Vous êtes sur la page 1sur 42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dalam mengumpulkan data.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Medan Labuhan yang masih wilayah

kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan tahun 2009. Adapun

alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis tentang perilaku pria yang menjadi

Akseptor KB.

2. Sedikitnya pria yang menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria

(MOP).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan mulai Februari 2009 – November 2009.

3.3. Pemilihan Informan

Informan diambil dan dipilih di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.

Alasan pengambilan informan di Kecamatan Medan Labuhan karena adanya

perbedaaan persentase yang besar terhadap penggunaan MOP dan Kondom pada

bulan Agustus. Informan dalam penelitian ini adalah pria yang sudah menjadi peserta

25

Universitas Sumatera Utara


KB dengan berdasarkan angka kecukupan dan kesesuaian. Jumlah informan 5 orang

pria.

Informan pertama diperoleh setelah peneliti melakukan observasi di

Kecamatan Medan Labuhan. Selama observasi peneliti di damping oleh petugas

BKKBN di lapangan. Dari petugas tersebut peneliti memperolah data-data informan

yang ada di Kecamatan Medan Labuhan. Pemilihan informan agak sulit dilakukan

karena peneliti ingin mengambil informan yang memiliki karakteristik yang yang

sesuai dengan yang ingin peneliti lihat. Informan yang pertama sekali di wawancari

adalah informan yang bersuku batak di Kelurahan Sei Mati. Informan ini dengan

senang menerima peneliti untuk di wawancarai.

Setelah selesai melakukan wawancara pada informan pertama, peneliti dan

petugas melanjutkan ke informan kedua yang berada di Kelurahan Tangkahan.

Informan yang kedua juga bersuku batak, informan ini bekerja wiraswasta berjualan

sayur-mayur di pasar, sehingga peneliti melakukan wawancara pada saat pembeli

tidak ada. Wawancara selanjutnya di lakukan keesokakan harinya, dimana petugas

membawa peneliti ke informan ketiga di kelurahan Martubung. Menurut petugas

yang berasama peneliti, informan ini sulit di datangi yang disebabkan mayoritas

penduduk disana bersuku cina, tetapi karena peneliti didampingi petugas yang telah

dikenal informan sehingga informan mau menerima peneliti untuk melakukan

wawancara.

Setelah selesai mewawancari informan ketiga, peneliti melanjutkan ke

informan keempat, informan ini bersuku melayu yang bertempat tinggal di Kelurahan

Pekan Labuhan. Informan ini mempunyai pekerjaan sebagai penarik becak.

Universitas Sumatera Utara


Wawancara di kedai kopi sehingga informan merasa leluasa untuk menggungkapkan

jawaban yang peneliti ajukan.

Informan yang terakhir ada di Kelurahan Besar yang bekerja sebagai

pedagang ikan di pasar. Informan bersuku jawa. Pada saat wawancara di lakukan sore

hari di rumah informan setelah informan pulang dari jualan di pasar.

Setelah selesai dengan informan terakhir, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa dari ke-5 informan yang telah di wawancarai oleh peneliti mengenai perilaku

terhadap MOP, peneliti merasa sudah mencukupi darimana yang diharapkan oleh

peneliti sendiri terhadap materi dalam penelitian ini. Wawancara pada selruh

informan dilakukan selama 3 hari, yaitu 2 informan pada hari pertama, 2 informan

pada hari kedua, dan 1 informan pada hari ketiga.

3.4. Hambatan-Hambatan Yang Mewarnai Penelitian

Walaupun proses penelitian secara keseluruhan berlangsung sesuai dengan

harapan peneliti, tetapi sebagaimana manusia terbatas yang masih berada dalam suatu

proses pembelajaran, peneliti tetap saja menemukan ataupun merasakan adanya

hambatan-hambatan yang membuat peneliti sadar bahwa memang demikian suatu

proses kehidupan itu harus berlangsung.

Wawancara yang sulit dilakukan yaitu pada saat peneliti mau mewawancarai

informan yang bersuku cina. Hal ini disebabkan di masyarakat masih adanya

perbedaan yang besar antara mereka yang pribumi dan non-pribumi. Para non-

pribumi dalam hal yang bersuku cina biasa hanya mau terbuka pada orang-orang

sudah mereka kenal dan mereka dapat mempercayai orang tersebut, sehingga pada

Universitas Sumatera Utara


saat wawancara peneliti meminta petugas BKKBN untuk mendampingi selama

wawancara di lakukan.

3.5. Metode Pengumpulan Data


3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam

(indepth interview) dengan panduan pertanyaan yang telah disusun. Informan yang

terpilih diwawancarai pada waktu yang terpisah. Untuk membantu penelitian dalam

mengingat hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menggunakan alat bantu yaitu

alat tulis dan tape recorder.

3.5.2. Data Sekunder

Untuk melengkapi data dari lapangan, peneliti juga mengambil data dari

Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan.

3.6. Defenisi Operasional

1. Umur adalah usia informan yang menjadi akseptor pria dengan metode Medis

Operasi Pria (MOP).

2. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir informan, dikelompokkan atas :

- Sekolah Dasar (SD)

- Sekolah Menengah Pertama (SMP)

- Sekolah Menengah Umum (SMU)

- Akademi / Perguruaan Tinggi

3. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang ditekuni informan dan merupakan sumber

pendapatan bagi informan, dikelompokkan atas :

- Tani

Universitas Sumatera Utara


- Tarik becak

- PNS / ABRI

- Pegawai swasta / BUMN

- Dagang / Wiraswasta

4. Penghasilan keluarga adalah jumlah penghasilan keseluruahn keluarga yang

dihitung dalam sebulan.

5. Petugas Kesehatan adalah tenaga medis yang bekerja di bawah Dinas

Kesehatan.

6. Media Cetak adalah sarana penyampaian informasi yang dapat berupa koran,

majalah, brosur atau leaflet

7. Media Elektonik adalah sarana penyampaian informasi yang dapat berupa

televisi atau radio.

8. Keluarga adalah orang terdekat yang masih mempunyai hubungan darah dengan

informan.

9. Teman adalah orang yang berada disekitar dan dikenal oleh informan.

10. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui pria tentang MOP (Medis Operasi

Pria).

11. Sikap adalah tanggapan pria tentang MOP (Medis Operasi Pria).

12. Akseptor KB adalah keikutsertaan pria dalam program KB MOP (Medis

Operasi Pria).

Universitas Sumatera Utara


3.7. Teknik analisis dan Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan alat bantu EZ-Test versi 3.06. analisis data

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kemudian dibandingkan

dengan teori dan kepustakaan. Data akan disajikan dalam bentuk matriks menurut

variabel yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan

Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat

berkembang mejadi kota, yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan. Berada di

satu tanah datar atau medan, di tempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli,

yang diwaktu itu dikenal sebagai ”Medan Putri”, tidak jauh dari jalan Putri Hijau

sekarang.

Di tahun 1981, Medan dijadikan Kotapraja, tetapi tidak termasuk didalamnya

daerah kota Matsun dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan

Kesultanan Deli. Ketika itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa, dan terdiri

dari 409 orang bangsa Eropa, 25.000 orang bangsa Indonesia, 8.269 orang bangsa

Cina dan 130 orang bangsa Asia lainnya.

Dengan keputusan Gurbernur Provinsi Sumatera Utara Nomor. 66/III/PSU,

terhitung dimulai tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan di perluas tiga kali

lipat. Keputusan tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan No. 21. tanggal 29

September 1951, yang menetapkan Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4

Kecematan yaitu : Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan

Kecamatan Medan Baru.

Kemudian melalui Undang–undang Darurat No. 7 dan 8 Tahun 1956,

dibentuk di Provinsi Sumatera Utara Daerah-daerah Tingkat II, antara lain Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


Deli Serdang dan Kotamadya Medan. Namun untuk mampu menampung laju

perkembangan maka perlu perluasan daerah sesuai Peraturan Pemerintah No. 22

Tahun 1973, dimasukkan beberapa bagian dari Kabupaten Deli Serdang ke dalam

Kota Madya Medan hingga menjadi 26.510 Ha. Dalam beberpa kurun waktu telah

turun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang menyatakan tentang pemekaran

beberapa Kecamatan dan Kelurahan di Kotamadya Medan. Sehingga yang tadinya

terdiri dari 11 Kecematan menjadi 19 Kecamatan dan perkembangan terakhir

Wilayah Kotamadya Medan secara administrasi dibagi atas 21 Kecamatan yang

mencakup 121 Kelurahan.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Medan berubah menjadi Daerah Kota

Medan.

Kota Medan merupakan salah satu dari 17 Daerah Tingkat II di Sumatera

Utara dengan luas daerah 265,10 Km². Kota ini merupakan pusat pemerintah Tingkat

I Sumatera Utara yang berbatasan denga Kabupaten Deli Serdang di Sebelah Utara,

Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara

dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur serta berada pada 2,5 – 37,5 meter diatas

permukaan laut.

4.1.2. Data Demografi Kota Medan

Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa jumlah

penduduk yang besar baru menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan

Nasional hanya bila penduduk yang besar tersebut berkualitas baik. Namun dengan

pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan

Universitas Sumatera Utara


secara layak dan merata. Ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang

tinggi tidak mudah untuk dicapai.

Sejak tahun 1990 penduduk kota Medan mengalami kenaikan yang cukup

nyata hingga ke tahun 2000 yaitu berdasarkan Sensus Penduduk dari 1.730.725 jiwa

pada tahun 1990 menjadi 1.898.013 jiwa di tahun 2000, yang berjenis kelamin laki-

laki berjumlah 939.036 jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah

958.977 jiwa.

Sementara distribusi jumlah penduduk dirinci menurut Agama dapat

dikategorikan bahwa yang beragama Islam sebanyak 66,68 %, Kristen 20,23 %,

Budha 8,72 %, Hindu 1,48 % dan yang lainnya 2,89 %. (BPS – Medan 2001).

4.2. Gambaran Informan

4.2.1. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini diperoleh 5 orang informan yang bertempat tinggal

dibeberapa kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan, yaitu : kelurahan sei mati,

kelurahan tangkahan, kelurahan martubung, kelurahan besar, kelurahan pekan

labuhan. Berdasarkan karakteristik yang meliputi : nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak diperoleh hasil yang dapat dilihat

dalam tabel 4.1 di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik

Pendapat Penghasil
N Infor Umur Pendidi Jlh
Suku Pekerjaan an/bln an/Bln
o man (tahun) kan Anak
(Rp) (Rp)
1 1 56 Jawa SMA Wiraswasta 800.000 1.000.000 5
2 2 45 Batak SMP Wiraswasta 600.000 1.000.000 4

3 3 40 Melayu SMP Penarik 450.000 600.000 4


Becak
Penarik
4 4 44 Batak SMA 300.000 650.000 3
Becak
5 5 49 Cina SMA Wiraswasta 1.000.000 1.500.000 4

Dari tabel 4.1 diatas memperlihatkan bahwa informan berumlah 5 orang yang

mana seluruhnya adalah pria atau kepala rumah tangga. Dilihat dari usianya mulai

dari 40 tahun sampai dengan 39 tahun dengan jumlah anak lebih dari satu orang dan

pendapatan informan bervariasi mulai dari Rp. 300.000,- sampai dengan Rp.

1.000.000,- per bulannya, sedangkan penghasilan keluarga bervariasi mulai dari Rp.

600.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,- per bulannya. Pekerjaan informan adalah

bawa becak dan wiraswasta, dimana pendidikannya bervariasi mulai dari SMP

sampai dengan SMA. Informan berasal dari suku batak, cina, jawa dan melayu.

Seluruh wawancara dilakukan di rumah dan tempat berjualan informan

dengan memperhatikan waktu yang cocok, sehingga tidak mengganggu aktivitas

informan. Dari pengamatan yang dilakukan, umumnya informan menjawab

pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peneliti dengan suasana hati yang terbuka

mengenai Kontap Pria (Vasektomi) sesuai dengan pengalaman mereka.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Matriks Distribusi Informan
I. Pengetahuan
Distribusi informan berdasarkan pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Matriks Pengetahuan Mengenai Program Keluarga Berencana yang di


Canangkan Pemerintah.
Matriks 4.1. Pengertian Keluarga Berencana, Tujuan Keluarga Berencana,
Manfaat Keluarga Berencana, Jenis Kontrasepsi, Sipemakai Alat Kontrasepsi,
Pelaksanaan Pemasangan Alat Kontrasepsi, Alasan Penggunaan Alat
Kontrasepsi dan Keharusan Mengikuti Program Keluarga Berencana Dalam
Keluarga.
Macam-macam alat KB seperti suntik dan pil KB, soalnya istri
saya pernah pakai keduanya dek, kita masyarakat dianjurkan KB
Informan 1 ya supaya jangan banyak anak. Setahu saya, kalau anak sudah dua
orang kita harus KB dek, anak saya empat karena waktu itu dari
anak pertama sampai anak saya ketiga semuanya perempuan jadi
waktu itu saya gak mau istri KB, gitu dek.
Suntik, Pil dan kondom dek, mamak anak-anak kata bidan
puskesmas disuruh pake’ suntik biar gak lupa-lupa, tapi kadang-
Informan 2 kadang dia juga suka lupa makanya anak kami banyak dek. Kata
pemerentah supaya tidak tambah anak, kita harus suntik KB dek.
Kalau kami orang batak, banyak anak banyak rejeki makanya
anak saya empat orang
Yang pernah saya dengar dari istri, suntik, kondom dan pil KB
wajib untuk ibu-ibu, seperti istri saya disuruh suntik KB sama ibu
bidan dipuskesmas dekat rumah kami. Pemerintah buat cara itu
Informan 3 supaya semua keluarga di indonesia gak banyak anaknya, 2 aja
sudah cukup. Saya senang banyak anak dek, biar rame orang
dirumah, makannya anak saya umurnya agak jarak antara
kakaknya dengan anak adeknya.
Contohnya spiral, kondom, pil dan suntik buk, mamaknya anak-
anak pake’ pil, kalau ditempat kami pil bisa diambil sama kader
Informasi 4 dari puskesmas kata istriku. Pemerintah dalam satu keluarga
maksimal anak cukup dua saja, tapi karena dua sikit kali aku sama
istri nambah satu lagi buk.
Pil KB, suntik sama kondom dek, pemerintah nganjurin
perempuan yang sudah kawin untuk KB. Istri saya kepuskesmas
Informan 5 kalau mau suntik. Program pemerintah cukup 2 anak saja. Saya
dan istri kami KB supaya anak tidak terlalu dekat umurnya
sikakak dengan adek-adeknya, gitu dek.

Universitas Sumatera Utara


Dari matriks di atas dapat dilihat, bahwa semua informan sedikit banyak

mengetahui jenis – jenis alat kontrasepsi dan jenis apa yang di gunakan oleh istrinya.

Dan ke 5 informan mengetahui Program Keluarga Berencana yang dicanangkan

pemerintah, walaupun ke 5 informan dikategorikan memiliki anak lebih dari 2 orang.

2. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Cara Ber-KB Mantap


Matriks 4.2. Pengalaman Informan tentang Pengaruh Vasektomi Pada
Hubungan Suami Istri, Awal melakukan MOP, dan Sampai kapan MOP
dipergunakan.
Saya melakukan operasi (vasektomi) lebih kurang sudah 10 tahun
Informan 1 dek, kayaknya tidak mengganggu karena istri saya tidak pernah
mengeluh kalau kami melakukan hubungan suami istri. Mugkin KB
ini akan selamanya saya pertahankan dek.
Operasi itu saya lakukan dari tahun 2001 dek, istripun gak pernah
ngeluh macam-macam selama ini, jadi gak pengaruh operasi itu
Informan 2
dengan waktu saya dengan istri melakukan hubungan suami istri.
Rencananya saya akan terus pake cara KB ini, soalnya sayang
istriku harus sering kepuskesmas.
Saya di operasi waktu itu sudah 5 tahun buk, memang sebenarnya
Informan 3 waktu pertama kali setelah operasi agak sedikit terganggu tapi
selanjutnya istri gak pernah mengeluh buk, cara KB ini untuk
seumur hidup saya pertahankan.
Sejak tahun 2001 saya melakukan vasektomi buk, awalnya
hubungan suami istri agak terganggu karena setelah dioperasi
Informasi 4 terjadi pembengkakan selama dua minggu, setelah itu saya
kedokter dan saya diberi obat. Tapi sampai sekarang tidak ada
keluhan lagi, saya melakukan vasektomi supaya istri juga gak perlu
lagi merasakan bosan minum pil KB.
Kontap pria yang sudah saya lakukan sejak 8 tahun lalu, hubungan
Informan 5 suami istri sampai saat ini lancar-lancar saja dek dan KB ini akan
terus saya pertahankan seumur hidup biar istri gak perlu lagi ke
puskesmas untuk disuntik sama bidan.

Dari matriks di atas terlihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa

informan mulai menjadi Akseptor KB pria ada yang sudah menjalani selama 5 tahun

dan yang paling lama menjadi akseptor 10 tahun. Dari ke 5 informan 3 informan tidak

merasa terganggu dalam melakukan hubungan suami istri, sedangkan 2 informan

Universitas Sumatera Utara


lainnya menyatakan bahwa pada awal setelah operasi ada sedikit terganggu, namun

selanjutnya informan menyatakan bahwa tidak ada lagi gangguan setalah diobati dan

dalam melakukan hubungan suami istri pun tidak lagi mengalami kendala. Semua

informan juga menjelaskan ingin meringankan beban istri yang selama ini rutin

menjalani KB, makanya informan berusaha untuk selamanya menjadi akseptor KB.

3. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Sumber Informasi Cara Menjadi


Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.3. Sumber Informasi Informan Tentang Cara Mendapatkan
Informasi Untuk menjadi Akseptor KB dengan Medis Operasi Pria (MOP).
Saya tahu dari teman yang sudah lebih dulu melakukan operasi
Informan 1 ini, teman saya bilang kalau saya berminat untuk melakukan
operasi ini saya disuruh menjumpai petugas di puskesmas.
Waktu itu istri saya mendapat penjelasan dari petugas
dipuskesmas tempat biasa dia mau suntik KB, kata petugas
Informan 2 disitu kalau istri tidak perlu suntik lagi kalau suami mau
melakukan operasi itu. Setelah itu saya kepuskesmas untuk
bertanya langsung kepada petugas tentang operasi itu.
Informan 3 Saya dapat informasi waktu itu dari petugas KB yang ada
dikelurahan dekat rumah saya dek.
Informasi 4 Informasi tentang vasektomi saya dapatkan dari petugas
puskesmas dekat rumah kami yang juga tetangga saya.
Saya tahu dari dokter langganan saya, itupun saya waktu itu
Informan 5 kurang begitu tertarik, tapi karena banyak hal yang harus kami
pikirkan untuk masa depan anak-anak, saya memutuskan untuk
melakukan operasi itu.

Dari matriks di atas, terlihat pada ke 5 informan menyatakan bahwa selain

irformasi didapat dari lingkungan terdekatnya, informan mendapat informasi

mengenai syarat-syarat menjadi Akseptor KB dengan Metode Operasi Pria ini dari

petugas puskesmas dan dokter.

Universitas Sumatera Utara


4. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Informasi yang Diperoleh Sebelum
Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.4. Jenis Informasi, Syarat Mendapatkan Pelayanan Kontrasepsi Pria,
Nasehat Sebelum Tindakan Medis Operasi Pria, dan Efek Samping yang
didapat Informan Untuk menjadi Akseptor KB dengan Medis Operasi Pria
(MOP).
Syarat-syarat menjadi Akseptor KB dengan MOP ini, kata
petugasnya, anak minimal 2 orang dan harus melakukan
pemeriksaan fisik supaya petugas tahu kondisi saya sebelum
melakukan operasi. Nasehat yang diberikan oleh petugas
sebelum dilakukan operasi misalnya: Tidur yang banyak,
mencukur rambut dibagian kemaluan, bawa surat persetujuan
dari istri dan waktu ke puskesmas saya harus diantar sama
Informan 1
orang rumah. Keuntungannya : istri tidak mungkin hamil lagi,
operasi dilakukan sekali untuk selamanya dan tidak
mengganggu hubungan kami dalam melakukan hubungan
suami istri. Kelebihannya : Aman dan yang pasti karena gratis /
gak bayar dek. Gak ada efek samping kata dokternya, tapi kalo
komplikasi dari operasi ada dek, bisa aja pendarahan atau
pembengkakan.
Syaratnya kami suami istri harus saling setuju, jadi saya harus
membuat surat pernyataan dari istri, bahwa istri menyetujui
saya dioperasi, saya harus dalam keadaan sehat, sebelum di
operasi sebelumnya saya harus banyak istirahat, waktu kerumah
sakit saya harus ada yang menemani, keuntungannya banyak
Informan 2
dek, salah satunya istri gak perlu takut lagi bisa hamil. Kalo
kelebihannya : dilakukan hanya satu kali saja seumur hidup dan
tidak bayar. Kayaknya gak ada efek samping, kalo
komplikasinya bisa pendarahan kata petugasya, itupun kalo
saya mengikuti aturan yang petugas sampaikan.

Universitas Sumatera Utara


Kalau tidak salah syarat melakukan operasi ini sudah
mempunyai anak 2 orang. Nasehatnya sehari sebelum operasi
harus istirahat yang cukup dan hari waktu operasi harus
Informan 3 ditemani oleh keluarga. Kelebihannya : praktis dan ekonomis
(maksudnya gratis, dek) kalo keuntungannya : istri gak bakalan
mungkin hamil lagi kata petugasnya. Komplikasi yang mungkin
terjadi, bisa pendarahan, kalau efek sampingnya tidak ada.
Syarat-syaratnya suatu keluarga itu harus sudah memiliki anak
minimal 2 orang. Nasehat sebelum melakukan operasi : harus
siap bahwa operasi ini untuk seumur hidup, istri harus setuju.
Kalau kelebihannya : aman dan ekonomis sedangkan
Informasi 4 keuntungannya : istri tidak perlu payah-payah untuk ber-KB
dan tidak ada kendala ketika melakukan hubunan suami istri.
Kata petugasnya, kalau tidak hati-hati dalam perawatannya bisa
saja terjadi pendarahan, tapi kalau efek samping kayaknya gak
ada dek.
Syaratnya minimal sudah dianugerahkan 2 orang anakdan harus
sehat badan, nasehat sehari sebelum dilakukan operasi, saya
harus banyak istirahat, cukur rambut disekitar kemaluan,
membawa surat izin dari isti. Keuntungan: dapat digunakan
Informan 5
untuk seumur hidup, istri gak mungkin hamil lagi trus kalau
kelebihannya, kata dokter sih aman dan yang pasti gratis.
Komplikasinya bisa pendarahan, kalau saya tidak mengikuti
aturan yang dokter katakan. Efek sampingnya gak ada dek.

Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan mengetahui syarat-

syarat untuk menjadi akseptor KB, seperti : minimal sudah memiliki 2 orang anak,

ada izin dari suami dan kesehatan si informana harus sehat. Adapun nasehat yang

diberikan oleh petugas kepada ke 5 informan yaitu harus banyak istirahat sehari

Universitas Sumatera Utara


sebelum dilakukan operasi medis ini, mencukur rambut diddaerah kemaluan dan

waktu akan melakukan operasi medis ini harus ditemani oleh salah seorang dari

keluarga informan. Tentang keuntungan dan kelebihan dari operasi medis ini, ke 5

informan menyatakan istri tidak hamil lagi dan dapat digunakan seumur hidup,

sedangkan kelebihannya : 4 informan menyatakan bahwa operasi medisini aman dan

gratis sedangkan seorang informan menyatakan kalau operasi medis ini praktis dan

gratis. Ke 5 informan menyatakan komplikasi yang mungkin terjadi adalah

pendarahan atau pembengkakan. Dan menurut informan bahwa operasi medis ini

tidak mempunyai efek samping.

5. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Yang Merekomendasikan Untuk


Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.5. Pengalaman Informan Ketika di Rekomendasikan Menjadi
Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP) atas Anjuran.
Istri dan anak saya yang pertama, istri saya sangat setuju
Informan 1 ketika saya ceritakan bahwa teman saya, ada yang sudah
melakukan operasi medis ini.
Istri saya yang menganjurkan agar saya mau melakukan
Informan 2 operasi medis ini, istri mendapatkan informasi ini dari bidan
puskesmas.
Awalnya dari petugas puskesmas, lalu saya ceritakan sama
Informan 3 istri apa yang saya dapat dari petugas puskesmas kepada istri,
lalu istri menyerahkan sepenuhnya kepada saya.
Informasi 4 Saya dianjurkan oleh petugas puskesmas dekat rumah kami,
yang juga tetangga saya.
Informan 5 Saya dianjurkan oleh dokter langganan saya, dan istripun
sangat setuju dengan keputusan saya.

Dari matriks diatas didapat bahwa ada 2 orang informan menyatakan istri dan

teman dekat untuk menjadi akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP),

2 orang informan menyatakan petugas puskesmas untuk menjadi akseptor KB dengan

Universitas Sumatera Utara


Metode Medis Operasi Pria (MOP) dan seorang informan menyatakan dari dokter,

untuk menjadi akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

II. Sikap

Distribusi informan berdasarkan sikap adalah sebagai berikut :

6. Matriks Sikap Informan Tentang Informasi yang di Berikan Petugas


Kesehatan Untuk Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi
Pria (MOP)
Matriks 4.6. Sikap Informan Tentang Informasi yang Di Berikan Petugas
Puskesmas Untuk Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria
(MOP).
Menurut saya dek, informasi yang dijelaskan petugas puskesmas
Informan 1
itu sangat bagus, tapi kayaknya masih belum begitu bisa diterima
di masyarakat kita dek
Saya setuju dengan yang dibilang bapak petugas itu, bahwa
Informan 2 menjadi peserta Kb pria ini aada keuntungannya, setidaknya istri
gak perlu takut hamil lagi kalau kami melakukan hubungan suami
istri.
Pendapat saya pertama agak-agak merasa takut kalau setelah
Informan 3 operasi, waktu melakukan hubungan tidak enak lagi, tapi setelah
dijelaskan oleh petugas yang dipuskesmas itu baru saya dapat
mengerti.
Informasi yang disampaikan petugas puskesmas saya rasa sangat
Informasi 4
jelas dan membuat saya yakin, bahwa cara ini sangat bagus untuk
masa depan keluarga kami.
Informasi yang dikasih dokter langganan saya sangat bagus, tapi
Informan 5 saya sempat takut juga dengan isu tentang impoten yang pernah
saya dengar dimasyarakat tentang vasektomi tapi semua itu tidak
sama dengan kenyataan setelah dilakukan
Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 4 orang informan menyatakan

setuju dengan informasi yang diberikan petugas puskesmas mengenai Kontrasepsi

Pria dengan menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP), sedangkan seorang

informan lain menyatakan setuju dengan informasi yang diberikan dokter mengenai

Kontrasepsi Pria dengan menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

Universitas Sumatera Utara


7. Matriks Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah,
Tapi Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria
(MOP)
Matriks 4.7. Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah,
Tapi Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Wajar dek, KB dengan operasi ini ini kan kalau kita dengar sekilas
aja agak sedikit gimana gitu, dan mungkin juga banyak
Informan 1 masyarakat yang terlalu sibuk cari duit, jadi mereka banyak gak
peduli dengan dengan info yang diadakan pemerintah, atau
mungkin juga mereka pikir yang nama KB ya Cuma untuk istri
saja.
Informan 2 Saya rasa mereka itu belum tau aja atau juga karena takut.

Saya beranggapan wajar saja buk, karena mungkin mereka belum


Informan 3 tahu bagaimana Metode Medis Operasi Pria itu. Dan mungkin
pemerintah harus lebih banyak promosi kayak waktu program KB
yang di TV itu.
Informasi 4 Mungkin bapak-bapak yang lain itu masih takut karena ada isu-isu
yang bilang bahwa operasi itu bisa menyebabkan impoten.
Informan 5 Ya mungkin karena gosip dimasyrakat dek, bahwa vasektomi bisa
menyebabkan para pria impoten.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 3 orang informan menyatakan

banyaknya isu-isu tentang Vasektomi yang bisa menyebabkan impoten bila

melakukan operasi ini. Sedangkan 2 orang informan lagi menyatakan bahwa masih

ada yang belum tahu, takut dan kesibukan masyarakat kita sehingga tidak begitu

peduli dengan informasi Metode Medis Operasi Pria ini.

Universitas Sumatera Utara


8. Matriks Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada
Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.8. Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada
Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Petugas puskesmas bilang, komplikasi bisa terjadi kalau kita tidak
Informan 1 mengikuti petunjuk yang telah disampaikan, komplikasinya seperti
pendarahan dan agak-agak bengkak di daerah kemaluan. Tapi saya
gak ada masalah waktu itu.
Informan 2 Kata petugasnya gak ada komplikasi dan saya pun merasa aman-
aman saja dek.
Petugas itu bilang, kalupun terjadi komplikasi mungkin hanya
Informan 3
pembengkakan saja, itupun jarang terjadi. Dan saya tidak
mengalami apa-apa dek.
Saya mengalami pendarahan waktu itu, tapi hanya pada dua
Informasi 4 minggu pertama saja, tapi sekarang gak apa-apa lagi setelah
diberikan obat. Itu terjadi karena saya lupa dengan yang sudah
dianjurkan petugas untuk lebih hati-hati dalam perawatannya.
Dokter saya bilang, komplikasi yang mungkin terjadi pada saya
Informan 5
bisa pendarahan atau semacam peradangan, tapi sangat kecil
kemungkinan terjadi. Dan hal itu gak terjadi pada saya.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa ke 5 orang informan menyatakan

komplikasi yang mungkin terjadi pada peserta akseptor KB dengan Metode Medis

Operasi Pria ini seperti : pendarahan dan peradangan, itu terjadi apabila pasien tidak

mengikuti petunuk yang telah disampaikan oleh dokter dan petugas kesehatan.

9. Matriks Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor


KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.9. Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor
KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Informan 1 Kayaknya sampai sekarang tidak ada pengaruh apa – apa dek, istri
saya pun tidak pernah mengeluh apa-apa selama ini.
Informan 2 Saya merasa lebih aman, karena saya yang di KB dan istri saya pun
merasa aman saja dek.
Menurut saya, kontrasepsi pria sangat menguntungkan buat saya dan
Informan 3
istri, karena kami suami istri sama-sama merasa aman dan tidak lagi
mengeluarkan biaya untuk KB yang dulu biasa dijalani istri saya.
Informasi 4 Selama ini hubungan kami semakin mesra dan saya bersama istri
merasa aman waktu melakukan hubungan suami istri.
Informan 5 Selama ini dek, tidak ada pengaruh pada hubungan suami istri, tapi
mudah-mudahan gak ada efek sampingnya untuk kedepannya.

Universitas Sumatera Utara


Dari matriks diatas dapat dilihat, ke 5 orang informan menyatakan bahwa

selama ini tidak ada pengaruh apa-apa sewaktu para informan melakukan hubungan

suami istri, dan informan juga merasa aman dan informan menyatakan tidak perlu

mengeluarkan biaya, untuk KB yang dulu dilakukan oleh istrinya.

10. Matriks Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor KB Dengan
Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.10. Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor KB Dengan
Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Informan 1 Isu bisa impoten itu gak benar dek, operasi ii tidak berpengaruh sama
pria.
Informan 2 Tidak benar Isu itu.

Mengenai isu itu gak benar buk, waktu sebelum saya dioperasi saya
Inforan 3 juga pernah berpikiran seperti itu, tapi setelah saya sudah
mengalaminya sendiri. Kalau operasi ini tidak berpengaruh pada
kejantanan pria.
Kenyataan yang saya alami tidak seperti yang di isukan oleh
Informasi 4 masyarakat kita buk. Jadi sebaiknya pemerintah lebih banyak
melakukan pendekatan pada masyarakat kita.
Sepertinya itu hanya isu aja dek, kalau pria bisa impoten karena
Informan 5 operasi itu, jadi pemerintah harus tanggung jawab kalau sempat
terjadi hal seperti itu.

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 5 orang informan menyatakan tidak

setuju dengan isu yang beredar di masyarakat kita. Dan dari mereka juga menyatakan

bahwa kejantanan seorang pria sama sekali tidak dipengaruhi oleh tindakan

vasektomi. Semua nforman dapat menyatakan hal tersebut karena inforaman telah

membuktikannya dengan cara menjadi Akseptor KB.

Universitas Sumatera Utara


III. Tindakan

Distribusi informan berdasarkan sikap adalah sebagai berikut :

11. Matriks Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi


Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.11. Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi
Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)
Informan 1 Waktu itu umur saya sekitar 46 tahun buk.

Informan 2 Pada umur 38 tahun

Informan 3 Usia 35 tahun

Informasi 4 Saat itu umur saya 37 tahun

Informan 5 Umur saya waktu melakukan operasi sekitar 41 tahun

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 5 orang informan, seorang informan

menyatakan sudah menjalani 5 tahun, 2 orang informan menyatakan sudah 7 tahun,

seorang informan menyatakan sudah 8 tahun dan ada informan yang menyatakan

sudah menjalani selama 10 tahun.

12. Matriks Tindakan Informan Tentang Kontarsepsi Pria Dengan Metode


Medis Operasi Pria (MOP)
Matriks 4.12. Tindakan Informan Tentang Kontrasepsi Pria Dengan Metode
Medis Operasi Pria (MOP)
Istri dan anak saya. Saya memilih mengikuti KB ini, karena
kebutuhan rumah tangga yang semakin hari semaki banyak buk,
maklumlah penghasilan saya tidak tetap, kadang ada kadang tidak
ada. Untung anak saya ada yang sudah kerja dipercetakan dan di
Informan 1 swalayan, jadi kebutuhan untuk sebulan lumayanlah buk. Operasi
ini biasanya dilakukan di lakukan di puskesmas atau rumah sakit
dan yang melakukan operasinya dokter buk. Setelah operasi saya
dikasih tahu petunjuk perawatan lukanya dari petugas puskesmas
itu. Kalau terjadi pendarahan ya ke puskesmas saja.

Universitas Sumatera Utara


Istri saya. Saya melakukan ini selain karena sayang sama istri yang
selalu harus kepuskesmas untuk ber KB, dan juga karna faktor

Informan 2 ekonomi. Operasi waktu itu dilakukan di puskesmas dan yang


mengoperasikan dokternya. Selesai dioperasi asisten dokternya
jelasin cara perawatan lukanya. Kalau pendarahan, ya harus di
obati ke puskesmas atau kerumah sakit dek.
Petugas puskesmas, lalu saya ceritakan semuanya sama istri yang
dikatakan petugas puskesmas itu. Dan istripun sangat setuju, saya
mau mngikuti KB ini karena kebutuhan dapur yang makin hari

Informan 3 makin banyak buk, walaupun istri bantu-bantu juga untuk


mencukupi kebutuhan kami. Operasi saya lakukan di puskesmas
dan yang melakakan operasinya dokter. Setelah dioperasi
perawatnya menjelaskan cara-cara merawat lukanya. Kalau terjadi
pendarahan ya ke puskesmas atau kerumah sakitlah buk.
Saya dianjurin sama petugas puskesmas yang kebetulan tetangga
dekat rumah saya. Saya mau melakukan operasi ini karena, saya
merasa lebih baik saya saja yang ber KB dari pada istri saya, biar
Informasi 4 menghemat biaya buk. Saya melekukan operasinya di puskesmas
dan yang melakukan operasiya dokter. Siap dioperasi saya dikasih
tahu cara merawat luka oleh perawatnya. Perawat bilang kalau ada
terjadi pendarahan, saya disuruh secepatnya kerumah sakit atau
kepuskesmas yang terdekat.
Saya dianjurin oleh dokter langganan saya, dan istripun sangat
setuju dengan keputusan saya. Faktor ekonomi yang makin hari
makin gak nentu, kadang ada kadang tidak. Saya melakukan
operasi di puskesmas dan yang mengoperasi saya waktu itu dokter
Informan 5 dan ada seorang perawat. Lalu setelah operasi perawat
menjelaskan cara perawatan lukanya, dan setelah satu minggu saya
disuruh datang lagi untuk kontrol ulang. Dan kalau terjadi
pendarahan atau peradangan saya akan kerumah sakit atau
kepuskesmas.

Dari matriks di atas didapat bahwa dari 5 orang informan, 4 orang informan

menyatakan bahwa yang menganjurkan informan untuk menjalani operasi yaitu istri

Universitas Sumatera Utara


dan atas informasi yang di sampaikan oleh petugas puskesmas, alasan informan

melakukan operasi ini adalah faktor ekonomi yang semakin hari semakin banyak,

seorang informan lagi melakukan operasi di puskesmas dan yang melakukan operasi

tersebut adalah dokter, setalah dioperasi para inforaman di beri penjelasan tentang

cara perawatan luka, dan apabila terjadi pendarahan para informan menyatakan akan

langsung ke puskesmas ataupun ke rumah sakit. Sedangkan seorang informasi lagi

menyatakan bahwa yang menganjurkan untuk melakukan vasektomi adalah dokter

langganan informan dan atas persetujuan istri. alasan informan melakukan operasi ini

adalah faktor ekonomi yang semakin hari semakin banak, inforaman melakukan

operasi di puskesmas dan yang melakukan operasi tersebut adalah dokter dan

perawat, setalah dioperasi inforaman di beri penjelasan tentang cara perawatan luka

dan melakukan kontrol ulang setelah satu minggu, dan apabila terjadi pendarahan

informan menyatakan akan langsung ke puskesmas ataupun ke rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

Program KB paradigma baru telah mengarah dan berorientasi kepada

kesetaraan dan keadilan gender, yang berarti kesetaraan ber-KB bagi pria (suami)

maupun wanita (istri), yang menjadi masalah adalah masih rendahnya partisipasi pria

(suami) dalam hal kehidupan reproduksi mereka, antara lain masih ditandai dengan

rendahnya kesertaan KB pria. Pada hakekatnya, rendahnya peserta KB pria

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : kurangnya dukungan politis, sosial,

budaya dan keluarga agar pria (suami) mempergunakan alat / cara kontrasepsi, serta

kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari para pria (suami) yang dimungkinkan

karena rendahnya akses mereka terhadap informasi.

Partisipasi pria (suami) baik dalam praktek KB maupun dalam pemeliharaan

kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian martenal hingga saat ini

masih rendah, hal ini tercermin dari penggunaan kondom (0,7%), vasektomi (0,4%),

senggama terputus (0,8%) dan pantang berkala (1,1%) (SDKI, 1997).

Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi

pria. Disamping itu juga disebabkan rendahnya dukungan politis dari para pengambil

keputusan, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta adanya hambatan sosial budaya

dan keluarga. Pria bertanggung jawab dalam KB dan kesehatan reproduksi yang

dapat melindungi pria (suami) dan keluarganya dalam segi ekonomi, gizi, kesehatan

serta penggunaan kontrasepsi. Upaya memperbaiki komunikasi antara pria (suami)

dan wanita (istri) mengenai isu seksualitas. Kesehatan reproduksi dan pengertian atas

tanggung jawab bersama sangat penting, sehingga pria (suami) dan wanita (istri)

Universitas Sumatera Utara


merupakan pasangan yang sejajar dalam kehidupan masyarakat maupun pribadi

(BKKBN Prov.SU, 2008).

5.1. Pengetahuan Informan


Untuk mengetahui gambaran pengetahuan informan, maka peneliti

melihat dari :

a. Program Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh Pemerintah

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan diketahui bahwa seluruh informan

mengetahui program keluarga berencana yang dicanangkan pemerintah. Seperti yang

diungkapkan informan berikut ini :

” macam-macam alat KB seperti suntik dan pil KB, soalnya istri saya pernah pakai
keduanya dek, kita masyarakat dianjurkan KB ya supaya jangan banyak anak”.
Hal senada juga diungkapkan oleh informan berikut :

” suntik, pil KB dan kondom dek, mamak anak-anak kata bidan dipuskesmas
disuruh pake’ suntik biar gak gampang lupa. Kata pemerintah supaya tidak
tambah anak lagi ”.
Seperti halnya diungkapkan oleh informan berikut :

” contohnya spiral, kondom, pil dan suntik buk. Mamak anak-anak pake’ pil,
kalau ditempat kami pil bisa diambil sama kader dari puskesmas kata istriku.
Pemerintah bilang dalam satu keluarga maksimal dua anak saja ”.
Menurut BKKBN Jakarta (2005), KB adalah singkatan dari Keluarga

Berencana, yang artinya Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan

sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dengan kata lain KB adalah perencanaan

jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi

atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya. Jumlah

Universitas Sumatera Utara


anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai

dicanangkan pada tahun akhir 1970-an. Alat KB merupakan metode yang dapat

dipilih. Sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya, alat ini tidak akan

mengganggu kesuburan atau kesehatan, sehingga diharapkan dapat “diatur” kapan

saat yang baik untuk hamil (dalam batas kemampuan manusia). Semua alat KB ini

tentunya mempunyai keterbatasan, yang kita kenal dengan istilah “kegagalan KB”

(tetap hamil walaupun sudah ber-KB dengan baik).

Metoda menghambat proses pertemuan sperma dengan sel telur:

1. Metode penghalang: kondom (pada pria) dan diafragma (pada wanita), angka

kegagalannya sangat tinggi (efektivitas rendah)

2. Metode menghindarkan sperma dari kelamin wanita: Azl. Angka kegagalan tinggi

karena faktor pengontrolan diri pria pada waktu ejakulasi sering tidak baik.

3. Menutup sebagian jalan yang akan dilalui sperma waktu menuju sel telur:

tubektomi (wanita, memotong sedikit bagian tuba/saluran telur kiri dan kanan),

vasektomi (pria, memotong sedikit bagian vasa/saluran sperma kiri dan kanan).

Sampai saat ini masih merupakan metode teraman, kegagalan paling kecil dengan

efek samping paling minimal. Pembenaran beberapa ulama terhadap metode ini

adalah, “Manusia tak diizinkan mengubah secara permanen ciptaan Allah (dalam

hal ini tubuh manusia). Pada tubektomi dan vasektomi, saluran ini bisa

direparasi/disambung kembali, jadi sifatnya tidak permanen. Juga fungsinya

karena sebenarnya masih bisa punya anak walaupun telah disteril dengan

menggunakan teknik extra tuba seperti bayi tabung/IVF dengan sperma suaminya

sendiri.

Universitas Sumatera Utara


4. Jangan bersanggama pada masa subur: metode kalender/istibra berkala, kegagalan

sangat tinggi karena kesuburan wanita sering tidak teratur.

Metode hormonal, meniru dan mengganggu siklus hormonal wanita sehingga tidak

terjadi kesuburan:

1. Pil, kegagalan sangat rendah asal tak lupa minum.

2. Suntikan, 1 bulan 1 kali, atau 2 bulan 1 kali, atau 3 bulan 1 kali. Dosisnya lebih

tinggi, kerjanya lebih cepat, tetapi mengganggu menstruasi. Kegagalan rendah.

3. Susuk 1 tahun sampai 5 tahun, dipasang secara operatip kecil di bawah kulit.

Kegagalan kecil, kerugian: harus dikeluarkan alatnya bila habis waktu.

4. Dipasang dalam rahim (AKDR: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang

menggunakan hormonal. Kegagalan rendah.

AKDR dengan logam (biasanya tembaga), kerjanya menimbulkan rangsangan sel

darah putih dalam rahim (proses seperti infeksi tapi pada AKDR yang suci hama), sel

darah putih ini akan memakan sel sperma yang lewat. Tembaga juga berfungsi

menghambat proses nidasi dari janin. Kegagalan rendah dan terutama baik untuk

mereka yang pelupa.

b. Pengaruh Vasektomi terhadap Fungsi Seksual Dengan Metode Medis

Operasi Pria (MOP)

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dapat diketahui

bagaimana pengaruh vasektomi terhadap fungsi seksual dalam kehidupan suami istri,

seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


” saya melakukan operasi (vasektomi) lebih kurang sudah 10 tahun dek, kayaknya
tidak mengganggu karena istri saya tidak pernah mengeluh kalau kami melakukan
hubungan suami istri. Mugkin KB ini akan selamanya saya pertahankan dek ”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut ini :

” sejak tahun 2001 saya melakukan vasektomi buk, awalnya hubungan suami istri
agak terganggu karena setelah dioperasi terjadi pembengkakan selama dua
minggu, setelah itu saya kedokter dan saya diberi obat. Tapi sampai sekarang tidak
ada keluhan lagi, saya melakukan vasektomi supaya istri juga gak perlu lagi
merasakan bosan minum pil KB ”.
Menurut BKKBN Prov SU (2008), tindakan Vasektomi tidak mempengaruhi

terhaap fungsi seksual (libido). Karena buah zakar yang menghasilkan hormon tetap

berfungsi dan hormon dialirkan melalui pembuluh darah. Terhadap ereksi juga tiak

berpengaruh, karena persarafan dari aliran darah untuk ereksi terletak dibagian atas

dan batang kemaluan, sehingga tidak akan cedera sewaktu tindakan vasektomi.

Demikian juga terhadap lamanya ereksi sampai terjadi ejakulasi tidak akan terganggu.

c. Sumber Informasi Tentang Cara Menjadi Akseptor KB dengan Metode

Medis Operasi Pria (MOP)

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dapat diketahui

dari mana sumber informasi yang diperoeh oleh informan tentang cara menjadi

Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP), seperti yang diungkapkan

oleh informan berikut ini :

” saya dapat informasi waktu itu dari petugas KB yang ada dikelurahan dekat
rumah saya dek”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


” Informasi tentang vasektomi saya dapatkan dari petugas puskesmas dekat rumah
kami yang juga tetangga saya.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung, pengalaman orang

lain ataupun diperoleh dari informasi yang diperoleh dari orang lain. Informasi

pertama sekali tahu cara menjai Akseptor KB Pria berdasarkan informasi dari petugas

kesehatan, teman dan istri yang telah lebih dahulu melakukan tindakan vasektomi.

Maka pengetahuan diatas didapat informan bukan berdasarkan hasil stimulus karena

mereka mengadopsi langsung dari lingkungannya, sumber informasi merupakan salah

satu determinan pengetahuan dalam proses belajar, sehingga sumber informasi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam berperilaku (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Goode (1999), bahwa disemua masyarakat yang pernah dikenal,

hampir semua orang hidup terikat dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga.

Seseorang disadarkan akan adanya hubungan, karena proses sosialisasi yang sudah

berlangsung sejak masa kanak-kanak yaitu suatu proses dimana ia belajar mengetahui

apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga lain dari padanya, yang akhirnya

menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki. Hal ini sejalan dengan

penelitian ini, dimana pengetahuan informan banyak dipengaruhi oleh anggota

keluarganya sendiri. Pengetahuan informan lebih bersifat pengalaman yang turun

temurun.

Universitas Sumatera Utara


d. Jenis Informasi yang didapat Informan Untuk menjadi Akseptor KB

dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dapat diketahui

jenis informasi yang diperoeh oleh informan untuk menjadi Akseptor KB dengan

Metode Medis Operasi Pria (MOP), seperti yang diungkapkan oleh informan berikut

ini :

” syarat-syarat menjadi Akseptor KB dengan MOP ini, kata petugasnya, anak


minimal 2 orang dan harus melakukan pemeriksaan fisik supaya petugas tahu
kondisi saya sebelum melakukan operasi...”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” syaratnya minimal sudah dianugerahkan 2 orang anakdan harus sehat badan,


nasehat sehari sebelum dilakukan operasi, saya harus banyak istirahat, cukur
rambut disekitar kemaluan, membawa surat izin dari istri ...”.
Syarat untuk mendapatkan pelayanan Kontap Pria, haruslah atas permohonan

pasangan suami istri yang syah, tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun,

telah dianugrahkan 2 (dua) orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 (dua)

tahun dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Setiap

calon peserta Kontap Pria harus memenuhi syarat kesehatan artinya tidak

ditemukannya hambatan atau kontra indikasi untuk menjalani Kontap Pria (BKKBN

Prov SU, 2008).

Nasehat yang diberikan petugas sebelum tindakan vasektomi seperti : Tidur

dan istirahat yang cukup, mencukur rambut didaerah kemaluan sampai bersih,

kemudian mandi dan membersihkan daerah sekitar kemaluan dengan sabun mandi,

memakai celana dalam yang bersih, makan dulu sebelum berangkat keklinik,

Universitas Sumatera Utara


membawa surat persetujuan dari istri yang telah ditanda tangani atau dicap jempol,

datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar dan segera melapor kepada petugas

(BKKBN Prov SU, 2008).

Keuntungan dan kelebihan menjadi Kontap Pria dibandingkan dengan cara

kontrasepsi lainnya keuntungannya seperti : perlindungan terhadap terjadinya

kehamilan sangat tinggi, dapat dipergunakan seumur hidup, tidak mengganggu

kehidupan suami istri dan bila perlu (dengan beberapa alasan) dapat disambung

kembali, sedangkan kelebihannya seperti : lebih aman, lebih praktis, lebih efektif dan

lebih ekonomis (BKKBN Prov SU, 2008).

Tindakan vasektomi ini tidak mempunyai efek samping pada akseptor Kontap

Pria dan komplikasi yang mungkin terjadi pada akseptor Kontap Pria seperti :

pendarahan atau peradangan bila proses sterilisasi alat / proses kurang (BKKBN Prov

SU, 2008).

e. Yang Merekomendasikan Untuk Menjadi Akseptor KB Dengan Metode

Medis Operasi Pria (MOP)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan 2 orang

menyatakan dari istri, 2 orang informan dari petugas kesesatan dan seorang

menyatakan dari dokter, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini :

” Istri saya yang menganjurkan agar saya mau melakukan operasi medis ini, istri

mendapatkan informasi ini dari bidan puskesmas ”.

Sedangkan 2 orang informan lainnya ada yang menyatakan dari petugas kesehatan,

mengungkapkan hal berikut :

Universitas Sumatera Utara


” Awalnya dari petugas puskesmas, lalu saya ceritakan sama istri apa yang saya

dapat dari petugas puskesmas kepada istri, lalu istri menyerahkan sepenuhnya

kepada saya.

Seorang informan lainya ada yang menyatakan dari dokter yang biasa dikunjungi

informan, mengungkapkan hal berikut :

” Saya dianjurkan oleh dokter langganan saya, dan istripun sangat setuju dengan

keputusan saya”.

Menurut teori L.W.Green, perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

predisporsing factors, enambling factors dan reinforcing factors. Dalam hal ini,

Reinforcing factors sangat berpengaruh terhadap perilaku pria (suami) dalam hal

tindakan vasektomi. Ini tercermin dari sikap dan perilaku petugas kesehatan setempat

untuk mensosialisasikan atau memberitahukan metode medis operasi pria yang sesuai

dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, khususnya Akseptor KB Pria. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif, namun juga bukan hanya adanya dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat lebih-lebih dari para petugas

kesehatan. Dalam hal merubah perilaku masyarakan banyak tantangan yang sangat

prinsipil yang ditemukan antara lain : norma dan nilai masyarakat, kondisi

masyarakat waktu dan biaya, kurang dukungan saran dan prasarana (birokrasi) dan

yang terakhir yaitu petugas yang tidak responsif sehingga perilaku masyarakat masi

jauh dari standart kesehatan yang ditentukan (Notoadmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


5.2. Sikap Informan

a. Sikap Informan Tentang Informasi yang Di Berikan Petugas Puskesmas

Untuk Menjadi Akseptor KB dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, empat orang setuju dengan

informasi yang disampaikan oleh petugas puskesmas dan seorang informan lainnya

menyatakan setuju dengan informasi yag disampaikan oleh dokternya, seperti

diungkapkan informan berikut ini :

” Menurut saya dek, informasi yang dijelaskan petugas puskesmas itu sangat
bagus, tapi kayaknya masih belum begitu bisa diterima di masyarakat kita dek”.
Sedangkan seorang informan lainnya menyatakan berikut ini :

” Informasi yang dikasih dokter langganan saya sangat bagus, tapi saya sempat
takut juga dengan isu tentang impoten yang pernah saya dengar dimasyarakat
tentang vasektomi tapi semua itu tidak sama dengan kenyataan setelah dilakukan”.
Hal ini sejalan dengan BKKBN (2008), yang menyatakan bahwa informasi

mengenai cara menjadi Akseptor KB Pria sebaiknya diberikan oleh petugas kesehatan

atau dokter. Agar tidak ada lagi isu – isu dimasyarakat yang mengatakan bahwa

Vasektomi adalah pengebirian kedua buah zakar / pelir yang dibuang, sehingga

asumsi masyarakat pembuangan buah zakar ini dapat menyebabkan pria kehilangan

gairah seks, dan hormonal yang diperlukan tidak dapat dibuat lagi, sedangkan yang

benarnya vasektomi hanya bersifat menghalangi pengeluaran benih.

b. Sikap Informan Tentang Masih Banyak Pria yang Sudah Menikah, Tapi

Belum Menjadi Akseptor KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa, ke 3 orang informan menyatakan

banyaknya isu-isu tentang Vasektomi yang bisa menyebabkan impoten bila

Universitas Sumatera Utara


melakukan operasi ini. Sedangkan 2 orang informan lagi menyatakan bahwa masih

ada yang belum tahu, takut dan kesibukan masyarakat kita sehingga tidak begitu

peduli dengan informasi Metode Medis Operasi Pria ini.

” Saya beranggapan wajar saja buk, karena mungkin mereka belum tahu
bagaiman Metode Operasi Pria itu. Dan mingkin pemerintah harus lebih banyak
promosi kayak waktu program Kb yang di TV itu”.
Sedangkan tiga orang informan menyatakan banyaknya isu – isu yang ada di

lingkungan masyarakat kita :

” Ya mungkin karena gosip dimasyrakat dek, bahwa vasektomi bisa menyebabkan


para pria impoten”.
Menurut teori L.W.Green, perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

predisporsing factors, enambling factors dan reinforcing factors. Dalam hal ini,

Reinforcing factors sangat berpengaruh terhadap perilaku pria (suami) dalam hal

tindakan vasektomi. Ini tercermin dari sikap dan perilaku petugas kesehatan setempat

untuk mensosialisasikan atau memberitahukan metode medis operasi pria yang sesuai

dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, khususnya Akseptor KB Pria. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif, namun juga bukan hanya adanya dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat lebih-lebih dari para petugas

kesehatan. Dalam hal merubah perilaku masyarakan banyak tantangan yang sangat

prinsipil yang ditemukan antara lain : norma dan nilai masyarakat, kondisi

masyarakat waktu dan biaya, kurang dukungan saran dan prasarana (birokrasi) dan

yang terakhir yaitu petugas yang tidak responsif sehingga perilaku masyarakat masi

jauh dari standart kesehatan yang ditentukan (Notoadmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Agar tidak ada lagi isu – isu dimasyarakat yang mengatakan bahwa

Vasektomi adalah pengebirian kedua buah zakar / pelir yang dibuang, sehingga

asumsi masyarakat pembuangan buah zakar ini dapat menyebabkan pria kehilangan

gairah seks, dan hormonal yang diperlukan tidak dapat dibuat lagi, sedangkan yang

benarnya vasektomi hanya bersifat menghalangi pengeluaran benih. Maka diharapkan

agar pemerintah lebih aktif untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang

Vasektomi tersebut (BKKBN, 2008).

c. Sikap Informan Tentang Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Akseptor

KB Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa ke 5 orang informan

menyatakan komplikasi yang mungkin terjadi pada peserta akseptor KB dengan

Metode Medis Operasi Pria ini seperti yang diungkapkan berikut ini :

” Petugas puskesmas bilang, komplikasi bisa terjadi kalau kita tidak mengikuti
petunjuk yang telah disampaikan, komplikasinya seperti pendarahan dan agak-
agak bengkak di daerah kemaluan. Tapi saya gak ada masalah waktu itu”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” Saya mengalami pendarahan waktu itu, tapi hanya pada dua minggu pertama
saja, tapi sekarang gak apa-apa lagi setelah diberikan obat. Itu terjadi karena saya
lupa dengan yang sudah dianjurkan petugas untuk lebih hati-hati dalam
perawatannya”.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada Akseptor KB Pria adalah seperti

pendarahan atau peradangan bila bila proses sterilisasi alat tidak dilakukan dengan

baik. Bila hal tersebut terjadi, maka akseptor segera harus ke puskesmas atau dirujuk

ke Rumah Sakit. Agar tidak terjadi pendarahan atau peradangan, maka sebaiknya

Universitas Sumatera Utara


akseptor mengikuti petunjuk perawatan luka yang disampaikan petugas kesehatan

seperti : jaga daerah luka yang tertutup plaster agar tetap kering dan bersih, bila

plaster basah atau terbuka, segera ganti dengan plaster obat baru dan jangan

dibubuhin dengan obat atau ramuan selain yang diberikan oleh dokter serta datang

kembali kepuskesmas / klinik utuk pemeriksaan dan perawatan. (BKKBN, 2008).

d. Sikap Informan Tentang Kehidupan Suami Istri Pada Akseptor KB

Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Dari hasil wawancara dapat dilihat, ke 5 orang informan menyatakan bahwa

selama ini tidak ada pengaruh apa-apa sewaktu para informan melakukan hubungan

suami istri, dan informan juga merasa aman dan informan menyatakan tidak perlu

mengeluarkan biaya, untuk KB yang dulu dilakukan oleh istrinya, seperti yang

diungkapkan sebagai berikut :

” Menurut saya, kontrasepsi pria sangat menguntungkan buat saya dan istri,
karena kami suami istri sama-sama merasa aman dan tidak lagi mengeluarkan
biaya untuk KB yang dulu biasa dijalani istri saya”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” Selama ini dek, tidak ada pengaruh pada hubungan suami istri, tapi mudah-
mudahan gak ada efek sampingnya untuk kedepannya”.
Menurut Buku Panduan, Vasektomi tidak berpengaruh terhadap penurunan

libido (nafsu Seksual) karena buah zakar atau testis yang mengasilkan hormon

testosteron (pemberi sifat kejantanan dan libido) tetap berfungsi dengan baik dan

hormon tersebut akan tetap dialirkan melalui pembuluh darah. Seorang pria yang

telah melakukan tindakan vasektomi pada saat ejakulasi tidak akan merasakan

perbedaan dengan sebelumnya, sebab cairan mani tetap dikeluarkan seperti sebelum

Universitas Sumatera Utara


vesikula seminalis (pembentuk air mani) tetap berfungsi. Tetapi cairan mani yang

dikeluarkan tersebut tidak lagi mengandun spermatoza yang hanya bisa diketahui

dengan pemeriksaan mikroskop di laboratorium (BKKBN Prov SU, 2008).

e. Sikap Informan Tentang Isu Impoten Pada Akseptor KB Dengan Metode

Medis Operasi Pria (MOP)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan, dapat dilihat

bahwa 5 orang informan menyatakan tidak setuju dengan isu yang beredar di

masyarakat kita. Dan dari mereka juga menyatakan bahwa kejantanan seorang pria

sama sekali tidak dipengaruhi oleh tindakan vasektomi. Semua informan dapat

menyatakan hal tersebut karena inforaman telah membuktikannya dengan cara

menjadi Akseptor KB. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini :

” Mengenai isu itu gak benar buk, waktu sebelum saya dioperasi saya juga pernah
berpikiran seperti itu, tapi setelah saya sudah mengalaminya sendiri. Kalau operasi
ini tidak berpengaruh pada kejantanan pria ”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” Kenyataan yang saya alami tidak seperti yang di isukan oleh masyarakat kita
buk. Jadi sebaiknya pemerintah lebih banyak melakukan pendekatan pada
masyarakat kita”.
Berdasarkan buku panduan yang dikeluarkan oleh BKKBN (2008), menyatakan

bahwa, Vasektomi tidak akan menyebabkan pria menjadi impoten (disfungsi ereksi).

Sebab saraf – saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi

berada di batang penis, sedangkan tindakan Vasektomi hanya dilakukan di sekitar

buah zakar / testis. Jauh dari persarafan untuk ereksi. Jadi Vasektomi sama sekali

tidak akan mengganggu kemampuan penis untuk ereksi.

Universitas Sumatera Utara


5.3. Tindakan Informan

a. Tindakan Informan Mengenai Umur Pertama Kali Menjadi Akseptor KB

Dengan Metode Medis Operasi Pria (MOP)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap informan, dapat dilihat

bahwa 5 orang informan, seorang informan menyatakan sudah menjalani 5 tahun,

2 orang informan menyatakan sudah 7 tahun, seorang informan menyatakan sudah 8

tahun dan ada informan yang menyatakan sudah menjalani selama 10 tahun. Seperti

yang diungkapkan oleh informan berikut :

” Waktu itu umur saya sekitar 46 tahun buk ”.


Hal berbeda diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” Umur saya waktu melakukan operasi sekitar 41 tahun”.


Vasektomi merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran mani

sebelah kanan dan kiri, dapat dilakukan kapan saja. Hal tersebut dapat dilakukan

apabila ada permohonan dari pasangan suami istri tanpa paksaan dari pihak manapun.

Suatu keluarga juga sudah dianugrahkan 2 (dua) orang anak dan umur istri sekurang-

kurangnya 25 tahun. Kontap Pria juga memenuhi syarat kesehatan yang artinya tidak

ditemukan hambatan atau kontra indikasi untuk menjalani kontap. Jadi apabila semua

itu sudah terpenuhi, pria dapat melakukan tindakan Vasektomi tersebut kapan saja

(BKKBN, 2008).

Universitas Sumatera Utara


b. Tindakan Informan Tentang Kontrasepsi Pria Dengan Metode Medis

Operasi Pria (MOP)

Dari wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa dari 5 orang informan, 4

orang informan menyatakan bahwa yang menganjurkan informan untuk menjalani

operasi yaitu istri dan atas informasi yang di sampaikan oleh petugas puskesmas, dan

seorang informan lagi melakukan operasi di puskesmas dan yang melakukan operasi

tersebut adalah dokter. Seperti yang diunkapkan sebagai berikut :

” Saya memilih mengikuti KB ini, karena kebutuhan rumah tangga yang semakin
hari semaki banyak buk, maklumlah penghasilan saya tidak tetap, kadang ada
kadang tidak ada. Untung anak saya ada yang sudah kerja dipercetakan dan di
swalayan, jadi kebutuhan untuk sebulan lumayanlah buk. Operasi ini biasanya
dilakukan di lakukan di puskesmas atau rumah sakit dan yang melakukan
operasinya dokter buk. Setelah operasi saya dikasih tahu petunjuk perawatan
lukanya dari petugas puskesmas itu. Kalau terjadi pendarahan ya ke puskesmas
saja”.
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang lain seperti berikut ini :

” Saya dianjurin oleh dokter langganan saya, dan istripun sangat setuju dengan
keputusan saya. Faktor ekonomi yang makin hari makin gak nentu, kadang ada
kadang tidak. Saya melakukan operasi di puskesmas dan yang mengoperasi saya
waktu itu dokter dan ada seorang perawat. Lalu setelah operasi perawat
menjelaskan cara perawatan lukanya, dan setelah satu minggu saya disuruh
datang lagi untuk kontrol ulang. Dan kalau terjadi pendarahan atau peradangan
saya akan kerumah sakit atau kepuskesmas.
Sejalan dengan paradigma baru, yang dimulai dengan pendekatan Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi pemerintah memperhatikan pemberdayaan

perempuan dengan tidak mengabaikan peran serta pria, maka untuk menyamakan visi

Universitas Sumatera Utara


dan misinya dilapangan, maka perlu terus dilakukan pembinaan kepada pengelola dan

pelaksana program secara berjenjang dan berkala. Jadi Kontap Pria adalah salah satu

tindakan yang juga sangat membantu wanita (istri) lebih ringan dalam menjalani

kegiatan Rumah Tangga tanpa ada beban moril yang harus ditanggungnya sendiri

(BKKBN, 2008).

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan Pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria

(MOP) masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya kaum

pria (suami) yang belum menjadi Akseptor KB Pria. Vasektomi kurang diminati

karena selama ini kaum pria (suami) tidak mendapat informasi yang jelas

mengenai Metode Medis Operasi Pria (MOP), dan mereka merasa takut bila

daerah kemaluannya mendapat cedra atau luka.

2. Sikap Pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria (MOP)

kurang baik, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya kaum pria (suami) selalu

membayagkan bahwa luka pada daerah tersebut dapat berakibat fatal. Bayangan

ini karena masih banyak isu-isu yang didengar bahwa vasektomi dapat

mengakibatkan impotensi.

3. Tindakan Pria (suami) di Kota Medan terhadap Metode Medis Operasi Pria

(MOP) masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari usia para Akseptor KB Pria

(suami) yang rata-rata berumur diatas 39 tahun. Tindakan ini juga karena faktor

ekonomi dalam rumah tangga.

4.. Faktor – faktor yang mempengaruhi pria (suami) terhadap Metode Medis Operasi

Pria (MOP) adalah dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang beranggapan

bahwa KB itu hanyalah urusan wanita (istri) saja. Selain itu operasi vasektomi

sering kali di identikkan dengan pengebirian atau dengan kata lain sifat

kejantanan / keperkasaan pria akan menurun.

Universitas Sumatera Utara


6.2. Saran

1. Diharapkan kepada BKKBN untuk terus melakukan sosialisasi lebih luas lagi

tentang KB Pria dengan menggunakan Metode Medis Operasi Pria (MOP) seperti

melakukan dan memberikan penyuluhan baik secara door to door, dalam arisan,

dan musyawarah di desa atau kelurahan - kelurahan.

2. Para istri dapat menganjurkan suami untuk ikut ber-KB

Universitas Sumatera Utara

Vous aimerez peut-être aussi