Vous êtes sur la page 1sur 39

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PENGLIHATAN

RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

A. PENGERTIAN

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI


1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. TANDA DAN GEJALA

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-
tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang

2
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :

a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan


Gejala klinis:
1) Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

D. RENTANG RESPON
a. Respon adaptif
b. Respon maladaptif

E. FASE HALUSINASI

3
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

1. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

2. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita.

3. Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

4. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.

F. JENIS HALUSINASI

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :


1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

4
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

G. AKIBAT

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan
dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan
orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

5
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat


halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan
agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di
berikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang
lain yang dekat dengan pasien.

6
4. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan
dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.

6. POHON MASALAH
Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan

Core Problem perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Cause Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

7. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Risiko tinggi perilaku kekerasan


2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

7
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis

8. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi: halusinasi
9. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya
halusinasi.Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
2) Intervensi
a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan
saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

8
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan
tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada
teman bicara.
Rasional: Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan
perawat dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
· Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara
yang di dengar.
· Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
· Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa
menuduh/menghakimi).
· Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
· Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional : Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari
faktor timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :
· Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
· Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam
atau jika sendiri, jengkel, sedih)
Rasional : Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya
halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan
perawat.
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.
c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien.

9
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
Rasional : Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi
tidak berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
Rasional : Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
· Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.
· Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain
untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
· Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
· Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
Rasional: Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus
halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
· Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.
· Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
· Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).
· Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
· Mencari teman untuk ngobrol
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat
meningkatkan harga diri klien.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah
dipilih.

10
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita dan stimulasi persepsi.
Rasional :
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi
realitas akibat halusinasi.

d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.


1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
1) Intervensi
a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama,
tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk
mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
· Pengertian halusinasi
· Gejala halusinasi yang dialami klien.
· Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
· Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya :
beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
· Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan
menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang
mempunyai masalah halusinasi.

11
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2) a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi


serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien
melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
Rasional : Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional : Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis,
benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional : Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th.
Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs.
Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi I. Jakarta:
Profesional Books.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga,
Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1.
Toronto: the C.V Mosby Company.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:
EGC.
Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

13
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) HALUSINASI
RSJD DR.MINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
- Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
- Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

a. Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien
di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat
di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat
pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu

14
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di
rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
2.

15
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNDIP yang akan merawat bapak
Nama Saya nurhakim yudhi wibowo, senang dipanggil yudi. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan

16
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

17
SP 2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih
(THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya
bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak
juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

18
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di
sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

19
SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa
lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

20
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan
berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X

21
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum
untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

22
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Bapak”.
”mari kita datangi bapak”
KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-
suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan
seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak
alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak?
Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien
memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

23
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak
Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”

24
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn. T DENGAN HALUSISNASI PENGLIHATAN
DI RUANG VIII IRAWANWIBISONO
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Kendal Jateng
Agama : Islam
Pendidikan : SD
No.CM : 00963xx
Tanggal Masuk : 5-10-2018
Tanggal Pengkajian : 18-10-2018

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. U
Agama : Islam
Alamat : Kendal Jateng
Pekerjaan : Nelayan
Hub.dengan pasien : Paman

B. ALASAN MASUK
Pasien berbicara sendiri, berperilaku aneh
MK : Halusinasi

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang
sebanyak 4 kali pada tahun 2015 di ruang 5, tahun 2016 di ruang 1, tahun 2018 diruang
Srikandi selama 2 minggu, dan baru dipindah ke ruang 8. Untuk pengobatan selanjutnya tidak
berhasil karena pasien tidak mau minum obat secara rutin dan tidak control ke rumah sakit
kembali. Pasien tidak mengalami riwayat trauma, baik trauma fisik, aniaya fisik, aniaya

25
seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan criminal serta di dalam keluarganya
tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pasien mengatakan ayah
pasien sebelum meninggal tidak pernah sholat, setiap diingatkanayah pasien tidak mau
mendengarkan kebiasaan ayahnya malu merokok.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- S : 36C
2. Ukur Antropometri
- TB : 159 cm
- BB : 58kg
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
3. Keluhan Fisik
Pasien mengatakan sering merasa melihat / membayangkan rokok dan ketika masih di
ruang Srikandi sering melihat pocongatau kuntilanak. Tidak ada keluhan fisik yang
dirasakan sepeti nyeri, diare, konstipasi, dll.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
: laki – laki

: perempuan

: pasien

26
: meninggal

: meninggal
Pasien adalah anak terakhir dari 9 saudara, kakaknya sudah memiliki keluarga masing-
masing dan orang tuanya juga sudah meninggal. Pasien belum berkeluarga, pasien tinggal
bersaman bibi dan pamannya semenjak tidak ada orang tua nya. Pasien sudah bekerja dan
terkadang hasilnya diberikan pada bibi nya.

( MK : Koping Keluarga Tidak efektif ketidakmampuan)

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan bersyukur mempunyai bentuk tubuh yang sempurna , menyukai
semua anggota tubuhnya, menerima dengan apa adanya.
b. Identitas Diri
Pasien mengatakan beloum menikah, seorang laki-laki, mampu menyebut
identitasnyadengan baik seperti nama, agama, alamat, status perkawinan.
c. Peran Diri
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarga tinggal bersama pamannya yang
dianggap sebagai ayahnya dan bekerja sebagai nelayan sedangkan di RS berperan
sebagai pasien.
d. Ideal Diri
Pasien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah serta bisa lepas dari rokok dan
pasien selalu bersyukur selalu di jenguk keluarganya.
e. Harga Diri
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit. Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
dalam keadaan baik. Pasien senang berinteraksi dengan teman-temannya sekarang
dibandingkan dengan di Srikandi yang tidak boleh keluar –keluar ruangan.
3. Hubungan Sosial
Pasien mengatakan orang yang paling dekat adalah pamanya karena sekarang paasien
tinggal dengan pamanya, namun ditempat pasien dirawat orang yang paling berarti
adalah teman – temanya satu ruangan serta tidak ada hambatan dalam berhubungan
social. Pasien mengaku teman – temanya banyak baiki dirumah atau di rumah sakit.

27
4. Spiritual
Pasien menganut agama Islam, menurut pasien sebelum dirawat di RSJ pasien rajin
beribadah, ikut kelompok pengajian dan di RS pun pasien sholat bersama teman-
temannya.

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan pasien cukup rapi ( pasien menggunakan pakaian dari rumah sakit sesuai
dengan ukuranya, kancing baju terkancing dengan urutan yang benar), tidak kotor
(pasien ingin mandi 2x sehari, berganti pakaian setiap kali habis mandi), potongan
rambut capek

2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan nada keras, pasien mampu memulai suatu pembicaraan,
pasien juga bercerita sendiri, walaupun tidak ditanya.
3. Aktivitas Motorik
Ada kontak mata saat diwawancarai, aktivitas motorik konfulsif kegiatan yang
dilakukan pasien, berulang ulang melakukan gerakan tangan seperti menyatakan
korek api dan melakukan kegiatan seperti menghisap rokok dan pasien juga sering
menunjukkan kegelisahan dengan mondar mandir.
(MK: Defisit Aktivitas Deversional / hiburan)
4. Alam Perasaan
Pasien mengatakan pasrah dirinya dirawat di RS, pasien lebih senang di rumah dari
pada di Rumah sakit, perasaan pasien sedih.
5. Afek
Tumpul artinya pasien hanya bereaksi jika diberi stimulasi, pasien kooperatif jika
diberi pertanyaan.
6. Interaksi Selama Wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan
pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik.
7. Persepsi
Pada saat pengkajian pasien mengalami halusinasi. Halusinasi sering muncul p0ada
saat diajak ngobrol, berdiam diri, pasien sering melakukan gerakan seperti
menghidupkan korek api, dan menghisap rokok, frekuensi sering, isinya melihat

28
rokok, membayangkan rook serta pasien bercerita ketika di ruang Srikandi pasien
sering melihat pocong dan kuntilanak dan respon pasien melakukan gerakan tangan
seperti berdo’a.
MK : Halusinasi Penglihatan
8. Proses Pikir
Sirkumtansial artinya pembicaraannya berbelit-belit tapi sampai pada tujuan.
(MK : Perubahan Isi Pikir)
9. Isi Pikir
Obsesi artinya pikiran pasien slalu tentang rokok walaupun pasien berusaha untuk
menghilangkanya, erta memiliki pemikiran yang magis, pasien mempercayai yang
membawanya ke rumah sakit itu ayahnya yang sudah meninggal kerena mempercayai
rohnya bisa kembali.
MK : Perubahan Isi piker
10. Tingkat Kesadaran
Pasien masih bisa atau ingat dan mampu mengorientasikan waktu, tempat dan orang
dengan jelas san mengetahui posisinya sedang di RSJ.
11. Memori
Ingatan jangka panjang : pasien mengingat semua pada tahun berapa pasien pernah
dirawat dan r4uangan apa saja, alasan dibawa ke Rs, mampu mengingat tentang hari
nama dan waktu.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi dengan pertanyaan yang diberikan kepadanya dan ingat
sudah berapa lama dibawa di RSJ, mampu berhitung dengan baik.
13. Kemampuan Penilaiaan
Pasien tidak mengalami kemampuan penilaiaan gangguan bermakna. Pasien mampu
memberi alasan kenapa tidak ikut senam karena tidak suka joget joget dia memilih
mengobrol saja dengan perawat atau temanya yang tidak ikut senam.
14. Daya Tilik Diri
Pasien menyadari kenapa dibawa ke RSJ dan menyadari tingkah laku yang dilakuakn
aneh.
G. KEBUTUHAN PASIEN PULANG
1. Makan
Pasien makan 3x sehari secara mandiri, pasien habis 1 porsi penuh dengan nasi,
lauk, sayur serta pasien dapat menaruh alat makan dan minum pada tempatnya.

29
2. Keamanan
Pasien merasa aman di RS karena banyak temannya dan dijaga oleh perawat
3. Keperawatan Kesehatan
Pasien sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan jiwa dn pernah di rawat di
rsj, tidak memilliki riwayat menular / menurun.
4. Pakaian
Pasien mampu mengenakan pakaian secara mandiri
5. Transportasi
Pasiejn diantar ke RSJ menggunakan mobil tetangga, ketika di rumah pasien bisa
naik sepeda motor, sepeda, dan perahu.
6. Tempat Tinggal
Pasien tinggal bersama pamannya
7. Uang
Pasien ikut pamannya menjadi nelayan, dan hasilnya di jual ke pasar.
KEGIATAN SEHARI-HARI
Perwatan Diri
1. Mandi
Pasien mengatakaan mandi 2 hari sekali.
2. Kebersihan
Pasien mengtakan paham kebersihan diri seperti gosok gigi, cukur rambut, ganti
baju dan lain-lain.
3. Makan
Pasien makan sehari 3 kali : pagi, siang, dan sore.
4. BAB/BAK
Pasien dapat BAK/BAB tanpa ada gangguan. BAB lancar 1x/hari, BAB ±6x/hari
5. Ganti pakaian
Pasien slalu berganti pakaian stiap kali habis mandi, pakaiannya sesuai, cukup
rapi.

NUTRISI
a. Pasien mengatakan puas dengan pola makanannya, pasien makan bersama-
sama dengan pasien lain di ruang makan, makan sehari 3x sehari dengan
nasi, lauk, sayur, waktu : pagi, siang, dan sore.

30
b. Pasien mengatakan sering nambah nasi ketika makan, menurut pasien
makanannya enak jadi nafsu makannya meningkat.
c. Badan
BB : 60 kg, TB : 169 cm
d. Tidur
Pasien tidur malam tidak ada gangguan, dan tidur siang sebentar paling
lama 2 jam, tidak ada penolong tidur, peran para tidur dan perantara tidur,
pasien tidur malam ± 8 jam tapi sering bangundan tidak ada perantara
tidur, pasien ritin ikut pemeriksaan kesehatan saat pagi haridi tensi perawat
dan sore hari juga, pasien mengatakan sebelumnya juga bekerja sebagai
nelayan, saat berpakaian dan berhias pasien melakukannya sendiri,
aktivitas sebelum tidur nonton TV, makan siang kemudian tidur siang, lalu
mandi makan sore dan minum obat lalu pasien tidur malam.

Aktivitas di dalam rumah


Pasien mengatakan tidak ikut mempersiapkan makanan karna sudah ada
bibi nya, menjaga kerapian rumah dan mencuci pakaiannya sendiri.
Aktivitas diluar rumah
Pasien bekerja sebagai nelayan di welery dan berkumpul dengan
temannya. Untuk beraktivitas di luar rumah ke tempat kerja biasanya naik
montor.
H. MEKANISME KOPING
Pasien senang di ajak bicara dengan orang lain.Pasien tidak suka senam, pasien lebih
memikih diam.

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


- Masalah dengan dukungan kelompok dan lingkungan
Pasien senang memiliki banyak teman walaupun terkadang tidak ingat namanya tapi
paham wajahnya, pasien senang berjalan-jalan di rumah sakit.
- Masalah dengan pendidikan.
Pasien mengatakan tidak masalah walaupun hanya lulusan SD penting bisa baca.
- Masalah dalam perumahan.
Pasienn ingat kalau di bawa ke RSJ karena merokok.
- Maasalah dengan ekonomi.

31
Pasien bekerja, bisa cari uang sendiri, serta juga belum menikah.
- Masalah dengan pelayanan kesehatan.
Pasien mengatakan tidak ada masalah rutin, ikut tensi agi dan sore.

J. KURANG PENGETAHUAN
Pasien mengetahui kalau dirinya sedang mengalami gangguan jiwa dan dia mau di rawat
karena katanya biar sembuh dan bisa berhenti merokok.

K. ASPEK MEDIS
- Diagnose Medis : Skizofrenia Tidak terinci
- Terapi Medis :
Risperidon 2 x 1
Merlopam 0,5 mg
Diazepam 10 mg

32
ANALISA DATA

Nama : Tn. T No.CM : 00063XX


Umur : 29 Th Ruang : VIII Irawan

No Data Fokus Masalah Keperawatan Ttd

1 DS : Pasien mengatakan melihat kalau Halusinasi Penglihatan


ada rokok terus didekatnya.pasien juga
mengatakan sering melihat pocong di
ruangan
DO :
- Pasien pernah dirawat di RSJ
Gondohutomo sebanyak 4 kali
- Pasien tidak rutin minum obat
dan tidak control kembali
- Pasien sering berperilaku aneh
seperti seolah olah tanganya
menghidupkan korek serta
menghisap rokok.
- Kontak mata kurang saat diajak
bicara

POHON MASALAH
Resiko Menciderai diri sendiri, orang lain, dan penglihatan

Halusinasi Penglihatan Core Problem

Isolasi Sosial

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi Penglihatan

33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. T No.CM : 00063XX


Umur : 29 Th Ruang : VIII Irawan

N Hari/Tg Dx. Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Tt


o l d
1. Jumat/1 Halusinas TUM : Setelah dilakukan 1. BHSP dengan prinsip
9 i Klien 3x interaksi klien komunikasi terapeutik
Oktobe penglihat dapat menunjukan tanda - Sapa klien dengan
r 2018 an mengontr – tanda percaya nama, baik verbal
ol pada perawat, ataupun non verbal.
halusinasiekspresi wajah - Perkenalkan nama,
bersahabat dan tujuan perawat
TUK : senang, ada berkenalan
1. Klien kontak mata, mau - Tanyakan nama
dapat menjabat tangan, lengkap dan naman
memb mau menyebut panggilan pasien
ina nama, mau - Buat kontrak yang
hubun menjawab salam, jelas
gan mau duduk - Tunjukan sikap empati
saling disamping dan menerima
perca perawat, mampu apaadanya
ya dan bersedia
mengungkapokan
masalah yang
dialami.
2. Klien Setelah dilakukan 3. adanya kontrak
dapat 3x interaksi klien seringdan singkat
meng dapat secara bertahap.
enal menyebutkan: - Observasi tingkah
halusi - Jenis laku pasien terkait
nasi - Isi denagan halusinasi.
- Waktu - Bantu klien
- Frekuensi mengenal
- respon halusinasinya
dengan menanyakan
apakah ada sosok
yang dilihat dan apa
yang dilakukan
sosok tersebut. Jika
klien
menjawab,tanyakan
apa yang sedang
dialaminya, katakan
bahwa perawat
percya klien
mengalami
halusinasi tersebut.

34
Namun perawat
sendiri tidak
mengalaminya,disk
usikan dengan klien
tentang situasi yang
menimbulkan
halusinasi : Isi,
waktu, respon,
Frekuensi,jenis
- Dorong untuk
mengungkapkan
perasaan saat terjadi
halusinasi.
4. Klien Setelah dilakukan Identifikasi dengan klien
dapat 3x interaksi klien cara / tindakan yang
meng menyebutkan dilakukan jika terjadi
ontrol tindakan yang halusinasi
halusi biasanya (tidur,marah,menyembunyi
nasi dilakukan untuk kan diri)
mengendalikan - Diskusikan cara yang
halusinasinya digunakan
Dan klien dapat maladaptive
menyebutkan cara - Diskusikan cara baru
untuk mengontrol untuk
halusinasi memutus/mengontrol
terjadinya halusinasi.
a. Menghardik
halusinasi
b. Minum obat
c. Bercakap –
cakap
d. Melakuakn
kegiatan
Klien Selama 3x Buat kontrak dengan
dapat pertemuan keluarga untuk pertemuan
dukungan keluarga ( waktu, tempat dan
dari mengatakan setuju tujuan)
keluarga mengikuti
dalam pertemuan dengan
mengontr perawat.
ol
halusinasi
Klien Selama 3x Beri kesempatan klien
dapat pertemuan klien untuk mencoba kegiatan
melakuka mengikuti terapi yang telah direncanakan (
n aktivitas TAK)
kegiatan kelompok - Beri pujian atas
sesuai stimulus persepsi/ keberhasilan klien
kondisi orientasi realitas
saat ini.

35
36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn. T No.CM : 00063XX


Umur : 29 Th Ruang : VIII Irawan

Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Ttd


19/10/2018 Data S : pasien mengatakan
09.00 WIB DS : Pasien mengatakan melihat kalau bahwa dirinya slalu
slalu ada rokok didekatnya pasien juga melihat rokok
sering melihat pocong diruang srikandi didekatnya, pasien slalu
DO: ingin merokok, pasien
- Pasien pernah dirawat di RSJ melihat setiap saat dan
selama 4 kali sering setiap harinya
- Pasien tidak rutin minum obat dan dan saat halusinasi
tidak control datang pasien slalu
- Pasien sering berperilaku aneh menggerakan tanganya
seperti seolah olah tanganya seolah – olah
menyalakan korek api dan menyalakan korek api
menghisap rokok. ke rokok dan gerakan
- Kntak mata kurang saat diajak tangan menghisap
bicara rokok.
DX Keperawatan : Halusinasi O : Pasien kooperatif,
penglihatan kontak mata kurang saat
Tindakan SP 1 (Menghardik) bicara,pasie terkadang
- BHSP komat kamit sendiri,
- Mengidentifikasi Jenis klen mempraktikan cara
Halusinasi menghardik halusinasi,
- Mengidentifikasi Isi, klien mampu menjawab
Waktu, pertanyaan perawat
Frekuensi,Respon,Situasi dengan baik dan jelas
- Mengidentifikasi respon A: Halusinasi
klien terhadap halusinasi penglihatan +, Klien
- Melatih cara mengontrol Mampu

37
halusinasi dengan Mengidentifikasi
menghardik Halusinasi Jenis, Isi,
- Membantu memasukan Situasi, Respon Dan
dalam jadwal kegiatan Frekuensi
harian. P : Latihan menghardik
RTL : Lanjutkan SP 2 ( 3X Sehari
Minum obat
20/10/2018 DS : klien mengatakan masih melihat S : Klien mengatakan
rokok disekitarnya,dan slalu ingin rokok bahwa mendapat 2
dan sudah melakukan menghardik ( pergi – macam obat, klien
pergi dalam hidupku rokok ) serta sudah mengatakan
memasukan kegiatanya dalam hadwal halusinasinya masih
kegiatan harian. O : klien mampu
DO : klien masih komat kamit sendiri, mengulang prinsip 5
Pasien melakukan gerakan seperti seolah benar minum obat,
olah menyalakan korek api dan menghisap kegunaan obat, akibat
rokok, kontak mata klien kurang jika tidak minum obat
DX Keperawatan : Halusinasi penglihatan dan cara mendapat obat
Tindakan Keperawatan : SP 2 ( minum ika habis, klien dapat
obat) minum obat dalam 2x
- Memvalidasi SP 1 menghardik sehari
- Melatih pasien minum obat secara A : Halusinasi pasien
teratur dengan prinsip 5 benar masih
- Jelaskan guna obat dan akibat jika - Klien mampu
tidak minum obat secara teratur. melaksanakan
- Susun jadwal harian minum obat SP 2 (Minum
RTL : SP 3 ( Berckap – cakap) Obat)
- Klien mengenali
warna, kegunaan
dan waktu
minum obat.
P: memotivasi
klien untuk

38
melakukan
semua cara yang
sudah ditulis
dalam jadwal
harian, latihan
menghardik 3x
sehari dan
minum obat
dengan prinsip 5
benar 3 kali
sehari.

39

Vous aimerez peut-être aussi