Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
1) Tuba Falopii
Terdapat dua buah tuba uterinae, setiap tuba uterinae
mempunyai panjang sekitar 4 inci (10cm) dan terletak pada pinggir
atas ligamentum latum. Masing-masing tuba menghubungkan
cavitas peritonealis di region ovarium dengan cavitas uteri. Tuba
uterinae terbagi menjadi empat bagian:
a) Infundibulum tuba uterinae adalah ujung lateral tuba uterinae
yang berbentuk corong dan menjorok ke luar ligamentum
latum dan terletak di atas ovarium. Ujung bebasnya berbentuk
tonjolan seperti jari-jari yang melingkupi ovarium.
b) Ampulla tubae uterinae merupakan bagian tuba uterine yang
paling luas.
c) Isthmus tubae uterinae merupakan bagian tuba uterine yang
paling sempit dan terletak tepat lateral terhadap uterus.
d) Pars uterine merupakan segmen yang menembus dinding
uterus.13
Tuba uterinae menerima ovum dari ovarium dan merupakan
tempat terjadinya fertilisasi (biasanya di ampulla tubae uterinae).
Tuba uterinae menyediakan makanan untuk ovum yang telah
difertilisasi dan membawa ovum yang telah difertilisasi ke dalam
cavitas uteri. Tuba uterinae juga merupakan saluran yang dilalui oleh
spermatozoa untuk mencapai ovum.13
5
2) Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
kemudian disalurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh
peritoneum viseral yang merupakan bagian dari ligamentum
latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot
longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan
selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan
bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil
konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh
getaran silia tersebut.1
3) Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Ovarium
merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap produksi sel
benih perempuan yang disebut ovum; dan hormone sex perempuan,
estrogen dan progesterone, pada perempuan dewasa.13
Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.1
6
a. Plasenta previa
b. Solusi plasenta (abruptio plasenta)
c. Insersio velamentosa
d. Plasenta sirkumvalata
e. Pecahnya sinus marginalis dan vasa previa
2) Perdarahan yang bukan dari kelainan plasenta
a. Pecahnya varices vagina
b. Perdarahan polip serviks
c. Perdarahan perlukan seviks
d. Trauma
2.2.2 Insiden
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh
persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975)
dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan. RS pirngadi Medan kira-kira
10% dari seluruh persalinan.1
Pada kejadian perdarahan antepartum, kejadian yang berbahaya
umumnya bersumber pada kelainan letak plasenta dan lepasnya
plasenta dari tempat implantasinya sehingga menyebabkan perdarahan,
maka persalinan tidak dapat dihindarkan walaupun umur kehamilan
belum cukup bulan. Suatu penelitian menjelaskan bahwa perdarahan
antepartum juga merupakan penyebab persalinan prematur dengan
kejadian sebesar 14,1%.7
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Wiji Lestari dengan judul
Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Perdarahan Antepartum di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (2007) didapatkan hasil bahwa
wanita multipara memiliki risiko 2,76 kali lebih besar untuk mengalami
terjadinya perdarahan antepartum daripada wanita primipara.
8
2.3.2 Epidemiologi
Berdasarkan data kelahiran di U.S pada tahun 2001, plasenta
previa menjadi penyulit 1 dari 305 persalinan Martin dkk (2002). Crane
dkk (1999) mendapatkan insiden 0,33% (1 dari 300) pada hampir
93.000 persalinan di Nova Scotia. Insiden di Parkland Hospital adalah
0,26% (1 dari 390) pada lebih dari 169.000 persalinan dalam 12 tahun.15
Sedangkan di Rumah Sakit Sanglah Denpasar kejadiannya 2,7%.16
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal.3
Dari hasil penelitian Darwin (2011) menunjukkan bahwa
kejadian plasenta previa yaitu 210 (3,57%) dimana pada tahun 2008
terdapat 108 kasus (3,82%) dan tahun 2009 terdapat 102 kasus (3,34%).
Kejadian plasenta previa terbanyak terdapat pada usia ≥35 tahun, yaitu
70 orang (33,33%). Berdasarkan jumlah paritas, plasenta previa paling
banyak terdapat pada jumlah paritas 2-4 kali, yaitu 99 orang (47,14%).
Pada pasien dengan plasenta previa terdapat 8 orang (3,81%) yang
memiliki riwayat seksio ≤ 2 kali. Terdapat 2 kasus (0,95%) plasenta
10
2.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa yaitu :
a. Plasenta Previa Totalis atau komplit
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir (ostium uteri internum).
Pada posisi ini tidak mungkin bayi dilahirkan pervaginam
(spontan) karena berisiko perdarahan yang hebat.
b. Plasenta Previa Lateralis.
Bila plasenta yang menutupi sebagian jalan lahir (ostium uteri
internum).
c. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang berada di pinggir ostium uteri
internum.
d. Plasenta Letak Rendah (Low-lying PlacentaI)
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm
dari ostium uteri internum. Bila yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal.3
11
2.3.4 Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi
endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini
bisa ditemukan pada :
PRIMIGRAVIDA MULTIGRAVIDA
UMUR
(%) (%)
2.3.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga
dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tampak plasenta yang terbentuk dari jaringan
maternal yaitu bagian desisua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktuserviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan plasenta
previa berapapun pasti akan terjadi (unvoidable bleeding).4
Perdarahan ditempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh
karena segmen bawah rahim dan servik tidak mampu berkontraksi
dengan kuat karena memiliki elemen otot yang dimilikinya sangat
15
2.3.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
beberapa pemeriksaan :
1) Anamnesis
Adanya keluhan berupa perdarahan jalan lahir pada kehamilan
setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (Trimester III).
Perdarahan tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless),
perdarahan bisa berulang (recurrent) serta perdarahan berwarna
merah terang.
2) Pemeriksaan fisik
a. Vital sign dan denyut jantung janin harus selalu diawasi dengan
ketat.
b. Pemeriksaan luar
Inspeksi
o Perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau
sedikit, darah beku dan sebagainya.
o Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemia.
o Keadaan penderita bervariasi dari kesadaran yang
compos mentis sampai koma.
Palpasi abdomen
o Bagian terbawah janin belum turun, mengambang
karena sekitar ostium uteri tertutup oleh jaringan
plasenta. Apabila presentasi kepala, biasanya kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau di atas PAP.
o Terdapat kelainan letak janin intrauteri; letak bokong,
letak lintang dan bagian terendah miring.
o Janin sering belum cukup bulan, sehingga fundus uteri
masih rendah.
Pemeriksaan auskultasi
o Pemeriksaan menggunakan Doppler sehingga detak
jantung janin dapat didengar oleh ibu.1,4,6
19
3) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam (pemeriksaan serviks) merupakan
kontraindikasi, kecuali apabila wanita yang bersangkutan sudah di
meja operasi dengan segala persiapan untuk seksio sesaria segera
karena pemeriksaan yang dilakukan dengan hati-hati dapat juga
menyebabkan perdarahan masif. Selain itu, pemeriksaan ini jangan
dilakukan kecuali apabila memang telah direncanakan
persalinan.1,4,6
4) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui dari mana asal perdarahan,
apakah berasal dari uterus atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila perdarahan berasal dari uterus adanya plasenta previa
dan solusio plasenta harus dicurigai. Pada kebanyakan kasus,
perdarahan dapat dinilai tanpa pemeriksaan inspekulo karena
berpotensi menyebabkan perdarahan yang lebih banyak.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi cara ini
sudah mulai banyak dipakai di Indonesia. Terdapat dua metode
pada pemeriksaan yaitu USG transabdominal dan USG
transvaginal.
- USG transabdominal
Metode yang paling sederhana, tepat dan aman untuk
mengetahui lokasi plasenta. Menurut Laing (1996), rata-rata
tingkat akurasinya adalah sekitar 96%. Hasil postif palsu
sering disebabkan oleh distensi kandung kemih, sehingga
pemeriksaan USG harus diulang setelah kandung kemih
kosong.
- USG Transvaginal
20
2.3.9 Tatalaksana
1) Terapi Ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir
prematur dan mengurangi angka kematian neonatus. Penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servikalis melainkan melalui usaha non-invasif dan pemantauan
secara ketat dan baik agar janin dapat hidup di dalam kandungan.
Transfusi darah dan operasi harus dapat dilakukan setiap saat bila
diperlukan. Anemia perlu diatasi atas pertimbangan perdarahan
selanjutnya dengan menilai perdarahan berdasarkan pemeriksaan
hemoglobin dan hematocrit secara berkala. pemberian steroid pada
kehamilan antara 24 minggu – 34 minggu untuk pematangan paru
janin.1,3,4
a. Syarat terapi ekspektatif :
Perdarahan sedikit kadar Hb > 8 g%, keadaan umum ibu
baik.
Usia kehamilan < 37 minggu atau berat janin belum
mencapai 2.500 gram.
Perdarahan tidak aktif.
Janin hidup.
Belum inpartu.
b. Tindakan :
Tirah baring, rawat inap dan berikan antibiotik profilaksis
Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak
plasenta.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi
o MgSO4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam.
o Nifedipin 3 x 20 mg/hari
o Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin.
o
22
2.3.10 Komplikasi
Beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa :
1) Perdarahan dapat mengakibatkan penderita menjadi anemia
bahkan syok karena pembentukan segmen rahim yang terjadi
secara ritmik, sehingga pelepasan plasenta dari tempat melekatnya
di uterus dapat berulang dan semakin banyak.
2) Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan
kemampuan invasinya menorobos ke dalam miometrium bahkan
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta
akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan
maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi
dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta
yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang yang pernah
seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35%
pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi
60%-65% bila telah seksio sesaria tiga kali.
24
2.3.11 Prognosis
Pada kasus plasenta previa didapatkan 50% kelahiran prematur
yang menjadi penyebab utama kematian perinatal, kematian janin
disebabkan karena hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi perdarahan
postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri. Bila
perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan histerektomi.
Sekarang penanganan relatif bersifat dini, sehingga mortalitas dan
morbiditas ibu dan perinatal jauh menurun karena diagnosis dini dan
pemeriksaan yang tidak invasive dengan USG disamping ketersediaan
transfuse darah dan cairan infus.4