Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB VI

A. Memahami Geopolitik dan Geostrategi


Wawasan kebangsaan merupakan suatu aspek yang sangat penting, jika semua
organisasi memiliki landaasan wawasan kebangsaan maka, Indonesia akan satu. Dan
dengan alami, manusia akan sadar bahwa setiap individu memiliki wawasan
kebangsaan yang berbeda.
Wawasan kebangsaan dapat digunakan sebagai pisau analisis di dalam membahasa
masalah-masalah yang ada sebelum mengambil keputusan.
Dua hal yang perlu diwaspadai untuk menjaga keutuhan NKRI
1) Faktor internal
Karena banyaknya masyarakat yang majemuk di Indonesia, terlebih lagi karena
Kondisi geografis Indonesia sendiri, maka bisa saja NKRI mengalami
Disintegrasi Bangsa.
Contoh: banyak daerah bagian yang ingin merdeka
2) Faktor eksternal
Faktor kepentingan luar (internasional) dari segi politik dan ekonomi.
Wawasan Nusantara adalah wawasan nasionalnya Bangsa Indonesia yang dibangun
atas pandangan geopolitik bangsa.
Geopolitik Bangsa Indonesia diterjemahkan dalam konsep Wawasan Nusantara,
sedangkan Geostrategi bangsa Indonesia dirumuskan dalam konsepsi Ketahanan
Nasional.
Wawasan Nusantara merupakan penerapan dari geopolitik Bangsa Indonesia
Ketahanan Nasionsal adalah konsep geostrategi Bangsa Indonesia.
Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan untuk mewujudkan cita-cita poklamasi dalam tujuan nasional.

B. Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara diartikan secara Etimologis berasal dari Wawasan Nusantara.
Kata wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan. Sedangkan Nusantara berasal dari
kata Nusa (pulau) dan Antara (menunjukan letak antara dua unsur).
Secara Terminologis Wawasan Nusantara adalah:
1) Menurut Prof. Wan Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.
2) Menurut GBHN yang ditetapkan MPR pada tahun 1993 dan 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
3) Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara yang dibuat di LEMHANAS
1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang sebaberagam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
Secara umum, Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila
dan UUD 1945.

C. Latar Belakang Konsep Wawasan Nusantara


Latar belakang atau faktor-faktor yang memengaruhi tumbuhnya konsepsi Wawasan
Nusantara adalah:
1) Aspek Historis
Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang
bersatu dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :
 Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah,
kehidupan sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan,
kemiskinan dan kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri
bangsa Indonesia. Politik Devide et impera (adu domba). Dengan adanya politik
ini orang-orang Indonesia justru melawan bangsanya sendiri. Dalam setiap
perjuangan melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi juga ada pengkhianat
bangsa.
 Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis wilayah
Indonesia adalah wilayah bekas jajahan Belanda . Wilayah Hindia Belanda ini
masih terpisah-pisah berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut teritorial
Hindia Belanda adalah sejauh 3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi tersebut ,
laut atau perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan bebas dan
berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa yang terpecah-pecah dan
terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Keadaan
tersebut tidak mendukung kita dalam mewujudkan bangsa yang merdeka,
bersatu dan berdaulat. Untuk bisa keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi bangsa yang bersatu. Upaya untuk
mewujudkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh tidak lagi
terpisah baru terjadi 12 tahun kemudian setelah Indonesia merdeka yaitu ketika
Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan pernyataan yang selanjutnya disebut
sebagai Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Isi pokok dari deklarasi
tersebut menyatakan bahwa laut teritorial Indonesia tidak lagi sejauh 3 mil
melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam Ordonansi 1939.
Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tentang
perairan Indonesia yang berisi :
(1) Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan
pedalaman Indonesia
(2) Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
(3) Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi
dalam dari garis dasar.
Keluarnya Deklarasi Djuanda melahirkan konsepsi wawasan Nusantara dimana
laut tidak lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai penghubung. UU mengenai
perairan Indonesia diperbaharui dengan UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia
Deklarasi Djuanda juga diperjuangkan dalam forum internasional. Melalui
perjuangan panjanag akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April menerima “ The
United Nation Convention On The Law Of the Sea”(UNCLOS) . Berdasarkan
Konvensi Hukum Laut 1982 tersebut Indonesia diakui sebagai negara dengan asas
Negara Kepulauan (Archipelago State).

2) Aspek Geografis
Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia merupakan negara bangsa dengan
wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan
dan heterogenitas menjadikan bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa
yang satu dan utuh .
Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :
(1) Indonesia negara kepulauan atau maritim
(2) Indonesia terletak antara dua benua dan dua samudera (posisi silang)
(3) Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
(4) Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
(5) Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkum pasifik
dan Mediterania
(6) Wilayah subur dan dapat dihuni
(7) Kaya akan flora dan fauna dan sumber daya alam
(8) Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
(9) Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868
juta jiwa (tahun 2005
3) Aspek geopolitis dan kepentingan nasional
Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memandang wilayahnya sebagai ruang
hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah
sebagai ruang hidup (lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah
bangaimanan menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan
utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional,
tujuan nasional maupun visi nasional.

D. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia


1) Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik
Geopolitik sebagai etimologi berasal dari kata geo ( bahasa yunani ) yang berarti bumi
dan tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang
menjadi wilayah hidup. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara
yang setiap kebujakanya di kaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara factor-faktof geografi, strategi, dan politik suatu negara, sedang untuk
implementasinya di perlukan suatu atrategi yang bersifat nasional.
Istilah geopolitik pertama kali di artiakan oleh Frederich Radzel sebagai ilmu bumi
politik, yang kemudian di peluas oleh Rudolf Kjellen menjadi georagrapichal pilitich,
disingkat geopolitik.

Teori-Teori Geopolitik;
a. Frederick Ratzel (Teori Ruang ; 1897)
Ratsel menyatakan bahwa negara dalam hal-hal tertentu dapat disamakan dengan
organism, yaitu mengalami fase kehidupan dalam kombinasi dua atau lebih
antara lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak, surut dan mati. Inti ajaran
Ratzel adalah teori ruang yang ditempati oleh kelompok-kelompok politik
(negara-negara) yang mengembangkan hukum ekspansionisme baik di bidang
gagasan, perutusan maupun produk.
Untuk membuktikan keunggulan yakni negara harus mengambil dan menguasai
satuan-satuan politik yang berkaitan terutama yang bernilai strategis dan
ekonomis. Ratzel memprediksi bahwa pada akhirnya di dunia ini hanya tinggal
negara unggul bisa bertahan hidup dan menjamin kelangsungan hidupnya.
Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan/mirip) dengan pertumbuhan
organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses,lahir,
tumbuh,berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan
mati.
b. Rudolf Kjellen (Teori Kekuatan)
Kjellen mengembangkan teori ruang Ratzel dengan menganggap bahwa negara
sebagai organism dirumuskan ke dalam sistem politik/pemerintahan melalui 5
pembidangan yaitu : kratopolitik (politik pemerintahan), Ekono-politik,
Sosiopolitik, Demopolitik dan Geopolitik. Inti ajaran Kjellen adalah tiap negara
di samping berupaya untuk menjaga kelangsungan hidupnya, juga mewajibkan
bangsanya untuk berswasembada mengembangkan kekuatan nasionalnya secara
terus menerus.
Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi
bidang-bidang: geopolitik,ekonomipolitik, demopolitik,sosialpolitik dan
kratopolitik. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi
harus mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan
teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.
c. Karl Houshoffer (Teori Ekspansionisme : 1896-1946)
Karl Houshoffer mengajarkan faham geopolitik sebagai ajaran ekspansionisme
dalam bentuk politik geografi yang menitikberatkan pada soal-soal strategi
perbatasan, ruang hidup bangsa dan tekana rasial, ekonomi dan sosial sebagai
faktor yang mengharuskan pembagian baru kekayaan dunia. Inti faham geopolitik
Houshoffer pada dasarnya adalah penyempurnaan teori Kjellen, yaitu :
(a) Kekuasaan imperium daratan pada akhirnya menguasai imperium lautan
(b) Akan timbul negara-negara besar di Eropa, Asia dan Afrika.
Prediksi Houshoffer tersebut, dalam banyak hal telah mendorong lahirnya Nazi
Jerman di bawah Hitler yang bersemboyan Jerman Raya di atas semua Negar,a
sedangkan di Asia lahir chauvinisme Jepang dengan semboyan Hako I Chiu yaitu
menjadikan Jepang sebagai pemimpin Asia, cahaya Asia dan pelopor Asia (3 A).
Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman dibawah kekuasan Aldof
Hitler, juga dikembangkan ke Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi
oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok– pokok teori Haushofer ini pada
dasarnyamenganut teori Kjellen, yaitu sebagai berikut :
Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasan
imperium maritim untuk menguasai pengawasan dilaut.
Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa, Afrika, dan Asia
barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia timur raya.
d. Sir Harold Mackinder (Wawasan Benua)
Mackinder merupakan penganut teori kekuatan, yang mencetuskan wawasan
benua sebagai konsep pengembangan kekuatan darat. Teorinya menyatakan
bahwa “barang siapa menguasai daerah jantung (haertland) yaitu Eropa-Asia
akan dapat menguasai pulau-pulau dunia dan akhirnya akan menjadi penguasa
dunia.Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia mencetuskan
wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat.Ajarannya menyatakan ; barang
siapa dapat mengusai “daerah jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat
menguasai “pulau dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai
dunia.
e. Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan (Wawasan Bahari)
Teori Raleigh dan Mahan pada dasarnya adalah teori kekuatan lautan/bahari.
Mereka mengatakan bahwa siapa yang menguasai lautan akan menguasai jalur
perdagangan dunia, yang berarti menguasai kekuatan dunia sehingga akhirnya
akan dapat menguasai dunia. Barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia”
sehinga pada akhirnya menguasai dunia.
f. W. Michel dan John Frederick Charles Fuller (Wawasan Dirgantara)
Mereka mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan para pendahulunya.
Keduanya melihat kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan
peperangan melawan musuh. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa
membangun armada atau angkatan udara lebih menguntungkan sebab angkatan
udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa dibantu oleh angkatan lainnya. Di
samping itu, angkatan udara dapat menghancurkan musuh di kandangnya musuh
itu sendiri atau di garis belakang medan peperangan. Berdasarkan hal ini maka
muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan di udara.
g. Nicholas J. Spykman (Teori Daerah Batas/Rimland)
Teori ini terkenal dengan teori Daerah Batas. Dalam teorinya, ia membagi dunia
dalam empat wilayah atau area : Pivot Area, mencakup wilayah daerah jantung,
Offshore Continent Land, mencakup wilayah pantai benua Eropa – Asia, Oceanic
Belt, mencakup wilayah pulau di luar Eropa – Asia, Afrika Selatan. New World,
mencakup wilayah Amerika.

2) Paham Geopolitik Bangsa Indonesia


Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi wawasan Nusantara.
Untuk Indonesia, geopolitik adlaah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis negara berdasarkan pengetahuan
ilmiah tentang kondisi geografis tersebut.
Secara geografis Indonesia terletak di antara samudra Hindia dan pasifik serta diapit
oleh Benua Asia dan Australia.

E. Perwujudan Wawasan Nusantara


 Perumusan Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawaan Nusantara dituangkan di:
 Tap MPR No. IV/MPR/1973
 Tap MPR No. IV/MPR/1978
 Tap MPR No. II/MPR/1983
 Tap MPR No. II/MPR/1988
 Tap MPR No. II/MPR/1993
 Tap MPR No. II/MPR/1998
Hakikat dari Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan politik.
(1) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, dalam arti :
a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra
seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta mempunyai tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
d. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya.
e. Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
f. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum
dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada
kepentingan nasional.
g. Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut
menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas aktif serta
diabdikan pada kepentingan nasional.

(2) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Ekonomi, dalam arti :
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.
c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(3) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya,
dalam arti :
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya,
dengan tidak menolak nilai – nilai budaya lain yang tidak bertentangan
dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
(4) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan,
dalam arti :

a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.

 Batas Wilayah NKRI


1) Wilayah Daratan
Wilayah daratan adalah daerah di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan
di dalam tanah permukaan bumi. Untuk menentukan batas wilayah daratan
biasanya dilakukan dengan negara-negara yang berbatasan darat. Batas-batas
dapat dibuat dengan sengaja atau dapat pula ditandai dengan benda-benda alam,
seperti gunung, hutan, dan sungai. Indonesia memiliki wilayah daratan yang
berbatasan dengan Malaysia (Serawak dan Sabah), Papua Nugini, dan Timor
Leste.
2) Wilayah Perairan
Wilayah Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan,
dan perairan pedalaman. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12
(dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia. Perairan
kepulauan Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis
pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari
pantai. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada
sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk ke dalamnya
semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup.
Penentuan batas perairan khususnya yang berbatasan dengan negara tetangga
dilakukan dengan perjanjian bilateral. Contoh; Indonesia dengan Malaysia,
Indonesia dengan Filipina.
3) Wilayah Udara
Wilayah udara adalah wilayah yang berada di atas wilayah daratan dan lautan
(perairan) negara itu. Dalam menentukan seberapa jauh kedaulatan negara
terhadap wilayah udara di atasnya, terdapat banyak aliran atau teori. Batas udara
wilayah Indonesia ditentukan oleh garis tegak lurus 90o yang ditarik dari batas
wilayah daratan dan perairan.

 Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1) Wadah (contour)
Wadah sebagai ruang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan
alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Setelah melembaga sebagai
sebuah negara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa Indonesia
memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dalam wujud supra struktur politik, sedangkan sebagai wadah
kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud
infrastruktur politik.
2) Isi (content)
“Isi” adalah keinginan bersama yang berkembang di masyarakat sebagai bentuk
aspirasi bangsa dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat
maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia
harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan dalam
kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
Oleh karena itu, “isi” menyangkut dua hal yang esensial, yaitu:
 Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan
perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional;
 Persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional.
3) Tata Laku (conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara “wadah” dan “isi” yang terdiri dari tata
laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan
mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia. Adapun tata laku lahiriah tercermin
dalam tindakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia, yang keduanya
akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia
berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta
terhadap bangsa dan tanah airnya sehingga menimbulkan nasionalisme yang
tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

 Tujuan dan Manfaat Wawasan Nusantara


Tujuan Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut:
1) Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan segenap
aspek kehidupan nasional, yaitu politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
2) Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan suatu kerjasama dan
saling menghormati.
Adapun manfaat yang kita dapatkan dari konsepsi Wawasan Nusantara adalah sebagai
berikut:
1) Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional. Hal ini
dibuktikan dengan penerimaan asas negara kepulauan berdasarkan Konvensi
Hukum Laut 1982. Indonesia sebagai negara kepulauan diakui oleh dunia
internasional.
2) Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia. Berdasarkan Ordonansi 1939,
wilayah teritorial Indonesia hanya seluas 2 juta km2. Dengan adanya konsepsi
Wawasan Nusantara maka luas wilayah Indonesia menjadi 5 juta km2 sebagai
satu kesatuan wilayah.
3) Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya
yang besar bagi peningkatan kesejahteraan. Sumber daya tersebut terutama
sumber minyak yang ditemukan di wilayah teritorial dan landas kontinen
Indonesia.
4) Penerapan Wawasan Nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan
wilayah nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
5) Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional. Misalnya
tercermin dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Sebuah konsep buatan manusia tidaklah sempurna. Selain manfaat yang dapat
diperoleh, tentunya akan ada konsekwensi yang harus diantisipasi, yaitu berupa
implikasi masalah yang muncul saat Wawasan Nusantara tersebut diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Beberapa masalah yang mungkin dapat
timbul tersebut antara lain:
 Persoalan garis batas/wilayah Indonesia dengan negara lain yaitu batas
darat, laut, dan udara. Persoalan penarikan garis batas dapat
menimbulkan konflik dengan negara lain, oleh karena negara akan saling
klaim mengenai pemilikan suatu wilayah.
 Masuknya pihak luar ke dalam wilayah yuridikasi Indonesia yang tidak
terkendali dan terawasi. Misalnya, masuknya nelayan asing ke wilayah
perairan Indonesia, kasus perompakan di laut, keluarnya nelayan
Indonesia ke wilayah negara tetangga dan melintasnya pesawat perang
negara lain di wilayah udara Indonesia.
 Adanya kerawanan-kerawanan di pulau-pulau terluar Indonesia.
Pulau-pulau ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai daerah pencarian
ikan secara ilegal, tempat/transit kejahatan lintas negara, daerah
pendudukan asing, keterbatasan komunikasi dan transportasi, serta rawan
kemiskinan dan ketidakadilan. Ada 12 pulau yang diidentifikasi sebagai
pulau terluar di Indonesia (Tempo, 2005) yaitu sebagai berikut:
a. Pulau Rondo, ujung pailng barat Indonesia berbatasan dengan
India dan Thailand,
b. Pulau Sekatung, ujung utara berbatasan dengan Vietnam,
c. Pulau Nipa, berbatasan dengan Singapura,
d. Pulau Berhala, berbatasan dengan Malaysia,
e. Pulau Marore, berbatasan dengan Filipina,
f. Pulau Miangas, berbatasan dengan Filipina,
g. Pulau Marampit, berbatasan dengan Filipina,
h. Pulau Batek, berbatasan dengan Timor Leste,
i. Pulau Dana, berbatasan dengan Australia,
j. Pulau Fani, berbatasan dengan Republik Palau, ujung utara Papua,
k. Pulau Fanildo, berbatasan dengan Republik Palau,
l. Pulau Bras, berbatasan dengan Republik Palau.
 Sentimen kedaerahan yang suatu saat berkembang dan dapat melemahkan
pembangunan berwawasan nusantara. Misal, suatu daerah tertutup bagi
pendatang, penolakan warga transpigran oleh penduduk lokal, pejabat
publik daerah haruslah putra daerah yang bersangkutan, dan lain-lain.

F. Pengertian Ketahanan Nasional

Tiga perspektif konsepsi ketahanan nasional;


1) Ketahanan Nasional sebagai kondisi
Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas
keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2) Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam
menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara.
Sebagai suatu pendekatan, Ketahanan Nasional menggambarkan pendekatan yang
integral. Integral dalam artian pendekatan yang mencerminkan antara segala
aspek/isi, baik pada saat membangun pemecahan masalah kehidupan.
3) Ketahanan Nasional sebagai doktrin
Ketahanan Nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa
ajaran konseptual tentang pengaturan dalam penyelenggaraan bernegara.

G. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional


1) Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada
kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD
(Sunardi, 1997).
Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan konseptual
berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa
ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah
ketahanan nasional.
Konsepsi ketahanan nasional waktu itu dirumuskan sebagai keuletan dan daya
tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan kekuatan yang
membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia.
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia berawal dari konsepsi kekuatan nasional
yang dikembangkan oleh kalangan militer. Pemikiran konseptual ketahanan
nasional ini mulai menjadi doktrin dasar nasional setelah dimasukkan ke dalam
GBHN.

2) Ketahanan Nasional dalam GBHN


Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973
yaitu ketetapan MPR No. IV / MPR / 1973.
Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN 1998 adalah sebagai
berikut:
(a) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus
menuju ke tujuan yang ingin dicapai agar dapat secara efektif dielakkan dari
hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun
dalam maka pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan
ketahanan nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek
kehidupan nasional bangsa secara utuh dan menyeluruh.
(b) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari
kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan
nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara.
(c) Ketahanan nasional meliputi, ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan
ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan keamanan.
i. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang
berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang
mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan
kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideologi asing serta
nilai-nilai yang tidak sesuai dengan keperibadian bangsa.
ii. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang
sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang
bebas dan aktif.
iii. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan
dinamis.
iv. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa
yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan
sejahtera dalam kehidupan.

H. Unsur-unsur Ketahanan Nasional


1. Gatra dalam Ketahanan Nasional
Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur kekuatan nasional
suatu negara.
(1) Unsur kekuatan nasiona lmenurut Hans J. Morgenthou.
Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu :
 Faktor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam.
 Faktor berubah (dynamic faktors) terdiri atas kemampuan industri,
militer, demografi, karakter nasional , moral nasional, dan kualitas
diplomasi.

(2) Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray.


Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu :
 Tangible faktors terdiri atas penduduk industri, dan militer.
 Intangible faktors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan
kualitas kepemimpinan.

(3) Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins.


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumber daya, penduduk,
teknologi, ideologi, moral, dan kepemimpinan.

(4) Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra.


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu :
 Alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk.
 Sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan
moral nasional.
 Ide, inteligensi, diplomasi, dan kebijaksanaan kepemimpinan.

(5) Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan.


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas
wilayah,jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.

(6) Unsur kekuatan nasional menurut Cline.


Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antar potensi demografi dan
geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

(7) Unsur kekuatan nasional model Indonesia.


Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia di kenal dengan nama Astagatra yang
terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
 Trigatra adalah aspek alamiah (tangible) yang terdiri atas penduduk,
sumber daya alam, dan wilayah.
 Pancagtra adalah aspek sosial (intangible) yang terdiri atas ideologi,
politik, ekonomi,sosial budaya dan pertahanan keamanan.

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional


(1) Unsur atau Gatra Penduduk
Faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut :
 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja,
dan kepribadian.
 Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan,
persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara.
Terkait dengan unsur penduduk adalah faktor moral nasional dan
karakter nasional.

(2) Unsur atau Gatra Wilayah


Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi :
 Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan
atau negara kontinental.
 Luas wilayah Negara, ada negara dengan wilayah yang luas dan negara
dengan wilayah yang sempit (kecil).
 Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.
 Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada
wilayah yang unhabitable.
(3) Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam
Hal-hal yang berkaitan dengan unsure sumber daya alam sebagai elemen
ketahanan nasional, meliputi :
 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber
daya alam hewani, nabati, dan tambang.
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam.
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan
dan lingkungan hidup.
 Kontrol atas sumber daya alam.

(4) Unsur atau Gatra di Bidang Ideologi


Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang
kebaikan bersama yang dirumuskan dalm bentuk tujuan yang harus dicapai dan
cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.
Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu
bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu :
 Sebagai tujuan atau cita-citadari kelompok masyarakat yang
bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu
menjadi cita-cita yang hendak dituju secara bersama.
 Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya
masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi
sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.

(5) Unsur atau Gatra di Bidang Politik


Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti :
 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau non
demokrasi.
 Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidentil atau
parlementer.
 Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan.
 Susunan negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau
negara serikat.

(6) Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi


Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi
kebutuhan warga negara. Kemajuan pesat dibidang ekonomi tentu saja
menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kekuatan dunia. Contoh,
Jepang dan Cina.
Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis.

(7) Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara.
Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda
dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya
masyarakatnya. Contoh, bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa
Israel atau bangsa Jepang yang relatif homogen.

(8) Unsur atau Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok treutama dalam
menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama
pertahanan keamanan berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan
negara juga merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara.
Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsur Astagatra yang
meliputi unsur-unsur :
 Geografi
 Kekayaan alam Trigatra
 Kependudukan
 Ideologi
 Politik
 Ekonomi Pancagatra
 Sosial budaya
 Pertahanan keamanan

Vous aimerez peut-être aussi