakup wilayah daerah jantung,
Offshore Continent Land, mencakup wilayah pantai benua Eropa – Asia, Oceanic
Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa – Asia, Afrika Selatan. New World,
mencakup wilayah Amerika.
(2) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi, dalam arti :
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.
c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(3) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya,
dalam arti :
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya,
dengan tidak menolak nilai – nilai budaya lain yang tidak bertentangan
dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
(4) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan,
dalam arti :
a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.
Sebuah konsep buatan manusia tidaklah sempurna. Selain manfaat yang dapat
diperoleh, tentunya akan ada konsekwensi yang harus diantisipasi, yaitu berupa
implikasi masalah yang muncul saat Wawasan Nusantara tersebut diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Beberapa masalah yang mungkin dapat
timbul tersebut antara lain:
Persoalan garis batas/wilayah Indonesia dengan negara lain yaitu batas
darat, laut, dan udara. Persoalan penarikan garis batas dapat
menimbulkan konflik dengan negara lain, oleh karena negara akan saling
klaim mengenai pemilikan suatu wilayah.
Masuknya pihak luar ke dalam wilayah yuridikasi Indonesia yang tidak
terkendali dan terawasi. Misalnya, masuknya nelayan asing ke wilayah
perairan Indonesia, kasus perompakan di laut, keluarnya nelayan
Indonesia ke wilayah negara tetangga dan melintasnya pesawat perang
negara lain di wilayah udara Indonesia.
Adanya kerawanan-kerawanan di pulau-pulau terluar Indonesia.
Pulau-pulau ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai daerah pencarian
ikan secara ilegal, tempat/transit kejahatan lintas negara, daerah
pendudukan asing, keterbatasan komunikasi dan transportasi, serta rawan
kemiskinan dan ketidakadilan. Ada 12 pulau yang diidentifikasi sebagai
pulau terluar di Indonesia (Tempo, 2005) yaitu sebagai berikut:
a. Pulau Rondo, ujung pailng barat Indonesia berbatasan dengan
India dan Thailand,
b. Pulau Sekatung, ujung utara berbatasan dengan Vietnam,
c. Pulau Nipa, berbatasan dengan Singapura,
d. Pulau Berhala, berbatasan dengan Malaysia,
e. Pulau Marore, berbatasan dengan Filipina,
f. Pulau Miangas, berbatasan dengan Filipina,
g. Pulau Marampit, berbatasan dengan Filipina,
h. Pulau Batek, berbatasan dengan Timor Leste,
i. Pulau Dana, berbatasan dengan Australia,
j. Pulau Fani, berbatasan dengan Republik Palau, ujung utara Papua,
k. Pulau Fanildo, berbatasan dengan Republik Palau,
l. Pulau Bras, berbatasan dengan Republik Palau.
Sentimen kedaerahan yang suatu saat berkembang dan dapat melemahkan
pembangunan berwawasan nusantara. Misal, suatu daerah tertutup bagi
pendatang, penolakan warga transpigran oleh penduduk lokal, pejabat
publik daerah haruslah putra daerah yang bersangkutan, dan lain-lain.