Vous êtes sur la page 1sur 5

PRAKTIKUM VII

SOKHLETASI

A.TUJUAN
 Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan ekstraksi bahan alam dengan metode
sokhletasi

B. PENDAHULUAN

Jeruk purut, jeruk limau, limau, atau limo (Citrus × hystrix DC.) merupakan tumbuhan perdu
yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam
perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime, sementara nama lainnya ma kruut
(Thailand), krauch soeuch (Kamboja), 'khi 'hout (Laos), shouk-pote (Burma), kabuyau, kulubut,
kolobot (Filipina), truc (Vietnam) dan limau kuwit (Banjar).Daun jeruk purut, dipakai sebagai
pengharum dalam masakan.Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda
dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya
berbentuk pohon kecil dengan tinggi antara 2-12 meter. Batangnya bengkok atau bersudut, agak
kecil, dan bercabang rendah. Tajuknya tak beraturan. Cabang-cabangnya rapat. Rantingnya
berduri, kecil, dan bersudut tajam. Daun berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul, dan bertangkai
satu.[1] Daunnya itu seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat pelekukan tepinya yang
ekstrem; tebal dan permukaannya licin, agak berlapis malam. Daun muda dapat berwarna ungu
yang kuat. Buahnya kecil, biasanya tidak pernah berdiameter lebih daripada 2cm, membulat
dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar; kulit buah tebal. Perbanyakan dilakukan
dengan biji atau dengan pencangkokan.

Dalam dunia boga Asia Tenggara penggunaannya cukup sering dan rasa sari buahnya yang
masam biasanya digunakan sebagai penetral bau amis daging atau ikan untuk mencegah rasa
mual, seperti pada siomay. Ikan yang sudah dibersihkan biasanya ditetesi perasan buahnya untuk
mengurangi aroma amis. Daun jeruk purut juga banyak dipakai . Potongannya dicampurkan pada
bumbu pecel atau juga gado-gado untuk mengharumkan. Demikian pula dalam pembuatan
rempeyek, potongan daunnya dicampurkan pada adonan tepung yang kemudian digoreng. Di
Thailand, daun jeruk purut sangat populer dalam masakannya. Tom yam dan tom khaa, dua
makanan berkuah yang populer, menggunakannya. Menu dari Kamboja, Semenanjung Malaya,
Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Pulau Bali juga menggunakan daun jeruk purut sebagai
pengharum masakan.

Sebagai bumbu masak, daun maupun buah jeruk purut sukar dicari penggantinya. Kulit jeruk
nipis dapat dipakai apabila terpaksa. Daunnya dapat dikeringkan untuk dipakai pada waktu
mendatang namun hanya bertahan kurang dari setahun. Cara pengawetan lain yang lebih awet
adalah dengan dibekukan. Buah jeruk purut beberapa wewangian juga memakai minyak jeruk
purut (diperoleh dari daun atau kulit buahnya) sebagai komponennya. Karakteristik minyak
daunnya terutama didominasi oleh minyak atsiri (-)-(S)-citronelal (80%), sisanya adalah
citronelol (10%), nerol dan limonena. Jeruk purut adalah istimewa karena pada jeruk-jeruk
lainnya yang mendominasi adalah enantiomernya, (+)-(R)-citronelal (juga dapat ditemukan pada
serai). Kulit buahnya memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah jeruk nipis, dengan
komponen utama adalah limonena dan β-pinena.

Nama ilmiah yang dipakai (Citrus hystrix) berarti "jeruk landak", mengacu pada duri-duri yang
dimiliki batangnya.

Prinsip ekstraksi
Metoda – metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta
refluks. Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam
situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa
kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji
kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional,
dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine
(TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok
dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat
mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih
lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat
tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara
acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya
senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar
sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
di dalam dan di luar sel. (APP, 2010)
Ekstraksi Sokletasi
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang- ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Minyak
nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun
tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti
benzen dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan
dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai
(Nazarudin, 1992).
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa
dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah
labu didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan
sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk
mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan
adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi
digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada
tingkatannya, polar atau non polar (Nazarudin, 1992).
Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali
adalah zat yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik
hidrokarbon danuntuk senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan
yang berulang ulang pada proses sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir
pada bahan yang di ekstraksi. Sampel pelarut yang digunakan bening atau tidak
berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi hanya pengulangan,sistematis dan
pemisahan dengan menggunakan labu untuk ekstraksi sederhana tetapi lebih
merupakan metoda yang spesial,dan alat yang digunakan lebih kompleks. Oleh
karena itu alat soklet cenderung mahal.
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi:
Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter,
metil klorida dan alkohol;
Titik didih pelarut rendah;
Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan;
Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan; dan
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus- menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau
dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam
pelarut cair di dalam wadah. (Fessenden & Fessenden, 1991).

C. ALAT DAN BAHAN


 ALAT
1.Cawan porselin
2.Gelas beaker
3.Gelas ukur
4. corong
5. Alat sokhletasi
6.Botol penyemprot
 BAHAN
1.Simplisia ( daun jeruk purut )
2.metanol
D. CARA KERJA

Menimbang serbuk simplisia daun jerut purut


sebanyak 500 gram

Memasukan serbuk simplisia kedalam perkolator

Menambahkan pelarut methanol hingga serbuk


terendam , kemudian merangkaikan alat sokhletasi
dan dibiakan sampel terestrak selama 24 jam atau
sampel warna sampel yang terendam pada pelarut
telah berubah menjadi bening.

Mengambil ekstrak cair yang didapat dan


menguapkan hingga diperoleh ekstrak kental

Menimbang berat tetap ekstrak kental yang didapat


serta menghitung rendemen ekstrak

Vous aimerez peut-être aussi