Vous êtes sur la page 1sur 30

AKALAH PENGAMBILAN SPESIMEN

DARAH VENA & ARTERI, URIN, FESES


DAN SPUTUM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang
berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di
tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan,
berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu
pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu
tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan
sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk
mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau
perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit
yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan terus berkembang dari
kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik,
sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang
canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang
baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan dalam pemeriksaan darah
adalah pemeriksaan hemoglobin. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik
merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium. Spesimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan
hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.
Hal lainnya juga pada urine, kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau
metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air
kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak
normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya.
Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil.
Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine.
Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.
Selain itu, pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Salah satu pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi adalah pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum diperlukan juga jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran
mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Sputum berbeda
dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat
gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan
terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah
sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang masyarakat
indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan
sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna menentukan
penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya Dokter,
Perawat, Bidan dan tenaga kesehatan lainnya harus mengetahui dan memahami cara
pengambilan spesimen.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen darah arteri dan vena
2. Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen urin
3. Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen feses
4. Agar mahasiswa mampu melakukan pengambilan spesimen sputum

C. Manfaat
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan klien atau pasien secara umum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengambilan spesimen darah vena


1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena klien untuk mendapat
spesimen darah.
a. Pengertian pembuluh balik (vena)
Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh darah yang menghantar darah menuju ke jantung.
Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh kembali ke jantung melalui venula, setelah itu ke
pembuluh balik atau vena. Pembuluh balik memiliki dinding lebih tipis, tidak elastis, dan
berdiamater lebih lebar dari pada pembuluh nadi. Ini terjadi karena darah dalam
perjalanannya kembali ke jantung memiliki tekanan yang sangat rendah.
Tekanan yang rendah tersebut menyebabkan darah cenderung mengalir kembali
meninggalkan jantung. Untuk mencegah peristiwa itu, pembuluh balik memiliki banyak
katup yang memastikan darah mengalir ke satu arah menuju jantung. Tekanan darah yang
rendah dalam pembuluh balik menyebabkan tidak terasa adanya denyutan sehingga darah
hanya menetes (tidak memancar) apabila pembuluh balik terluka. Pembuluh balik terletak di
dekat dengan permukaan tubuh tampak kebiru-biruan. Pembuluh balik berfungsi
menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung. Pembuluh ini dilalui darah yang
mengandung banyak karbondioksida, kecuali pada pembuluh balik dari paru-paru menuju ke
jantung (pembuluh balik paru-paru atau vena pulmonalis) yang dilalui darah mengandung
banyak oksigen.

Gambar: Pembuluh Balik (Vena)


Pembuluh balik yang besar ada dua macam, yaitu pembuluh balik besar atas (vena kava
superior) dan pembuluh balik besar bawah (vena kava inferior). Pembuluh balik besar atas
menerima darah dari tubuh bagian atas, yaitu kepala dan lengan. Pembuluh balik besar bawah
menerima darah dari tubuh bagian bawah, yaitu badan dan kaki.

b. Fungsi pembuluh balik (Vena)


Menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju jantung

c. Jenis-jenis pembuluh balik (Vena)


• Vena Pulmonalis
Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari paru-paru menuju ke antrium kiri
jantung. Vena pulmonalis terbagi atas dua macam atau jenis yakni vena pulmonalis kanan
dan vena pulmonalis kiri.
• Vena Cava atau vena sistemik
Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung bagian antrium
kanan. Vena cava terbagi atas dua yakni vena cava superior dan vena cava interior.
• Vena Superfisialis
Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan kulit dan tidak terletak dekat dengan
arteri yang tepat.
• Vena Dalam atau deep
Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya tersimpan dalam selubung
pembungkus vena dan arteri.

d. Ciri-ciri pembuluh balik (Vena)


• Pembuluh balik yang dinding lebih tipis
• Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar daripada pembuluh nadi
• Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan
• Memiliki ukuran yang berdiamater i hingga 1,5 centimeter
• Mengandung banyak karbondioksida

2. Tujuan
1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan.
2. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat
vena punctie bagi petugas maupun penderita.
3. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy).

3. Indikasi
Semua klien yang membutuhkan pemeriksaan spesimen darah

4. Kontraindikasi
1. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami gangguan sirkulasi darah
pada klien dengan mastektomi (operasi pengangkatan payudara)
2. Daerah edema
3. Hematome
4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5. Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi , infiltrasi, atau thrombosis pada
tempat penusukan.
6. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita gangguan ginjal
7. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
8. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan otot dan saraf)
9. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi

5. Prosedur pengambilan darah vena


1. Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang
masih sering dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan
kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah
sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering
dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G,
24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut
dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Alat dan bahan:


1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 botol kecil alkohol
3. Kapas (secukupnya)
4. Satu buah bantal kecil sebagai penopang
5. 1 buah pengalas
6. 1 buah tourniquet
7. 1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah darah yang akan diambil)
8. Plester (secukupnya)
9. 1 buah kertas label
10. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
11. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya
12. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Pasang pengalas di bawah tangan klien
7. Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di fossa antecubital)
8. Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih
9. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan arah sirkuler dari dalam ke
luar (± 5 cm). biarkan kulit mongering
10. Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah lokasi penusukan (± 2,5 cm)
dan tarik kulit secara perlahan.
11. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan perlahan
12. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi
13. Lepaskan tourniquet
14. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol
15. Pasang plester di lokasi penyuntikan
16. Lepaskan jarum suntik dari syingernya
17. Masukkan darah ke dalam wadah spesimen
18. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
19. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik spesimen
20. Rapikan alat dank klien
21. Lepaskan sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi tindakan
24. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium

2. Pengambilan spesimen darah vena dengan vakum


Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di
bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada
jarum posterior.

Keuntungan dan Kekurangan pengambilan darah dengan vakum

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak perlu membagi-bagi sampel
darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke
dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak
bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan
jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada
pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika
penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Alat dan Bahan:


• Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap)
• Kapas
• Alkohol 70%
• Tali pembendung (turniket)
• Plester
• Tabung vakum
• Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah)

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan bersih
4. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding
tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres
hangat selama 5 menit daerah lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan sekrupkan
11. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarun
12. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung
ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika
memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung
kedua, begitu seterusnya.
13. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
14. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket
dibuka.
15. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya
16. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepaskan sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi tindakan
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium

6. Hal- hal yang perlu diperhatikan:


1. Pemasangan turniket (tali pembendung)
• Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi
(peningkatan nilai hematokrit/ PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein
total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
• Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
3. Penusukan
• Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat
mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
• Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor
dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.

7. Menampung darah dalam tabung


Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik
adalah sebagai berikut :
• Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku
dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
• Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang
fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di
bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah, imunologi dan serologi
• Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST)
dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas
gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
• Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
• Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
• Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan
untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
• Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
• Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat,
digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
• Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED
(ESR).
• Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
• Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan
bDNA.
• Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas; berisi media biakan, digunakan
untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.

B. Pengambilan sampel darah arteri


1. Pengertian
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri yaitu pembuluh
darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
a. Pengertian pembuluh nadi (arteri)
Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh darah yang berotot dan membawa darah ke jantung.
Dinding pembuluh nadi tersusun dari tiga lapisan,yakni lapisan luar yang bersifat elastis,
lapisan tengah yang berupa sel-sel otot polos, dan lapisan dalam yang disusun oleh selapis sel
berdinding tipis.
Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastis, yang membantu tenaga pemompaan
jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Pemompaan oleh jantung menyebabkan
darah didorong untuk mengalir. Hal itu memberi tekanan di sepanjang dinding pembuluh
yang dilaluinya dan menimbulkan denyutan. maka terjadi, darah akan memancar keluar
apabila pembuluh nadi terluka.
Pada umumnya, pembuluh nadi berada di bagian dalam tubuh. Pembuluh nadi yang paling
besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri jantung dan bertugas membawa
darah yang mengandung banyak oksigen (darah bersih) ke seluruh tubuh. Pembuluh ini
memiliki sebuah katup yang terletak tepat di luar jantung.
Selanjutnya, aorta bercabang dua, satu cabang menuju kekepala dan satu cabang lagi menuju
ke tubuh bagian bawah. Kedua pembuluh nadi (arteri). yang keluar dari jantung tersebut
kemudian bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh nadi yang lebih kecil. Pembuluh nadi
yang paling kecil, disebut arteriol. Arteriol berukuran lebih tipis dari satu sisir rambut.
Arteriol ini bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh kapiler.

Gambar: pembuluh nadi (arteri)


Selain aorta, pembuluh nadi lain yang membawa darah meninggalkan jantung adalah
pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis). Pembuluh itu berpangkal pada bilik kanan
jantung dan berukuran lebih kecil daripada aorta. Tugasnya membawa darah yang
mengandung karbon dioksida (darah kotor). dan uap air ke paru-paru. Melalui pembuluh
nadi, darah dari jantung diedarkan ke seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan penyusun
jantung.
Pembuluh nadi yang bertugas mengalirkan oksigen dan zat makanan ke jantung disebut nadi
tajuk (arteri koronaria). Pembuluh ini berukuran sangat kecil sehingga mudah tersumbat oleh
gumpalan lemak. Penyumbatan aliran darah menyebabkan sebagian sel-sel pada organ
jantung menjadi kekurangan makanan dan oksigen. Peristiwa penyumbatan pembuluh nadi
jantung ini disebut koronariasis.

b. Fungsi pembuluh nadi (arteri)


• Mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh
• Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel
• Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida
• Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur dari sistem kekebalan
tubuh dan sel.

c. Jenis-jenis pembuluh nadi (arteri)


• Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dari bilik menuju
ke paru-paru. Pembuluh ini mengandung banyak karbon dioksida yang akan dilepaskan
keparu-paru yakni di alveolus
• Arteri Sistemik
Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke arteriol setelah itu ke pembuluh
kapiler tempat dimana zat nutrisi dan oksigen ditukarkan
• Aorta
Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan keluar dari ventrikel yang
membawa banyak oksigen
• Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler
• Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang menjadi fungsi utama dalam sistem
sirkulasi, pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang bukan sesungguhnya. Pembuluh
kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan cabang-cabang dan cabang-cabang dari
pembuluh balik dengan sel-sel tubuh.
d. Ciri-ciri pembuluh arteri
• Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis
• Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis
• Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos
• Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding tipis.
• Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastik
• Membawa darah yang bersih
• Mempunyai satu kutup yaitu awal pembuluh yang berada di dekat jantung
• Jika terluka, darah akan memancar
• Umumnya terletak dibagian dalam tubuh

e. Lokasi pengambilan darah arteri


Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling sering unutk
pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri femoralis. Dari
ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai karena tiga faktor utama:
a) Mudah untuk mengakses
b) Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil, dan
mudak ditusuk,
c) Memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris akan memasok
darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk menilai arteri radial untuk
sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
a) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua
pembuluh darah di pergelangan tangan.
b) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat pucat.
c) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial. Perhatikan
kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat diakses, maka
arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan sampel vena lebih besar bila
menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh darah besar terletak di dekat arteri
brakialis. Selain itu, saraf medial terletak sejajar dengan arteri brakialis dan akan
menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai karena merupakan
arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis dan vena, dan tidak memiliki
jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis biasanya digunakan untuk situasi muncul
atau untuk pasien hipotensi parah yang memiliki perfusi perifer yang buruk.

2. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas darah yang digunakan
untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi
seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan mengeleminasi karbondioksida
dari darah.
Tekanan parsial oksigen (PO2) normal : 75-100 mmHg, biasanya menurun sesuai
pertambahan usia
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
pH normal : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (SaO2) : 94-100%
Kandungan oksigen (O2CT) : 15-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter (mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh:


1. Fungsi pernafasan abnormal.
2. Fungsi ginjal abnormal.
3. Jumlah asam atau basa yang berlebihan.

Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar


pada gangguan asam-basa
pH PaCO2 Bikarbonat standar
Asidosis Respiratory Rendah Tinggi Normal-tinggi
Alkalosis Respiratory Tinggi Rendah Normal-tinggi
Asidosis Metabolik Rendah Normal-rendah Rendah
Alakalosis Metabolik Tinggi Normal Tinggi

3. Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes Melitus
berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.

4. Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.

5. Komplikasi
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar. Namun dapat
terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan jarum atau
yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.

6. Alat dan Bahan


1. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20
atau 21 untuk dewasa
2. Heparin
3. Yodium-povidin
4. Penutup jarum (gabus atau karet)
5. Kasa steril
6. Kapas alkohol
7. Plester dan gunting
8. Pengalas
9. Handuk kecil
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12. Wadah berisi es
13. Kertas label untuk nama
14. Bengkok

7. Prosedur pelaksanaan
1. Cek alat-alat yang akan digunakan
2. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
3. Perkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
5. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
6. Jaga privasi klien
7. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
8. Posisikan klien dengan nyaman
9. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
10. Pasang pengalas
11. Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
12. Palpasi arteri radialis
13. Lakukan allen’s tes
Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita diminta
mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri
radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-
jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan
jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari
arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis
tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi arteri
radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15
detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap
pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.

14. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk


15. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
16. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
17. Berikan anestesi lokal jika perlu
18. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
19. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
20. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
21. Ambil darah 1 sampai 2 ml
22. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
23. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
24. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
26. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
27. Kirim segera darah ke laboratorium
28. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
29. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
30. Cuci tangan
31. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah
mana darah diambil dan respon klien

8. Hal yang perlu diperhatikan


1. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
3. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
lokal
4. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri
5. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
6. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata
dan tidak membeku
7. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada
vena).
8. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus.
9. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
10. Segera kirim ke laboratorium (sito).
C. Pengambilan spesimen urin
1. Pegertian pengambilan spesimen urin
Suatu prosedur melakukan pengambilan contoh urin dari klien untuk pemeriksaan diagnostik.
a. Pengertian urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.

b. Komposisi urin
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos.

c. Fungsi urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga
urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.

2. Tujuan pengambilan spesimen urin


1. Melakukan pemeriksaan kesehatan klien secara umum dan memeriksa apakah urin klien
normal atau tidak. Urin normal adalah urin yang tidak terdapat bakteri, keton, darah, protein
atau zat obat adiktif.
2. Mendiagnosa penyakit metabolik atau sistemik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
3. Mendiagnosa kelainan endokrin. Untuk tes ini dilakukan pemeriksaan urin 24 jam.
4. Mendiagnosa kelainan atau penyakit ginjal atau saluran kemih.
5. Melakukan monitoring klien dengan Diabetes.
6. Melakukan tes kehamilan.

3. Indikasi
Efektif dilakukan jika:
1. Memastikan apakah urin klien terdapat bakteri, keton, darah, protein atau zat obat adiktif.
2. Adanya dugaan penyakit tertentu misalnya penyakit yang berkaitan dengan system
perkemihan, endokrin.
3. Adanya penyakit-penyakit metabolic atau sistemik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
4. Ingin memastikan apakah klien dalam keadaan hamil atau tidak.

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Jenis pengambilan sampel urine:


a. Urin bersih (clean voided urine spesimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin
b. Urin tengah (clean-catch or midstream urin spesimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada
kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan
menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
c. Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
d. Urin acak
Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan kandungan urin
e. Kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus
disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30
menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan
30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak
terkontaminasi.

6. Prosedur pengambilan urin


a. Pengambilan spesimen urin sewaktu (random urine)
Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah handuk kecil/ tisu
3. 1 buah pakaian mandi
4. 1 buah sabun
5. 1 buah kertas label
6. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
7. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya
8. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
5. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya
dengan handuk kecil.
6. Minta klien untuk menampung urinnya di dalam wadah.
7. Minta klien menutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup.
8. Pasang sarung tangan bersih
9. Keringkan bagian luar wadah dengan tisu
10. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
11. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
12. Rapikan alat dank lien
13. Lepaskan sarung tangan
14. Cuci tangan
15. Dokumentasi tindakan
16. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

b. Pengambilan spesimen urine midstream (clean- voided)


Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah handuk kecil/ tisu
3. 1 buah pakaian mandi
4. 1 buah sabun
5. Bedpan (untuk pasien non ambulatory) atau spesimen hat (untuk pasien ambulatory)
6. Air secukupnya
7. Tisu antiseptik
8. 1 buah kertas label
9. 1 berkas form permintaan laboratarium
10. 1 buah plastik spesimen
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
6. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan mengeringkannya
dengan handuk kecil.
7. Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:
a. Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan perineum dengan
gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar dengan menggunakan tissue antiseptik.
b. Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan non-dominan dengan tissue
antiseptic dari arah depan (di atas orifisium uretra) kearah belakang (menuju anus).
8. Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta untuk miksi lalu
menahan sesaat.
9. Ambil urin midstream 30-60 cc
10. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil tetap menahan labia
atau penis dan klien menyelesaikan miksinya.
11. Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan sarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

c. Pengambilan spesimen urin dari kateter


Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)
3. 1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)
4. 1 buah klem
5. Kapas alkohol
6. Tissue
7. 1 buah kertas labelnya
8. 1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk kultur)
9. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
10. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen
6. Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas alkohol
7. Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat
8. Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin
9. Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin rutin)atau pindahkan ke
wadah steril (untuk kultur)
10. Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11. Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan asarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

D. Pengambilan spesimen feses


1. Pengertian
Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan
pemeriksaan, yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur, jenis makanan serta gerak
peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
a. Pengertian feses
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa
dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian feses ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses
pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. Feses juga merupakan
hasil pemisahan dan terdiri dari: sisa - sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu.

b. Perkiraan komposisi feses tanpa urine


Komponen Kandungan (%)
Air 66-80
Bahan organik (dari berat kering) 88-97
Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5
Karbon (dari berat kering) 40-55
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5
C/N rasio (dari berat kering) 5-10

c. Kuantitas feses dan urin


Gram/orang/hari
Tinja/Air Seni
Berat Basah Berat Kering
Tinja 135-270 35-70
Air Seni 1.000-1.300 50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140
d. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel yang
rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal
3x per-hari sampai 3x per-minggu.

2. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk
mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil, stafilokokus,
dan lain-lain.

3. Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya ikterus
3. Adanya gangguan pencernaan
4. Adanya lendir dalam feses
5. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
6. Adanya darah dalam feses

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

6. Alat dan Bahan


1. 1 pasang sarung tangan
2. Alat pengambil feses
3. Wadah atau penampung spesimen
4. Hand scoon bersih
5. Vasseline
6. Kapas
7. Pot tinja (pispot)
8. Bengkok
9. Perlak pengalas
10. Tissue
11. Sampiran
12. Label

7. Prosedur
Prosedur pengambilan feses pada dewasa:
1. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
2. Meminta klien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
5. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
6. Buang alat dengan benar
7. Cuci tangan
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirimkan ke labolatorium
9. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
1. Mendekatkan alat
2. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan
4. Memasang sampiran
5. Melepas pakaian bawah klien
6. Memakai handscoon
7. Mengatur posisi miring dengan lutut flexi
8. Beri vaselin atau jelly pelumas pada jari telunjuk
9. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum
kearah umbilikus (kearah masa feses yang impaksi)
10. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
11. Gunakan pispot bila klien ingin buang air besar
12. Dengan alat pengambil feses, ambil feses dan masukkan kedalam wadah spesimen
kemudian tutup
13. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
14. Melepas hand scoon
15. Merapikan pasien
16. Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi:


1. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada bayinya
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

8. Hal- hal yang perlu diperhatikan


1. Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri tetapi klien perlu diajarkan
cara pengambilan spesimen dengan teknik antiseptic
2. Usahakan feses yang diambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas
tissue atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dahulu sebelum pengambilan
spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat digunakan
untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
3. Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya sesegera mungkin dibawa ke laboratorium
karena yang fresh atau baru dikeluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa yang jauh
lebih akurat.
4. Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses klien.
Usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat bantu untuk
memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah bungkus terlebih dahulu alat bantu
tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik sampahkhusus untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5. Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan
spesimen.

E. Pengambilan spesimen sputum


1. Pengertian
Proses pengambilan sekresi sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh
klien yang sakit.
a. Pengertian sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam
langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental
dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air
liur encer dan terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan. Sputum
diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang secara normal memproduksi sekitar 3 onsmucus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning
Mechanism) tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Sputum ialah materi
yang di ekspetorasi dari saluran nafas bawah oleh batuk, yang tercampur bersama ludah.

b. Proses terbentuknya sputum


Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap
hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena
gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan
proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila
hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intra thorakal dan intra abdominalyang tinggi, dibatukkan udara keluar dengan
akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut
akan keluar sebagai sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.

c. Klasifikasi sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal dari
sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis/
bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning - kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan
adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis
karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu- abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis
j. Berwarna biasanya disebabkanoleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang
efektif pada pasien bronchitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning- kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan
dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam
mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus
meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.

d. Kriteria kondisi sputum yang baik


Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik petugas Laboratorium harus memberikan
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik pemeriksaan pertama maupun
pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan tentang batuk yang benar untuk
mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian dalam paru-paru setelah beberapa kali
bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari dalam mulut. Teliti pula volume sputumnya yaitu
3-5ml, kondisi sputum untuk pemeriksaan Labolatorium adalah penting, sputum yang baik
mengandung beberapa partikel atau sedikit kental dan berlendir kadang- kadang malah
bernanah dan berwarna hijau kekuningan.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen sputum
yaitu :
a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning kehijauan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e. Saliva yaitu Air liur.

2. Tujuan
1. Sputum kultur: mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat
diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang tepat (uji
sensitivitas).
2. Sputum sitologi: mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-paru serta spesifikasi
sel tersebut. Spesimen umtuk kepentingan sitolgi sering dilakukan secara berseri sebanyak 3
kali setiap pagi.
3. Sputum AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi adanya
penyakit TBC (Tuberculosis paru). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari
berturut-turut.
4. Menilai efektifitas terapi yang sudah dilakukan.

3. Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan suspect penyakit pernafasan, seperti: bronchitis, TBC,
kanker paru dan lain-lain

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Alat dan Bahan


1. Wadah spesimen steril dengan penutup
2. Sarung tangan
3. Desinfektan
4. Tissue
5. Label terlengkap
6. Slip permintaan laboratorium
7. Obat kumur
8. Sikat gigi (jika dibutuhkan)
9. Bengkok (jika dibutuhkan)
10. Plastik spesimen

6. Prosedur
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Beri klien posisi semi fowler atau dudukdi sisi tempat tidur/ kursi
4. Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
5. Cuci tangan
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Dekatkan bengkok di dekat klien
8. Minta klien untuk tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung sputum
9. Lakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif
10. Minta klien mengeluarkan sputum dalam penampung spesimen. Lakukan berulang kali
sampai jumlah sputum terpenuhi atau sekitar 2-10 cc.
11. Tutup penampung spesimen
12. Bersihkan dengancairan desinfektan jika terdapat sputum di bagian luar penampung
spesimen.
13. Berikan klien tissue dan buang bekas tissue dalam bengkok.
14. Lakukan perawatan mulut (sikat gigi) atau meggunakan obat kumur jika diperlukan.
15. Berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
16. Simpan penampung spesimen dalam plastic spesimen
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepas sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

7. Hal hal yang perlu diperhatikan


1. Lakukan pengambilan spesimen sputum di pagi hari karena akumulasi secret paling
banyak di pagi hari. lakukan sebelum melakukan aktivitas harian, termasuk makan dan
minum.
2. Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu sebelum
melakukan prosedur.
3. Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena spesimen dapat
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
4. Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif. Keluarkan
sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
5. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang
dihasilkan klien.
6. Yakinkan sputum yang dikeluarkan klien masuk ke dalam penampung sputum dan tidak
menyentuh bagian luar penampung sputum. Jika bagian luar penampung sputum
terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
7. Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum untuk menghilangkan
bau atau rasa yang tidak enak
8. Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. untuk kultur bakteri
diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan
waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misalnya antibiotic)
yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan
penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara
pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Pengambilan spesimen dilakukan
dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan
laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap pasien atau
klien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat segera dikirimkan ke laboratarium untuk
diperiksa. Sehingga hasilnya secepatnya dapat digunakan untuk menentukan dan mengetahui
perkembangan penyakit pasien atau klien bersangkutan.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan segala
sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu mengupdate ilmu
dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Andika, R. (2011). Skripsi. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode
Cyanmeth antara Darah Kapiler dan Vena Pada Mahasiswa Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Aryani, dkk. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.

Dini, N. (2013). Pengambilan Sampel Feses. (Online).


http://kebidananfull.blogspot.co.id/2013/04/pengambilan-sampel-feses.html. Diakses 9
Oktober 2015.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC

Putri, S.A. (2013). Makalah Pemeriksaan Spesimen. (Online).


http://www.scribd.com/doc/124730845/makalah-pemeriksaan-spesimen-docx#scribd.
Diakses 12 Oktober 2015.

c. Kuantitas feses dan urin


Gram/orang/hari
Tinja/Air Seni
Berat Basah Berat Kering
Tinja 135-270 35-70
Air Seni 1.000-1.300 50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140

d. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel yang
rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal
3x per-hari sampai 3x per-minggu.

2. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk
mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil, stafilokokus,
dan lain-lain.

3. Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya ikterus
3. Adanya gangguan pencernaan
4. Adanya lendir dalam feses
5. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
6. Adanya darah dalam feses

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

6. Alat dan Bahan


1. 1 pasang sarung tangan
2. Alat pengambil feses
3. Wadah atau penampung spesimen
4. Hand scoon bersih
5. Vasseline
6. Kapas
7. Pot tinja (pispot)
8. Bengkok
9. Perlak pengalas
10. Tissue
11. Sampiran
12. Label

7. Prosedur
Prosedur pengambilan feses pada dewasa:
1. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
2. Meminta klien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
5. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
6. Buang alat dengan benar
7. Cuci tangan
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirimkan ke labolatorium
9. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
1. Mendekatkan alat
2. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan
4. Memasang sampiran
5. Melepas pakaian bawah klien
6. Memakai handscoon
7. Mengatur posisi miring dengan lutut flexi
8. Beri vaselin atau jelly pelumas pada jari telunjuk
9. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum
kearah umbilikus (kearah masa feses yang impaksi)
10. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
11. Gunakan pispot bila klien ingin buang air besar
12. Dengan alat pengambil feses, ambil feses dan masukkan kedalam wadah spesimen
kemudian tutup
13. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
14. Melepas hand scoon
15. Merapikan pasien
16. Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi:


1. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada bayinya
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

8. Hal- hal yang perlu diperhatikan


1. Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri tetapi klien perlu diajarkan
cara pengambilan spesimen dengan teknik antiseptic
2. Usahakan feses yang diambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas
tissue atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dahulu sebelum pengambilan
spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut tidak dapat digunakan
untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
3. Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya sesegera mungkin dibawa ke laboratorium
karena yang fresh atau baru dikeluarkan oleh klien akan menghasilkan analisa yang jauh
lebih akurat.
4. Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses klien.
Usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat bantu untuk
memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah bungkus terlebih dahulu alat bantu
tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik sampahkhusus untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5. Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam pemeriksaan
spesimen.

E. Pengambilan spesimen sputum


1. Pengertian
Proses pengambilan sekresi sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea yang dihasilkan oleh
klien yang sakit.
a. Pengertian sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam
langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental
dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air
liur encer dan terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan. Sputum
diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang secara normal memproduksi sekitar 3 onsmucus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning
Mechanism) tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Sputum ialah materi
yang di ekspetorasi dari saluran nafas bawah oleh batuk, yang tercampur bersama ludah.

b. Proses terbentuknya sputum


Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap
hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena
gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan
proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila
hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intra thorakal dan intra abdominalyang tinggi, dibatukkan udara keluar dengan
akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut
akan keluar sebagai sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.

c. Klasifikasi sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal dari
sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis/
bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning - kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan
adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis
karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu- abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis
j. Berwarna biasanya disebabkanoleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang
efektif pada pasien bronchitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning- kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan
dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam
mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus
meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.

d. Kriteria kondisi sputum yang baik


Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik petugas Laboratorium harus memberikan
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik pemeriksaan pertama maupun
pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan tentang batuk yang benar untuk
mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian dalam paru-paru setelah beberapa kali
bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari dalam mulut. Teliti pula volume sputumnya yaitu
3-5ml, kondisi sputum untuk pemeriksaan Labolatorium adalah penting, sputum yang baik
mengandung beberapa partikel atau sedikit kental dan berlendir kadang- kadang malah
bernanah dan berwarna hijau kekuningan.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen sputum
yaitu :
a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning kehijauan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e. Saliva yaitu Air liur.

2. Tujuan
1. Sputum kultur: mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga dapat
diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang tepat (uji
sensitivitas).
2. Sputum sitologi: mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-paru serta spesifikasi
sel tersebut. Spesimen umtuk kepentingan sitolgi sering dilakukan secara berseri sebanyak 3
kali setiap pagi.
3. Sputum AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi adanya
penyakit TBC (Tuberculosis paru). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri sebanyak 3 hari
berturut-turut.
4. Menilai efektifitas terapi yang sudah dilakukan.

3. Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan suspect penyakit pernafasan, seperti: bronchitis, TBC,
kanker paru dan lain-lain

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Alat dan Bahan


1. Wadah spesimen steril dengan penutup
2. Sarung tangan
3. Desinfektan
4. Tissue
5. Label terlengkap
6. Slip permintaan laboratorium
7. Obat kumur
8. Sikat gigi (jika dibutuhkan)
9. Bengkok (jika dibutuhkan)
10. Plastik spesimen

6. Prosedur
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Beri klien posisi semi fowler atau dudukdi sisi tempat tidur/ kursi
4. Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
5. Cuci tangan
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Dekatkan bengkok di dekat klien
8. Minta klien untuk tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung sputum
9. Lakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif
10. Minta klien mengeluarkan sputum dalam penampung spesimen. Lakukan berulang kali
sampai jumlah sputum terpenuhi atau sekitar 2-10 cc.
11. Tutup penampung spesimen
12. Bersihkan dengancairan desinfektan jika terdapat sputum di bagian luar penampung
spesimen.
13. Berikan klien tissue dan buang bekas tissue dalam bengkok.
14. Lakukan perawatan mulut (sikat gigi) atau meggunakan obat kumur jika diperlukan.
15. Berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
16. Simpan penampung spesimen dalam plastic spesimen
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepas sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

7. Hal hal yang perlu diperhatikan


1. Lakukan pengambilan spesimen sputum di pagi hari karena akumulasi secret paling
banyak di pagi hari. lakukan sebelum melakukan aktivitas harian, termasuk makan dan
minum.
2. Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu sebelum
melakukan prosedur.
3. Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena spesimen dapat
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
4. Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif. Keluarkan
sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
5. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang
dihasilkan klien.
6. Yakinkan sputum yang dikeluarkan klien masuk ke dalam penampung sputum dan tidak
menyentuh bagian luar penampung sputum. Jika bagian luar penampung sputum
terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
7. Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum untuk menghilangkan
bau atau rasa yang tidak enak
8. Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. untuk kultur bakteri
diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur membutuhkan
waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan terapi (misalnya antibiotic)
yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan
penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara
pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Pengambilan spesimen dilakukan
dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan
laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap pasien atau
klien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat segera dikirimkan ke laboratarium untuk
diperiksa. Sehingga hasilnya secepatnya dapat digunakan untuk menentukan dan mengetahui
perkembangan penyakit pasien atau klien bersangkutan.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan segala
sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu mengupdate ilmu
dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Andika, R. (2011). Skripsi. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode


Cyanmeth antara Darah Kapiler dan Vena Pada Mahasiswa Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Aryani, dkk. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.

Dini, N. (2013). Pengambilan Sampel Feses. (Online).


http://kebidananfull.blogspot.co.id/2013/04/pengambilan-sampel-feses.html. Diakses 9
Oktober 2015.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC

Putri, S.A. (2013). Makalah Pemeriksaan Spesimen. (Online).


http://www.scribd.com/doc/124730845/makalah-pemeriksaan-spesimen-docx#scribd.
Diakses 12 Oktober 2015.

Vous aimerez peut-être aussi